Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
Latar belakang
Pada hakikatnya manusia bisa dilihat sebagai makhluk pribadi, sedangkan disisi lain
dipandang sebagai makhluk sosial. Paham individualisme memandang bahwa manusia semata-
mata sebagai makhluk pribadi dengan mengesampingkan kodratnya sebagai makhluk sosial.
Sebaliknya, pandangan sosialisme, menyatakan manusia adalah makhluk sosial. Pandangan kita
bangsa Indonesia menyatakan bahwa manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial, manusia akan berinteraksi dengan manusia lain dalam wujud interaksi
sosial. Sebagai makhluk pribadi dan sosial manusia akan menghadapi dilema dalam kerangka
pemenuhan kebutuhan antara kepentingan diri dan kepentingan masyarakat.
Dalam perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya bermakna
kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas dengan corak kepribadiannya,
termasuk kemampuan kecakapannya. Dengan demikian, manusia sebagai individu merupakan
pribadi yang terpisah, berbeda dari pribadi lain. Manusia sebagai makhluk individu adalah
manusia sebagai perseorangan yang memiliki sifat sendiri-sendiri. Manusia sebagai individu
adalah bersifat nyata, berbeda dengan manusia lain dan sebagai pribadi dengan ciri khas
tertentuyang berupaya merealisasikan potensi dirinya.
Manusia dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada
manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain.
Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lainmembentuk kelompok-kelompok
dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Dalam hal ini, manusia sebagai individu
memasuki kehidupan bersama dengan individu lainnya.
Rumusan masalah
1. Bagaimana hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial?
2. Apa saja peran manusia sebagai individu dan makhluk sosial?
3. Apa saja teori manusia sebagai makhluk sosial dan individu?
4. Apa saja interaksi sosial dan sosialisasi manusia sebagai makhluk individu dan sosial?
5. Apa saja dinamika interaksi sosial?
6. Apa saja dilema antara kepentingan individu dan kepentingan sosial?
7. Bagaimana pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan sosial?
Tujuan penulisan
1. Mengetahui hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
2. Mengetahui fungsi dan peran manusia sebagai individu dan makhluk sosial.
3. Mengetahui macam-macam dinamika interaksi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Hakikat manusia sebagai individu dan makhluk sosial


Di dalam diri manusia terdapat dua kepentingan, yaitu kepentingan individu dan
kepentingan bersama. Kepentingan individu didasarkan manusia sebagai makhluk individu,
karena pribadi manusia yang ingin memenuhi kebutuhan pribadi. Kepentingan bersama
didasarkan manusia sebagai makhluk sosial yang ingin memenuhi kebutuhan bersama.
Dalam perjalanannya, kepentingan-kepentingan tersebut kadang saling berhadapan dan
kadang pula saling berkait. Terkadang muncul suatu penolakan dan penerimaan yang pada
akhirnya bermuara pada etika, yaitu suatu ajaran tentang norma dan tingkah laku yang berlaku
dalam suatu kehidupan manusia. Artinya, titik kompromi antara kepentingan individu dan
bersama ditimbang menurut kadar etis tidaknya kedua kepentingan tersebut. Menurut Jurgen
Habermas, “Masyarakat memiliki tiga jenis kepentingan yang memiliki pendekatan rasio
berbeda. Pertama, kepentingan teknis . hal ini sangat kuat berhubungan dengan penyediaan
sumber daya natural dan juga kerja. Kedua, kepentingan interaksi. Ini merupakan kepentingan
praktis yang sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Ketiga, kepentingan
kekuasaan. Disatu sisi, hal ini berhubungan erat dengan distribusi kekuasaan dalam masyarakat.
Disisi lain, adanya suatu kebutuhan dasariah manusia yang membebaskan diri dari segala bentuk
dominasi atau kebebasan.
Dalam perbedaan kepentingan ini masyarakat mengalami sebuah pertarungan yang
sangat tajam dalam kehidupan sosial dan politik. Apalagi kalau kepentingan kekuasaan dan
kepentingan teknis mengabaikan kepentingan sosial. Kalau kepentingan kekuasaan mengarah
pada tendensi untuk menciptakan distorsi terhadap komunikasi, maka yang terjadi hanya ada
penindasan dan reduksi. Menurut habermas, “Untuk bisa mendamaikan konflik kepentingan ini,
kita membutuhkan adanya sebuah ruang public. Ini merupakan media untuk menjembatani setiap
kepentingan karena setiap komponen dalam masyarakat memiliki akses yang sama untuk
berbicara, berdiskusi dan mencari alternative yang tepat tentang segala persoalan dalam
kehidupan bermasyarakat.
1) Manusia sebagai makhluk individu
Individu berasal dari Latin individum yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan
sebutan yang dipakai untuk menyatakan satu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata
individu bukan berarti manusia secara keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai
kesatuan terbatas, yaitu perseorangan manusia.
Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perseorangan atau
sebagai diri pribadi. Manusia sebagai diri pribadi merupakan makhluk yang diciptakan secara
sempurna oleh tuhan Yang Maha Esa. Disebutkan dalam kitab suci Al-Qur’an bahwa
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Dalam
ajaran agama-agama dunia juga diterangkan sangat jelas kedudukan manusia sebagai makhluk
yang mulia, karena itu tidak dibenarkan manusia melakukan perbuatan tercela. Sebaliknya,
pribadi manusia dituntut mampu berinteraksi, berkomunikasi, bekerja sama, dan saling
berlomba-lomba melakukan perubahan menuju yang lebih baik dengan individu lainnya.

2) Manusia sebagai makhluk sosial


Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan
sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan bantuan
manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi
dengan manusia lainnya. Bahkan sejak lahirpun manusia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada, yang menitik
beratkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Yakni memiliki unsur-unsur
keharusan biologis, yang terdiri dari:
 Dorongan untuk makan.
 Dorongan untuk mempertahankan diri.
 Dorongan untuk melangsungkan hubungan beda jenis.
Dengan keharusan biologis tersebut menggambarkan betapa individu dalam
perkembangannya sebagai seorang makhluk sosial meniscayakan adanya dorongan untuk saling
berketergantungan dan membutuhkan antara satu dengan lainnya. Karena itu komunikasi antar
masyarakat menentukan peran manusia sebagai makhluk sosial. Kedudukan manusia sebagai
makhluk sosial dengan demikian tidak dapat dilepaskan dari cara dan bentuk adaptasi mereka
terhadap lingkungannya.
Dalam perkembangannya, manusia mempunyai kecenderungan sosial untuk selalu
meniru guna membentuk diri dalam kehidupan masyarakat. Diantara kebutuhan untuk meniru
adalah dalam hal sebagai berikut:
 Menerima bentuk-bentuk kebudayaan, yaitu menerima bentuk-bentuk pembaruan yang
berasal dari luar sehingga dalam diri manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
 Penghematan tenaga, yaitu tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak
tenaga dari manusia sehingga kinerja manusia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan
efisien.
Banyak faktor yang mendorong manusia secara individual membutuhkan dirinya sebagai
makhluk sosial sehingga terbentuk interaksi sosial antara manusia satu dengan manusia lainnya.
Secara garis besar, faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga
hal, yaitu:
 Tekanan emosional. Kondisi psikologi seseorang sangat mempengaruhi bagaimana
manusia berinteraksi satu sama lain, apakah sedang bahagia, senang atau sebaliknya sedih,
berduka dan seterusnya.
 Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi yang
direndahkan, maka ia akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan yang lainnya.
Karena ketika seseorang merasa direndahkan dengan secara spontan ia membutuhkan kasih
sayang dati pihak lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi psikologi kembali sepeti
semula.
 Isolasi sosial. Orang yang merasa atau dengan sengaja terisolsi oleh komunitasnya atau
pihak-pihak tertentu, maka ia akan berupaya melakukan interaksi dengan orang yang sepaham
atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
Dengan demikian, sebagai individu perlu tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat. Sebagai anggota masyarakat ia perlu menjalankan kewajiban dan haknya dalam
tatanan suatu kehidupan bersama.
2. Peranan manusia Sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
1) Peranan Manusia sebagai makhluk individu
Sebagai individu manusia memiliki harkat dan martabat yang mulia. Setiap manusia
dilahirkan sama dengan harkat dan martabat yang sama pula. Perbedaan yang ada seperti beda
keyakinan, tempat tinggal, ras, suku dan golongan tidak meniadakan persamaan akan harkat dan
martabat manusia. Oleh karena itu pengakuan dan penghargaan manusia sangat diperlukan.
Pengakuan dan penghargaan itu diwujudkan dengan pengakuan jasmani atas hak-hak asasi
manusia. Manusia sebagai makhluk individu berupaya merealisasikan segenap potensi dirinya,
baik potensi jasmani maupun potensi rohani. Jasmani atau raga adalah badan atau tubuh manusia
yang bersifat kebendaan, dapat diraba, dan bersifat real. Rohani atau jiwa adalah unsur-unsur
manusia yang bersifat kerohanian, tidak bisa diraba, tidak berwujud atau ditangkap dengan
indera. Unsur dari jiwa ini terdiri dari tiga jenis: akal, rasa dan kehendak.
Sebagai makhluk individu, manusia berusaha memenuhi kepentingan atau mengejar
kebahagiaan sendiri. Motif tindakannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang
meliputi rohani dan kebutuhan jasmani. Penekanan pada kepentingan diri memunculkan sifat
individualistik dalam diri pribadi yang bersangkutan. Berdasarkan sifat kodrat manusia sebagai
individu dapat diketahui bahwa manusia memiliki harkat dan martabat, manusia memiliki hak-
hak dasar, setiap manusia memiliki potensi diri yang khas. Dan setiap manusia memiliki
kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Dengan uraian diatas, manusia sebagai makhluk individu berperan untuk mewujudkan
hal-hal tersebut. Manusia sebagai individu berusaha:
 Menjaga dan mempertahankan hak dan martabatnya.
 Merealisasikan segenap potensi diri baik sisi jasmani maupun rohani.
 Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya.

2) Peranan manusia sebagai makhluk sosial


Manusia sebagai pribadi adalah berhakikat sosial. Artinya manusia akan senantiasa
berhubungan dengan orang lain. Manusia tidak akan mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang
lain. Fakta ini memberikan kesadaran akan ketidakberdayaan manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sendiri.
Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial menjadikan manusia melakukan peran-peran
sebagai berikut:
 Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok.
 Membentuk kelompok-kelompok sosial.
 Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok.

3. Teori manusia sebagai makhluk sosial dan individu

Pada hakikatnya manusia berperan ganda, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial.Dalam berinteraksi dengan sekitar, ada hubungan secara vertical dan hubungan secara
horizontal.Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia tidak bisa hidup sendirian.
Ada tiga teori yang dapat membantu menerangkan moden dan kualitas hubungan antar manusia:
1) Teori transaksional ( model pertukaran sosial)
Menurut teori ini, hubungan antarmanusia berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu
apakah masing-masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi.
2) Teori Peran
Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada scenario yang disusun
oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya.
3) Teori Permainan
Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu anak-anak, orang dewasa,
dan orang tua.
Manusia memang tidak akan lepas dari berhubungan dengan orang lain.Dalam hubungan itu
kita harus bisa memahami peranan dan kedudukan masing-masing.Jangan sampai terjadi
kesalahan,Karena itu, bisa membuat tidak harmonisnya hubungan kita dengan sesame manusia.
Untuk menjaga hubungan yang harmonis sebagai individu dan makhluk sosial, umumnya
setiap suku bangsa memiliki nilai-nilai dan tradisi yang dapat dikembangkan menjadi model
kedamaian yang kondusif bagi eeratan antar-suku bangsa, agama, ras, dan perbedaan lainnya.
Dalam praktiknya hubungan transaksional ini bermacam-macam sifatnya.Adakalanya
bersifat barter atau pertukaran langsung seperti jual beli.Dapat pula transaksional ini bersifat
kekeluargaan atau kekerabatan.

4. Interaksi sosial dan sosialisasi manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Manusia sebagai mahkluk sosial dalam kehidupan sehari-harinya pasti membutuhkan
orang lain. Proses interaksi dan sosialisasi selalu terjadi kapan dan dimanapun manusia itu
berada. Dalam hal ini bentuk interaksi sosial sangat bermacam-macam.Pola sosialisasi pun ada
bermacam-macam.Untuk lebih jelasnya uraian mengenai interaksi sosial dan sosialisasi adalah
sebagai berikut.
1) Interaksi Sosial
Manusia dikenal sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dikatakan makhluk
sosial karena manusia sebagai individu saling membutuhkan dan saling berinteraksi dengan
manusia atau individu lainnya. Oleh sebab itu manusia sebagai makhluk sosial sangat
membutuhkan orang lain pada hidupnya untuk saling memberi, menolong, dan melengkapi satu
sama lain.
Adapun pengertian interaksi sosial menurut Effendi (2010:46) adalah kata interaksi
berasaldari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling
mempengaruhi antar individu, kelompok social, dan masyarakat. Dalam hal ini berarti bahwa
manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari hubungan dengan manusia
lainnya.Interaksi juga berarti bahwa setiap manusia saling berkomunikasi dan mempengaruhi
bisa dalam pikiran maupun tindakan.
Menurut GillindanGillin (Effendi, 2010:46) menyatakan bahwa interaksi sosia adalah
hubungan-hubungan antara orang-orang secara individu, antar kelompok, orang, dan orang
perorangan dengan kelompok. Dalam hal ini interaksisosial bisa dilakukan oleh orang
perorangan, bisa oleh kelompok, juga bisa perorangan dengan kelompok.
Interaksisosial dimulai dari hal yang terkecil yaitu saling menegur, menyapa,
berjabatangan, saling berbicara dan lain-lain. Bahkan dalam pertengkaran atau perkelahianpun
termasu kinteraksisosial.
Faktor faktor dari inetraksi sosial:
a. Imitasi.
Imitasi merupakan proses peniruan. Kita sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan orang lain
termasuk dalam hal meniru perilaku orang lain yang positif bagi kita. Peniruan sudah dilakukan
pada rentan anak usia dini. Anak usia dini merupakan peniru yang ulung, maka dari itu sikap dan
perilaku setiap orang dewasa perlu dijaga dan diperhatikan agar peniruan yang dilakukan anak
usia dini bersifat positif. Pada proses peniruan ini mudah berubah-ubah karena perkembangan
teknologi didunia ini berlangsung secara global dan sangat cepat.
b. Sugesti
Sugesti adalah suatu proses dimana seorang individu menerima pendapat atau pandangan dari
orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. Sugesti merupakan pengaruh psikis yang datang
dari dirinya sendiri maupun orang lain. Orang akan mudah menerima sugesti dari orang lain
ketika seseorang sedang ada pada kondisi yang dilematis. Dalam hubungan interaksi sosial, arti
Imitasi dan sugesti hampir sama perbedaannya adalah dalm imitasi seseorang mengikuti atau
meniru orang lain, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau pendapat
menurut dirinya dan diterima oleh orang lain.
c. Identifikasi
Dalam psikologis identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik atau dorongan untuk
menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahir maupun batin.
d. Simpati
Simpati yaitu perasaaan yang timbul pada orang lain atas dasar penilaian menurut perasaan
didalam dirinya.

2) Bentuk Interaksi Sosial


a. Bentuk Interaksi Asosiatif
 Kerjasama (cooperation)
Kerjasama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang sering terjadi dimasyarakat
pada umumnya. Kerjasama menggambarkan sebagian besar bentuk interaksi sosial. Dan setiap
bentuk interaksi sosial dapat ditemukan pada setiap kelompok manusia. Kerjasama timbul karena
orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya atau kelompok yang lainnya.
 Akomodasi (accomodation)
Dalam interaksi sosial, istilah akomodasi berarti suatu kenyataan adanya keseimbangan
dalam interaksi orang perorangan dan kelompok manusia sehubungan dengan nilai dan norma
yang berlaku dimasyarakat.
b. Bentuk Interaksi Disosiatif
 Persaingan (competition)
Persaingan merupakan bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk memperoleh keuntungan tertentu baik bagi dirinya maupun kelompoknya
dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan
kekersan.
 Kontravensi (contravention)
Kontraversi adalah rperasaaan yang menggejolak yang ada pada diri seseorang yag ditandai oleh
adanya ketidakpastian dalam diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan
kebencian terhadap orang lain. Tapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menimbulkan
pertentangan atau pertikaian.
 Pertentangan (conflict)
Pertentangan merupakan suatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha
utuk mencapai tujuannya dengan cara menentang pihak yang lain atau pihak yang menghalangi
dengan ancaman atau tindak kekerasan.
3) Sosialisasi
Sosialisasi sangat erat kaitannya terhadap manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial kita harus senantiasa hidup bersosial dengan orang lain agar dapat saling
membantu, melengkapi, dan mencapai tujuan hidup kita. Menurut Berger (Effendi, 2010:49)
mendefinisika sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member
of society” yaitu suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat. Dalam hal ini jelas dikatakan bahwa proses sosialisasi dimulai
dari sejak anak usia dini hingga usia seseorang berakhir. Proses sosialisasi terus dilakukan
selama kita masih hidup dan masih membutuhkan orang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa
sosialisasi adalah proses dimana seseorang dapat berinteraksi dan berpartisipasi dengan
masyarakat yang ada disekitarnya.
Setiap orang harus mempelajari peranan-peranan yang ada dalam masyarakat. Seseorang
belajar memahami apa peranan dirinya yang harus dijalankan dalam masyarakat dan apa peranan
orang lain yang harus dijalankan dalam masyarakat. Dengan mengetahui peranan yang ada
didalam masyarakat maka timbullah proses interaksi sosial dengan orang lain. Menurut teori
George Herbert Mead menjelaskan bahwa tahapan-tahapan pengembangan diri manusia dalam
berinteraksi dibagi dalam beberapa tahap yaitu: play stage, game stage, dan tahap generalized
other.
Tahap pertama yaitu play stage terjadi pada anak usia dini. Pada tahap ini anak mulai
menirukan apa yang dilakukan oleh orang disekelilingnya terutama orang tuanya. Ia mulai
menirukan apa yang biasa dilihatnya sehari-hari. Contohnya dalam bermain anak terkadang
bermain peran yang dijalankan sebagai ibu atau ayah dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada
tahap ini anak belum mengerti memahami peranan-peranan yang ditirunya.
Tahap kedua yaitu game stage, pada tahap ini anak sudah mengetahui peranan yang harus
dijalankannya dan juga anak telah mengetahui peranan yang haru dijalankan oleh orang lain.
Contohnya dalam pertandingan sepak bola. Ketika anak menjadi kiper ia mengetahui tugasnya
adalah menjaga agar gawangnya tidak termasuki bola oleh lawannya. Dan ia juga mengetahui
peran teman-temannya dan peran tim lawan. Ia juga mengetahui peran wasit, hakim garis, pelatih
dan lain sebagainya.
Tahap ketiga yaitu generalized other, pada tahap ini seseorang sudah mampu mengambil
peranan peranan yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Ia telah mampu berinteraksi
dengan orang lain dan memahami dengan siapa ia berhadapan dan berinteraksi. Contohnya
ketika ia menjadi seorang anak ia mampu memahami peran yang dijalankan orang tuanya. Ketika
ia jadi siswa ia mampu memahami peran yang dijalankan oleh gurunya. Ketika ia jadi karyawan
ia mampu memahami peran yang dilakukan atsannya dan laun sebagainya. Dari ketiga tahap
tersebut terlihat jelas bahwa diri seseorang terbentik karena adanya interaksi sosial.
Setiap makhluk hidup pasti sangat membutuhkan proses sosialisasi, baik itu dimulai dari
anak usia dini sampai dewasa bahkan sosialisasi berjalan seumur hidup.apa yang terjadi jika
sejak usia dini anak tidak mengalami sosialisasi ? pasti anak tidak akan menjadi manusia
seutuhnya, karenan kemampuan seseorang untuk berperan sebagai anggota masyarakat sangat
tergantung pada proses sosialisasi. Ketika seseorang tidak mengalami sosialisasi maka yang
terjadi adalah orang itu tidak dapat berinteraksi dengan orang lain.
Sosialisasi dilakukan oleh semua individu yang bersosial. Ada beberapa pihak yang
membantu melaksanakan sosialisasi yaitu keluarga, kelompok bermain media massa dan sistem
pendidikan. Peran agen utama yaitu orangtua merupakan peran penting bagi anak untuk
bersosialisasi. Orang tua merupaka awal dimana kita melakukan interaksi dengan dunia pertama
kita. Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan yang paling utama dalam hal pertumbuhan
dan perkembangan anak begitupun dengan perkembangan sosialisasi mereka. Maka orang tua
hendaknya mengoptimalkan proses sosialisasi pertama untuk anak
4) Bentuk dan Pola Sosialisasi
a. Bentuk-bentuk sosialisasi
Sosialisasi merupakan salah satu bentuk manusia dalam mempertahankan interaksi
dengan lingkungannya. Proses ini berlangsung sepanjang hidup manusia. Bentuk sosialisasi
dibedakan menjadi dua yaitu sosialisasi primer dan sekunder.
Sosialisasi primer adalah sosialisasi pertama yang dilakukan oleh seluruh individu sejak
ia kecil. Sosialisasi primer tidak ada proses identifikasi dan pada masa inilah dumia pertama
anak terbentuk. Sosialisasi primer berakhir ketika konsep tentang orang lain pada umumnya telah
terbentuk dan tertanam dalam kesadaran individu. Pada titik ini ia merupakan anggaota efektif
masyarakat.
Sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah
disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objek masyarakat. Apabila sosialisasi ini tidak
berjalan maka akan menimbulkan dampak yaitu pengetahuan yang dimiliki akan sangat
sederhana.
b. Pola sosialisasi
Pada dasarnya ada dua pola sosialisasi, yaitu pola represi (kekerasan/hukuman) dan pola
partisipasi. Sosialisasi menggunakan pola represi menekankan pada penggunaan hukuman atau
kekerasan apabila terdapat dan melakukan kesalahan. Adapun ciri-ciri lain dalam penggunaan
prose represi yaitu penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan, penekanan terhadap orang
tua, penekanan terhadap komunikasi satu arah non verbal dan berisi perintah, sosialisasi terhadap
orang tua dan keinginan orangtua dan lain-lain.
Sosialisasi secara partisipasi merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan ketika
ia berlaku baik , hukuman dan imbalan berupa simbol, anak diberi kebebasan, komunikasi
bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, kebutuhan dianggap sangat penting dal=n lain
sebagainya.

5. Dinamika dalam interaksi sosial


Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan
timbal balik antar individu, antar kelompok manusia, maupun antar orang dengan kelompok
manusia. Bentuk interaksi sosial antara lain: akomodasi, kerjasama, persaingan, dan pertikaian.
Ciri-ciri sebuah interaksi sosial:
 Pelakunya lebih dari satu orang
 Adanya komunikasi antar pelaku melalui kontak sosial.
 Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan
yang diperkirakan pelaku.
 Ada dimensi waktu yang akan menentukan sikap atau tindakan yang sedang berlangsung.
Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial. Kontak dapat bersifat
primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila ada kontak langsung dengan cara berbicara,
jabat tangan, tersenyum, dsb. Kontak sekunder yaitu kontak dengan perantar contohnya melalui
telepon, radio, televisi, dan media lain.
Dinamika yang muncul akibat interaksi sosial antara lain: akulturasi budaya, asimilasi,
dan inovasi:
Akulturasi budaya
Akulturasi budaya adalah proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu yang dipengaruhi oleh unsur-unsur suatu kebudayaan lain
sehingga sebagian unsur yang baik bagi suatu kelompok tertentu diterima dan disesuaikan
dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya identitas kebudayaan
asli. Contoh yang muncul adalah ketika pihak pribumi mulai menerima penggunaan gaya
hidup seperti bahas, cara berpakaina dan sopan santun ala budaya lain.
Asimilasi budaya
Asimilasi budaya adalah interaksi sosial dalam jangka waktu lama antara dua
masyarakat yang mempunyai kebudayaan yang berbeda. Asimilasi ditandai dengan adanya
usaha untuk mengurangi perbedaan antar kelompok serta usaha menyamakan kesatuan
sikap, mental, dan tindakan demi tercapainya tujuan bersama. Asimilasi dapat berlangsung
apabila masing-masing kelompok menghilangkan batas-batas kelompok yang ada dan
melebur menjadi satu. Proses asimilasi dapat terjadi jika terjadi hal sebagai berikut:
 Kelompok-kelompok manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.
 Kelompok manusia ini saling bergaul secara intensif dalam kurun waktu yang lama.
 Pertemuan budaya-budaya antar kelompok itu masing-masing berubah watak
khasnya dan unsur-unsur kebudayaannya saling berubah sehingga memunculkan
suatu watak kebudayaan yang baru atau campuran.

Inovasi (pembaruan)
Inovasi mempunyai arti lebih luas daripada penemuan-penemuan. Menurut KBBI,
inovasi adalah pemasukan atau pengenalan hal-hal baru, pembaharuan, penemuan baru yang
berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Dari pengertian inovasi
tersebut dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah proses kreatif dalam melakukan penemuan
baru yang berbeda dari yang sudah ada. Proses pembaruan dapat digolongkan dalam bentuk:
 Discovery, atau penemuan unsur-unsur kebudayaan yang baru berupa gagasan
individu atau kelompok.
 Invention, atau tindak lanjut inovasi berupa pengakuan, penerimaan, dan penerapan
proses discovery oleh masyarakat.

6. Dilema kepentingan individu dan kepentingan sosial


Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu terdiri dari dua kepentingan,
yaitu ke pentingan individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau golongan dan
kepentingan masyarakat yang termasukke pentingan rakyat . Dalam diri manusia, kedua
kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut
hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu
kepentingan, jika kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya, jika
kepentingan masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah
kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau dilema manusia
jika mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.Persoalan
pengutamaan kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang
berkembang menjadi paham/aliran bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu kelompok
masyarakat. Adapun Ariska mengemukakan dua pandangan yaitu pandangan individualisme dan
pandangan sosialisme. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut kami sajikan uraian berikut.
1) Pandangan Individualisme
Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk
individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan
lengkap terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat bahwa
kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral individualisme adalah
kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualisme menghasilkan
ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut juga ideologi individualisme liberal.
Paham individualisme liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme) pada abad
ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke,
Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah
sebagai berikut.
a. Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya berada
pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi sosial, Mementingkan diri sendiri atau
kepentingan individu yang bersangkutan.
b. Pemberian kebebasan penuh pada individu. Persaingan bebas untuk mencapai
kepentingannya masing-masing.Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa
menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan antar individu. Menurut paham
liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi,
negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka
mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.

2) Pandangan Sosialisme
Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan
Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan.
Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak
individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya dalam suatu
komunitas atau kelompok.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras,
bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi.
Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang
tersisih oleh system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk meraih
hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam kerangka
kepentingan masyarakat yang lebih luas. Dalam sosialisme yang radikal/ekstem
(marxisme/komunisme) cara untuk meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan
dan penguasaan alat-alat produksi oleh perorangan. Paham marxisme/komunisme dipelopori
oleh Karl Marx (1818-1883).
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang
hakikat manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih
ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia adalah
pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme
Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk
sosial semata. Menurut paham ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi
dikorbankan untuk kepentingan negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme liberal
dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi, imperialisme, dan
kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi kehidupan politik, tetapi tidak dalam
lapangan ekonomi dan sosial. Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak menghargai manusia
sebagai pribadi sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin
terjadi kemakmuran, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.
Negara indonesia yang berfilsafahkan pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki sifat
pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut filsafat pancasila, manusia adalah makhluk
individu sekaligus makhluk sosial, yang secara hakikat bahwa kedudukan manusia sebagai
makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Bangsa indonesia memiliki prinsip penempatan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. Demi kepentingan bersama tidak
dengan mengorbankan hak-hak dasar setiap warga negara

7. Pegembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial


1) Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Individu
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau
kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di antara
segala kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di
antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan
persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi
dasar bagi self-realisation.
Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan
merupakan tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens
memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal
tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti,
karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu
mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu
puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam
menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan
seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika
disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan
segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan
ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang
dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.

2) Pengembangan Manusia Sebagai Makhluk Sosial


Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki
keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia
adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang
interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu
kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan
interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun
negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak
manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi
harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini
dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak
mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai
perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan
emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri
pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat
diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan
kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat
menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang
dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia
karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam
arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap
anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi
pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia
hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam
memenuhi kebutuhan rohani.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai individu, ia mempunyai
kemampuan dan kehendak yang mendorongnya berbuat dan bertindak. Sebagai makhluk
individu, manusia ingin hidup senang dan bahagia, dan menghindar dari masalah yang
menyusahkan. Untuk itu manusia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik kebutuhan
jasmani maupun kebutuhan rohani yang dapat membawa kesenangan dan kebahagiaan kepada
dirinya.
Manusia hidup sebagai makhuk individu semata-mata tidak mungkin tanpa bersosialisasi
dengan manusia lainnya dan manusia hanya akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama
manusia lainnya di dalam masyarakat. Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yang hidup
menyendiri tanpa berhubungan dan tanpa bergaul dengan manusia lainnya.
Saran
Kami sebagai penulis merasa masih banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun utnuk penulisan makalah selanjutnya
agar menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka
http://reyhansyah23.blogspot.com/2015/10/makalah-manusia-sebagai-makhluk.html?m=1
https://www.slideshare.net/dininurhanifahh/makalah-manusia-sebagai-makhluk-individu-dan-
makhluk-sosial
https://www.slideshare.net/dininurhanifahh/makalah-manusia-sebagai-makhluk-individu-dan-makhluk-
sosial
https://knowledgeisfreee.blogspot.com/2015/10/manusia-sebagai-makhluk-individu-
dan.html?m=1
https://www.slideshare.net/mobile/pmiikomdewapasuruan/manusia-sebagai-makhluk-individu-
dan-makhluk-sosial

Anda mungkin juga menyukai