Anda di halaman 1dari 1

Saya pernah mengikuti Latihan Dasar Kepemimpinan MPK dan OSIS di sekolah saya.

Saat itu
kami dibagi menjadi 10 kelompok dan aku mendapat kelompok 3. Masing-masing kelompok
diperintahkan untuk membuat proposal dan laporan kegiatan dengan diberi judul kegiatan yang
dibagikan secara acak. Kelompokku mendapatkan judul kegiatan Journalistic Competition, kami
membagi tugas mulai dari yang membuat cover proposal agar terlihat menarik, membuat
anggaran, membuat dasar kegiatan, tujuan kegiatan dan lain-lain. Saat itu pertama kalinya aku dan
teman-temanku membuat sebuah proposal, kami mencari contoh proposal di internet agar lebih
mudah. Kami mempelajarinya terlebih dahulu bersama-sama, lalu dilanjutkan dengan
mempraktekkannya atau membuat proposal itu. Kami berdebat tentang apapun yang terdapat
dalam isi proposal, syukurnya teman-temanku dapat menghargai perbedaan pendapat yang
lainnya. Alhasil, seluruh pendapat kami satu padukan menjadi keseluruhan yang rinci. Tetapi saat
harus diperiksa oleh ibu guru, ibu guru mengatakan bahwa masih terdapat kesalahan dalam
pembuatan proposal yang kami buat. Kami mengeceknya kembali secara teliti, membedakan
dengan contoh proposal yang diberikan sebelumnya. Ternyata memang terdapat sedikit kesalahan,
lalu kami memperbaikinya. Karena, saat itu hari sudah sore. Ibu guru memerintahkan untuk
mengumpul proposal itu besok pagi di meja panitia. Besok paginya kami lambat mengumpulkan
dikarenakan salah satu temanku salah print proposal. Syukurnya teman-teman kelompokku
termasuk orang yang santai, sabar, tetapi serius. Lalu kami mengumpulkannya. Hingga tiba
pengumuman, alhamdulillah kelompokku mendapat juara ke 3 proposal terbaik. Kami sangat
senang karena usaha dan kesabaran, kamj mendapat juara 3 walau bukan juara 1 setidaknya ini
hasil terbaik karena baru pertama kali membuat proposal.
Lalu saat pelajaran sastra Indonesia di kelas kami ditugaskan untuk membuat sebuah puisi lalu
mempraktekkan membaca puisi dengan gestur tubuh. Aku belajar membaca puisi dengan
memainkan gestur tubuh karena selama aku pernah praktek membaca puisi aku tidak pernah
memainkan gestur tubuh. Saat praktek telah selesai ternyata ibu guruku kurang puas dengan hasil
kami, lalu beliau berencana melakukan lomba baca puisi hanya di kelas kami saja. Kami disuruh
membuat puisi yang lain untum di baca pada saat lomba dikelas, saat itu aku berfikir untuk belajar
membaca puisi dengan intonasi yang pas, pelafalan yang jelas, suara yang jelas, dan memainkan
gestur tubuh. Hingga tiba hari praktek membaca puisi aku mendapatkan juara 3 di kelas. Aku
senang, setidaknya ini dapat kupamerkan ke ayah dan ibuku. Lalu guruku masih ingin
melaksanakan lomba baca puisi ini minggu depan dengan perintah kami harus membawakan puisi
karya orang lain. Dan aku berfikir aku juga tidak akan kalah dengan teman yang lainnya, kalau
mereka bisa mendapat yang terbaik mengapa aku tidak. Aku berlatih dan terus berlatih hingga
akhirnya peringkat juaraku menjadi yang ke 2. Lalu ibu guru memawarkan kepada kami agar kami
dapat mengikuti lomba puisi di kelas lagi dengan syarat tidak membaca teks atau yang dimaksud
deklamasi puisi. Kami setuju dan ibu guru memberikan teks puisi untuk kami hafal, ada dua
pilihan judul. Aku memilih untuk menghafalkan puisi "Kepada Peminta-minta", lalu aku berlatih
kembali dengan semangatku, hingga tiba pperlombaan terakhir dikelas yaitu deklamasi puisi aku
mendapat juara pertama. Aku senang sekali, dan ternyata memang tidak ada hasil yang
mengkhianati sebuah usaha.

Anda mungkin juga menyukai