Anda di halaman 1dari 5

PR JURDING

Dwi Rafita Lestari 1820221060

Cluster Headache
Cluster headache (CH) adalah salah satu bentuk nyeri kepala primer
yang sangat parah dengan prevalensi kira-kira 0,1% dari total penduduk
pertahunnya. Cluster Headache dikelompokan kedalam Trigeminal Autonom
Cephalgia (TAC), hal ini disebabkan karena cluster headache merupakan
bentuk nyeri kepala terbanyak kedua yang sering dihadapi oleh spesialis saraf
atau neurologis. Cluster headache terdiri dari dua jenis yaitu, Cluster headache
episodik, yang terdapat fase bebas serangan satu bulan atau lebih tanpa
pengobatan (80% dari semua pasien cluster headache), dan cluster headache
kronis yang tidak terdapat fase penyembuhan (20% dari semua pasien cluster
headache).1
Sindrom ini berbeda dengan migren, walaupun sama-sama ditandai
dengan nyeri kepala unilateral, dan dapat terjadi bersamaan dengan migren.
Mekanisme histaminergik dan humoral diperkirakan mendasari gejala otonom
yang terjadi bersamaan dengan nyeri kepala ini. Cluster headache sering
didapatkan pada dewasa muda, terutama laki-laki, dengan rasio jenis kelamin
laki-laki dan wanita 4:1. Nyeri dirasakan hilang timbul (biasanya berlangsung
selama 20-120 menit) di daerah orbita dan wajah yang terjadi beberapa kali
sehari selama beberapa minggu, yang dipisahkan oleh interval bebas serangan.
Pola ini berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu bahkan bulanan,
kemudian bebas serangan selama beberapa minggu, bulan bahkan tahunan,
sehingga dinamakan cluster headache (cluster: berkelompok). Diperkirakan
cluster headache dipengaruhi oleh faktor genetik. Riwayat keluarga yang juga
menderita nyeri kepala, merokok, cedera kepala, dan pekerjaan diduga berkaitan
dengan terjadinya cluster headache. Patofisiologi penyakit ini masih belum
diketahui dengan pasti. Dan saat ini pengobatan terhadap cluster headache
masih bersifat simptomatis. Hanya terdapat dua pengobatan terhadap serangan
yang telah teruji keefektifannya yaitu sumatriptan sub kutan dan inhalasi
oksigen.

Migrain
Migrain adalah gangguan yang bersifat familial dengan karakteristik
serangan nyeri kepala yang berulang-ulang, yang intensitas, frekuensi dan
lamanya sangat bervariasi. Nyeri kepala biasanya bersifat unilateral, umumnya
disertai anoreksia, mual dan muntah. Dalam beberapa kasus, migrain ini
didahului atau bersamaan dengan gangguan neurologik dan gangguan perasaan
hati. Berdasarkan umur, penderita migrain terbanyak berada pada usia 25-55
tahun. Berdasarkan jenis kelamin juga menunjukkan bahwa penderita migrain
sebagian besar adalah perempuan.

Penyebab terjadinya migraine masih belum diketahui secara pasti,


namun ada beberapa faktor atau pemicu yang dapat menyebabkan terjadinya
migrain seperti riwayat penyakit migraine dalam keluarga, perubahan hormon
(estrogen dan progesterone) pada wanita, khususnya pada fase luteal siklus
menstruasi, makanan yang bersifat vasodilator (anggur merah, natrium nitrat)
vasokonstriktor (keju, coklat) serta zat tambahan pada makanan, stress, faktor
fisik, tidur tidak teratur, rangsang sensorik (cahaya silau dan bau menyengat),
alkohol dan merokok.

Klasifikasi migrain dibagi menjadi migrain dengan aura/classic migraine,


migrain tanpa aura/common migraine, migraine kronis, migraine dengan
komplikasi, dan probable migrain. Secara manifestasi klinis, pasien migrain
dengan aura akan lebih mengeluhkan auranya dibanding sakit kepala yang dia
rasakan. Sedangkan, pada pasien migrain tanpa aura, mereka akan lebih
mengeluhkan sakit kepalanya. Durasi terjadinya serangan migrain pada pasien
migrain dengan aura pun lebih singkat dibandingkan pada pasien migrain tanpa
aura. Perilaku pasien migrain dengan aura dan migrain tanpa aura ketika
terjadinya serangan pun berbeda. Pada pasien migrain dengan aura, mereka akan
terlihat panik dan berusaha meminta pertolongan orang lain. Dibandingkan
dengan pasien migrain dengan aura, pasien migrain tanpa aura akan cenderung
berdiam diri. Migrain kronis merupakan nyeri kepala yang berlangsung lebih
dari 15 hari/bulan selama 3 bulan dan memiliki gejala dari migraine.

Migrain dengan aura dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis


migraine. Jenis migraine yang tergolong sebagai migraine dengan aura adalah
migraine dengan aura yang khas, migraine dengan aura yang berasal dari batang
otak, migraine dengan hemiplegi, dan migraine retinal. Migraine dengan aura
yang khas merupakan migraine dengan aura yang disertai gangguan visual,
sensorik, atau bicara, tetapi tidak disertai kelemahan motoric. Hal ini ditandai
dengan perkembangan yang bersifat gradual dan durasi tidak lebih dari satu jam,
serta bersifat reversible.

Migrain dengan aura yang berasal dari batang otak sebelumnya lebih
dikenal sebagai migraine basilar. Migrain jenis ini merupakan jenis migraine
dengan aura yang berasal dari batang otak, tetapi tidak ditemukan adanya
kelemahan motoric. Migraine retinal merupakan migraine dengan aura yang
disertai gangguan visual pada salah satu mata, termasuk scintillation, skotoma
atau kebutaan, terkait dengan migraine.

Manifestasi klinis migrain sendiri dibagi menjadi fase prodormal, aura


(jika berupa migrain dengan aura), dan sakit kepala. Di fase prodromal dari
pasien migrain dengan aura akan timbul gejala berupa rasa lelah, kesulitan untuk
konsentrasi, kaku leher, sensitif terhadap cahaya atau suara, nausea, dan
penglihatan kabur. Sedangkan fase prodromal pada pasien migrain tanpa aura
berupa perubahan mood dan rasa lelah. Pada pasien migrain dengan aura, fase
prodromal akan diikuti dengan fase aura. Dimana pada fase aura ini akan terjadi
gangguan penglihatan. Gangguan penglihatannya sendiri dapat berupa yang
positif yaitu, teichopsia, melihat bintang terang dan bisa juga gangguan
penglihatan yang negatif yaitu, hemianopsia, quadrantopsia, hilangnya
penglihatan secara total, hemiparesis, vertigo, hilangnya kesadaran. Setelah
terjadinya aura, nantinya dapat diikuti maupun tidak kejadian sakit kepala. Pada
migrain tanpa aura, setelah fase prodromal akan diikuti serangan migrain yang
bisa disertai adanya rasa tidak sakit diantara interval waktu serangan migrain.
Hal ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Diantara
serangan yang satu dengan serangan yang selanjutnya, pasien akan menjadi
hipersensitivitas sensorik.

Berdasarkan klasifikasi, kriteria diagnosis migrain dibagi menjadi kriteria


diagnosis migrain tanpa aura dan kriteria diagnosis migrain dengan aura.

Berikut adalah kriteria diagnosis migrain tanpa aura

A. Sekurang-kurangnya 5 kali serangan yang termasuk B-D.


B. Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak
diobati atau pengobatan tidak cukup) dan di antara serangan
tidak ada nyeri kepala.
C. Nyeri kepala yang terjadi sekurang-kurangnya dua dari
karakteristik sebagai berikut:
1. Lokasi unilateral
2. Sifatnya mendenyut
3. Intensitas sedang sampai berat
4. Diperberat oleh kegiatan fisik
D. Selama serangan sekurang-kurangnya ada satu dari yang
tersebut di bawah ini:
1. Mual atau dengan muntah
2. Fotofobia atau dengan fonofobia
E. Sekurang-kurangnya ada satu dari yang tersebut dibawah ini:
1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan penunjang tidak
menunjukkan adanya kelainan organic
2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan penunjang diduga ada
kelainan organik, tetapi pemeriksaan neuro-imaging dan
pemeriksaan tambahan lainnya tidak menunjukkan
kelainan.
Berikut adalah kriteria diagnosis migrain dengan aura

A. Sekurang-kurangnya 2 serangan seperti tersebut dalam B


B. Sekurang-kurangnya terdapat 3 dari 4 karakteristik tersebut
di bawah ini:
1. Satu atau lebih gejala aura yang reversible yang
menunjukkan disfungsi hemisfer dan/atau batang otak
2. Sekurang-kurangnya satu gejala aura berkembang lebih
dari 4 menit, atau 2 atau lebih gejala aura terjadi bersama-
sama
3. Tidak ada gejala aura yang berlangsung lebih dari 60
menit; bila lebih dari satu gejala aura terjadi, durasinya
lebih lama.
4. Nyeri kepala mengikuti gejala aura dengan interval bebas
nyeri kurang dari 60 menit, tetapi kadang-kadang dapat
terjadi sebelum aura.
C. Sekurang-kurangnya terdapat satu dari yang tersebut di
bawah ini:
1. Riwayat, pemeriksaan fisik dan penunjang tidak
menunjukkan kelainan organik.
2. Riwayat, pemeriksaan fisik dan penunjang diduga
menunjukkan kelainan organic, tetapi dengan
pemeriksaan neuro-imaging dan pemeriksaan tambahan
lainnya tidak menunjukkan kelainan.

Anda mungkin juga menyukai