(KOMERSIAL)
ARA – 452
TIPOLOGI MORFOLOGI BANGUNAN
NAMA : ENTIS SUTISNA
NRP : 21 2016 140
KELAS : AA
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
PASAR TRADISIONAL
DEFINISI
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi dari pasar adalah tempat orang
berjual beli, pekan. Sedangkan definisi tradisional adalah menurut tradisi (adat).
Dengan demikian maka pasar tradisional dapat diartikan menjadi tempat orang
berjual beli yang memiliki adat tertentu. Pasar tradisional memiliki ciri-ciri atau adat
yang khas yaitu cara jual belinya yang masih tradisional dengan bertatap muka secara
langsung antara pembeli dan penjual. Selain itu, pasar tradisional juga memiliki adat
untuk tawar menawar antara penjual dan pembeli. Kedua adat di atas merupakan
daya tarik terbesar bagi pasar tradisional dan membedakan pasar tradisional dengan
pusat perbelanjaan modern.
Pasar tradisional merupakan salah satu bentuk dari ruang publik karena para
pengunjung bebas untuk keluar dan masuk ke dalam area pasar. Pasar merupakan
ruang internal public space berdasarkan dari tipologi ruang publik. Internal public
space, merupakan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah berupa bangunan yang
dapat diakses secara bebas oleh semua orang untuk keperluan yang beragam tanpa
adanya batasan tertentu. Selain itu, pasar juga termasuk ke dalam positif space
berdasarkan tipologi fungsi ruang. Positif space, merupakan area yang bebas
dikunjungi oleh masyarakat yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan positif. Ruang
publik jenis ini dikelola oleh pemerintah.
Kita dapat mengenali suatu pasar dari karakteristiknya. Mengacu pada penjelasan definisi di atas, berikut adalah ciri-ciri pasar :
1. Produk utama yang dijual di pasar ini adalah kebutuhan rumah tangga, misalnya bahan-bahan mentah untuk makanan.
2. Pemerintah setempat bertugas menjaga keamanan dan ketertiban namun tidak turut campur tangan langsung dalam operasional pasar.
3. Transaksi jual-beli di pasar ini melalui proses tawar menawar harga barang antara pembeli dan penjual.
4. Harga barang-barang yang dijual di pasar ini biasanya relatif murah dan sangat terjangkau.
5. Area pasar tradisional umumnya berada di tempat yang terbuka.
6. Di pasar ini tidak terdapat monopoli oleh satu produsen tertentu.
7. Harga barang, lokasi, dan cara pelayanan penjual merupakan faktor penentu besarnya penjualan.
PASAR TRADISIONAL
Pasar tradisional memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan seperti halnya bentuk pasar lainnya. Adapun kelebihan dan kekurangan jenis pasar ini adalah sebagai berikut.
1. Kelebihan
• Di pasar ini tidak terjadi monopoli pasar oleh produsen tertentu.
• Pendapatan para penjual cenderung merata, tergantung cara bernegosiasi dengan para pembeli.
• Kegiatan ekonomi pasar di pasar ini berlandaskan pada kejujuran.
• Pemerintah tidak bisa melakukan intervensi terhadap operasional di pasar ini.
• Penjual dapat masuk dan keluar pasar dengan mudah.
2. Kekurangan
• Pertumbuhan ekonomi di pasar ini termasuk cukup lambat.
• Tidak ada inovasi di dalam pasar sehingga kualitas produk dan layanan cenderung tidak berkembang.
• Jenis pasar ini sangat terikat dengan budaya setempat sehingga sulit untuk berubah.
• Produk yang dijual terbatas karena bergantung pada hasil kekayaan alam, misalnya sayuran, ternak, dan bahan baku makanan lainnya.
• Nilai atau harga suatu barang pada pasar ini didasarkan pada proses tawar-menawar dan tidak ada standar bakunya.
Fungsi Pasar
Pasar memiliki beberapa fungsi antara lain :
• Fungsi Promosi
Fungsi pasar sebagai tempat promosi tempat berkumpulnya para konsumen yang merupakan
tempat promosi yang sempurna bagi produsen guna memperkenalkan produk mereka.
Pasar Beringharjo merupakan pasar tradisional terbesar di Yogyakarta yang dimiliki oleh pemerintah kota Yogyakarta. “Ender Moiste Passer Op Java” merupakan sebutan orang Belanda untuk pasar
Beringharjo yang artinya pasar terindah di Jawa.
Pada bangunan dalam pasar Beringharjo dibagi ke dalam los-los/kios-kios dengan ukuran yang berbeda-beda. Kepemilikan dari los/kios merupakan milik dari pemerintah kota namun para pedagang
dapat membeli hak guna area/ hak guna los/kios terhadap pemerintah kota melalui Dinas Pasar. Dengan adanya hak guna area/los.kios yang bersifat pribadi ini maka bentuk dari los/kios pasar yang
pada mulanya seragam, mengalami perubahan sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu sesuai dengan fungsi dari masing-masing los/kios. Perubahan los/kios yang tidak terlalu signifikan tentunya tidak
akan banyak mempergaruhi tampilan fisik dalam bangunan pasar. Namun, baru-baru ini tampak perubahan yang cukup signifikan pada bentuk los/kios pasar khususnya pada kelompok area los/kios yang
difungsikan untuk memperdagangkan bahan kain atau tekstil. Perubahan yang cukup signifikan ini tentunya mempengaruhi budaya tata produk pada los/kios.
PASAR TRADISIONAL
Pembagian wilayah di pasar ini di desain dengan memiliki derajat privasi dan tipologi
arsitektur seperti Jawa. Semakin jauh masuk ke dalam pasar, semakin tinggi tingkat
privasinya. Tingkat tertinggi adalah area paguyuban warga dan masjid, di mana kompleks
ini juga memiliki komposisi massa yang tertutup yang membentuk barrier psikologis dari
keseluruhan area di pasar.
PASAR TRADISIONAL
Suatu campuran dari fungsi-fungsi baru diperkenalkan melalui langgam arsitektural khas
Jawa. Aspek penting yang menjadi penekanan adalah terwujudnya partisipasi masyarakat
(Community participation) pada pembangunan pasar, dengan cara melibatkan penyewa
dan pedagang.
Pengaturan akses sirkulasi di dalam bangunan meliputi akses sirkulasi bagi kendaraan,
pengunjung (pembeli), maupun akses sebagai sumbu utama bangunan pasar Ngasem
Yogayakarta. Pengaturan pola sirkulasi bertujuan juga sebagai penghubung (linkage) dari
masing-masing fungsi yang diwadahi di dalam area Pasar Ngasem Yogyakarta. Diharapkan
dengan adanya pola sirkulasi yang baik, maka segala aktivitas yang di wadahinya mampu
berjalan dengan baik pula.
PASAR TRADISIONAL
Pada kompleks kawasan Citra Niaga juga terdapat bangunan pengelola yang berada di tengah-tengah kawasan layaknya sebuah bangunan monumental. Bangunan yang menjadi landmark di kawasan
tersebut dirancang menggunakan warna-warna alam yang khas pada bangunan tradisional suku Dayak dengan nuansa yang lebih modern, hal ini dapat dilihat dari perpaduan bahan bangunan yang
dipergunakan, yaitu kayu dan material. Secara otomatis bangunan pengelola ini mengarah ke arsitektur keberlanjutan karena masih menggunakan bahan lokal yang ada.
Dengan kesimpulan umum dari penjabaran hasil analisa yang didapat adalah:
• Tipologi bangunan tidak ada aturan secara khusus. Pasar tradisional terbentuk dan berkembang sesuai dengan budaya di masing-masing setiap daerah.
• Pola sirkulasi di dalam pasar biasanya membentuk grid dan terlihat seperti lorong-lorong sempit dengan sirkulasi yang tergolong padat.
• Pembagian ruangan atau area di dalam pasar digolongkan berdasarkan jenis barang yang di dagangkan. Biasanya untuk makanan atau sayur mayur berada di area paling utama dan
mudah di akses.
• Faktor Strategis pasar didasari waktu tempuh yang dilakukan oleh konsumen dan pedagang menuju pasar tradisional lebih dominan.
• Komoditi yang di tawarkan oleh pasar tradisional bervariasi serta terdapat karakteristik pasar tertentu dengan jenis komoditi yang diperdagangkan
• Mutu atau kualitas barang tergolong cukup baik dari pandangan konsumen menengah kebawah.
• Budaya tawar menawar harga menjadikan interaksi pembeli dan pedagang pasar tradisional, sehingga dapat terjadi penyesuaian budget konsumen dalam pembelian komoditi yang
dibutuhkan.
• Pasar Tradisional sebagai wadah tempat berinterkasi kegiatan perdagangan, menampung semua lapisan masyarakat baik dari pihak konsumen ataupun pihak pedagang.