Disusun oleh:
SURYA ABDI
NIM 1804120773
PAHLI AKBAR
NIM 1804120754
MUHAMMAD ALDY
NIM 1804120775
Assalamuallaikum Wr.Wb
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini, yang berjudul “Perilaku
Produsen”. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad
SAW. yang telah membawa manusia dari alam kebodohan kepada alam yang
terang benderang’.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dari segi bahasa maupun dari segi pembahasannya
oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan agar
kedepannya kami mampu lebih baik lagi.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi islam adalah aktivitas ekonomi yang diatur sesuai dengan dasar-
dasar dan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Dalam rumusan ini ekonomi iSlam
di bagi menjadi dua yaitu: Pertama, bagian yang tetap (tsabit) yang
berhubungan dengan prinsip-pronsip dan dasar-dasar ekonomi Islam yang
dibawa nash-nash Al-Qur'an dan Sunnah yang harus dipedomanis oleh setiap
kaum muslimin disetiap zaman dan tempat. Kedua, bagian yang berubah (al-
mutaghaiyar), bagian ini berkaitan dengan penerapan dasar-dasar dan prinsip
ekonomi Islam dalam memecahkan probmatika masyarakat yang selalu
berubah. Artinya, bagian ini merupakan metode dan langkah-langkah praktis
yang disingkapkan oleh para ulama dari sumber pokok dan prinsip ekonomi
Islam yang ada di Al-Qur'an dan Sunnah.
B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang digunakan untuk pembahasan makalah
adalah sebagai berikut:
1. Apa saja prinsip-prinsip dalam ekonomi syari’ah?
2. Apa saja ciri-ciri ekonomi syari’ah?
3. Apa saja Unsur-unsur kebijakan ekonomi?
4. Bagaimana operasional kebijakan ekonomi syari’ah?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip ekonomi syari’ah.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri ekonomi syari’ah.
3. Untuk mengetahui unsur-unsur kebijakan ekonomi.
4. Untuk mengetahui operasional kebijakan ekonomi syari’ah.
1
D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode literatur kajian pustaka
terhadap buku-buku yang berhubungan dengan tema makalah yang dibuat.
Makalah ini juga menggunakan metode pertukaran pendapat para penulis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
b. Allah pencipta alam semesta ini Esa dan semua yang diciptakan-Nya
tunduk kepada-Nya.
1) Tauhid
2) Akhlak
1
Rozalinda, EKONOMI ISLAM Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persad.la, 2014), hal. 16-18.
3
Shiddiq (benar), Tabligh (menyampaikan kebenaran), Amanah (dapat
dipercaya) dan Fathanah (intelek).
3) Keseimbangan
Allah menyediakan apa yang ada dilangit dan di bumi untuk kebahagiaan
hidup manusia dengan batas-batas tertentu, seperti tidak boleh melakukan
perbuatan yang membahayakan keselamatan lahir dan batin ataupun orang lain
dilingkungan sekitarannya.
4) Kebebasan Individu
5) Keadilan
1. Kepemilikan.
2
Ibid, hal. 18-20.
4
menjadi miliknya. Meskipun ia memilikinya, namun ia tidak diperkenankan
untuk merusak ataupun menelantarkannya, mengingat bahwa kepemilikan ini
adalah relatif dan juga merupakan titipan dari Allah SWT.
2. Produk barang dan jasa harus halal. Baik cara memperoleh input,
pengolahannya dan outputnya harus dapat dibuktikan halal.
3. Keseimbangan.
4. Upah tenaga kerja. Upah tenaga kerja diupayakan agar sesuai dengan
prestasi dan kebutuhan hidupnya.
5. Bekerja baik adalah ibadah. Bekerja untuk diri sendiri dan keluarga, serta
dapat memberi kesempatan kerja untuk orang lain dan dapat bermanfaat
untuk sesama.
Adapun menurut sumber yang lain ciri-ciri sistem ekonomi Islam adalah
sebagai berikut:
1. Adanya pengakuan terhadap hak individu, namun dibatasi agar tidak terjadi
monopoli yang merugikan masyarakat umum.
2. Adanya pengakuan akan hak umat atau umum dimana hak umat lebih
diutamakan dibanding hak lainnya.
3
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hal. 4.
5
4. Adanya pengakuan terhadap hak individu, namun dibatasi agar tidak terjadi
monopoli yang merugikan masyarakat umum.
5. Adanya pengakuan akan hak umat atau umum dimana hak umat lebih
diutamakan dibanding hak lainnya.
6. Adanya konsep halal dan haram dimana semua produk (barang dan jasa)
harus bebas dari unsur haram yang dilarang dalam Islam.Adanya sistem
sedekah, yaitu distribusi kekayaan secara merata dari yang kaya kepada
yang kurang mampu.
4
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/sistem-ekonomi-islam.html
6
langsung dapat menjadi cerminan dari praktik-praktik ekonomi Islam bagi
umat lain.
D. Operasional Kebijakan Ekonomi Syari’ah
Pengertian Operasional menurut para ahli secara umum, pengertian
operasional adalah konsep yang bersifat abstarak untuk memudahkan
pengukuran suatu variable. Atau operasional dapat diartikan sebagai pedoman
dalam melakukan suatu kegiatan ataupun perkerjaan penelitian.
Sedangkan kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu perkerjaan,
kepemimpinan dan cara bertindak. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan
hukum. Jika hukum dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku, maka
kebijakan hanya mampu menajdi sebuah pedoman tindakan yang paling
mungkin memperoleh hasil yang diinginkan.
Sedangkan Ekonomi Syariah/Islam merupakan ilmu pengetahuan social
yang mana memepelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh
nilai-nilai Islam. Ekonomi dalam kaca mata Islam merupakan tuntutan
kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah yang teraplikasikan
dalam etika dan moral. Jadi Operasional kebijakan Ekonomi Syariah adalah
suatu konsep yang mana akan menjadi dasar pedoman dan dasar rencana dalam
mengatasi masalah-msalah ekonomi rakyat sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Kebijakan-kebijakan yang digariskan pemerintah dapat berpengaruh pada
laju perekonomian. kebijakan-kebijakan yang diterapkan harus mengikut
sertakan semangat tauhid didalam sistem tersebut.5
1. Kebijakan Fiskal dalam Islam
Dalam ekonomi konvensional, kebijakan fiskal dapat diartikan sebagai
langkah pemerintah untuk membuat perubahan dalam sistem pajak atau
pembelanjaan (dalam konsep makro disebut dengan government expenditure).
Dalam negara Islam, kebijakan fiskal merupakan salah satu perangkat untuk
mencapai tujuan syariah (maqashidus syari'ah), sebagaimana dijelaskan oleh
5
Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Makro Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2016), hal.
180.
7
|mam AI-Ghazali (Adiwarman Karim, 2006), yaitu meningkatkan
kesejahteraan dengan tetap menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas,
kekayaan, dan kepemilikan. Kebijakan fiskal ini, tentang bagaimana bentuk
oprasionalnya, dapat berkaca pada masa nabi Muhammad SAW. Dan masa
Khulafaur Rasyidin.
a. Kebijakan Pendapatan
1) Kebijakan Fiskal pada Masa Nabi Muhammad SAW.
Empat langkah yang dilakukan Rasulullah SAW., yaitu sebagai
berikut.
a. Peningkatan pendapatan rasional dan tingkat partisipasi kerja.
Rasulullah melakukan kebijakan mempersaudarakan kaum
Muhajirin dan Anshar. Yang menyebabkan terjadinya distribusi
pendapatan dari kaum Anshar ke Muhajirin yang berimplikasi pada
peningkatan permintaan total di Madinah.
b. Kebijakan pajak. Penerapan kebijakan pajak yang dilakukan
Rasulullah SAW, seperti kharaj, khums, dan zakat, menyebabkan
terciptanya kestabilan harga dan mengurangi tingkat inflasi.
c. Anggaran. Pengaturan pengeluaran yang dilakukan Rasulullah
SAW. secara cermat, efektif dan efisien, menyebabkan jarang
terjadinya defisit anggaran meskipun sering terjadi peperangan.
d. Kebijakan Fiskal khusus. Rasulullah SAW. menerapkan beberapa
kebijakan Fiskal secara khusus untuk pengeluaran negara, yaitu:
meminta bantuan kaum muslimin secara sukarela untuk memenuhi
kebutuhan pasukan muslimin; meminjam peralatan dari kaum non-
Muslim secara cuma-cuma dengan jaminan pengembalian dan
ganti rugi apabila terjadi kerusakan; meminjam uang dari orang-
orang tertentu untuk diberikan kepada para muallaf, menerapkan
kebijakan insentif untuk menjaga pengeluaran dan meningkatkan
partisipasi kerja dan produksi kaum muslimin.6
6
Ibid. hal. 182.
8
2) Kebijakan Fiskal pada Masa Khulafaur Rasyidin
Seiring dengan perluasan kekuasaan pemerintahan Islam,
pemasukan ghanimah, fai', dan pemasukan lainnya semakin meningkat.
Kemudian, penetapan pos pemasukan "kharaj"terhadap tanah Irak
dengan bersandar pada apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
b. Kebijakan Belanja Pemerintah
Kebijakan belanja umum pemerintah dalam sistem ekonomi syariah
dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut.
1) Belanja kebutuhan operasional pemerintah yang rutin.
2) Belanja umum yang dapat dilakukan pemerintah apabila sumber
dananya tersedia.
3) Belanja umum yang berkaitan dengan proyek yang disepakati oleh
masyarakat berikut sistem pendanaannya.
c. Kebijakan Sumber Penerimaan dan Pengeluaran Negara
1. Sumber Penerimaan Negara
Sumber penerimaan negara, dalam kebijakan fiskal ekonomi Islam,
terdiri atas sebagai berikut.
o Zakat
o Kharaj
o Ghanimah
o Jizyah
o fa'i
o Bea Cukai 7
2. Pengeluaran Negara
Kegiatan yang menambah pengeluaran negara mempunyai
dampak tertentu pada kehidupan sosio-ekonomi masyarakat. Berbeda
dengan kitab-kitab agama lain, Al-Quran telah menetapkan perintah
yang sangat tepat mengenai kebijakan negara tentang pengeluaran
pendapatan negara. Zakat (yaitu pajak yang diberikan kaum Muslim)
7
Ibid. hal. 183.
9
dimaksudkan untuk kaum miskin (fukara) Muslim, untuk merebut hati
mereka, membebaskan budak dan tawanan perang, membantu mereka
yang terjerat utang, mereka yang di jalan Allah dan Allah Maha
Mengetahui.
d. Kebijakan dalam konsep ZISWA
Dalam Islam kita kenal adanya konsep zakat,infak, sedekah, akaf dan
lainlain (ZISWA). Zakat merupakan kewajiban untuk mengeluarkan
sebagian pendapatan atau harta seseorang yang telah memenuhi syarat
syariah Islam guna diberikan kepada berbagai unsur masyarakat yang telah
ditetapkan dalam syariah Islam. Sementara Infak, Sedekah Wakaf
merupakan pengeluaran sukarela yang juga sangat dianjurkan dalam Islam.
Dengan demikian ZISWA merupakan unsur-unsur yang terkandung dalam
kebijakan fiskal. Unsur-unsur tersebut ada yang bersifat wajib seperti zakat
dan ada pula yang bersifat sukarela seperti sedekah, infak dan wakaf.
Pembagian dalam kegiatan “wajib” dan “sukarela” ini khas di dalam
sistem ekonomi Islam, yang membedakannya dari sistem ekonomi pasar.
Dalam sistem ekonomi pasar tidak ada 'sektor sukarela.
2. Kebijakan Moneter dalam Islam
Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter Islam tidak berbeda dengan
tujuan kebijakan moneter konvensional, yaitu menjaga stabilitas dari mata
uang (baik secara internal maupun eksternal) sehingga pertumbuhan
ekonomi yang merata dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak
terlepas dari tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan dengan
manusia.8
8
Ibid. hal. 187.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Dakhoir, Ahmad dan Itsla Yunisva Aviva. 2017. Ekonomi Islam dan Mekanisme
Pasar: Refleksi Pemikiran Ibnu Taymiyah. Surabaya: LaksBang
PRESSindo.
Huda, Nurul. Ekonomi Islam: Pendekatan Teoritis Edisi Pertama. 2018. Jakarta:
Kencana.
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islami. 2007. Jakarta: PT RajaGrafindo.
Rozalinda. EKONOMI ISLAM Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi.
2014. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Suprayitno, Eko. Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan
Konvensional. 2005. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yuniarti, Vinna Sri. Ekonomi Makro Syariah. 2016. Bandung: CV Pustaka Setia.
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/sistem-ekonomi-islam.html
12