- Aulia Azizah
- Riyan Hidayat
Departemen Pendidikan
Sekolah Menengah Atas Negeri Tamban
Kab. Barito Kuala 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Allah swt atas segala nikmat-Nya yang tak
terhingga, dan semoga salawat serta salam-Nya dicurahkan kepada Nabi Muhammad saw
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Terima kasih kepada orang tua, keluarga dan Ibu Khairiyah S.Pd yang telah
mendukung dalam penyelesaian tugas agama islam ini.
Berikut ini saya sajikan ‘Al-Quran dan Hadist sebagai Pedoman Hidupku’ semoga
tugas agama islam ini dapat dimaklumi atas kekurangan ataupun kesalahan karena setiap
manusia tidak luput dari hal tersebut dan semoga tugas agama islam ini dapat bermanfaat.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
.......................……………………………………………………………………………………
....................................................................................................................................................II
Daftar Isi
...............…………………………………………………………………………………………
...................................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................................
4
B.Rumusan Masalah.....………………………………………………………………………...
…… 4
BAB 2 PEMBAHASAN
A.Pengertian Al-Quran …………………...……………………………………….....………….
…... 5
F.Meneliti tentang pemahaman QS.Al-Isra:9 dan An-Nisa:59 dan 105 sebagai sumber
Hukum………………………………………................................................................................
13
G.Mencari Tambahan ayat Quran yang mendukung Al-Quran sebagai sumber hokum...............
14
H. Memberikan contoh perilaku tentang QS.Al-Isra:9 dan An-Nisa:59 dan 105 sebagai
sumber hukum dan pedoman hidup……………………………………......................................
16
BAB 3 PENUTUP
2
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………......................................…….
………………………...............................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Hidup merupakan anugrah yang telah diberikan oleh Allah swt. dan
merupakan suatu tanggungjawab yang telah diberikan kepada manusia. Kehidupan di
dunia merupakan suatu yang penuh dengan kenikmatan dan cobaan. Tidak hanya itu,
sebagai hamba Allah kehidupan dunia merupakan suatu tempat persinggahan untuk
berbuat suatu kebajikan yang nantinya tidah hanya berdampak pada dunia saja
melainkan berdampak juga di akhirat kelak.
Dunia bukanlah suatu tempat yang kekal dan bukanlah sebagai tempat tujuan.
Sesungguhnya tempat yang kekal dan merupakan tempat terakhir manusia yaitu
akhirat. Karena dunia hanyalah tempat persinggahan yang hanya merupakan tempat
untuk melakukan kebajikan demi kebahagiaan dunia dan akhirat maka manusia dalam
melakukan aktivitas harus lah ada suatu landasan dan pedoman untuk menjalani
kehidupan di dunia sebagai suatu amal baik yang nantinya sebagai tiket untuk
kehidupan yang kekal.
Allah swt. telah menurunkan Al-Quran melalui malaikat jibril kepada Nabi
Muhammad saw. untuk disampaikan kepada umatnya. Al-Quran merupakan pedoman
bagi manusia sebagai petunjuk untuk menemukan makna dari kehidupan yang
sebenarnya. Al-Quran mengandung beberapa ayat yang didalamnya berisi mengenai
akidah, ibadah, akhlak, hukum-hukum, peringatan, kisah-kisah, dan dorongan untuk
berfikir. Maka dari itulah Al-Quran merupakan pedoman bagi manusia dalam
menjalani kehidupan.
B. Rumusan Masalah
1.Pengertian Al-Quran
6. Meneliti tentang pemahaman QS.Al-Isra:9 dan An-Nisa:59 dan 105 sebagai sumber
Hukum
7. Mencari Tambahan ayat Quran yang mendukung Al-Quran sebagai sumber hukum
8. Memberikan contoh perilaku tentang QS.Al-Isra:9 dan An-Nisa:59 dan 105 sebagai
sumber hukum dan pedoman hidup
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Quran
Allah SWT menurunkan kitab suci Al Quran tidak sekaligus seutuhnya, melainkan
secara berangsur-angsur selama jangka waktu kira-kira 23 tahun. Wahyu pertama kitab
suci Al Quran diturunkan ketika Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun, yaitu pada
malam Senin 17 Ramadhan atau bertepatan dengan tanggal 06 Agustus 610 Masehi pada
waktu Nabi Muhammad berada di Gua Hira. Malam turunnya wahyu yang pertama dari
kitab suci Al Quran ini di masyarakat lazim dikenal dengan malam Nuzulul Quran.
Wahyu pertama dari kitab suci Al Quran yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad adalah ayat 1-5 surat Al ‘Alaq (surat ke 96), sedangkan wahyu terakhir dari
kitab suci Al Quran yang diturunkan adalah sebagian dari ayat 3 surat Al Maidah (surat
ke 5). Wahyu terakhir dari kitab suci Al Quran ini diturunkan pada hari Jumat tanggal 9
Dzulhijjah tahun 10 Hijriah atau bertepatan dengan bulan Maret 632 Masehi, yaitu ketika
Nabi Muhammad sedang wukuf di Padang Arafah dalam melaksanakan ibadah hajinya
yang terakhir atau yang biasa dikenal dengan nama Haji Wada’.
Kitab suci Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai
cara, antara lain:
1. Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW tanpa
memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja merasakan wahyu itu telah
berada di dalam hatinya.
2. Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan
kata-kata di hadapan Nabi SAW.
3. Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng.
Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-sampai Nabi SAW
mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di musim dingin yang sangat dingin.
4. Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli.
Setiap kali mendapat wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Beliau dapat mengulangi
wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan Jibril kepadanya. Hafalan
Nabi SAW ini selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril.
5
Kitab suci Al Quran diturunkan dalam 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode
Madinah. Periode pertama yaitu periode Mekkah, periode dimana saat itu Nabi SAW
bermukim di Mekah (610 M – 622 M) sampai Nabi SAW melakukan hijrah. Ayat-ayat
yang diturunkan pada masa itu disebut ayat-ayat Makkiyah, yang berjumlah 4.726 ayat,
dan meliputi 89 surat. Ayat makkiyah ayat-ayatnya pendek-pendek, diawali dengan yaa
ayyuhan-nâs (wahai manusia), dan isinya kebanyakan mengandung masalah tauhid, iman
kepada Allah SWT, hal ihwal surga dan neraka, dan masalah-masalah yang menyangkut
kehidupan akhirat (ukhrawi).
Sedangkan periode kedua adalah Periode Madinah, yaitu masa setelah Nabi SAW
hijrah ke Madinah (622 M – 632 M). Ayat-ayat yang turun dalam periode ini dinamakan
ayat-ayat Madaniyyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat. Ayat Madaniyah ayat-
ayatnya panjang-panjang, diawali dengan yaa ayyuhal-ladzîna âmanû (wahai orang-orang
yang beriman), dan isinya kebanyakan tentang hukum-hukum agama (syariat), orang-
orang yang berhijrah (Muhajirin) dan kaum penolong (Anshar), kaum munafik, serta ahli
kitab.
Nabi Muhammad adalah nabi yang Ummi, artinya tidak bisa baca dan tulis. Hal ini
dikarenakan beliau tidak pernah mendapatkan pendidikan formal sejak kecil yang
memang hal tersebut dianggap tidak penting oleh bangsa Arab di Mekkah pada waktu itu.
Tetapi ketidakbisaan baca tulis Nabi Muhammad ini memiliki hikmah tersendiri karena
apapun yang disampaikan oleh Nabi Muhammad berarti masih original (asli) dari Allah
SWT tanpa ada penambahan atau pengurangan dari Nabi.
Dan untuk menjaga serta memastikan kemurnian kitab suci Al Quran , setiap tahun
Jibril datang kepada Nabi SAW untuk memeriksa bacaannya. Malaikat Jibril mengontrol
bacaan Nabi SAW dengan cara menyuruh beliau mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah
diwahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga melakukan hal yang sama dengan
mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya. Dengan demikian terpeliharalah kitab suci Al
Quran dari kesalahan dan kekeliruan.
ًت أكنن لكههجم أكججرراً ككببيِررا إبنن هككذاً اًجلقهجركءاًكن يكجهبديِ لبلنبتي بهكي أكجقكوُهم كويهبكششهر اًجلهمجؤبمبنيِكن اًلنبذيكن يكجعكمهلوُكن اًل ن
صاَلبكحاَ ب
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar” (QS. Al Isra’: 9)
Al Quran yang turun lima belas abad lalu kepada Nabi Muhammad saw, tidak sekedar
menghimpun ayat-ayat yang tidak seorangpun mampu menandinginya. Lebih dari itu, ia
juga memperkenalkan dirinya sebagai hudan li an-nas (petunjuk bagi seluruh umat
manusia). Berbagai macam pokok persoalan mampu dijawab oleh makna-makna yang
terkandung dalam Al Quran. Kitab yang dengan membacanya saja berbuahkan pahala ini,
membawa misi sebagai pedoman hidup menuju kebahagiaan dan kesejahteraan yang
nyata.
6
Sebagai sebuah kitab atau buku pedoman hidup untuk kebahagian di dunia dan
akhirat, Al-Quran secara prinsipnya lengkap dengan pelbagai cabang ilmu untuk
memenuhi keperluan manusia. Apa saja yang kita cari pasti akan kita temui di dalamnya.
Bukan hanya terbatas pada zaman ia diturunkan, tapi selalu relevan dengan
perkembangan zaman, melintasi waktu berabad-abad lamanya. Ia menghimpun segala
bidang ilmu, mulai dari akidah hingga kemasyarakatan dan aktifitas sehari-hari. Mulai
dari perkara-perkara yang ada di langit tinggi hingga benda-benda yang ada di dasar
bumi. Sekalipun terkadang Al Quran menyebutnya secara global.
Sebut saja misalnya petunjuk makan, Al Quran membawakannya dengan sangat apik
dan hati-hati. Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.
(QS. 2:168). Al Quran menggaris bawahi makanan yang halal lagi baik. Sebab, makanan
yang halal belum tentu baik, begitu sebaliknya. Sebagian dari ciri makanan halal ialah
bersih, menyehatkan, dan tidak kadaluarsa. Sementara baik dimaksudkan dengan cara
memperolehnya secara halal dan tidak mencuri. Jika ditelusuri lebih lanjut semua itu akan
berdampak bagi kesehatan dan perilaku kita di masa mendatang. Demikian petunjuk Al
Quran.
Barangkali ada banyak buku petunjuk tentang ini dan tentang itu, versi ini dan itu.
Akan tetapi semuanya belum terbukti dan teruji oleh perkembangan zaman dari waktu ke
waktu. Berbeda dengan buku petunjuk Al Quran yang tidak akan pernah basi di makan
waktu. Terlebih, buku petunjuk hidup ini bersumber dari Sang Pemilik hidup itu sendiri,
Allah swt yang mengatur segala perihal kehidupan. Tentu saja terjamin kebenarannya dan
tidak ada keraguan padanya. Kalau pada zaman Nabi saw dulu buku petunjuk tersebut
turun ketika permasalahan datang, sekarang petunjuk itu telah ada sebelum permasalahan
datang.
Buku petunjuk ini sekalipun terbatas pada sekian ribu ayat, tetapi memancarkan
makna yang demikian dalam dan tidak ada habisnya. Sehingga Abdullah Darraz, dalam
Al-Naba’ Al-‘Azhim, menulis begini:
Apabila Anda membaca Al Quran, maknanya akan jelas di hadapan Anda. Tetapi bila
Anda membacanya sekali lagi, akan Anda temukan pula makna-makna lain yang berbeda
dengan makna-makna sebelumnya. Demikian seterusnya, sampai-sampai Anda (dapat)
menemukan kalimat atau kata yang mempunyai arti bermacam-macam, semuanya benar
atau mungkin benar. (Ayat-ayat Al Quran) bagaikan intan: setiap sudutnya memancarkan
cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lain. Dan tidak
mustahil, jika Anda mempersilakan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat
lebih banyak ketimbang apa yang Anda lihat.
Al Quran, disamping misinya sebagai petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia, juga
mampu menggetarkan hati serta memiliki daya tarik yang demikian luar biasa dari sisi
bahasa. Menurut orientalis Gibb, “Tidak ada seorang pun dalam seribu lima ratus tahun
ini, yang telah memainkan alat bernada nyaring yang demikian mampu dan berani, dan
yang demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya seperti apa yang dibaca oleh
Muhammad saw, yakni Al Quran.” Bahasanya yang demikian memesona, redaksinya
yang demikian teliti, dan mutiara pesan-pesannya yang demikian agung, telah mengantar
kalbu masyarakat yang ditemuinya berdecak kagum.
7
Sekian ayat Al Quran yang terhampar pada 114 surat menjadikan banyak orang
terkagum. Pakar tafsir kenamaan Indonesia, M. Quraish Shihab, menganalogikan sebagai
rambu-rambu lalu lintas yang demikian indah. Sehingga yang seharusnya menjadi tanda
yang menunjuk ke arah yang dituju tidak lagi menjadi tanda dan petunjuk jalan, tetapi
membuat si pejalan malah terpaku dan terpukau di tempatnya. Kalam Ilahi yang
merupakan ayat-ayat Allah, yang juga sangat memesonakan, itu mengakibatkan sebagian
kita hanya berhenti dalam pesona bacaan ketika ia dilantunkan, seakan-akan kitab ini
hanya diturunkan untuk dibaca.
Memang, wahyu pertama adalah Iqra’ bismi Rabbik, bahkan kata Iqra’ diulanginya
dua kali. Akan tetapi, kata ini bukan sekadar perintah membaca dalam pengertiannya
yang sempit, melainkan juga mengandung makna “telitilah, dalamilah” karena dengan
penelitian dan pendalaman itu manusia dapat meraih sebanyak mungkin kebahagiaan.
Demikian tulis M. Quraish Shihab dalam buku Secercah Cahaya Ilahi.
Kedudukan Al-Qur’an dalam islam adalah sebagai sumber hukum umat islam. dari
segala sumber hukum yang ada dibumi. sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an
surah An-Nisa’ ayat 59:
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa’ : 59)
Dari ayat tersebut jelas bahwa kedudukan Al-Quran adalah sebagai sumber
hukum islam yang paling utama yang dapat dijadikan pedoman hidup dan petunjuk
bagi umat manusia. Yang tidak ada keraguan sedikitpun padanya. Dan apabila orang
tersebut berpegang teguh kepada Al-Qur’an, maka tidak akan tersesat selama-
lamanya.
E. Mendeskripsikan Pembagian Hukum yang terdapat dalam Al-Quran
Ada lima pembagian hukum dalam Islam yaitu wajib,sunah, mubah, makruh, dan
haram.
1. Wajib
Wajib atau sering disebut ijab merupakan khitab pernyataan Allah swt yang menuntut
kita untuk melaksanakan sesuatu. Dengan kata lain, perbuatan itu mempunyai status
fardu atau wajib, yang berari mendapatkan pahala bila dikerjakan dan mendapatkan
dosa bila ditinggalkan.
8
Dalam hal ini kita melihat istilah fardu dan wajib.Menurut para ahli fardu itu bila
perbuatan tersebut di perintahkan kepada kita melalui dalil yang qat’i (jelas), yaitu nas
Al-qur’an dan hadis mutawir.Sedangkan status wajib dikenakan apabila perbuatan itu
didasarkan pada dalil yang zanni yaitu hadis ahad atau ijtihad ulama.Namun, pada
pelaksanaanya dalam kehidupan sehari-hari, perbedaan ini tidak lagi
dipersoalkan.Karena itu tidak sedikit ulama yang menyamakan antara fardu dan wajib
serta hanya memegang esensi bahwa keduanya merupakan perbuatan yang harus
dikerjakan dan berdosa bila kita meninggalkannya.
Kita dapat mengenali bahwa pernyataan Allah itu merupakan perintah wajib dengan
mengenali perintah-perintah itu dari bentuk kalimat yang ada pada Al qur’an dan
hadis nabi. Bentuk kalimat yang paling umum digunakan dan di asumsikan sebagai
perintah adalah bentuk fi’il amr (bentuk kalimat perintah).Akan tetapi, walaupun
secara umum fi’il amr berarti perintah wajib, perlu diperhatikan tidak semua bentuk
perintah berarti wajib.Ada juga yang menunjuk pada status sunah.
Selain bentuk fi’il amr, Kita juga dapat mengenali hukum wajib pada kalimat-kalimat
Al qur’an dan hadis yang menggunakan kata fardu atau hukum wajib atau kata yang
searti. Misalnya kata farada atau kutiba yang banyak pada Al qur’an , hadis, atau kata
wajaba, yang biasannya merupakan hasil ijtihad para ulama atau dalil Al qur’an dan
hadis. Perhatikan ayat di bawah ini.
Ayat ini menggunakan kata kutiba yang sama artinya dengan farada. Melihat redaksi
ayat ini, kita dapat menyimpulkan bahwa puasa itu hukumnya wajib.Esensi dari
perintah wajib ini adalah sesuatu hal yang harus di lakukan, baik karena di
perintahkan oleh Allah dan rasul-Nya maupun karena perbuatan itu harus di
lakukan,menurut perhitungan akal dan nurani kita.
a. Wajib ‘ain
Wajib ini dibebankan kepada masing-masing individu mukallaf,dimana kewajiban itu
tidak boleh diserahkan kepada orang lain.Misalnya salat 5 waktu.
9
b. Wajib Kifai (kifayah)
Kewajiban ini dibebankan kepada komunitas kaum islam. Apabila sebagian orang
telah menunaikannya, maka yang lain terbebas dari beban hukum. Namun, apabila
tidak ada seorang pun yang tidak melaksanakannya, maka seluruh anggota komunitas
itu berdosa.Misalnya, pengurusan jenasah.
a. Wajib mutlak, yang tidak ditentukan waktu pelaksanaanya. Misal kalau kita
berutang puasa,maka kapan kita mau membayarnya tidak ditentukan waktunya. Boleh
kapan saja.
b. Wajib mu’aqqad yang telah ditentukan waktu pelaksanaannya dengan jelas dengan
dalil-dalil agama. Misal salat 5 waktu.
a. Wajib muhaddad
Allah telah menentukan dengan jelas jumlah atau ukuran yang harus kita
kerjakan.Misal jumlah rakaat salat.
a. Wajib mua’ayyan
Pada kewajiban ini Allah telah menetapkan jenis perbuatan yang harus di lakukan
secara jelas dan pasti. Sehingga kita tidak boleh menawar atau memilih alternatif
lain.Misalnya salat 5 waktu.
b. Wajib mukhayyar
Pada kewajiban ini Allah memberi kesempatan kepada kita untuk memilih salah satu
diantara beberapa alternatif yang ada.
2. Sunah
Status hukum kedua dalam islam adalah sunah atau nadb.Selain menurut mukallaf
untuk mengerjakan serta menghukumnya bila tidak mengerjakan, adakalanya Allah
dan rasul-Nya memerintahkan suatu perbuatan,tetapi tidak harus dikerjakan bahkan
ditinggalkan pun tidak apa-apa. Dengan kata lain perbuatan itu sunah atau mahdub,
yang berarti kita akan mendapatkan pahala bila mengerjakannya tetapi tidak berdosa
10
bila tidak mengerjakannya.
Namun sebagian ulama membedakan pengertian sunah dan mahdub ini. Menurut
mereka sunah menunjuk pada perbuatan yang selalu dilakukan olen Rasullullah ,
kecuali ada uzur. Misalnya salat tahajud. Sedangkan mahdub menunjuk pada amalan
yang disukai Nabi saw. Tetapi beliau jarang melakukannya.Misalnya puasa 6 hari di
bulan syawal.
Kita dapat menentukan suatu perbuatan bersifat sunah dan mahdub dengan cara
diantaranya ada hadis yang menggunakan yang jelas-jelas mengacu pada hukum
sunnah seperti kata yusannu kaza atau yundabu kaza. Seperti salah satu hadis yang
artinya : Disunnahkan bagi orang yang salat untuk membaca surah atau ayat dari Al
qur’an setelah ia membaca surah al-Fatihah pada dua rakaat salat subuh dan salat
Jum’at, dua rakaat awal salat zuhur, ashar, maghrib, dan isya, dan semua rakaat salat
sunnah.
Perlu diketahui, indikator lain atau keterangan pada suatu perintah tidak selamanya
berasal dari Alqur’an, adakalanya dalam hadis nabi ataupun ijtihat para ulama.
Terkait dengan sunnah, ada beberapa istilah yang perlu diketahui yaitu:
a. Sunnah muakad
Sunnah ini sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Rasullullah senantiasa
melaksanakannya dalam kehidupan beliau.Walau sangat dianjurkan, kita tidak
berdosa bila tidak melaksanakannya.
c. Sunnah mustahab
Sunnah ini biasa di sebut fadilah (keutamaan) karena dilaksanakan untuk
menyempurnakan amal perbuatan yang kita lakukan.
3. Mubah
Adakalanya Allah swt memberi kebebasan kita untuk melakukan atau tidak melakuakan suatu
perbuatan.Khitabini biasa disebut ibahah. Dengan kata lain, perbuatan yang terkait dengan
khitab ibahah ini mempunyai status hukum mubah, atau halal atau jaiz yaitu dikerjakan atau
tidak, tidak akan konsekuensi pahala atau dosa.
Pada dasarnya,segala perbuatan dalam bidang muamalah dibolehkan selama tidak ada dalil
yang mengharamkannya. Prinsip ini dalam ilmu usul fikih disebut Bara’ah Asliyah (bebas
menurut asalnya) dan sesuai dangan salah satu kaidah usul fikih.
11
Selain prinsip dasar itu, kita juga dapat mengenali perbuatan mubah ini dalam Alqur’an
dengan kalimat-kalimat yang digunakan , salah satunya dengan kalimat uhilla (dihalalkan).
Redaksi ini dapat dengan jelas di temukan pada Surah al-maidah ayat 96 berikut ini.
Artinya:Dihalalkan bagimu hewan buruan laut dan makanan( yang berasal) dari laut sebagai
makan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan.
Satu hal yang perlu diperhatikan, walaupun pada dasarnya semua perbuatan bidang dalam
bidang muamalah itu diperbolehkan sampai pada dalil yang melarangnya,bukan berarti kita
kita lantas bebas berbuat dengan alasan tidak ada larangannya. Bisa jadi larangan itu ada
tetapi tidak kita ketahui, maka kita menganggapnya tidak ada.Kita dapat menggunakan hati
nurani kita untuk memutuskan apakah perbuatan itu baik atau tidak dan benar atau salah.
4. Makruh
Selain menuntut kita untuk melaksanakan perbuatan yang baik ada juga khitab Allah yang
menyuruh kita untuk tidak melakukan sessuatu.Khitab ini terdiri atas karahah (makruh) dan
tahrim (haram).
Allah menetapkan dua hukum tersebut karena Allah mengetahui manusia berpotensi sangat
besar untuk menyimpang.Maka sebagai sayangnya Allah memberikan anjuran yang tidak
ketat untuk meniggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik.
Khitab Allah yang menghendaki kita untuk meninggalkan suatu perbuatan, walaupun tidak
berdosa pula bila dikerjakan disebut karahah atau makruh. Khitab ini dapat kita kenali dalam
dalil-dalil agama dengan menggunakan kalimat karraha (memakruhkan ) dan semua kata
yang semakna dengannya, atau dengan khitab yang menggunakan kalimat larangan ataupun
kalimat perintah yang tidak menunjukkan keharaman.Seperti contoh di bawah ini yang
artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diseru untuk melaksanakian salat pada
hari jum’at maka segeralah menigngat Allah dan tinggalkanlah jual beli.Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Q.S al-jumu’ah [62]:90)
Khitab Allah di atas menggunakan kalimat perintah (fi’il amr) yang tidak
mengharamkan.Dengan demikian, walaupun menggunakan kalimat perintah untuk
meninggalkan, bukan berarti jual beli itu haram.
Sebenarnya perbuatan makruh ini tidak hanya dapat dikenal melalui khitab-khitab Allah dan
rasul-Nya.Akan tetapi, akal dan nurani ktapun dapat juga menemukan serta mengenalinya.
Dari sini makruh dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: makruh tanzih,tarkul aula, dan
makruh tahrim. Makruh tanzih adalah melakukan suatu perbuatan yang lebih baik
ditinggalkan.Tarkul aula adalah meninggalkan sesuai yang sebaiknya dikerjakan.Sedangkan
makruh tahrim dapat berupa yang dilarang dengan dasar dalil zanni atau dengan perintah
larangan dengan dalil qat’I yang tidak mengharamkan secara tegas.
12
5. Haram
Hukum taklifi yang terakhir adalah tahrim atau haram.Tahrim termasuk khitab Allah yang
melarang sesuatu.Hanya saja, berbeda dari karahah, larangan larangan pada tahrim ini lebih
tegas dan dilengkapi sanksi bagi siapa yang melakukanya.
Diantara dalil-dalil yang mengacu pada hukum haram atau tahrim ini adakalanya
menyebutkan dengan kalimat yang jelas seperti haramma atau hurimma.Seperti pada surah
al-Maidah[5] ayat 3.
Artinya:Diharamkan bagimu (memakan )bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan
yang disembelihbukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas,kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan
(diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah). (Karena)itu suatu perbuatan
fasik. (Q.S al-Maidah [5]:3 )
Para ulama membagi haram ini dalam dua kelompok yaitu haram lizatihi dan haran ligairihi.
Haram lizatihi.Haram dengan dirinya sendiri. Perbuatan-perbuatan yang jelas ditetapkan oleh
Allah dan Rasulullah sebagai haram sejak semula karena secara tegas secara tegas
mengandung kemafsadatan (kerusakan)masuk dalam kelompok ini. Seperti mencuri, minum
miras,dsb.
Haram ligairihi.Haram dengan sebab dari luar dirinya.Haram ini kadang kala disebut juga
sebagai haram li ardihi. Perbuatan –perbuatan yang termasuk dalam kelompok ini sebenarnya
sesuatu yang tidak haram, tetaoi kemudian menjadi haram karena sebab-sebab diluar
perbuatan itu.Misalnya makan bakso tanpa bayar maka menjadi haram, padahal bakso adalah
makanan yang halal.
F. Meneliti tentang pemahaman QS.Al-Isra:9 dan An-Nisa:59 dan 105 sebagai sumber
Hukum
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
13
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa’ : 59)
Dari ayat tersebut jelas bahwa kedudukan Al-Quran adalah sebagai sumber hukum
islam yang paling utama yang dapat dijadikan pedoman hidup dan petunjuk bagi umat
manusia. Yang tidak ada keraguan sedikitpun padanya. Dan apabila orang tersebut
berpegang teguh kepada Al-Qur’an, maka tidak akan tersesat selama-lamanya.
﴾۹﴿ ًت أكنن لكههجم أكججرراً ككببيِررا إبنن هككذاً اًجلقهجرآْكن يكجهبديِ لبلنبتي بهكي أكجقكوُهم كويهبكششهر اًجلهمجؤبمبنيِكن اًلنبذيكن يكجعكمهلوُكن اًل ن
صاَلبكحاَ ب
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang
mengerjakan amal sholih, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’:
9).
14
2. Al-Qur’an adalah al-huda[Petunjuk].Allah Ta’ala berfirman:
صجلكناَهه كعلكىىَ بعجلمم ههردىً كوكرجحكمةر لبقكجوُمم يهجؤبمهنوُكن كولكقكجد بججئكناَههجم بببككتاَ م
ب فك ن
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada
mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
“Al Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula
enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barangsiapa yang enggan
dari menyembah-Nya, dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan
mereka semua kepada-Nya.”
5. Al-Qur’an adalah al-muhaimin [saksi dan pemberi keputusan].Allah Ta’ala
berfirman:
اه ُهَّلل كوكلَ تكتنببجع أكجهكوُاًكءههجم ب كوهمهكجيِبمرناَ كعلكجيِبه ُهَّلل كفاَجحهكجم بكجيِنكههجم ببكماَ أكجنكزكل ن
صشدرقاَ لبكماَ بكجيِكن يككدجيبه بمكن اًجلبككتاَ ب ب بباَجلكح ش
ق هم ك ك اًجلبككتاَ ك
كوأكجنكزجلكناَ إبلكجيِ ك
ى ه
اه لككجكعلكهكجم أنمةر كواًبحكدةر كولكبكجن لبيِكجبلهكوُهكجم بفي كماَ آْكتاَهكجم ُهَّلل ق َ لبهكيل كجكعجلكناَ بمجنهكجم بشجركعةر كوبمجنكهاَرجاَ َ كولكجوُ كشاَكء ن ك بمكن اًجلكح ش كعنماَ كجاَكء ك
ه
ت َ إبكلىَ اب كمجربجهعهكجم كجبميِرعاَ فكيِهنكبشئههكجم ببكماَ هكجنتهجم بفيِبه تكجختكلبفوُكن ن ج ه
كفاَجستكببقوُاً اًلكخجيِكراً ب
15
H. Memberikan contoh perilaku tentang QS.Al-Isra:9 dan An-Nisa:59 dan 105
sebagai sumber hukum dan pedoman hidup.
1. Gemar membaca dan mempelajari al-Qur’an dan hadis baik ketika sedang sibuk
ataupun santai.
3. Selalu mengonfirmasi segala persoalan yang dihadapi dengan merujuk kepada al-
Qur’an dan hadis, baik dengan mempelajari sendiri atau bertanya kepada yang ahli di
bidangnya.
6. Membiasakan diri berpikir secara rasional dengan tetap berpegang teguh kepada al-
Qur’an dan hadis.
9. Selalu berusaha keras untuk mengerjakan segala kewajiban serta meninggalkan dan
menjauhi segala larangan.
16
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Kita perlu mengetahui / memahami bahwa sesungguhnya manusia itu adalahmakhluk
yang lemah. Didalam kandungan Al-Qur’an mengajarkan kita agar berprilaku
dengan akhlak karimah, seperti : kesabaran, murah hati dan lain-lain. Kita sebagaiumat islam
wajib memahami dan mempelajari dengan baik supaya kita tidak terjerumus.
Al-Qur’an itu kitab terbaik yang diturun melalui Jibril sebagai mukjizat
NabiMuhammad SAW. Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk hidup umat islam.
Semuakisah yang ada didalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan sejarah umat – umat
terdahulu merupakan realitas yang bersifat pasti dan tidak diragukan lagi kebenarannya.
B.SARAN
Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmatnya
dan hidayahnya yang telah memberikan kesempatan untuk saya hingga saya bisa menulis makalah ini,
dan dengan kekurangan-kekurangan yang ada pada penulisan maka dari itu saya mengharap
saran dan kritik untuk menuju kepada yanglebih baik.
Penulis menyarankan kepada para pembaca agar lebih baik memahami tentang Al-
Qur’an yang lebih dalam supaya umat islam memahami dan mempelajari.
Ungkapan terima kasih kepada pembimbing sehingga terselesainya tulisan ini. Mudah-
mudahan Allah SWT meridhoi apa yang kita kerjakan. Amin
17
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.academia.edu/12798152/Al-quran_Sebagai_Pedoman_Hidup
3. http://www.caramenghafalalquran.com/sejarah-turunnya-al-quran/
4. http://hiqma.uinjkt.ac.id/alquran-sebagai-pedoman-hidup-2/
5. http://www.akidahislam.com/2016/11/pengertian-fungsi-dan-kedudukan-al.html
6. http://bentukdanisi.blogspot.co.id/2012/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-
none_4343.html
7. http://nurmaliaandriani95.blogspot.co.id/2014/09/sumber-sumber-hukum-pidana-
islam.html
8. http://kabelkreatif.blogspot.co.id/2016/06/menerapkan-perilaku-mulia-sumber-
hukum_27.html
9. https://www.scribd.com/doc/113055797/Makalah-Al-Qur-an-Sebagai-Pedoman-
Hidup
18