Anda di halaman 1dari 4

KAJIAN HUKUM PENYERTAAN MODAL DAERAH BERUPA

BARANG MILIK DAERAH DI KABUPATEN SERANG

1. UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah


 Berdasarkan Pasal 304 ayat (1) dinyatakan bahwa Daerah dapat melakukan
penyertaan modal pada BUMD untuk penambahan modal BUMD, dan
penyertaan modal Daerah dapat berupa uang dan barang milik daerah.
 Berdasarkan peraturan perundang-undangan dinyatakan bahwa setiap
penyertaan modal atau penambahan penyertaan modal kepada perusahaan
daerah harus diatur dalam perda tersendiri tentang penyertaan atau
penambahan modal.

2. PP 54/2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah


 Pasal 21 ayat (1) mengatur bahwa Penyertaan modal Daerah dilakukan untuk
penambahan modal BUMD. Penyertaan modal tersebut dapat berupa uang
dan barang milik Daerah, untuk barang milik Daerah yang dijadikan
penyertaan modal harus dilakukan penafsiran harga barang milik Daerah,
untuk mendapatkan nilai riil pada saat barang milik Daerah tersebut
dijadikan penyertaan modal Daerah.
 Penyertaan modal Daerah dalam rangka penambahan modal BUMD
dilakukan untuk: 1) Pengembangan usaha; 2) Penguatan struktur
permodalan; dan 3) Penugasan Pemerintah Daerah.
 Penyertaan modal Daerah untuk penambahan modal BUMD dilaksanakan
setelah dilakukan analisis investasi oleh Pemerintah Daerah dan tersedianya
rencana bisnis BUMD.

3. Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang


Milik Daerah
 Wewenang Pengelolaan BMD dapat dijelaskan:
1. Pemegang Kekuasaan : Bupati Serang
2. Pengelola Barang : Sekretaris Daerah
3. Pejabat Penatausahaan Barang : Kepala SKPD yang mempunyai fungsi
pengelolaan barang milik daerah (ditetapkan dengan Keputusan Bupati)
4. Pengurus Barang Pengelola : Pejabat yang membidangi fungsi pengelolaan
BMD pada Pejabat Penatausahaan Barang (ditetapkan oleh Bupati atas
usul Pejabat Penatausahaan Barang)
5. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang : Kepala SKPD selaku Pengguna
Barang (ditetapkan dengan Keputusan Bupati)
6. Pengurus Barang Pengguna : ditetapkan oleh Bupati atas usul Pengguna
Barang.
7. Pengurus Barang Pembantu : ditetapkan atas usul Kuasa Pengguna Barang
melalui Pengguna Barang.
 Pemindahtangan BMD berupa tanah dan/atau bangunan harus mendapat
persetujuan DPRD (Pasal 331).

4. Perda Kabupaten Serang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Penyertaan Modal


Daerah (dicabut), belum ada penggantinya???

5. Perda Kabupaten Serang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Barang


Milik Daerah
 Dalam Pasal 3 Perda Kabupaten Serang Nomor 4/2009 disebutkan bahwa
Barang Milik Daerah (BMD) meliputi:
1. Barang milik daerah yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD; dan
2. Barang milik derah yang berasal dari perolehan lainnya yang sah.
 BMD bersifat terwujud maupun tidak berwujud (Pasal 5 ayat (3))
Definisi pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik
daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual,
dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai penyertaan modal
Pemerintah Kabupaten Serang.
Sedangkan definisi Penyertaan Modal Daerah adalah pengalihan kepemilikan
BMD yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi
kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/ saham
daerah pada BUMN, BUMD atau badan hukum lainnya.
 Sehubungan dengan pemindahtanganan BMD harus dilakukan penilaian
BMD untuk mendapat nilai wajar, dengan estimasi terendah menggunakan
NJOP (Pasal 46)
 Penilaian BMD berupa tanah dan/atau bangunan tersebut dilakukan oleh
Tim Internal yang ditetapkan oleh Bupati, dan dapat melibatkan Penilai
Independen bersertifikat di bidang penilaian aset yang ditunjuk Bupati dan
hasil penilaian tersebut ditetapkan oleh pengelola barang (Pasal 48).
 Mengenai tujuan dan pertimbangan dalam melalukan penyertaan modal BMD
dijelaskan sebagai berikut:
 Penyertaan modal pemda atas BMD berupa tanah dan/atau bangunan
diklasifikasikan (Pasal 72):
1. Tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepada Bupati, maka
penetapan penyertaan modal pemda dilakukan oleh Bupati; dan
2. Tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan
untuk disertakan sebagai modal pemda sesuai yang tercantum dalam
dokumen penganggaran.

 Penyertaan modal diatas dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:


1. pengelola barang mengajukan usul penyertaan modal pemerintah atas
tanah dan/atau bangunan kepada Bupati disertai dengan alasan/
pertimbangan, dan kelengkapan data;
2. Bupati meneliti dan mengkaji berdasarkan pertimbangan dan syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 (seperti ketentuan hibah)
3. Bupati dapat mempertimbangkan untuk menetapkan dan/atau
menyetujui tanah dan/atau bangunan yang akan disertakan sebagai
modal daerah;
4. Proses persetujuan penyertaan modal pemerintah dilaksanakan dengan
berpedoman pada ketentuan Pasal 52 ayat (1) (penghapusan BMD
ditindaklanjuti dengan pemusnahan);
5. Pengelola barang melaksanakan penyertaan modal pemda dengan
berpedoman pada persetujuan Bupati;
6. Pengelola barang menyiapkan rancangan Perda tentang Penyertaan Modal
Pemda dengan melibatkan instansi terkait;
7. Pengelola barang menyampaikan rancangan Perda tersebut kepada DPRD
untuk ditetapkan; dan
8. Setelah ditetapkan, maka dilakukan serah terima dari pengguna barang
kepada BUMD yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima Barang.

KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan penyertaan modal pemerintah daerah kepada BUMD terdapat
beberapa ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Penyertaan modal dapat berupa uang atau barang milik daerah. Penyertaan
modal berupa BMD harus ditetapkan melalui Peraturan Daerah dan mendapat
persetujuan dari DPRD;
2. BMD yang dijadikan penyertaan modal harus dilakukan penafsiran harga
barang milik daerah, untuk mendapatkan nilai riil pada saat barang milik
Daerah tersebut dijadikan penyertaan modal Daerah;
3. Penyertaan modal daerah untuk penambahan modal BUMD dilaksanakan
setelah dilakukan analisis investasi oleh Pemerintah Daerah dan tersedianya
rencana bisnis BUMD.
Penyertaan modal pemerintah harus memperhatikan aspek keamanan,
sehingga keputusan penyertaan modal harus didasarkan pada analisis
investasi dan berpedoman pada prinsip kehati-hatian dengan melakukan uji
kelayakan baik secara hukum maupun secara ekonomi dengan mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Penyertaan modal daerah merupakan bagian dari investasi langsung sehingga
dalam penyertaan modal tersebut mensyaratkan adanya analisis kelayakan,
analisis portofolio, dan analisis risiko (Permendagri No. 52/2012 tentang
Pedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah);

Anda mungkin juga menyukai