APLASTIK
Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Much. Maschun S., Sp.PD
Anamnesis
Identitas Pasien
■ Nama : Tn. S
■ Umur : 55 tahun
■ Jenis Kelamin : Laki - Laki
■ Agama : Islam
■ Pekerjaan : Petani
■ Alamat : Gemuruh RT 001/001, Padamara Kab Purbalingga
■ Tanggal Masuk RSMS : IGD RSMS, 20 Agustus 2019
■ Tanggal Periksa : Bangsal Asoka RSMS, 6 September 2019
Keluhan Utama
■ Lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSMS dengan keluhan lemas sejak 7 hari smrs, lemas awalnya
dirasakan karena seminggu terakhir pasien merasa banyak aktivitas, lemas semakin hari
semakin bertambah sehingga pasien dibawa ke IGD. Selain lemas pasien juga mengeluhkan
sakit kepala cekot – cekot yang menghilang jika pasien tertidur, akhir – akhir ini pasien juga
merasa nafsu makan nya berkurang, dan badannya terasa pegal – pegal. Lutut kanan pasien
juga terasa nyeri dengan skala nyeri 7.
Seminggu smrs pasien batuk, tidak terdapat dahak, batuk sempat mengeluarkan darah,
paien juga mengeluh sering berkeringat dingin saat malam hari. Pasien juga mengeluh BAB
nya hitam sejak 2 hari smrs, BAB agak lembek.
Keluhan tersebut diatas awalnya muncul sejak 3 tahun yang lalu, awalnya pasien juga
lemas kemudian pasien di cek darahn kadar hemoglobin nya hanya 3. Setelah itu pasien
rutin kontrol setiap bulan dan rutin diberi obat sandimun.
Riwayat Penyakit Dahulu
■ Community
Pasien tinggal di Gemuruh RT 001/001 Padamara Kab. Purbalingga di pemukiman
padat penduduk dan rumah petak. Rumah satu dengan yang lain berdekatan. Baik di
keluarga atau lingkungan rumah pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang serupa
dengan pasien, di lingkungan pasien juga tidak terdapat tetangga dengan keluhan batuk
lama.
■ Home
Pasien tinggal di rumah keluarga yang terdiri atas 4 orang, yaitu anak, dan istrinya.
Pasien tinggal di pemukiman padat penduduk. Pasien mengakui bahwa ventilasi dan
kebersihan rumah pasien cukup.
Riwayat Sosial Ekonomi
■ Occupational
Pasien merupakan seorang petani. Pasien menyatakan bahwa penghasilan keluarga pasien
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien dan keluarga.
■ Personal habit
Pasien menyatakan bahwa pasien makan 2 kali sehari. Pasien makan dengan lauk tempe dan
tahu. Pasien sering mengkonsumsi sayur sayuran. Pasien sering mengkonsumsi minuman
berenergi setiap hari.
PEMERIKSAAN FISIK
■ Keadaan Umum : tampak sakit ringan
■ Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4M6V5 (15)
■ Vital sign
■ - Tekanan Darah : 160/80 mmHg
■ - Nadi : 78 x/menit
■ - RR : 20 x/menit
■ - Suhu : 36.8 oC di axila
■ Status Generalis
■ Kepala
■ Bentuk : mesochepal, simetris, venektasi temporal (-)
■ Rambut : warna putih, tidak mudah dicabut, distribusi merata, tidak rontok
■ Mata
■ Palpebra : edema (-/-) ptosis (-/-)
■ Konjungtiva : anemis (+/+)
■ Sclera : ikterik (-/-)
■ Pupil : reflek cahaya (+/+) normal, isokor Ø 3 mm
PEMERIKSAAN FISIK
■ Telinga ■ Kelenjar thyroid : tidak membesar
■ otore (-/-)
■ deformitas (-/-) ■ Dada
■ discharge (-/-) ■ Paru
■ Inspeksi : Bentuk dada simetris
■ Hidung
Jejas (-)
■ nafas cuping hidung (-/-)
Retraksi suprasternalis (-)
■ deformitas (-/-)
Retraksi intercostalis (-)
■ discharge (-/-)
Retraksi epigastrik (-)
■ rinorhea (-/-)
■ Palpasi : vocal fremitus +/+
ketinggalan gerak (-)
■ Mulut
■ Perkusi : sonor pada lapang paru kiri
■ bibir sianosis (-)
Redup pada lapang paru kanan
Kesan :
Efusi Pleura bilateral minimal
Gambaran cardiomegali
DIAGNOSIS PLANNING
Anemia Suspect Aplastik IVFD Nacl 0.9% 20 tpm
■ Kasus pansitopenia, hipoplasia berat atau aplasia sumsum tulang, tanpa ada suatu
penyakit primer yang menginfiltrasi, mengganti atau menekan jaringan
hemopoietik sumsum tulang.
■ Istilah lain -> anemia hipoplastik, anemia refrakter, hipositemia progresif, anemia
aregeneratif, aleukia hemoragika, panmieloftisis dan anemia paralitik toksik.
EPIDEMIOLOGI
■ Insidensi 2 - 6 kasus per 1 juta penduduk per tahun dengan variasi geografis
■ Terjadi pada usia 15 sampai 25 tahun; puncak insidens kedua yang lebih kecil
muncul setelah usia 60 tahun.
■ Anemia aplastik terkait obat terjadi karena hipersensitivitas atau dosis obat yang
berlebihan. Obat yang banyak menyebabkan anemia aplastik adalah kloramfenikol. Obat-
obatan lain yang juga sering dilaporkan adalah fenilbutazon, senyawa sulfur, emas dan
antikonvulsan, obat-obatan sitotoksik misalnya mileran atau nitrosourea.
■ Penyakit infeksi yang dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau permanen,
misalnya virus Epstein-Barr, influenza A, dengue, tuberculosis (milier). Sitomegalovirus
dapat menekan produksi sel sumsum tulang, melalui gangguang pada sel-sel stroma
sumsum tulang. Infeksi oleh human immunodeficiency virus (HIV) yang berkembang
menjadi acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dapat menimbulkan pansitopenia.
PATOFISIOLOGI & PATOGENESIS
■ Kegagalan Hematopoietik
Kegagalan produksi sel darah bertanggung jawab atas kosongnya
sumsum tulang yang tampak jelas pada pemeriksaan apusan aspirat sumsum
tulang atau specimen core biopsy sumsum tulang.
■ Destruksi Imun
Pada pasien anemia aplastik didapat, limfosit bertanggung jawab atas
destruksi kompartemen sel hematopoietik.
MANIFESTASI KLINIS &
DIAGNOSIS
■ Onset mendadak (dalam beberapa hari) atau perlahan-lahan (berminggu-minggu atau
berbulan-bulan)
■ Anemia menyebabkan fatig, dispnea dan jantung berdebar-debar
■ Trombositopenia menyebabkan mudah memar dan perdarahan mukosa
■ Neutropenia meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
■ Sakit kepala
■ Demam
■ Penegakkan diagnosis memerlukan pemeriksaan darah lengkap dengan hitung jenis
leukosit, hitung retikulosit, dan aspirasi serta biopsy sumsum tulang.
MANIFESTASI KLINIS &
DIAGNOSIS Keluhan pada Anemia Aplastik
Jenis Keluhan Persentase (%)
Perdarahan 83
Badan lemah 30
Pusing 69
Jantung berdebar 36
Demam 33
Nafsu makan berkurang 29
Pucat 26
Sesak nafas 23
Penglihatan kabur 19
Telinga berdenging 13
MANIFESTASI KLINIS &
DIAGNOSIS Keluhan pada Anemia Aplastik
Jenis Pemeriksaan Fisik Persentase (%)
Pucat 100
Perdarahan 63
Kulit 34
Gusi 26
Retina 20
Hidung 7
Saluran cerna 6
Vagina 3
Demam 16
Hepatomegaly 7
Splenomegali 0
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
■ Darah Tepi
■ Laju Endap Darah
■ Faal Hemostasis
■ Sumsum tulang
■ Virus
■ Tes Ham atau tes hemolisis sukrosa
■ Kromosom
■ Defisiensi imun
■ Hemoglobin F
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
■ Nuclear Magnetic Resonance Imaging
■ Pasien yang lebih tua dan yang mempunyai komorbiditas biasanya ditawarkan serangkaian terapi
imunosupresif
■ Pasien berusia lebih dari 20 tahun dengan hitung neutrofil 200-500/mm 3 tampaknya lebih
mendapat manfaat dari imunosupresi dibandingkan TST
■ Untuk pasien menengah yang memiliki donor saudara yang cocok, rekomendasi terapi harus
dibuat setelah memperlihatkan kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh, dan derajat
keparahan penyakit.
PENATALAKSANAAN
■ Terapi Konsevatif
merupakan modalitas terapi terpenting untuk sebagian besar pasien anemia aplastik.
Obat-obatan yang termasuk dalam terapi imunosupresif adalah antithymocyte globulin (ATG) atau
antilymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin A (CsA).
■ Terapi Suportif
Untuk mencegah dan menanggulangi infeksi, menjaga nilai hemoglobin, serta mengatasi
perdarahan bila muncul.
Bila terdapat keluhan akibat anemia, diberikan transfusi eritrosit sampai hemoglobin 7-8 g% atau
lebih pada orang tua dan pasien dengan penyakit CVS
Transfusi trombosit diberikan bila terdapat perdarahan atau kadar trombosit di bawah 20.000/mm 3
(profilaksis).
DIAGNOSIS BANDING
Anemia Fanconi
Sindrom Myelodisplatik Hipoplastik
PROGNOSIS & PERJALANAN
PENYAKIT
Riwayat alamiah anemia aplastik dapat berupa :
1. Berakhir dengan remisi sempurna. Hal ini jarang terjadi kecuali bila iatrogenik akibat
kemoterapi atau radiasi. Remisi sempurna biasanya terjadi segera.
2. Meninggal dalam 1 tahun. Hal ini terjadi pada sebagian besar kasus.
3. Bertahan hidup selama 20 tahun atau lebih. Membaik dan bertahan hidup lama namun
kebanyakan kasus mengalami remisi tidak sempurna.