Anda di halaman 1dari 10

KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI TPP IGD RSUD WONOSARI

TAMARA RUSCITA Y
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidang kesehatan di Indonesia semakin berkembang. Berbagai
masalah kesehatan semakin kompleks, sehingga harus ada sistem yang
mampu mengatasi masalah-masalah tersebut, karena bersangkutan
dengan usaha meningkatkan derajat kesehatan bagi seluruh masyarakat
Indonesia. Untuk itu, harus ada fasilitas yang mampu menjamin
kesehatan masyarakat, salah satunya adalah rumah sakit. Seluruh bagian
di rumah sakit diharapkan dapat memberikan fasilitas pelayanan yang
sesuai dengan standar yang ada. Salah satu bagian pada rumah sakit
yang termasuk penting adalah Instalasi Gawat Darurat atau IGD.
Pada bagian IGD, pelayanan yang cepat dan tepat tentu sangat
dibutuhkan, mengingat pasien yang datang ke IGD merupakan pasien
yang masuk pada kondisi gawat darurat. Kondisi gawat darurat adalah
keadaan pasien yang harus segera mendapatkan pelayanan medis
dengan segera, karena jika tidak dilakukan tepat waktu akan berakibat
besar pada kondisi pasien itu sendiri. Namun untuk dapat melakukan hal
tersebut, perlu ada kontribusi dari berbagai pihak. Salah satu bagian yang
penting dalam hal menunjang pelayanan IGD adalah Tempat Penerimaan
Pasien IGD atau TPP IGD. TPP IGD merupakan salah satu sub unit
pendaftaran pasien yang ada di rumah sakit. Menurut Budi (2011), pasien
rawat darurat merupakan pasien yang datang ke tempat penerimaan
pasien gawat darurat yang dibuka selama 24 jam pelayanan, disini pasien
ditolong lebih dahulu setelah itu kemudian menyelesaikan
administrasinya. Namun, walaupun administrasi dapat dilakukan di akhir
pelayanan, hal tersebut tidak dapat disepelekan karena administrasi
dapat berisi informasi yang penting, baik bagi pasien, keluarga pasien,
pihak rumah sakit maupun pihak luar yang berhak mendapatkan informasi
tersebut. Melihat pentingnya peran dari TPP IGD, maka petugas yang
berada dibagian tersebut juga harus mampu bekerja sesuai kebutuhan
yang ada.

1
KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI TPP IGD RSUD WONOSARI
TAMARA RUSCITA Y 2
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Dengan semakin pesatnya kemajuan pada bidang kesehatan,


beban kerja para petugas juga ikut bertambah. Terlebih saat ini
pemerintah memiliki program yang bernama Jaminan Kesehatan Nasional
atau JKN. Program tersebut diadakan untuk mengendalikan biaya dan
mutu pelayanan kesehatan di Indonesia yang diatur pada Undang-
Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN). Kondisi petugas TPP IGD juga akan memengaruhi jalannya
program tersebut. Misalnya pada proses klaim, petugas TPP IGD juga
bertugas untuk membuat Surat Elegibilitas Pasien (SEP), maka petugas
TPP IGD harus mengetahui diagnosis pasien yang termasuk dalam
diagnosis gawat darurat, sehingga nantinya dapat diklaim dengan benar
dan sesuai kenyataan.
RSUD Wonosari merupakan salah satu rumah sakit tipe C yang
ada di Gunungkidul. Keberadaan rumah sakit tersebut menjadi salah satu
rujukan utama bagi para pasien di daerah Gunungkidul. Selain letaknya
yang berada di pusat kota, rumah sakit tersebut juga salah satu yang
terbesar dan terlengkap di Gunungkidul. Berdasarkan studi pendahuluan
di RSUD Wonosari pada tanggal 9 Desember 2016 sampai 24 Januari
2016 , dan hasil wawancara dengan petugas TPP IGD, diketahui terdapat
4 orang petugas TPP IGD. Jumlah petugas tersebut, harus ideal sesuai
dengan beban kerja yang ada, supaya kinerja petugas dapat sesuai
maupun meningkat di era JKN ini. Setiap harinya juga terlihat antrian dari
para pasien maupun keluarga pasien di loket pendaftaran. Hal tersebut
lantaran pasien terdiri dari beberapa kategori, tidak hanya pasien rawat
jalan IGD saja, yaitu pasien rawat jalan IGD, pasien rawat inap IGD, dan
pasien Hemodialisa. Sehingga ketika terdapat pasien dengan kategori
yang berbeda tersebut datang secara bersamaan, maka dapat terjadi
antrian, karena hanya terdapat satu loket pendaftaran dan satu orang
petugas TPP IGD di setiap shift. Melalui metode WISN, diharapkan dapat
diketahui jumlah petugas TPP IGD yang ideal. Selain itu, bagian
penjaminan di RSUD Wonosari juga mengeluhkan banyaknya SEP
pasien IGD yang gagal diklaimkan karena terdapat pasien yang tidak
termasuk kategori pasien gawat darurat namun tetap dibuatkan SEP.
Dengan adanya masalah tersebut seharusnya kinerja petugas TPP IGD
KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI TPP IGD RSUD WONOSARI
TAMARA RUSCITA Y 3
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

di RSUD Wonosari lebih ditingkatkan melalui alat untuk mencapai tujuan


yang sesuai dengan hambatan-hambatan yang ada. Sehingga pasien
yang datang ke TPP IGD dapat dilayani dengan cepat dan tepat, dan
tidak ada lagi komplain dari bagian penjaminan terkait SEP yang gagal
diklaimkan. Permasalahan tersebut yang akhirnya membuat peneliti
terdorong untuk melakukan penelitian di TPP IGD RSUD Wonosari untuk
mengidentifikasi kebutuhan SDM di TPP IGD sehingga kinerja mereka
dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, tugas akhir ini diberi judul “Kebutuhan
Sumber Daya Manusia di TPP IGD RSUD Wonosari”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah
bagaimana kebutuhan sumber daya manusia di TPP IGD RSUD
Wonosari.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Mengidentifikasi kebutuhan sumber daya manusia di TPP IGD RSUD
Wonosari.
2. Tujuan Khusus:
a. Mengetahui gambaran SDM dan pembagian kerja pada TPP IGD
di RSUD Wonosari.
b. Menghitung jumlah petugas yang dibutuhkan di TPP IGD RSUD
Wonosari berdasarkan beban kerja.
c. Mengidentifikasi kebutuhan petugas TPP IGD RSUD Wonosari
untuk meningkatkan kinerja.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
a. Bagi rumah sakit
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan
kebutuhan SDM pada bagian TPP IGD berdasarkan beban
kerja di RSUD Wonosari.
KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI TPP IGD RSUD WONOSARI
TAMARA RUSCITA Y 4
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2) Dapat digunakan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan


medis di RSUD Wonosari.
b. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan secara langsung di RSUD Wonosari dengan
menggunakan teori yang diperoleh di institusi pendidikan.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan menentukan dalam pembelajaran rekam medis
dan meningkatkan pengetahuan tentang rekam medis.
b. Bagi peneliti lain
Sebagai acuan dalam pendalaman materi yang bersangkutan
untuk kelanjutan penelitian yang relevan.

E. Keaslian Penelitian
Menurut sepengetahuan peneliti, belum ada penelitian dengan
topik yang sama sebelumnya. Namun, ada beberapa penelitian dengan
tema yang sama, yaitu:
1. Juliana (2015), dengan judul “Menghitung Kebutuhan Petugas Koding
BPJS di Instalasi Rekam Medis Berdasarkan Beban Kerja di Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015”. Hasil dari
penelitian tersebut adalah petugas BPJS yang berjumlah 5 orang
dibagi menjadi dua shift, yaitu shift pagi 3 orang dan shift siang 2
orang. Namun akan diadakan pemindahan 2 petugas untuk mengisi
koding BPJS di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
Dengan rata-rata berkas berjumlah 200, petugas harus sampai
lembur untuk mengerjakannya. Persamaan penelitian yang dilakukan
oleh Juliana dan peneliti adalah sama-sama menghitung kebutuhan
SDM berdasarkan beban kerja dan menggunakan jenis penelitian
deskriptif, pendekatan kualitatif, rancangan penelitian fenomenologi.
Perbedaannya terdapat pada waktu penelitian, lokasi penelitian, tipe
rumah sakit, bagian yang diteliti, dan tujuan penelitian. Pada
penelitian oleh Juliana, waktu dan tempat penelitian adalah tahun
2015 di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sedangkan
KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI TPP IGD RSUD WONOSARI
TAMARA RUSCITA Y 5
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pada penelitian peneliti dilakukan pada tahun 2017 di Rumah Sakit


Umum Daerah Wonosari. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
merupakan rumah sakit tipe B, sedangkan RSUD Wonosari tipe C.
Selain itu, penelitian oleh Juliana, bagian yang diteliti adalah bagian
koding BPJS. Sedangkan pada penelitian peneliti, bagian yang diteliti
adalah bagian TPP IGD. Tujuan penelitian dari Juliana hanya
menghitung kebutuhan SDM saja, sedangkan peneliti juga
mengidentifikasi kebutuhan petugas petugas TPP IGD untuk
meningkatkan kinerjanya.
2. Dewi (2009), dengan judul “Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya
Manusia Berdasarkan Beban Kerja Petugas Rekam Medis di RSUD
Sleman”. Pada penelitian tersebut, instalasi rekam medis masih
memerlukan penambahan petugas sebanyak 3 orang untuk bagian
filing dan coding/indexing. Persamaan dari penelitian yang dilakukan
oleh Dewi adalah sama-sama melakukan perhitungan menggunakan
WISN. Perbedaannya terdapat pada waktu penelitian, lokasi
penelitian, pendekatan penelitian, rancangan penelitian, tipe rumah
sakit, bagian yang diteliti dan tujuan penelitian. Waktu dan lokasi
penelitian yang dilakukan oleh Dewi adalah tahun 2009 di RSUD
Sleman. Sedangkan penelitian peneliti adalah tahun 2017 di RSUD
Wonosari. Pendekatan penelitian Dewi adalah kuantitatif kualitatif.
Sedangkan penelitian peneliti adalah kualitatif. Rancangan penelitian
yang digunakan oleh Dewi adalah cross sectional, sedangkan pada
peneliti adalah rancangan penelitian fenomenologi. Tipe rumah sakit
pada penelitian Dewi adalah rumah sakit tipe B, sedangkan pada
penelitian peneliti adalah rumah sakit tipe C. Bagian yang diteliti pada
penelitian Dewi adalah seluruh bagian rekam medis, sedangkan pada
peneliti adalah bagian TPP IGD. Pada penelitian Dewi, dilakukan
penghitungan kebutuhan SDM serta perencanaanya. Sedangkan milik
peneliti yaitu menghitung kebutuhan SDM dengan identifikasi
kebutuhan petugas untuk meningkatkan kinerja.
3. Ningsih (2012), dengan judul “Perencanaan Kebutuhan Petugas
Rekam Medis Berdasarkan Uraian Pekerjaan Sebagai Dasar
Pengambilan Keputusan di Rumah Sakit Grhasia Yogyakarta Tahun
KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI TPP IGD RSUD WONOSARI
TAMARA RUSCITA Y 6
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2012”. Hasil penelitian tersebut adalah sebelumnya RS Grhasia


Yogyakarta sudah melakukan perhitungan kebutuhan SDM. Dengan
perhitungan WISN yang dilakukan oleh Ningsih, maka dibutuhkan 10
orang dengan rincian 1 orang di pendaftaran rawat jalan, 4 orang di
pendaftaran IGD dan rawat inap, 1 orang bagian filing, 1 orang di
assembling, 2 orang bagian coding/indexing, 1 orang di pelaporan.
Persamaan penelitian Ningsih dan peneliti adalah sama-sama
menghitung jumlah kebutuhan SDM dengan WISN dan dengan
pendekatan penelitian kualitatif dan rancangan penelitian
fenomenologi. Perbedaannya terdapat pada waktu penelitian, lokasi
penelitian, tipe rumah sakit, bagian yang diteliti, dan tujuan penelitian.
Pada penelitian Ningsih, waktu dan lokasi penelitian adalah tahun
2012 di RS Grhasia Yogyakarta. Sedangkan penelitian peneliti tahun
2017 di RSUD Wonosari. Tipe rumah sakit pada penelitian Ningsih
adalah tipe A, sedangkan pada penelitian peneliti adalah tipe C.
Selain itu, bagian yang diteliti oleh Ningsih adalah seluruh bagian
yang ada di rekam medis. Sedangkan pada penelitian peneliti adalah
TPP IGD. Pada penelitian Ningsih dilakukan penghitungan kebutuhan
SDM dan membandingkan dengan penghitungan sebelumnya sudah
dilakukan rumah sakit. Sedangkan peneliti tidak membandingkan hasil
penghitungan karena belum pernah dilakukan penghitungan
sebelumnya.
4. Munandar (2014), dengan judul “Analisis Kebutuhan SDM
Berdasarkan Beban Kerja dengan Metode WISN (Workload Indicator
Staffing Need) di Unit Kerja Rekam Medik RSUD Prambanan
Yogyakarta Tahun 2012”. Hasil dari penelitian tersebut pada RSUD
Prambanan Yogyakarta memiliki masalah masih kurangnya SDM,
belum adanya job description yang jelas, indexing sering terabaikan
dan lain-lain. Namun yang paling terparah adalah kurangnya jumlah
SDM yang membuat administrasi tidak tertib. Persamaannya adalah
sama-sama menggunakan metode penghitungan WISN.
Perbedaannya adalah lokasi penelitian, waktu penelitian, pendekatan
penelitian, rancangan penelitian, bagian yang diteliti dan tujuan
penelitian. Lokasi dan waktu penelitian yang dilakukan oleh Munandar
KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI TPP IGD RSUD WONOSARI
TAMARA RUSCITA Y 7
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

adalah RSUD Prambanan Yogyakarta tahun 2012. Sedangkan


penelitian peneliti adalah RSUD Wonosari tahun 2017. Pendekatan
penelitian milik Munandar adalah kuantitatif. Sedangkan pendekatan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah kualitatif. Rancangan
penelitian yang digunakan oleh Munandar adalah cross sectional,
sedangkan pada penelitian peneliti adalah fenomenologi. Rumah sakit
yang diteliti oleh Munandar adalah rumah sakit tipe D, sedangkan
pada penelitian peneliti tipe C. Selain itu, bagian yang diteliti oleh
Munandar adalah seluruh bagian yang ada di unit kerja rekam medis
sedangkan pada penelitian peneliti hanya TPP IGD. Tujuan penelitian
Munandar adalah menghitung beban kerja dengan metode WISN dan
menganalisis jumlah kebutuhan SDM, sedangkan peneliti menghitung
kebutuhan petugas TPP IGD dan kebutuhan petugas untuk
meningkatkan kinerjanya.

F. Gambaran Rumah Sakit


A. Gambaran rumah sakit
1. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari terletak di
Kabupaten Gunungkidul. Kabupaten Gunungkidul merupakan
daerahperbukitan kapur / karst atau yang lebih dikenal dengan
kawasan Gunung Seribu. Kabupaten Gunungkidul masuk dalam
wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan batas
wilayah sebagai berikut: sebelah timur berbatasan dengan wilayah
Kabupaten Wonogiri dan Pacitan, sebelah utara berbatasan
dengan Kabupaten Klaten dan Sleman, sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Bantul, sementara sebelah selatan dibatasi
oleh Samudera Indonesia, luas wilayah Kabupaten Gunungkidul
secara keseluruhan mencapai 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63%
dari keseluruhan wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sejarah berdirinya RSUD Wonosari secara pasti belum
diketahui, sampai dengan saat ini belum ditemukan adanya
catatan peresmian pendiriannya, tetapi menurut penuturan para
sesepuh yang dapat ditemui, menyatakan bahwa keberadaan
KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI TPP IGD RSUD WONOSARI
TAMARA RUSCITA Y 8
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

RSUD Wonosari saat ini tidak terlepas dari usaha Zending pada
waktu penjajahan Belanda dahulu. Semula hanya semacam balai
pengobatan dengan nama “Petronela”, kemudian meningkat
menjadi tempat perawatan orang sakit. Seiring dengan adanya
wabah Hongerodema (HO) pada sekitar tahun 50-an, fasilitas
kesehatan ini ditingkatkan sehingga mirip sebuah rumah sakit.
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari menepati lokasi di
Dusun Jeruksari, Kelurahan Wonosari, Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Gunungkidul. Berada di jantung kota Wonosari
Kabupaten Gunungkidul atau sebelah utara Kantor Bupati
Gunungkidul yang beralamat di Jalan Taman Bhakti nomor 06
Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, Kode Pos 55812. Sejak awal
berdirinya sampai sekarang, RSUD Wonosari telah mengalami
beberapa peningkatan baik mengenai fisik bangunan, sarana dan
prasarana rumah sakit hingga peningkatan jumlah sumber daya
manusianya. Selain itu juga mengalami peningkatan status rumah
sakit, dari tipe D menjadi tipe C pada tahun 1993 berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
201/MENKES/SK/II/1993.
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari merupakan milik
pemerintah Kabupaten Gunungkidul dengan tugas
menyelenggarakan urusan rumah tangga pemerintah daerah dan
tugas pembantuan dibidang pelayanan kesehatan kepada
masyarakat serta mempunyai fungsi (1) penyiapan bahan
perumusan kebijakan umum dibidang pengelolaan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, (2) perumusan kebijakan teknis
dibidang pelayanan kesehatan kepada masyarakat, (3)
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan
(4) pengelolaan tata usaha Rumah Sakit Umum Daerah. Dengan
kata lain RSUD Wonosari merupakan lembaga yang bersifat
pelayanan publik dibidang pelayanan kesehatan masyarakat
(PKM) khususnya pelayanan kesehatan perorangan (UKP) di
wilayah Kabupaten Gunungkidul.
KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI TPP IGD RSUD WONOSARI
TAMARA RUSCITA Y 9
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Sebagai rumah sakit pemerintah, RSUD Wonosari juga


berfungsi sebagai rumah sakit rujukan di wilayah Kabupaten
Gunungkidul, sehingga dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Sebagai unit kerja yang begitu banyak melibatkan berbagai profesi
dengan multi disiplin ilmu yang beraneka ragam, tentu saja
pengelolaan rumah sakit menjadi begitu kompleks. Kompleksitas
permasalahan yang dihadapi tentu saja tidak dapat ditangani
secara mandiri oleh rumah sakit, tapi perlu komitmen bersama
antara pemilik rumah sakit (pemerintah daerah), masyarakat
selaku pengguna jasa melalui perwakilan mereka di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
2. Struktur organisasi
RSUD Wonosari dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Gunungkidul Nomor 13 Tahun 2008, sebagaimana
telah diubah dengan Perda Nomor 23 tahun 2011 dan struktur
organisasi ditetapkan berdasrkan Keputusan Bupati Gunungkidul.
Dengan struktur organisasi sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur organisasi RSUD Wonosari


KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA DI TPP IGD RSUD WONOSARI
TAMARA RUSCITA Y 10
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

B. Pengertian, Tugas, Fungsi IGD


1. Pengertian
Instalasi Gawat Darurat adalah unit pelayanan rumah sakit yang
memberikan pelayanan pertama pasien dengan ancaman
kematian dan kecacatan terpaadu dengan melibatkan berbagai
multidisiplin.
2. Tugas
Memberikan pelayanan kesehatan pada pasien gawat darurat
selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan.
3. Fungsi
a) Mengelola pelayanan gawat darurat
b) Melakukan pelayanan siaga bencana
c) Melakukan pendidikan dan pelatihan gawat darurat
d) Mengelola fasilitas, peralatan, dan obat-obat life saving
e) Mengelola tenaga medis, tenaga keperawatan, dan tenaga
non medis
f) Mengelola administrasi gawat darurat
g) Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan gawat darurat
h) Melakukan koordinasi dengan unit lain dan rumah sakit lain
dalam hal kegawatdaruratan
C. Falsafah, Visi, dan Misi IGD
1. Falsafah
Kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan pada
pasien sesuai tingkat kegawatdaruratan, tanpa membedakan
sosial, ekonomi, agama, dan ras akan menurunkan angka
kematian dan kecacatan.
2. Visi
Menjadikan Instalasi Gawat Darurat RSUD Wonosari menjadi
sarana pilihan utama dalam pelayanan kegawatdaruratan di
Gunungkidul.
3. Misi
Memberikan pelayanan gawat darurat secara profesional, cepat,
tepat, aman, dan penuh dengan cinta kasih serta didukung oleh
SDM yang terampil dan fasilitas yang lengkap.

Anda mungkin juga menyukai