Disusun Oleh :
3B Kebidanan
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas waktu dan kesempatan yang diberikan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
sampaikan terima kasih untuk sebesar – besar nya untuk yang terlibat secara langsung yaitu
Ibu Dr. Marni Br Karo, SST. M. Kes selaku Dosen dari Mata Kuliah Asuhan Kebidanan V
(Komunitas) maupun pihak tidak langsung dalam penyusunan makalah ini yang berjudul
“ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PRAKTISI BIDAN DI KOMUNITAS”
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini bisa dikatakan masih jauh dari kata
sempurna untuk itu kami menerima kritik dan saran yang membangun agar kedepannya kami
bisa lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah
penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai konotasi
yang negatif yang berhubungan dengan hukum. Seorang bidan dikatakan professional
bila ia demikian etik dalam kebidnan mempunyai kekhususan. Sesuai dengan peran dan
fungsinya seorang bidan bertanggung jawab menolong persalinan. Dalam hal ini Bidan
mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang berhubungan dengan
tanggung jawabnya. Untuk melakukan tanggung jawab ini seorang bidan harus
mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui ilmunya dan
mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi.
Seorang bidan harus melakukan tindakandalam praktik kebidanan secara etis
serta harus memiliki etika kebidanan yang sesuai dengan nilai-nilai keyakinan filosofi
profesi dan masya- rakat. Selain itu bidan juga berperan memberi- kan pelayanan yang
maksimal dan profesional, memberika pelayanan yang aman dan nyaman. Disinilah
kita harus memastikan bahwa semua peNolong persalinan mempunyai pengetahuan,
ketrampilan dan alat untuk memberikan perto- longan yang aman dan bersih. Adanya
etika pe- layanan bisa memberikan kepedulian, kewajib- an dan tanggung jawab moral
yang dimiliki oleh bidan tentang hidup dan makna kesehatan se- lama daur kehidupan.
(Bidan, Mandiri, & Kabupaten, 2003)
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial
masyarakat dunia, juga mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia, juga
mempengaruhi munculnya masalaha atau penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan
teknologi atau ilmu pengetahuan yang menilbulkan konflik terhadap nilai. Arus
kesejgatan ini tidak dapat dibendung. Pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan.
Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi juag dalam praktek
kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti Bidan yang berkerja di RS,
RB atau Institusi Kesehatan lainnya, Bidan Praktek Mandiri mempunyai tanggung
jawab yang lebih besar karena harus mempertanggung jawabkan sendiri apa yang
dilakukan. Dalam hal ini bidan yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas
mengontrol dirinya sendiri. Situasi inni akan besar sekali pengaruhnya terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpanngan etik.
1
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan ini kami buat agar pembaca lebih mengetahui tentang aspek –
aspek perlindungan hukum bagi praktiksi bidan di komunitas dan lebih memahami
tentang kode etik kebidanan
2
BAB II PEMABAHASAN
2.1 STANDAR PRAKTEK KEBIDANAN
1 Standar I: Metode Asuhan
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan
langkah: pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosis,
perencanaan, evaluasi, dan dokumentasi. (Soepardana, Suryani, Hajjah. 2005.
Hal 108-111)
Definisi operasional:
a. Ada format manajemen kebidanan yang sudah terdaftar pada catatan
medis
b. Format manajemen kebidanan terdiri dai format pengumpulan data,
rencana format pengawasan resume dan tindak lanjut catatan kegiatan.
2 Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis
dan bersinambungan. Data yang diperoleh citatat dan dinalisis.
Definisi operasional:
a. Ada format pengumpulan data
b. Pengumpulan data dilakukan secara sistematis terfocus, yang meliputi
data:
1) Demografi identitas klien
2) Riwayat penyakit terdahulu
3) Riwayat kesehatan reprodukdi
c. Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi Analisis data
d. Data dikumpulkan dari:
1) Klien /pasien, keluarga, dan sumber lain
2) Tenaga kesehatan
3) Individu dalam lingkungan terdekat
e. Data diperoleh dengan cara:
1) Wawancara
2) Observasi
3) Pemeriksaan fisik
4) Pemeriksaan penunjang
3 Standar III : Diagnosis Kebidanan
3
Diagnosis kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah
dikumpulkan.
Definisi operasional
a. Diagnosis kebidanan dibuat sesuai dengan kesenjangan yang dihadapi
klien atau suatu keadaan psikologis yang ada pada tindakan kebidanan
sesuai dengan wewenang bidan dan kebutuhan klien
b. Diagnosis kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas, sistematis
mengarah pada asuhan kebidanan yang diperilaku oleh klien
4 Standar IV : Rencana Asuahan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosis kebidanan
Definisi operasional:
a. Ada format rencana asuhan kebidanan
b. Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosis, rencana
tindakan dan evaluasi
5 Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan
keadaan klien, tindakan kebidanan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
Definisi operasional:
a. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi
b. Format tindakan kbidanan terdiri dari tindakan dan evaluasi
c. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
perkembangan klien
d. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan
wewenang bidan atau tugas kolaboras
e. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik
kebidanan, etika kebidanan, serta mempertimbangkan hak klien untuk
merasa aman dan nyaman
f. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia
6 Standar VI : Partisipasi klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama/partisipasi klien dan keluarga dalam
rangka peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan
Definisi operasional:
a. Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang
1) Status kesehatan saat ini
4
2) Rencana tindakan yang akan dilaksanakan
3) Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan
4) Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan
b. Klien dan keluarga bersama-sama dengan petugas melaksanakan
tindakan/kegiatan
7 Standar VII : Pengawasan
Pemantauan/pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus
untuk mengetahui perkembangan klien
Definisi operasional
a. Ngawasan adanya format pengawasan klien
b. Pengawasan dilkasanakan terus-menerus secara sistematis untuk
mengetahui keadaan perkembangan
c. Pengawasan yang dilaksanakan selalu dicatat pada catatan yang telah
disediakan
8 Standar VIII: Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus-menerus seiring dengan tindakan
kebidanan yang diberikan dan evaluasi dan rencana yang telah dirumuskan.
Definisi perasional:
a. Evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan kebidanan bagi klien,
sesuai dengan standar ukur yang telah ditatapkan
b. Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan
c. Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan
9 Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi
asuhan kebidanan yang diberikan
Definisi operasional:
a. Dokumentasi dilaksanakan untuk setiap langkah manajemen kebidanan
b. Dokumentasi dilaksanakan secara jujur, sistematis, jelas, dan ada yang
bertanggun dari pelag jawab
c. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanan asuhan kebidanan
5
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi, misi, filosofi dan tujuan
pelayanan serta organisasi pelayanan sebagai dasar untuk melaksanakan
tugas pelayanan yang efektif dan efisien.(Suryani Soepardan, Hajjah.
2008. Hal. 124-127)
Definisi operasional
a. Pengelola pelayanan kebidanan memiliki visi, misi, dan filosofi
pelayanan kebidanan yang mengacu pada visi, misi, dan filosofi
masing-masing.
b. Terdapat struktur organisasi yang mengambarkan garis
komando, fungsi dan tanggung jawab serta kewenangan dalam
pelayanan kebidanan dan hubungan dengan unit lain dan
disahkan oleh pimpinan
c. Terdapat uraian tugas tertulis untuk setiap tenaga yang ada pada
organisasi yang disahkan oleh pimpinan
d. Terdapat bukti tertulis tentang persyaratan tenaga yang
menduduki jabatan pada organisasi yang disahkan oleh
pimpinan.
2. Standar II : Administrasi dan Pengelolaan
Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki pedoman pengelolalaan
pelayanan, standar pelayanan, prosedur tetap, dan pelaksanaan
kegiatana penglolaan pelayanan yang kondusif yang memungkinkan
praktik pelayanan kebdianan menjadi akurat.
Definisi operasional
a. Terdapat pedoman pengelolaan pelayanan yang mencerminkan
mekanisme kerja di unit pelayanan tersebut yang disahkan oleh
pimpinan
b. Terdapat standar pelayanan yang mengacu pada pedoman
standar alat, standar ruangan, standar ruangan, standar
ketenagaan yang telah disahkan oleh pimpinan
c. Terdapat prosedur tetap untuk setiap jenis kegiatan atau tindakan
kebidanan yang disahkan oleh pimpinan
d. Terdapat rencanan atau program kerja di setiap institusi
pengelolaan yang mengacu pada institusi induk
6
e. Terdapat bukti tertulis penyelenggaraan pertemuan berkala
secara teratur, dilengkapi dengan daftar hadir dan notulen rapat.
f. Terdapat naskah kerja sama, program praktik dari institusi yang
menggunakan lahan praktik program, pengajaran klinik, dan
penilaian klinik.
g. Terdapat bukti administrasi yang meliputi buku registrasi.
3. Standar III : Staf dan Pimpinan
Pengelolaan pelayanan kebidanan mempunyai program pengelolaan
sumber daya manusia (SDM), agar pelayanan kebidanan berjalan efektif
dan efisien.
Defini operasional
a. Terdapat program kebutuhan SDM sesuai dengan kebutuhan
b. Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian
c. Terdapat jadwal dinas yang menggambarkan kemampuan setiap
tenaga per unit yang menduduki tanggung jawab dan
kemampuan yang dimiliki oleh bidan.
d. Terdapat seorang bidan pengganti dengan peran dan fungsi yang
jelas dan kualifikasi minila selaku kepala rungan berhalangan
bertugas.
e. Terdapat data personel yang bertugas di ruangan tersebut.
4. Standar IV : Fasilitas dan Peralatan
Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung pencapaian tujuan
pelayanan kebidanan sesuai dengan beban tugasnya dan fungsi institusi
pelayanan.
Definisi operasional
a. Tersedia peralatan yang sesuai dengan standar dan terdapat
mekanisme keterlibatan bidang dala perencanaan dan
pengembangan sarana dan prasarana
b. Terdapat buku inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah
barang dan kualitas barang
c. Terdapat pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat
tertentu
d. Terdapat prosedur permintaan dan penghapusan alat
5. Standar V : Kebijakan dan Prosedur
7
Pengelolaan pelayanan memiliki kebijakan dalam penyelenggaraan
pelayanan dan pembinaan personel menuju pelayanan berkualitas.
Definisi operasional
a. Terdapat kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan
standar pelayanan yang disahkan oleh pimpinan
b. Terdapat prosedur personalia, penerimaan pegawai kontrak
kerja, hak dan kewajiban personalia.
c. Terdapat prosedur pengajuan cuti personal, istirahat, sakit, dll.
d. Terdapat prosedur pembinaan personel
6. Standar VI : Pengembangan staf dan program pendidikan
Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki program pengembangan saf
dan perencanaan pendidikan, sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Definisi operasional
a. Terdapat program pembinaan staf dan program pendidikan
secara berkesinambungan
b. Terdapat program pelatihan dan orientasi bagi tenaga bidan atau
personal baru dan lama agar dapat beradapatasi dengan
pekerjaan.
c. Terdapat data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi
hasil pelatihan.
7. Standar VII : Standar asuhan
Pengelolaan pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan atau
manajemen kebidanan yang yang ditetapkan sebagai pedoman dalam
memberi pelayanan kepada klien.
Definisi operasional
a. Terdapat standar manajemen kebidanan (SMK) sabagai
pedoman dalam memberi pelayanan kebidanan.
b. Terdapat format manajemen kebidanan yang tercantum dalam
catatan medik
c. Terdapat pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien
d. Terdapat diagnosa kebidanan
e. Terdapat rencanan asuhan kebidanan
f. Terdapat dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan
g. Terdapat evaluasi dalam memberi asuhan kebidanan
8
h. Terdapat dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan
9
A. Kode Etik Bidan Indonesia
Mukadiman II.
Dengan rahmat tuhan Yang Maha Esa dan didorong oleh keingin yang luhe
demi tercapainya :
1 Masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945
2 Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
3 Tingkat kesehatan yang optimal bagi setiap warga Negara Indonesia.
BAB I
KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN DAN MASYARAKAT
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP TUGASNYA
10
1. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang
dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien , keluarga dan masyarakat.
2. Setiap bidan berhak bertindak pertolongan dan mempunyai kewenangan
dalam mengambil keputusan dan tugasnya termasuk keputusan
mengadakan konsultasi atau rujukan.
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang sehat dan
dipercayakan kepadanya kecuali bila diminta oleh pengadilan atau
diperlukan sehubunhan dengan kepentingan klien.
BAB III
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP SEJAWAT DAN TENAGA
KESEHATAN LAINNYA
BAB IV
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESINYA
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjungjung tinggi citra
profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
2. Setiap bidan harus senantisa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
BAB V
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP DIRI SENDIRI
11
1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan
tugas profesinya dengan baik.
2. Setiap bidan seyogyanya berusaha meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
BAB VI
KEWAJIBAN BIDAN TERHADAP PEMERINTAH, NUSA,
BANGSA DAN TANAH AIR
BAB VII
PENUTUP
12
pengetahuan dan praktik kebidanan. (Suryani Soepardin, Hajjah 2005. Hal. 53-
55)
1 Hubungan dengan perempuan sebagai klien:
a. Bidan menghormati hak pilih perempuan, berdasarkan pada
informasi dan meningkatkanpenerimaan tanggung jawab
perempuan atas hasil dan pilihannya
b. Bidan bekerja dengan perempuan, mendukunhak merek untuk
berpartisipasi aktif dalam memutuskan pelayanan bagi diri
mereka dan kesehatan perempuan serta keluarganya di
masyarakat
c. Bidan bekerja sama dengan perempuan, pemerintahan, dan
lembaga donor untuk menilai kebutuhan permpuan terhadap
pelayanan kesehatan serta menjamin pengalokasian sumber daya
secara adil dengan mempertimbangkan prioritas dan
ketersediaan.
d. Bidan dalam profesi nya, mendukung dan saling membantu
dengan yang lain dan secara akif menjaga diri dan martabat
mereka sendiri
e. Bidan bekerja sama dengan profesi kesehatan lain,
berkonsultasi, dan melakukan rujukan bila perempuan
emmerlukan asuhan di luar kompetensi bidan
f. Bidan mengenali adanya saling ketergantungan dalam memberi
pelayanan dan secara aktif memecahkan konflik yang ada
g. Bidan berkewajiban atas diri mereka sebagai manusia brmoral
termasuk tugas untuk menghormati diri sendiri dan menjaga
nama baik
2 Praktik kebidanan
a. Bidan memberi asuhan kepada ibu dan keluarga yang mengasuh
anak, disertai sikap menghormati keberagaman budaya dan
berupaya untuk menghilangkan praktik yang berbahaya
b. Bidan memberi harapan nyata suatu persaliann terhadap ibu di
masyarakat, dengan maksud, minial tidaka ada ibu yang
menderita akibat kondepsi atau persalinan
13
c. Bidan harus menerapkan pengetahuan profesi untuk menjamin
persalianan
d. Bidan merespons kebutuhan psikologis, fisik, emosi, dan
spiritual ibu yang mencari pelayanan kesehatan, apapun
kondisinya
e. Bidan bertindak sebagai role model (panutan) dalam promosi
kesehatan untuk ibu sepanjang siklus hidupnya, keluaraga, dan
profesi kesehatan lain
f. Bidan secara aktif meningkatkan kemampuan intelektual dan
profesi sepanjang karir bidan dan memadukan peningktatan
tersebut ke dalam praktik mereka
3 Kewajiban profesi bidan :
a. Bidan menjamin kerahasiaan informasi klien dan bertindak
bijaksana dalam menyebarkan informasi tersebut.
b. Bidan bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan mereka
berdasarkan hasil asuhan bagi ibu.
c. Bidan diperkenankan untuk menolak berpartisipasi dalam
kegiatan yang bertentangan dengan moral akan tetapi, bidan
perlu menumbuhkan kesadaran individu untuk tidak
mengabaikan pelayanan kesehatan esensial bagi ibu.
d. Bidan memahami akibat buruk pelanggaran etika dan hak asasi
manusia (HAM) bagi kesehtan ibu dan anak dan mengindaari
pelanggaran ini.
e. Bidan berpartisipasi dalam pembangunan dan pelaksaan
kesehatan yang mempromosikan kesehatan ibu dan keluarga
yang mengasuh anak.
4 Peningkatan pengetahuan dan praktik kebidanan:
a. Bidan menjamin bahwa peningkatan pengetahuan kebidanan
dilandasi oleh aktivitas yang melindungi hak wnita sebagai
manusia.
b. Bidan mengembangkan dan berbagi pengetahuan melalui
berbagai proses seperti pee review dan penelitian.
c. Bidan berpartisipasi dalam pendidikan formal mahasiswa
kebidanan dan bidan
14
2.4 REGISTRASI BIDAN
Registrasi adalah sebuah proses di mana seorang tenaga profesi harus
mendaftarkan dirinya pada suatu badan tertentu secara secara periodik guna
mendapatkan dirinya pada suatu badan tertentu secara periodik guna mendapatkan
kewenangan dan hak untuk melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhi
syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh badan tersebut. (Purwoastuti, Endang. 2015.
Hal. 98)
Registasi menurut keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
1796 tahun 2011 adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang teah memiliki
sertifikat kompetensi dan telahg mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui
secara hukum untuk menjalankan praktik dan atau pekerjaan profesinya. ( Karlina,
Novvi. 2015. Hal. 45)
Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan
terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau standar
penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu
melaksanakan praktik profesinya (Registrasi menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002). (Purwoastuti, Endang. 2015.
Hal. 98)
Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkan haknya
untuk izin praktik (lisensi) setelah memenuhi beberapa persyaratan administrasi untuk
lisensi. (Purwoastuti, Endang. 2015. Hal. 98)
Aplikasi proses registrasi dalam praktik kebidanan adalah sebagai berikut, bidan
yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapan registrasi
kepada kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna
memperoleh SIB (Surat Izin Bidan) selambat-selambatnya satu bulan setelah menerima
ijazah bidan. (Purwoastuti, Endang. 2015. Hal. 98)
15
Kelengkapan registrasi menurut Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002
adalah meliputi : fotokopi ijazah bidan, fotokopi transkip nilai akademik, surat
keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak 2 lembar. SIB berlaku selama 5 tahun
dan dapat diperbarui, serta merupakan dasar untuk penerbitan lisensi praktik kebidanan
atau SIPB (Surat Izin Praktik Bidan). SIB tidak berlaku lagi karena disebut atas dasar
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, habisa masa berlakunya dan tidak
mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri. (Purwoastuti, Endang. 2015. Hal. 99)
16
a. Menjaga pengetahuannya tetap up to date , berusaha secara terus-
menerus mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemahiran.
b. Mengenalli batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadi, dan tidak
berupaya untuk bekerja melampui wewenangnya dalam memberikan
pelayanan klinik.
c. Menerima tanggung jawab untuk mengambil keputusan serta
konsekuensi dari suatu keputusan.ekuensi dari suatu keputusan.
d. Berberkomunikasi dan bekerja sama dengan para pekerja kesehatan
profesional lainnya (perawat, dokter, dan lain-lain) dengan rasa hormat
dan bermartabat
e. Memelihara kerja sama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit
pendukung untuk memastikan sistem rujukan yang optimal
f. Melakukan pemantauan mutu yang mencakup penilaian sejawat,
pendidikan berkesinambungan, mengkaji ulang kasus-kasus, dan audit
maternal perinatal (AMP)
g. Bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk meningkatkan akses
dan mutu asuhan kesehatan
h. Menjadi bagian dari upaya untuk meningkatkan status perempuan serta
kondisi hidup mereka dan menghilangkan praktik kultur yang terbukti
merugikan perempuan. Gambaran masyarakat Indonesia dengan
penduduk yang hidup dalam lingkungan bersih, berperilau hidup sehat,
mampu mengjangkkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
merupakan impian bagi kita semua.
17
tersebut. Keterampilan tambahan yang harus dimiliki oleh bidan di
komunitas adalah: (Dwi Wahyuni, Elly. 2018. Hal. 18)
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS
KIA.
b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan pada kader
kesehatan.
c. Melakukan pendekatan kemitraan kepada dukun bayi.
d. Mengelola dan memberikan obat-obatan seseuai dengan
kewenangannya.
e. Menggunakan teknologi tepat guna.
18
yaitu asuhan ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, neoantus,
bayi anak dan balita, remaja, masa antara, keluarga berencana
dan lansia. Sebagai pelaksana bidan mempunyai tiga kategori
tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas
ketergantungan.
1) Tugas Mandiri Tugas mandiri bidan meliputi hal – hal
berikut ini.
a) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap
asuhan kebidanan yang diberikan.
b) Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak
remaja dan dengan melibatkan mereka sebagai
klien. Membuat rencana tindak lanjut
tindakan/layanan bersama klien.
c) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama
kehamilan normal.
d) Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam
masa persalinan dengan melibatkan klien /
keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
f) Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam
masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga.
g) Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia
subur yang membutuhkan pelayanan keluarga
berencana.
h) Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan
gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam
masa klimakterium serta menopause.
i) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita
dengan melibatkan keluarga dan pelaporan
asuhan.
2) Tugas Kolaborasi Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama)
bidan, yaitu:
19
a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap
asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
b) Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
pada kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi.
c) Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko
tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi.
d) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
persalinan dengan risiko tinggi serta keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi dengan
melibatkan klien dan keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa
nifas dengan risiko tinggi serta pertolongan
pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien
dan keluarga.
f) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama
dalam keadaan kegawatdaruratan yang
memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien
dan keluarga.
g) Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan
risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam
keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.
1) Tugas ketergantungan Tugas-tugas ketergantungan
(merujuk) bidan, yaitu:
a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap
asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi
keterlibatan klien dan keluarga.
20
b) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi
dan rujukan pada kasus kehamilan dengan risiko
tinggi serta kegawatdaruratan.
c) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi
serta rujukan pada masa persalinan dengan
penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan
keluarga.
d) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi
dan rujukan pada ibu dalam masa nifas yang
disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan
dengan melibatkan klien dan keluarga.
e) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan
yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan keluarga.
f) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita
dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan
yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan
melibatkan klien/keluarga.
b. Peran sebagai Pengelola Sebagai pengelola bidan memiliki 2
tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan
tugas partisipasi dalam tim.
1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan di wilayah
kerjanya.
2) Berpartisipasi dalam tim. Bidan berpartisipasi dalam tim
untuk melaksanakan program kesehatan sektor lain melalui
dukun bayi, kader kesehatan, serta tenaga kesehatan lain
yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
c. Peran sebagai Pendidik Sebagai pendidik bidan memiliki 2 tugas
yaitu:
1) Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien
2) Melatih dan membimbing kader.
21
d. Peran Sebagai Peneliti/Investigator Bidan melakukan investigasi
atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara
mandiri maupun berkelompok, yaitu:
1) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan
dilakukan.
2) Menyusun rencana kerja pelatihan.
3) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
4) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
5) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
6) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.
22
9) Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus
gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa
klimakterium internal dan menopause sesuai dengan
wewenangnya.
23
1) Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang
dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup
pelayanan kebidanan.
2) Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga
berencana.
24
b. Mengindetifikasi status kesehatan ibu dan anak
c. Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan pondok bersalin
desa (polides)
d. Mengelola polides
e. Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas dan laktasi ,
bayi , balita
f. Melakukan pergerakan dan pembinaan peran serta masyrakat untuk
mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak
g. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan
h. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
4 Keterampilan tambahan
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS
b. Melakukan pelatihan dan pembinaan dukun bayi
c. Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan
kewenagannya.
d. Menggunakan teknologi kebidanan tepat guna .
25
1. Di puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat
mengenali kegiatan yang akan dilakukan, mengenali dan menguasai
fungsi dan tugas masing-masing. Selalu berkomunikasi dengan
pimpinan dan anggota lainnya, memberi dan menerima saran serta turut
bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan tim dan hasilnya.
2. Di polindes, posyandu, BPS, dan rumah pasien, bidan merupakan
pimpinan tim/leader dimana bidan diharapkan mampu berperan sebagai
pengelola sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di komunitas
3. Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas
program dan lintas sektor. Kerjasama lintas program merupakan bentuk
kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi terkait, misalnya
imunisasi, pemberian tablet Fe, vitamin A, PMT, dll. Sedangkan
kerjasama lintas sektor merupakan kerjasama yang melibatkan
institusi/departemen lain, misalnya Bulan Imunisasi Anak Sekolah
(BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), DLL.
4. Dalam pelayanan komunitas diperlukan pendekatan terhadap pemuka
atau pejabat masyarakat untuk mendapat dukungan, sehingga dapat
menentukan kebijakan nasional atau regional. Pendekatan terhadap
pelaksana dari sektor diberbagai tingkat administrasi sampai dengan
tingkat desa dengan tujuan yang akan dicapai adalah adanya
kesepahaman, memberi dukungan dan merumuskan kebijakan. Dan
pendekatan yang lebih menekankan pada proses dilaksanakan
masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian dikembangkan
sendiri sesuai kemampuan, misalnya kader dan dukun
5. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat (asuhan
kehamilan,
6. persalinan, nifas, bayi, balita, KB, serta pengayonan medis kontrasepsi)
7. Menggerakan dan membina peran serta masyarakat
8. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader dan dukun
bayi
9. Membina kelompok dasawisma di bidang kesehatan
10. Membina kerjasama lintas program dan lintas sektoral dan LSM
11. Melakukan rujukan medis
26
12. Medeteksi secara dini adanya efek samping kontrasepsi serta adanya
penyakitpenyakit lainnya
Sumber :
http://repo.unand.ac.id/22762/1/edit-kebidanan%20komunitas%20lusiana%20edit.pdf
27
2.10 BIDAN PRAKTIK SWASTA
Bidan selain bertugas di puskesmas atau di Rumah Sakit, sesuai dengan
kewenangannya bidan serta peraturan yang ada dapat juga melakukan praktik secara
mandiri. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Bidan Praktik Swasta (BPS). Apakah yang
dimaksud dengan BPS itu, yaitu suatu institusi pelayanan kesehatan secara mandiri
yang memberikan asuhan dalam lingkup praktik kebidanan.
Menurut Permenkes no 28 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan, BPS disebut juga dengan Praktik Mandiri Bidan (PMB) adalah tempat
pelaksanaan rangakaian kegiatan pelayaan kebidanan yang dilakukan oleh bidan secara
perseorangan, dengan memenuhi persyaratan yang berlaku antara lain kepemilikan
STRB (Surat Tanda Registrasi Bidan), SIPB (Surat Izin Praktik Bidan), serta sarana
dan prasarana yang memadai dan administrasi lainnya.
Praktik Mandiri Bidan (PMB) merupakan bentuk pelayanan kesehatan di
bidang kesehatan dasar meliputi serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan
kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang bertugas mempunyai tanggung jawab
yang besar karena harus mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan. PMB
selain berfungsi sebagai tempat pelayanan masayarakat terutama ibu dan anak,
hendaknya pula dapat berfungsi sebagai tempat pemberdayaan masyarakat yang juga
berperan ikut serta dalam kegiatan peran serta masyarakat, misalnya pada:
a. Kegiatan posyandu
Melakukan kegiatan posyandu bekerjasama dengan masyarakat dengan melakukan
pemeriksaan kesehatan ibu dan anak serta KB.
b. Membina posyandu
Bidan bertanggung jawab atas kegiatan posyandu di wilayah kerjanya. Kegiatannya
berupa turut memantau keberlangsungan kegiatan posyandu, pembagian tugas di antara
kader, menggerakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan posyandu,
serta mengadakan pertemuan dengan warga.
c. Membina kader
Sebagai pelaksana kegiatan posyandu maka Kader kesehatan harus di bina dengan
melakukan pelatihan – pelatihan diantaranya melatih cara penimbangan berat badan,
pengukuran tinggi badan, lingkar tangan dan lingkar kepala, pencatatan pada buku
register, pencatatan hasil pemeriksaan pada Kartu Menuju Sehat (KMS) dan pemberian
Pengganti Makanan Tambahan (PMT).
28
d. Membina posbindu
Selain kegiatan posyandu bidan juga turut serta melaksanakan kegiatan posbindu (pos
pembinaan terpadu). Pelayanan ini sasarannya untuk kelompok masyarakat sehat,
berisiko, dan penyandang Penyakit Tidak Menular (PTM) atau usia di atas 15 tahun,
seperti diabetes mellitus (DM), kanker, penyakit jantung, penyakit paru. Posbindu juga
merupakan salah satu bentuk UKBM.
Sumber : Dwi Wahyuni, Elly. 2018. Bahan Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 19-20
2.11 KASUS
Rabu, 14 Agustus 2019 Klinik aditama medika 2 di grebek polisi karna
melakukan praktik aborsi. Dinas kesehatan bekasi menelusuri obat-obatan di klinik
tersebut. ‘Kliniknya sendiri juga tidak terdaftar dikata (DINKES), jadi memang kita
tidak tahu dari mana obat-obatan itu, “ujar kepala dinas kesehatan kabupaten bekasi ,
Sri Enny Mynarti ‘enny mengatakan sejumlah obat-obatan anastesi di temukan polisi
saat pengenggeledahan klinik aditama medika 2 ‘obat anastesi sama obatnya
golongannya engga say abaca kemaren. Obatnya itu ampulnya tidak telalu terlihat jelas
“ Ujar Sri. Sri menyebut izin klinik aditama medika 2 kedaluwarsa. Pemilik , al,
memiliki izin untuk klinik dengan nama lain dengan nama lain di tempat yang lain
namun kemudian pemilik memindahkan tempat praktek ke lokasi dengan nama lain . “
kalau klinik itu punya izinya di tempat lain”. Taman raya (tambun) , namanya pakai
aditama medika. Tapi dia sendiri memindahkan klinik itu kekampung siluman ini
(klinik aditama medika 2) sudah di support supaya baik-baik perizinannya tapi yang
bersangkutan pernah datang ke puskesmas, Cuma berkasnya tidak lengkap “harusnya
berkasnya lengkap dan harus ada IMBnya , harus ada surat izin praktiknya tetapi ini
tidak lengkap” ujar sri. Sri mengaku baru mengetahui adanya praktik aborsi di klinik
Aditama medika 2 dari pihak kepolisian . sri menyebut perawat hingga bidannya tidak
memiliki izin peraktik ‘ Ngga ada semua . sudah saya kasih peringatan, jadi semuanya
belom ada surat izin praktik ujar sri. Kasus ini terungkap setelah polisi mendapatkan
informasi adanya praktik aborsi di klinik pratama tersebut tim buser polsek tambun
kemudian melakukan penyelidikan hingga dilakukan penggerebekan Kelima pelaku
yang diamankan adalah AL (50thn) selaku pemilik klinik, MPN (25thn) selaku pekerja
29
di klinik, serta perempuan berinisial HM (25thn) dan pasangnnya , WS (40thn), yang
meminta aborsi di tempat serta Y ( 33tahun) perantara HM dan klinik Aditama Medika.
Dalam kasus di atas ada beberapa pelanggaran yang di berikan kepada pelaku tersebut
.
1. Peraturaan Menteri Kesehatan republic Indonesia nomer HK
02.02./MENKES/149/2010Tentang izin dan pelanggaran praktik bidan ( klinik
aditama )
2. Permenkes RI nomer 1464 / Menkes / SK/X/2010 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGRAAN PRAKTIK BIDAN (klinik aditama)
3. MPN (25tahun) mendapatkan Pasal 299 yaitu diancam dengan pidana penjara paling
lama 4 tahun
4. Y (33tahun) dan WS (40THN ) mendapatkan pasal 346 yaitu diancam dengan
pidana penjara paling lama 4 tahun
5. HM (25THN) medapatkan pasal 347 diancam dengan pidana penjara paling lama 12
tahun
30
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
31
DAFTAR PUSTAKA
http://www.whakademik.com/Buku%20ajar%20komunitas.pdf
32