Anda di halaman 1dari 28

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang memuat teori-teori


dalam mendukung analisis dan pemecahan masalah yang terdapat dalam
penelitian ini.

2.1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Subbab ini berisi tentang penjelasan mengenai pengertian dan tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja.
2.1.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan
kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi (Tarwaka, 2014).
Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab setiap orang yang berada di tempat
kerja, sehingga keselamatan kerja tersebut dapat mencegah terjadinya kecelakaan
kerja dan menghidari kerugian-kerugian seperti luka/cedera, cacat, kematian,
kerusakan peralatan/mesin dan kerusakan lingkungan.
Selain keselamatan kerja, hal yang perlu menjadi perhatian oleh suatu badan
usaha adalah kesehatan kerja. Menurut Tarwaka (2014), kesehatan kerja adalah
bagian dari ilmu kesehatan/kedokteran yang mempelajari bagaimana melakukan
usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif, terhadap penyakit/gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja
maupun penyakit umum dengan tujuan agar pekerja memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial. Kesehatan
kerja sebagai suatu aspek atau unsur kesehatan yang erat berkaitan dengan
lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi didefinisikan sebagai upaya
dan pemikiran untuk menjamin keutuhan dan dan kesempurnaan baik jasmani
maupun rohaniah diri manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya
beserta hasil karyanya dalam rangka menuju masyarakat yang adil, makmur dan
commit to user
sejahtera (Tarwaka, 2014). Sedangkan secara keilmuan, Tarwaka (2014)

II-1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menjabarkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai ilmu dan penerapannya


secara teknis dan teknologis untuk melakukan pencegahan terhadap munculnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan.
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
seorang pekerja sepatutnya mendapatkan perlindungan sebagai berikut:
1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. keselamatan dan kesehatan kerja
b. moral dan kesusilaan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai-
nilai agama.
2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja.

2.1.2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tujuan keselamatan kerja menurut Budiono (1992) seperti yang dikutip oleh
Sulistyoko (2008) adalah sebagai berikut:
1. Melindungi keselamatan tenaga kerja di dalam melaksanakan tugasnya
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
2. Melindungi keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
3. Melindungi keamanan peralatan dan sumber produksi agar selalu dapat
digunakan secara efisien.
4. Sumber produksi diperiksa dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Sedangkan tujuan kesehatan kerja menurut Budiono (1992) seperti yang
dikutip oleh Sulistyoko (2008), yaitu
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja.
2. Mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia.
3. Agar terhindar dari bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh produk-produk
industri.
commit to user

II-2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Selanjutnya, Mangkunegara (2002) memaparkan tujuan dari keselamatan


dan kesehatan kerja antara lain:
1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

2.2. Kecelakaan Kerja


Subbab ini berisi tentang penjelasan mengenai pengertian kecelakaan kerja,
penyebab kecelakaan kerja, klasifikasi kecelakaan kerja, kerugian akibat
kecelakaan kerja, dan pencegahan kecelakaan kerja.
2.2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan
sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu,
harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses
kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2014). Unsur-unsur
kecelakaan kerja menurut Tarwaka (2014) adalah sebagai berikut:
1. Tidak terduga, karena dibelakang peristiwa kecelakaan tidak terdapat unsur
kesengajaan dan perencanaan.
2. Tidak diinginkan atau diharapkan, karena setiap peristiwa kecelakaan akan
selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental.
3. Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan, yang sekurang-kurangnya
menyebabkan gangguan proses kerja.
Oleh Tarwaka (2014), pelaksanaan kecelakaan kerja di industri dibagi
menjadi dua kategori utama, yaitucommit to user

II-3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Kecelakaan industri (industrial accident) merupakan suatu kecelakaan yang


terjadi di tempat kerja karena adanya potensi bahaya yang tidak terkendali.
2. Kecelakaan di dalam perjalanan (community accident) merupakan
kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan
hubungan kerja.

2.2.2. Penyebab Kecelakaan Kerja


Anizar (2012) menyebutkan bahwa penyebab kecelakaan ada dua faktor,
yaitu unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor lingkungan).
1. Unsafe Action
Unsafe action dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti berikut:
a. Ketidakseimbangan fisik tenaga kerja, yaitu
1) Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah
2) Cacat fisik
3) Cacat sementara
4) Kepekaan panca indra terhadap sesuatu
b. Kurang pendidikan
1) Kurang pengalaman
2) Salah mengerti terhadap suatu perintah
3) Kurang terampil
4) Salah mengartikan SOP (Standard Operating Procedure) sehingga
mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja
c. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan
d. Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya
e. Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura-pura
f. Mengangkut beban yang berlebihan
g. Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja
2. Unsafe Condition
Unsafe condition dapat disebabkan oleh berbagai hal sebagai berikut:
a. Peralatan yang sudah tidak layak pakai
b. Ada api di tempat bahaya
c. commit
Pengamanan gedung yang to user
kurang standar

II-4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Terpapar bising
e. Terpapar radiasi
f. Pencahayaan dan ventilasi yang kurang atau berlebihan
g. Sistem peringatan yang berlebihan
h. Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya

2.2.3. Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Menurut International Labour Organization (ILO), kecelakaan kerja dapat
diklasifikasikan menurut jenis kecelakaan, penyebab kecelakaan, jenis cedera atau
luka, dan lokasi tubuh yang terluka.
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
a. Terjatuh
b. Tertimpa atau kejatuhan benda atau objek kerja
c. Tersandung benda atau objek
d. Terbentur benda
e. Terjepit antara dua benda
f. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
g. Pengaruh suhu tinggi
h. Terkena arus listrik
i. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
2. Klasifikasi menurut penyebab
a. Mesin
1) Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik
2) Mesin penyalur (transmisi)
3) Mesin-mesin untuk mengerjakan logam
4) Mesin-mesin pengolah kayu
5) Mesin-mesin pertanian
6) Mesin-mesin pertambangan
7) Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifikasi tersebut
b. Alat angkut dan alat angkat
1) Mesin angkat dan peralatannya
commit
2) Alat angkutan di atas rel to user

II-5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api


4) Alat angkutan udara
5) Alat angkutan air
6) Alat-alat angkutan lain
c. Peralatan lain
1) Bejana bertekanan
2) Dapur pembakar dan pemanas
3) Instalasi pendingin
4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat
listrik (tangan)
5) Alat-alat listrik (tangan)
6) Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik
7) Tangga
8) Perancah (steger)
9) Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut
d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi
1) Bahan peledak
2) Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak
3) Benda-benda melayang
4) Radiasi
5) Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan
tersebut
e. Lingkungan kerja
1) Di luar bangunan
2) Di dalam bangunan
3) Di bawah tanah
3. Klasifikasi menurut jenis cedera atau luka
a. Patah tulang
b. Dislokasi/keseleo
c. Regang otot/urat
d. Memar dan luka dalam yang lain
e. Amputasi commit to user

II-6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

f. Luka-luka lain
g. Luka dipermukaan
h. Gegar dan remuk
i. Luka bakar
j. Keracunan-keracunan mendadak (akut)
k. Akibat cuaca, dan lain-lain
l. Mati lemas
m. Pengaruh arus listrik
n. Pengaruh radiasi
o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya
p. Lain-lain
4. Klasifikasi menurut lokasi tubuh yang terluka
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Banyak tempat
g. Kelainan umum
h. Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut

2.2.4. Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja


Setiap kecelakaan kerja adalah malapetaka, kerugian dan kerusakan kepada
manusia, harta benda atau properti dan proses produksi (Tarwaka, 2014).
Selanjutnya kerugian akibat kecelakaan kerja tersebut dikelompokkan oleh
Tarwaka (2014) menjadi:
1. Kerugian/biaya langsung yaitu suatu kerugian yang dapat dhitung secara
langsung dari mulai terjadi peristiwa sampai dengan tahap rehabilitasi,
seperti:
a. Penderitaan tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dan keluarganya.
b. Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan.
c. commit to user
Biaya pengobatan dan perawatan.

II-7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Biaya angkut dan biaya rumah sakit.


e. Biaya kompensasi pembayaran asuransi kecelakaan kerja.
f. Upah selama tidak mampu bekerja.
g. Biaya perbaikan peralatan yang rusak dan sebagainya.
2. Kerugian/biaya tidak langsung merupakan kerugian berupa biaya yang
dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa
waktu setelah terjadinya kecelakaan, biaya tidak langsung ini meliputi:
a. Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat kecelakaan.
b. Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa ingin tahu dan
rasa simpati serta setia kawan untuk membantu dan memberikan
pertolongan pada korban, mengantar ke rumah sakit, dan lain-lain.
c. Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas atau peralatan kerja lainnya.
d. Biaya penyelidikan dan sosial lainnya, seperti:
1) Mengunjungi tenaga kerja yang sedang menderita kecelakaan.
2) Menyelidiki sebab-sebab terjadinya kecelakaan.
3) Mengatur dan menunjuk tenaga kerja lain untuk meneruskan
pekerjaan dari tenaga kerja yang menderita kecelakaan.
4) Merekrut dan melatih tenaga kerja baru.
5) Timbulnya ketegangan dan stres serta menurunnya moral dan
mental tenaga kerja.

2.2.5. Pencegahan Kecelakaan Kerja


Tarwaka (2014) menyatakan bahwa pencegahan kecelakaan kerja adalah
upaya untuk mencari penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari siapa
yang salah. Dengan mengetahui dan mengenal penyebab kecelakaan maka dapat
disusun suatu rencana pencegahan dengan program K3. Untuk membuat program
tersebut terdapat beberapa tahapan yang harus dipahami dan dilalui, yaitu
1. Identifikasi masalah dan kondisi tidak aman. Kesadaran akan adanya
potensi bahaya di suatu tempat kerja merupakan langkah pertama dan utama
di dalam upaya mencegah kecelakaan secara efektif dan efisien. Identifikasi
masalah yang dimaksud meliputi:
a. commit
Pengenalan jenis pekerjaan tomengandung
yang user terjadinya kecelakaan.

II-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Pengenalan komponen peralatan dan bahan-bahan berbahaya yang


digunakan dalam proses kerja.
c. Lokasi pelaksanaan pekerjaan.
d. Sifat dan kondisi tenaga kerja yang menangani.
e. Perhatian manajemen terhadap kecelakaan.
f. Sarana dan peralatan pencegahan dan pengendalian yang tersedia, dan
sebagainya.
2. Model kecelakaan yang menunjukkan bagaimana suatu kecelakaan dapat
terjadi. Untuk menemukan sebab-sebab kecelakaan, dikenal berbagai model
kecelakaan seperti:
a. Model kecelakaan biasa yang secara sederhana menggambarkan
kemungkinan sebab terjadinya kecelakaan, misalnya hadirnya
seseorang di suatu tempat yang mengandung potensi bahaya.
b. Model analisa pohon kesalahan (Fault Tree Analysis) yaitu suatu
metode untuk mengidentifikasi suatu kombinasi antara kegagalan
peralatan dan kesalahan manusia, dengan memakai prosedur “Top-
Down” yang dimulai dari kejadian kecelakaan.
c. Model analisa pohon kejadian (Event Tree Analysis) yaitu suatu teknik
untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi kecelakaan yang
mungkin terjadi sebagai akibat kegagalan atau gangguan atau biasa
disebut dengan awal mula kejadian.
d. Model Hazops (Hazard and Operability Study) yaitu suatu metode yang
digunakan untuk mengetahui, mengenal, dan mengidentifikasi semua
potensi bahaya yang terdapat dalam suatu pelaksanaan operasi suatu
proses produksi.
3. Penyelidikan kecelakaan (analisa kecelakaan) yaitu suatu upaya yang
dilakukan untuk secara lebih teliti mengetahui sebab-sebab dan proses
terjadinya kecelakaan.
4. Azas-azas pencegahan kecelakaan kerja yaitu prinsip-prinsip tentang sebab
kecelakaan yang harus dikenal dan diketahui untuk menentukan sebab-
sebab terjadinya suatu kecelakaan, dimana dikenal 3 azas, yaitu:
commit to user

II-9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Azas rumit (kompleks) yaitu adanya beberapa sebab yang mandiri atau
tidak berhubungan satu dengan yang lain yang bila digabungkan akan
menyebabkan suatu kecelakaan.
b. Azas arti (penting) yaitu faktor penyebab utama (paling penting) dalam
terjadinya suatu kecelakaan.
c. Azas urutan yaitu rangkaian dari berbagai sebab yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan.
5. Perencanaan dan pelaksanaan. Upaya pencegahan kecelakaan kerja harus
segera dilakukan setelah melalui tahapan-tahapan identifikasi masalah,
penentuan model dan metode analisa kecelakaan serta pemahaman asas
manfaat pencegahan kecelakaan.
Upaya pencegahan yang baik menurut Tarwaka (2014) adalah yang
memperhatikan aspek-aspek seperti berikut:
1. Desain pabrik, yang memperhatikan:
a. Pengaturan dan pembagian area pabrik yang cukup aman dan
memberikan keleluasaan bila terjadi kecelakaan.
b. Dinding pemisah antara ruangan atau bangunan yang dapat menjamin
dan menghambat menjalarnya suatu kondisi yang berbahaya.
c. Penyediaan alat pengaman yang sesuai dan cukup pada setiap peralatan,
serta pada lokasi yang tepat, misalnya pemasangan hydrant untuk
penanggulangan kebakaran, dan sebagainya.
2. Desain komponen dan peralatan pabrik yang sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan. Komponen dan peralatan pabrik yang perlu mendapat
perhatian antara lain adanya:
a. Beban statik
b. Beban dinamik
c. Tekanan internal dan eksternal
d. Ekspektasi masa hidup peralatan pabrik
e. Beban berhubungan dengan perubahan suhu dan pengaruh dari luar
industri, dan sebagainya.
Peralatan yang mengandung potensi bahaya perlu dibuatkan pengaman
commit
peralatan yang harus memenuhi to user antara lain:
persyaratan,

II-10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Harus memberikan perlindungan yang positif, dimana tenaga kerja


dicegah agar tidak bersentuhan secara langsung pada bagian
peralatan/mesin yang berbahaya, apabila pengaman tidak bekerja maka
mesin dapat mati dengan sendirinya atau penggunaan sistem
penguncian otomatis.
b. Mencegah semua jangkauan ke daerah berbahaya saat mesin beroperasi.
c. Tidak menyebabkan operator kurang nyaman atau kurang leluasa saat
bekerja, sehingga pengaman disingkirkan oleh tenaga kerja.
d. Tidak mengganggu proses produksi itu sendiri.
e. Pengaman harus dapat beroperasi secara otomatis atau hanya dengan
upaya minimum.
f. Harus sesuai dengan pekerjaan dan mesin yang diberi pengaman.
g. Harus menjadi bagian yang terpadu dengan mesin dan tidak menjadi
beban tambahan.
h. Memberikan keleluasaan dalam pemeriksaan, perbaikan, dan perawatan
tanpa harus menyingkirkan pengamannya.
i. Harus mampu melindungi terhadap kemungkinan operasional yang
tidak terduga dan bukan hanya perlindungan terhadap bahaya normal.
3. Pengoperasian dan pengendalian. Sistem pengoperasian suatu proses
produksi memerlukan sistem pengendalian proses agar tetap aman dalam
batas-batas yang telah ditentukan. Sistem pengendalian yang digunakan
meliputi:
a. Pengendalian secara manual.
b. Pengendalian secara otomatis.
c. Sistem pengendalian “automatic shut down”.
d. Sistem alarm otomatis maupun manual.
4. Sistem keselamatan.
5. Pencegahan kesalahan manusia dan organisasi. Upaya ini meliputi:
a. Pekerjaan yang sesuai dan mudah dikerjakan.
b. Tanda-tanda atau simbol-simbol yang jelas dan nyata dalam
penampilan panel pengendali.
commit to user

II-11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Peralatan komunikasi yang benar serta pelatihan yang sesuai dengan


jenis pekerjaan.
6. Pemeliharaan dan monitoring yang teratur oleh tenaga kerja yang terlatih
dan berpengalaman akan menciptakan sistem keselamatan kerja yang baik.
7. Pengawasan terhadap komponen pabrik perlu dilakukan secara teratur dan
terus menerus untuk memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan sesuai
dengan apa yang telah direncanakan.
8. Mengurangi akibat yang terjadi yang dapat dilakukan dengan suatu konsep
perencanaan dan penyediaan sarana untuk upaya K3, yang meliputi:
a. Penyediaan tenaga terlatih untuk penanggulangan keadaan darurat.
b. Penyediaan sistem alarm yang langsung berhubungan dengan pusat-
pusat penanggulangan keadaan darurat.
c. Penyediaan anti-dote untuk menghadapi suatu keadaan terlepasnya
bahan-bahan kimia beracun.
9. Pelatihan kepada semua pihak yang terlibat dalam proses produksi.
10. Sistem pelaporan yang relevan serta standar dan perbaikan lingkungan
kerja.

2.3. Potensi Bahaya dan Risiko Terhadap Keselamatan dan Kesehatan


Kerja
Motivasi utama dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh
pekerjaan. Pencegahan dimaksudkan untuk menghindari risiko-risiko yang
mungkin akan timbul dan memberikan dampak atau kerugian bagi perusahaan
pada umumnya dan pekerja pada khususnya. Dampak yang ditimbulkan dari
kecelakaan kerja sangat beragam, yaitu pekerja mengalami luka ringan sampai
luka yang dapat membuat cacat permanen, perusahaan kehilangan jam kerja untuk
memproduksi produknya, perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk
pengobatan korban kecelakaan, dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pencegahan dengan mengetahui penyebab dan dampak yang ditimbulkannya.
International Labour Organization (2013) mendefinisikan potensi bahaya sebagai
commit toinsiden
sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya user yang berakibat pada kerugian,

II-12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sedangkan risiko adalah kombinasi dari konsekuensi suatu kejadian yang


berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut. Risiko yang ditimbulkan
dapat berupa berbagai konsekuensi dan dapat dibagi menjadi empat kategori,
dimana setiap kategori memiliki potensi bahaya yang berbeda-beda. Kategori
yang dimaksud ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1. Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja didasarkan pada dampak
korban
Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D
Potensi bahaya Potensi bahaya Risiko terhadap Potensi bahaya
yang yang menimbulkan kesejahteraan yang
menimbulkan risiko langsung atau kesehatan menimbulkan
jangka panjang pada kesehatan sehari-hari risiko pribadi dan
pada kesehatan psikologis
- Bahaya faktor - Kebakaran - Air Minum - Pelecehan,
kimia - Listrik - Toilet dan termasuk
- Bahaya faktor - Potensi bahaya fasilitas intimidasi dan
biologi mekanikal (tidak mencuci pelecehan
- Bahaya faktor adanya pelindung - Ruang makan seksual
fisik mesin) atau kantin - Terinfeksi
- Cara bekerja dan - House keeping - P3K di tempat HIV/AIDS
bahaya faktor (perawatan buruk kerja - Kekerasan di
ergonomis pada peralatan) - Transportasi tempat kerja
- Potensi bahaya - Stres
lingkungan yang - Narkoba di
disebabkan oleh tempat kerja
polusi pada
perusahaan di
masyarakat
Sumber: International Labour Organization (2013)
2.3.1. Potensi Bahaya yang Menimbulkan Dampak Jangka Panjang pada
Kesehatan
Menurut International Labour Organization (2013), suatu bahaya kesehatan
commit to user
akan muncul bila seseorang melakukan kontak dengan sesuatu yang dapat

II-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

menyebabkan gangguan/kerusakan bagi tubuh ketika terjadi pajanan (exposure)


yang berlebihan. Potensi bahaya kesehatan yang biasa terjadi di tempat kerja dapat
berasal dari lingkungan kerja, antara lain faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi,
dan faktor ergonomis.
1. Bahaya Faktor Kimia
Menurut International Labour Organization (2013), risiko kesehatan timbul
dari pajanan berbagai bahan kimia. Bahan kimia yang memiliki sifat
beracun dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kerusakan pada
sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia berbahaya dapat berbentuk
padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau kabut dan masuk ke dalam tubuh
melalui tiga cara utama, antara lain:
a. Inhalasi (menghirup) yaitu dengan bernapas melalui mulut atau hidung,
zat beracun dapat masuk ke dalam paru-paru. Beberapa zat seperti
fiber/serat dapat langsung melukai paru-paru, sedangkan lainnya
diserap ke dalam aliran darah dan mengalir ke bagian lain.
b. Pencernaan (menelan) yaitu bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh
jika seseorang makan makanan yang terkontaminasi, makan dengan
tangan yang terkontaminasi atau makan di lingkungan yang
terkontaminasi.
c. Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif yaitu zat melewati kulit
dan masuk ke pembuluh darah, biasanya melalui tangan dan wajah.
Terkadang zat-zat juga masuk melalui luka dan lecet atau suntikan
(misalnya kecelakaan medis).
Lestari (2007) menjelaskan dampak pemajanan bahan-bahan kimia yang
digunakan di industri batik terhadap kulit yaitu mengakibatkan iritasi dan
gangguan kulit lainnya dalam bentuk gata-gatal, kulit kering dan pecah-
pecah, kemerah-merahan, ulcera (luka bergelembung) eritema (kulit
bruntus-bruntus/bintik-bintik kemerahan), luka bakar kimia, dan sebagainya.
Gejala tersebut menunjukkan adanya gangguan pada kulit yang dikenal
sebagai occupational dermatitis.
Lestari (2007) juga menambahkan bahwa di dalam pigment warna yang
digunakan di industri batikcommit to user
terdapat berbagai jenis logam berat termasuk

II-14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

aluminium, Cu, Zn, timbal, magnesium, serta senyawa lain seperti iron
oxide, silikat dan lain-lain. Bahan – bahan kimia tersebut bersifat
karsinogen, sehingga dapat menimbulkan:
a. Iritasi dan gangguan kulit lainnya dalam bentuk gatal – gatal , kulit
kering dan pecah – pecah, kemerah – merahan, koreng yang tidak
sembuh – sembuh.
b. Iritasi dan peradangan pada saluran pernapasan dengan gejala batuk,
pilek, sesak napas, demam.
c. Iritasi mata dengan gejala mata kemerah – merahan, pedih, berair.
2. Bahaya Faktor Fisik
International Labour Organization (2013) memaparkan bahwa faktor fisik
adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lain
kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja (suhu), gelombang mikro, dan
sinar ultra violet. Berikut adalah penjelasan dari faktor-faktor fisik tersebut.
a. Kebisingan yaitu semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Suara keras,
berlebihan atau berkepanjangan dapat merusak jaringan saraf sensitif di
telinga, sehingga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
sementara atau permanen. Hal tersebut sering diabaikan sebagai
masalah kesehatan, namun hal itu adalah salah satu bahaya fisik utama.
Batas pajanan terhadap kebisingan adalah 85 dB selama 8 jam sehari.
b. Penerangan di tempat kerja harus memenuhi syarat untuk melakukan
pekerjaan. Penerangan yang sesuai sangat penting untuk peningkatan
kualitas dan produktivitas. Jika penerangan kurang sesuai, pekerja
terpaksa membungkuk dan mencoba untuk memfokuskan penglihatan
mereka sehingga tidak nyaman dan dapat menyebabkan masalah pada
punggung dan mata pada jangka panjang, serta memperlambat
pekerjaan mereka.
c. Getaran adalah gerakan bolak-balik yang cepat (reciprocating),
memantul ke atas dan ke bawah atau ke belakang dan ke depan.
commit
Gerakan tersebut terjadi secaratoteratur
user dari benda atau media dengan

II-15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

arah bolak-balik dari kedudukannya. Hal tersebut dapat berpengaruh


negatif terhadap semua atau sebagian anggota tubuh. Misalnya,
memegang peralatan yang bergetar sering mempengaruhi tangan dan
lengan pengguna, menyebabkan kerusakan pada pembuluh daran dan
sirkulasi di tangan.
d. Suhu di tempat kerja yang berada di atas atau di bawah batas normal
akan memperlambat pekerjaan. Hal ini adalah respon alami dan
fisiologis dan merupakan salah satu alasan mengapa sangat penting
untuk mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan kelembaban di
tempat kerja.
Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah
banyak serta memperlebar pembuluh darah sehingga panas akan
terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh
akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh
darah sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh (Harien,
2010).
Putri (2013) menjelaskan bahwa apabila tubuh terpapar suhu di atas
batas normal, maka secara fisiologis tubuh akan berusaha
menghadapinya dengan maksimal. Bila usaha tersebut tidak berhasil
maka akan timbul efek yang membahayakan. Paparan suhu panas
terhadap tubuh akan menyebabkan gejala heat stress seperti pusing,
kaku/kram otot, lelah, mual/muntah (Siregar, 2008).
e. Gelombang mikro digunakan antara lain untuk gelombang radio,
televisi, radar, dan telepon. Panjang gelombang mikro antara 1 mm
sampai 300 cm. Radiasi gelombang mikro yang pendek < 1 cm yang
diserap oleh permukaan kulit dapat menyebabkan kulit seperti terbakar.
Sedangkan gelombang mikro yang lebih panjang > 1 cm dapat
menembus jaringan yang lebih dalam.
f. Radiasi ultra violet berasal dari sinar matahari, las listrik, laboratorium
yang menggunakan lampu penghasil sinar ultra violet. Radiasi ini dapat
berdampak pada kulit dan mata.
commit to user

II-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Bahaya Faktor Biologi


Penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya, seperti penyakit yang
disebabkan oleh virus, bakteri, maupun jamur. Misalnya penyakit kuku
sering diderita oleh para pekerja yang tempat kerjanya lembab dan basah
atau bila mereka terlalu banyak merendam tangan atau kaki di air seperti
pencuci. Penyakit faktor biologis ini dapat menular dari satu pekerja ke
pekerja lainnya, sehingga diperlukan pencegahan seperti imunisasi dengan
pemberian vaksinasi atau suntikan (ILO, 2013).
4. Bahaya Faktor Ergonomi dan Pengaturan Kerja
Ergonomi adalah studi tentang hubungan antara pekerjaan dan tubuh
manusia, yaitu mengatur pekerjaan dan area kerja untuk disesuaikan dengan
kebutuhan pekerja, bukan mengharapkan pekerja yang menyesuaikan diri.
Desain ergonomis yang efektif menyediakan workstation, peralatan dan
perlengkapan yang nyaman dan efisien bagi pekerja untuk digunakan. Cara
kerja harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan ketegangan
otot, kelelahan yang berlebihan atau gangguan kesehatan lain.
Menurut ILO (2013), risiko potensi bahaya ergonomi akan meningkat:
a. Dengan tugas monoton, berulang atau kecepatan tinggi
b. Dengan postur tidak netral atau canggung
c. Bila terdapat pendukung yang kurang sesuai
d. Bila kurang istirahat yang cukup

2.3.2. Potensi Bahaya yang Mengakibatkan Risiko Langsung pada


Keselamatan
Oleh ILO (2013), mengkategorikan sebagai hal yang berkaitan dengan
masalah atau kejadian yang memiliki potensi menyebabkan cedera dengan segera.
Cedera tersebut biasanya disebabkan oleh kecelakaan kerja. Adapun faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap penyebab kecelakaan, antara lain:
1. Faktor manusia : tindakan-tindakan yang diambil atau tidak diambil, untuk
mengontrol cara kerja yang dilakukan.
2. Faktor material : risiko ledakan, kebakaran dan trauma paparan tak terduga
commit
untuk zat yang sangat beracun, to user
seperti asam.

II-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Faktor peralatan : peralatan jika tidak terjaga dengan baik, rentan terhadap
kegagalan yang dapat menyebabkan kecelakaan.
4. Faktor lingkungan : lingkungan mengacu pada keadaan tempat kerja, seperti
suhu, kelembaban, kebisingan, udara, dan kualitas pencahayaan.
5. Faktor proses : ini termasuk risiko yang timbul dari proses produksi dan
produk samping seperti panas, kebisingan, debu, uap, dan asap.
Potensi bahaya yang mengakibatkan risiko langsung pada keselamatan
meliputi potensi bahaya listrik, kebakaran, dan mekanikal (peralatan/permesinan
produksi) yang akan djelaskan sebagai berikut:
1. Keselamatan Listrik
Listrik adalah energi yang dibangkitkan oleh sumber energi biasanya
generator dan dapat mengalir dari satu titik ke titik lain melalui konduktor
dalam rangkaian tertutup (ILO, 2013). Potensi bahaya karena listrik antara
lain:
a. Bahaya kejut listrik
b. Panas yang ditimbulkan oleh energi listrik
c. Medan listrik
Sedangkan dampak yang terjadi jika arus kejut listrik mengenai tubuh
adalah sebagai berikut:
a. Menghentikan fungsi jantung dan menghambat pernafasan
b. Panas yang ditimbulkan oleh arus dapat menyebabkan kulit atau tubuh
terbakar, khususnya pada titik dimana arus masuk ke tubuh
c. Beberapa kasus dapat menimbulkan pendarahan, atau kesulitan bernafas
dan gangguan saraf
d. Gerakan spontan akibat terkena arus listrik dapat menyebabkan cedera
lain seperti jatuh atau tersandung benda lain
Kecelakaan listrik disebabkan oleh kombinasi tiga faktor, yaitu :
a. Peralatan/instalasi yang tidak aman
b. Tempat kerja berada di lingkungan yang tidak aman
c. Praktik kerja yang tidak aman

commit to user

II-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Kebakaran
Kebakaran merupakan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada
jiwa, peralatan produksi, proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja.
Khususnya pada kejadian kebakaran yang besar dapat melumpuhkan bahkan
menghentikan proses usaha, sehingga ini memberikan kerugian yang sangat
besar.
3. Keselamatan Kerja pada Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam bekerja dapat berupa mesin-mesin
produksi maupun alat penunjang lain untuk pemeliharaan mesin produksi,
seperti palu, tang, gunting, pahat, kikir, bor tangan, gerinda tangan, dan
sebagainya. Peralatan tersebut dapat menjadi sumber bahaya jika dalam
pemakaiannya tidak sesuai dengan prosedur yang benar. Selain itu, terdapat
juga sumber-sumber bahaya lain, seperti:
a. Bahan yang tidak baik
b. Konstruksi bahan yang tidak tepat
c. Penggunaan alat yang tidak tepat
d. Alat perlengkapan yang telah rusak atau aus
e. Tatacara penggunaan yang salah
f. Tanpa menggunakan alat pelindung diri
g. Pekerja yang tidak terampil atau tidak terlatih

2.3.3. Risiko terhadap Kesejahteraan atau Kenyamanan


Penyediaan fasilitas bagi para pekerja merupakan hal yang penting dalam
membangun perusahaan. Fasilitas yang dimaksud seperti akses untuk
mendapatkan air minum, toilet, dan tempat cuci; ruang kantin atau tempat makan
yang bersih dan terlindungi dari debu; tersedia P3K di tempat kerja; dan
transportasi.
1. Air minum sangat dibutuhkan untuk mengganti cairan yang keluar dari
tubuh selama bekerja. Jika pekerja mengalami dehidrasi (kekurangan
cairan), maka akibatnya adalah terjadinya gangguan kesehatan seperti kram,
lelah, pingsan, dan mengalami kecelakaan. Selain itu, pekerja juga dapat
commit
mengalami masalah kesehatan dalamtojangka
user panjang.

II-19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Toilet dan tempat cuci juga merupakan fasilitas yang penting di tempat
kerja. Fasilitas tersebut sebaiknya ditempatkan di tempat yang mudah
dijangkau oleh para pekerja dan menghindari pekerja berjalan jauh menuju
ke tempat tersebut. Disamping itu, toilet dapat menjadi tempat yang berisiko
karena memungkinkan penyakit menular dari nyamuk seperti Malaria. Oleh
karena itu, toilet sebaiknya diberi penerangan yang baik dan berventilasi.
Selain itu sebaiknya dijauhkan dari area kantin atau tempat makan dan
dibersihkan secara teratur.
3. Fasilitas kantin atau tempat makan disediakan untuk menunjang gizi para
pekerja. Kantin harus terletak jauh dari ruang kerja untuk menghindari
kontak dengan kotoran, debu, atau zat berbahaya yang ada selama proses
produksi.
4. Fasilitas P3K atau Pertolongan Pertama pada Kecelakaan di tempat kerja
diperlukan untuk memberikan pertolongan jika ada pekerja yang mengalami
kecelakaan di tempat kerja. Adapun kecelakaan yang sering terjadi seperti
luka dan pendarahan, patah tulang, luka bakar, pajanan bahan kimia,
gangguan pernafasan, sengatan listrik, kekurangan oksigen, pajanan suhu
ekstrim, adanya gas beracun, dan sebagainya.
5. Fasilitas transportasi perlu menjadi pertimbangan oleh perusahaan ketika
perusahaan berproduksi sampai malam hari (ada shift malam). Hal tersebut
dikarenakan pekerja mengalami kesulitan dalam melakukan perjalanan baik
menuju maupun dari tempat kerja. Kesulitan yang dihadapi berupa
kurangnya transportasi publik, kondisi yang tidak aman jika bepergian
sendiri di malam hari, dan lain-lain.

2.3.4. Risiko Pribadi dan Psikologis


Jika suatu perusahaan ingin memaksimalkan produktivitas, perlu diciptakan
tempat kerja dimana pekerja merasa aman dan dihormati. Pelecehan dan
penganiayaan, isu HIV/AIDS, kekerasan di tempat kerja dan peredaran narkoba
sering mengancam rasa kesejahteraan dan keamanan pekerja di tempat kerja.

commit to user

II-20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.3.5. Pengendalian Risiko


Pengendalian risiko adalah suatu upaya kontrol terhadap potensi risiko yang
ada sehingga bahaya tersebut dapat dikurangi atau diminimalkan sampai batas
yang dapat diterima (Hughes & Ferrett, 2007). Pengendalian risiko meliputi:
1. Eliminasi
Eliminasi merupakan cara yang paling baik dan efektif dalam menghindari
bahaya yang tinggi. Eliminasi dapat didefinisikan sebagai upaya
menghilangkan bahaya dengan meninggalkan aktivitas atau proses karena
risiko yang telalu tinggi.
2. Substitusi
Substitusi adalah suatu pengendalian yang dilakukan dengan menggantikan
bahan, zat, atau peralatan yang berbahaya dengan bahan, zat, atau peralatan
yang lebih aman. Misalnya penggunaan cat berbasis air lebih aman dari
pada pengunaan cat berbasis minyak.
3. Mengubah metode kerja
Beberapa kasus memungkinkan dilakukan perubahan metode kerja sehingga
paparan bahan berbahaya dapat dikurangi.
4. Mengurangi waktu paparan
Hal ini melibatkan pengurangan waktu selama hari kerja dimana pada hari
kerja tersebut pekerja terpapar bahaya. Untuk mengurangi waktu paparan
dapat dilakukan dengan memberikan pekerja suatu pekerjaan lain atau
memberi pekerja waktu istirahat. Hal ini hanya cocok untuk pengendalian
bahaya kesehatan, misalnya kebisingan, tampilan layar, dan zat berbahaya.
5. Teknik pengendalian
Hal ini menggambarkan pengendalian risiko dengan cara rekayasa desain
dari pada bergantung pada tindakan pencegahan dari pekerja. Ada beberapa
cara untuk mencapai pengendalian ini, yaitu
a. Pengendalian risiko pada sumbernya
b. Mengendalikan paparan risiko dengan cara:
1) Mengisolasi peralatan dengan penggunaan pagar, rintangan, atau
penjaga
commitlistrik
2) Mengisolasi setiap bahaya to user
atau temperatur

II-21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Menyaring setiap asap atau gas berbahaya


6. Housekeeping
Housekeeping adalah cara yang sangat murah dan efektif untuk mengontrol
risiko. Cara ini melibatkan penjagaan tempat kerja yang bersih dan rapi
setiap saat dan memelihara sistem penyimpanan untuk zat berbahaya dan
benda berpotensi bahaya lainnya. Risiko yang paling mungkin dipengaruhi
oleh Housekeeping adalah api, tergelincir, tersandung dan jatuh.
7. Sistem kerja yang aman
Sebuah sistem kerja menggambarkan metode yang aman untuk melakukan
kegiatan kerja. Jika risikonya tinggi atau medium, detail sistem seharusnya
ada secara tertulis dan harus dikomunikasikan kepada pekerja secara resmi
pada kegiatan pelatihan. Sistem dengan risiko kegiatan rendah dapat
disampaikan secara lisan. Harus ada laporan bahwa pekerja telah dilatih atau
diinstruksi dalam sistem kerja yang aman dan pekerja memahami serta akan
mematuhinya.
8. Pelatihan dan informasi
Pelatihan harus dilakukan agar pekerja dapat bekerja sesuai dengan instruksi
yang diberikan. Informasi dapat diberikan melalui benda-benda visual
seperti tanda, poster, SOP, dan sebagainya.
9. Alat pelindung diri (APD)
Alat pelindung diri (APD) hanya digunakan sebagai pilihan terakhir karena
adanya keterbatasan APD, seperti
a. Hanya melindungi orang yang menggunakannya, tidak melindungi
orang lain disekitarnya
b. Bergantung pada orang yang memakainya sepanjang waktu
c. Harus digunakan dengan benar
d. Harus diganti apabila tidak dapat lagi memberikan perlindungan
Manfaat dari APD antara lain:
a. Memberikan perlindungan segera untuk mengijinkan sebuah pekerjaan
dilanjutkan sementara pengendalian teknis ditempatkan.
b. Dalam keadaan darurat dapat menjadi cara yang paling praktis untuk
commit to
mempengaruhi penyelamatan user
atau mematikan keadaan berbahaya di

II-22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pabrik.
c. Dapat digunakan untuk menjalankan pekerjaan di area yang terbatas
dimana alternatif-alternatif lain tidak dapat dilakukan.

2.4. Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA)


HIRA merupakan sebuah metode pengendalian risiko yang dimulai dengan
melakukan identifikasi bahaya, dilanjutkan dengan melakukan penilaian risiko,
setelah itu merekomendasikan upaya pencegahan kecelakaan kerja.
Menurut Puspitasari (2011) tujuan dari HIRA adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi semua faktor yang dapat membahayakan pekerja serta
bahaya-bahaya di tempat kerja.
2. Memberikan penilaian risiko terhadap bahaya yang kemungkinan terjadi
terhadap pekerja berdasarkan tingkat keparahannya.
3. Memungkinkan perusahaan merencanakan, memperkenalkan, dan
memonitor secara rutin sehingga dapat dipastikan bahwa risiko dapat
dikendalikan.
2.4.1. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya adalah langkah pertama yang penting dalam penilaian
risiko. Identifikasi bahaya merupakan upaya sistematis untuk mengetahui adanya
bahaya dalam aktivitas organisasi. Adapun manfaat yang diperoleh dari
identifikasi bahaya (Socrates, 2013) adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi peluang terjadinya kecelakaan karena identifikasi bahaya
berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan.
2. Memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi bahaya dari
aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam
menjalankan operasi perusahaan.
3. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan
dan pengamanan yang tepat dan efektif. Dengan mengenal bahaya yang ada,
manajemen dapat menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan
tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif.
4. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya
commitpihak
dalam perusahaan kepada semua to user
khususnya pemangku kepentingan.

II-23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko


suatu usaha yang akan dilakukan.

2.4.2. Penilaian Risiko


Penilaian risiko merupakan bagian yang penting dari tahap perencanaan
pada sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Metode penilaian risiko
digunakan untuk menentukan prioritas dan menetapkan tujuan untuk
menghilangkan bahaya dan mengurangi risiko.
Ada dua bentuk dasar dari penilaian risiko (Hughes & Ferrett, 2007), yaitu:
1. Penilaian kualitatif adalah penilaian yang murni berdasarkan personal
judgement (penilaian pribadi) yang dinilai sebagai risiko tinggi, risiko
sedang atau risiko rendah.
2. Penilaian kuantitatif, yaitu mengukur risiko dengan mengaitkan
kemungkinan risiko yang terjadi dengan tingkat keparahan risiko dan
kemudian memberikan nilai numerik risiko.
Proses penilaian risiko menurut UNSW Health and Safety (2008) adalah
sebagai berikut:
1. Estimasi tingkat kemungkinan risiko
Estimasi terhadap tingkat kemungkinan terjadinya kecelakaan atau sakit
akibat kerja harus mempertimbangkan tentang seberapa sering dan berapa
lama seorang pekerja terpapar potensi bahaya. Dengan demikian, harus
dibuat keputusan tentang tingkat kemungkinan kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi.
Berikut adalah tabel skala kemungkinan risiko.
Tabel 2.2. Skala kemungkinan risiko (likelihood)
Tingkat Kriteria Deskripsi
1 Jarang terjadi
Dapat dipertimbangkan, tetapi tidak hanya
di tempat ekstrim
2 Kemungkinan Belum terjadi, namun bisa terjadi pada suatu
kecil waktu
3 Mungkin Seharusnya terjadi, dan mungkin telah
terjadi di sini/tempat lain
4 Kemungkinan Dapat dengan mudah terjadi, dapat muncul
besar di tempat yang paling umum
5 Hampir pasti Sering terjadi
commit to user
Sumber: Anonim, UNSW Health and Safety (2008)

II-24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Estimasi tingkat keparahan risiko


Setelah mengasumsikan tingkat kemungkinan risiko, selanjutnya dibuat
keputusan tentang seberapa parah kecelakaan atau penyakit akibat kerja
yang mungkin terjadi. Penerapan tingkat keparahan dari suatu risiko juga
memerlukan pertimbangan tentang seberapa banyak orang yang ikut terkena
dampak dari risiko tersebut serta bagian tubuh mana saja yang terpapar
potensi bahaya. Berikut adalah tabel skala keparahan risiko.
Tabel 2.3. Skala keparahan risiko (consequences)
Tingkat Deskripsi Keterangan
1 Tidak signifikan Kejadian tidak menimbulkan kerugian atau
cedera pada manusia
2 Kecil Menimbulkan cedera ringan, kerugian kecil dan
tidak menimbulkan dampak serius terhadap
kelangsungan bisnis
3 Sedang Cedera berat dan dirawat di rumah sakit, tidak
menimbulkan cacat tetap, kerugian finansial
sedang
4 Berat Menimbulkan cedera parah dan cacat tetap,
kerugian finansial besar serta menimbulkan
dampak serius terhadap kelangsungan bisnis
5 Bencana Mengakibatkan korban meninggal dan kerugian
parah bahkan dapat menghentikan kegiatan
bisnis selamanya
Sumber: Anonim, UNSW Health and Safety (2008)
3. Penentuan tingkat risiko
Setelah dilakukan estimasi terhadap tingkat kemungkinan dan keparahan
suatu risiko, maka langkah selanjutnya adalah menentukan tingkat risiko
dari masing-masing potensi bahaya yang telah diidentifikasi yang dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut.
Risk = likelihood x consequences ..............................(2.1)
Adapun kategori risiko berdasarkan perhitungan tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.4. Tabel matriks risiko
Consequences
Likelihood
1 2 3 4 5
5 Tinggi Tinggi Ekstrim Ekstrim Ekstrim
4 Sedang Tinggi Tinggi Ekstrim Ekstrim
3 Rendah Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim
2 Rendah Rendah Sedang Tinggi Ekstrim
1 Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi
commit to user
Sumber: Anonim, UNSW Health and Safety (2008)

II-25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.5. Hazard and Operability Study (HAZOP)


Hazard and Operability Study atau HAZOP adalah salah satu teknik
identifikasi bahaya yang sistematis, teliti, dan terstruktur untuk mengidentifikasi
berbagai permasalahan yang mengganggu jalannya proses dan risiko yang
terdapat pada suatu equipment yang dapat menimbulkan kerugian bagi manusia
atau fasilitas lain pada lingkungan atau sistem yang ada (Ricatsen dkk, 2016).
Adapun tujuan dari HAZOP adalah sebagai berikut:
1. Untuk meninjau suatu proses atau operasi pada suatu sistem secara
sistematis dan untuk menentukan apakah proses penyimpangan dapat
mendorong ke arah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan.
2. Untuk mengenali berbagai macam masalah kemampuan operasional pada
setiap proses akibat adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap tujuan
perancangan, baik di pabrik yang sudah beraktivitas maupun pabrik yang
baru/akan dioperasikan.
3. Untuk pemeriksaan akhir ketika perencanaan yang mendetail telah
terselesaikan.
4. Untuk mengidentifikasi modifikasi yang harus dilakukan guna mengurangi
masalah risiko dan pengoperasian pada suatu fasilitas.
5. Untuk memastikan bahwa alat/sistem pengaman yang sudah diterapkan
telah sesuai dan cukup untuk membantu mencegah terjadinya kecelakaan
serta mengurangi kemungkinan terjadinya shutdown yang tidak terjadwal.
Istilah-istilah yang dipakai dalam mempermudah pelaksanaan HAZOP
adalah sebagai berikut (Pujiono dkk, 2013):
1. Proses
Proses apa yang sedang terjadi atau dimana lokasi proses tersebut
berlangsung.
2. Sumber bahaya
Sumber bahaya yang ditemukan di lapangan.
3. Deviation (penyimpangan)
Hal-hal apa saja yang berpotensi untuk menimbulkan risiko.
4. Cause (penyebab)
commit
Sesuau yang kemungkinan besar to user
akan mengakibatkan penyimpangan.

II-26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Consequence (akibat/konsekuensi)
Akibat dari deviation yang terjadi yang harus diterima oleh sistem.
6. Action (tindakan)
Tindakan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tindakan yang
menghilangkan penyebab dan tindakan yang menghilangkan atau
mengurangi akibat/konsekuensi.

2.6. Penelitian-Penelitian Sebelumnya


Penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi tambahan untuk
melengkapi materi-materi selain dari buku. Penelitian-penelitian yang dijadikan
referensi dijelaskan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2.5. Penelitian–penelitian sebelumnya
No Nama Metode Hasil
1 Wijaya Hazard Sumber bahaya yang ditemukan pada area
(2014) Identification and pembuatan batik adalah zat pewarna
Risk Assessment (naftol) dan zat kimia soda apo (NaOH),
sodium nitrit (NaNO2), sodium silikat
(Na2SiO3).
Perbaikan yang diusulkan meliputi
pemberian visual display, pemberian
instruksi kerja, dan pemberian alat
pelindung diri (APD).
2 Wijaya, Hazard Masih terdapat banyak kegiatan yang
dkk Identification Risk berbahaya dengan tingkat risiko ekstrim
(2015) Assessment and sebesar 8,82%, risiko tinggi 14,71%, dan
Risk Control risiko sedang 47,06%, dimana faktor yang
memicu adalah faktor kebiasaan,
ergonomi, mekanik, elektrik, kimia, dan
lingkungan.
Pengendalian risiko yang diusulkan adalah
pembuatan checklist, pemeliharaan
peralatan, perubahan metode, dan
pemberian pelatihan.
3 Susihono Hazard Teridentifikasi sebanyak 35 potensi bahaya
dan Rini Identification and kerja dengan tingkat risiko rendah, sedang
(2013) Risk Assessment dan tinggi.
dan Fault Tree
Analysis
4 Roehan, Hazard Potensi bahaya dengan prioritas utama
dkk Identification and dalam proses produksi yaitu sesak nafas.
(2014) Risk Assessment Rekomendasi yang diberikan dalam
dan Fault Treecommitperbaikan
to user risiko kecelakaan kerja termasuk
Analysis pada kategori lingkungan kerja.

II-27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.6 Penelitian–penelitian sebelumnya lanjutan


No Nama Metode Hasil
5 Pujiono, Hazard and Terdapat 43 potensi bahaya yang kemudian
dkk (2013) Operability digolongkan menjadi 15 sumber bahaya.
Study Berdasarkan penilaian level risiko, tersapat
3 sumber bahaya dengan tingkat level
“ekstrim” yaitu pada sumber bahaya dari
sikap pekerja, lantai plat, dan hand rail.
6 Agwu Hazard Penilaian risiko (HIRARC) di tingkat
(2012) Identification organisasi perusahaan konstruksi Nigeria
Risk Assessment akan meningkatkan kinerja organisasi
and Risk (mengurangi tingkat kecelakaan/insiden,
Control dan praktik keamanan membaik, peningkatan
metode uji Chi produktivitas dan profitabilitas).
Square Rekomendasi yang diberikan yaitu dengan
mempertahankan komitmen top manajemen
maupun pekerja untuk melakukan penilaian
risiko (HIRARC) serta memberikan
pengetahuan kepada pekerja tentang
keselamatan dan kesehatan kerja.
8 Restuputri Hazard and Rekomendasi berdasarkan sumber bahaya
& Sari Operability dari sikap pekerja yaitu prosedur
Study opersaional baku untuk keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).

commit to user

II-28

Anda mungkin juga menyukai