Anda di halaman 1dari 4

1.

Masalah penglihatan

Masalah penglihatan pada pasien, terutama pasien lansia tentunya juga akan memberikan
pengaruh pada lambatnya komunikasi terapeutik yang dilakukan.

Penglihatan yang menjadi kabur atau bahkan tidak dapat melihat sama sekali tentunya akan
menghambat komunikasi non verbal atau bahasa tubuh yang digunakan.

Namun masalah ini dapat diatasi dengan lebih menaikkan volume suara yang digunakan ketika
berbicara selama indra pendengaran pasien masih berfungsi dengan baik.

Namun pastikan pula tidak menaikkan volume suara tidak terlalu menekan karena justru akan
lebih terdengar seperti membentak.

2. Dominasi dalam pembicaraan

Komunikasi terapeutik juga bisa terhambat jika pasien bukanlah tipe pendengar yang baik.

Pasien yang dihadapi sering kali adalah tipikal yang selalu ingin menjadi orang yang
mendominasi dan tokoh utama dalam sebuah topik pembicaraan.

Meskipun terasa kurang nyaman, namun ada baiknya pula jika perawat menjadi pendengar yang
baik agar pasien menjadi lebih nyaman. Ketika ia sudah selesai berbicara, barulah bergantian
perawat yang berbicara sehingga pasien merasa lebih dihargai dan dihormati.

3. Mudah tersinggung

Beberapa pasien yang diajak berkomunikasi kadang kala menjadi sangat mudah tersinggung. Hal
ini bisa terjadi karena memang sifat pasien atau efek obat-obatan yang membuatnya menjadi
mudah emosi.

Kondisi pasien yang mudah tersinggung tentunya menjadi hambatan besar bagi perawat karena
harus memilih dengan baik setiap kalimat yang akan diucapkan.

Dalam komunikasi yang menyebabkan pasien menjadi mudah tersinggung seperti ini, perawat
sebaiknya lebih banyak meminta maaf agar pasien menjadi lebih nyaman dalam berkomunikasi,
bahkan meskipun perawat tersebut tidak memiliki kesalahan.

4. Trauma masa lalu

Pasien yang memiliki trauma pada masa lalunya juga akan menjadi hambatan dalam komunikasi
terapeutik yang dilaksanakan.

Trauma masa lalu bisa saja membuat pasien menjadi lebih mudah tersinggung, mudah menangis,
bahkan marah tanpa alasan pada perawat.
Maka dari itu, diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai riwayat medis atau latar belakang
pasien sebelum melakukan komunikasi terapeutik.

Sebisa mungkin hindari pembicaraan yang mengingatkan pasien pada masa lalunya dan
yakinkan bahwa masa depannya begitu indah.

5. Keterbatasan fisik

Pasien yang memiliki keterbatasan fisik juga menjadi hambatan dalam komunikasi terapeutik.

Salah satunya adalah masalah pendengaran. Masalah pendengaran tentunya menjadi hambatan
besar dalam komunikasi terapeutik.

Komunikasi verbal yang menjadi bentuk komunikasi utama akan sangat sulit dilakukan.

Hal ini bisa diatasi dengan menaikkan volume suara atau pasien diberikan alat bantu dengar jika
sudah terlalu parah. Bantuan komunikasi dengan isyarat atau bahasa tubuh juga akan sangat
membantu.

6. Sepele

Beberapa pasien sering menganggap remeh atau sepele pada perawat yang berusaha melakukan
komunikasi dengannya.

Sikap sepele ini biasanya sering ditemukan pada pasien yang telah lanjut usia. Merasa lebih tua
dan lebih bijak dalam menghadapi kehidupan membuat mereka sering cuek dan tidak peduli
pada perawat yang lebih muda sehingga terkesan sepele.

Sikap sepele ini hanya bisa diatasi dengan kelembutan dan kesabaran dari perawat yang
melakukan komunikasi terapeutik.

Dengan kesabaran dan ketelatenan dalam merawat pasien, maka pasien akan mengerti dengan
sendirinya.

7. Menyerang perawat

Menyerang disini bukan mempunyai arti berupa serangan fisik, namun lebih kepada serangan
mental.

Pasien sering kali secara sadar maupun tidak sadar mempertahankan hak mereka dengan
menyerang perawat. Serangan yang dilakukan berupa penghinaan dengan menyalahkan perawat
sehingga seolah-olah mereka adalah yang paling benar.

Kondisi ini cukup sulit untuk dihadapi karena keegoisan yang tinggi. Meskipun perawat telah
memberikan penjelasan dengan baik dan lembut, pasien akan tetap melakukan penyerangan
karena merasa bahwa hak yang ia miliki terancam.
8. Stres

Pasien yang sedang menjalankan pengobatan akan sangat rentan mengalami stres.

Stres ini pula yang menyebabkan terhambatnya komunikasi terapeutik yang dijalankan.

Pasien yang mengalami stres akan lebih mudah jatuh ke dalam emosi, baik mudah marah atau
menangis sehingga menyebabkan komunikasi menjadi kacau.

Meskipun pasien dapat menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan perawat, tapi jika pasien
dalam kondisi stres, maka jawaban yang ia berikan pun tidak berasal dari kesadarannya.

9. Mempermalukan perawat

Hambatan lain yang perlu diwaspadai adalah sikap pasien yang kadang justru mempermalukan
perawat.

Hal ini sering kali terjadi pada perawat yang merawat pasien dalam usia lanjut. Secara sadar
maupun tidak sadar, mereka berusaha terlihat lebih kuat dan lebih berwenang dibandingkan
dengan perawat.

Kondisi ini justru akan semakin memperburuk komunikasi terapeutik yang dilakukan bahkan
bisa saja komunikasi terputus begitu saja karena rasa sakit hati yang dialami oleh perawat.

10. Lupa

Bagi perawat yang melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien lanjut usia, salah satu
hambatan yang sering dijumpai adalah penyakit lupa.

Lupa atau pikun yang dialami oleh pasien sering kali membuat perawat harus mengulangi lagi
apa yang telah dikatakannya. Bahkan terkadang puluhan kali berbicara pun, pasien juga bisa
lupa.

Kondisi ini sebaiknya harus dimaklumi oleh perawat karena merupakan hal di luar kemampuan
si pasien.

Pasien yang mengalami pikun sebaiknya diperlakukan dengan sangat lembut agar komunikasi
tetap berjalan dengan baik meskipun harus sering mengulang.

11. Ketidaksabaran perawat

Adakalanya hambatan yang terjadi dalam komunikasi terapeutik bukan hanya berasal dari
pasien, tapi juga dari perawat itu sendiri.
Beberapa perawat ada yang tidak memiliki kesabaran dalam melakukan komunikasi terapeutik.
Ketidaksabaran inilah yang dapat menyebabkan terhambatnya bahkan terputusnya komunikasi
terapeutik yang dijalankan.

12. Wawasan yang kurang

Komunikasi terapeutik yang baik juga harus didukung dengan wawasan yang baik oleh perawat.

Wawasan disini maksudnya adalah kemampuan dalam menggunakan dan mengaplikasikan ilmu
dalam komunikasi terapeutik.

Setiap perawat tentunya telah mendapatkan bekal mengenai cara menghadapi pasien yang baik
dan benar.

Jika wawasan perawat kurang, maka komunikasi terapeutik yang dilakukan tentunya juga tidak
dapat berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai