PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkenaan dengan hal tersebut diatas maka kami dalam hal ini akan mencoba
membahas mengenai Manajemen Investasi Syariah pada makalah kami yang
berikut ini. Yang dimana di dalamnya akan membahas mengenai pengertian dan
filosofis manajemen investasi, teori investasi,dan kosep manajemen investasi
syariah. Dan kami berharap dengan adanya makalah kami yang membahas
mengenai Manajemen Investasi Syariah maka rekan-rekan mahasiswa dan
pembaca bisa lebih memahami dan mendapat memberikan gambaran tentang
investasi syariah
B. Rumusan Masalah
2. Teori Investasi
C. Tujuan
1
Kami berharap dengan adanya makalah ini yang membahas mengenai
Manajemen Investasi Syariah diharapkan kepada rekan-rekan mahasiswa dan
pembaca bisa lebih memahami dan mendapat memberikan gambaran tentang
investasi syariah
BAB II
2
PEMBAHASAN
Sedangkan Manajemen syariah adalah seni dalam mengelola semua sumber daya
yang dimiliki dengan tambahan sumber daya dan metode syariah yang telah
diajarkan oleh nabi Muhammad SAW.
3
Jadi secara utuh pemahaman manajemen investasi syariah dapat dirangkum
pengertiannya menjadi suatu kegiatan atau seni mengelola modal atau sumber-
sumber penghidupan ekonomi maupun sumber daya, secara profesional untuk
masa depan, baik di dunia maupun di akhirat sesuai dengan syariat dan prinsip-
prinsip yang telah diajarkan oleh rasulullah SAW.[3]
Hukum Asal
Ibadah
4
Muamalat
Dengan demikian ada dua hal pokok yang menjadi landasan dalam
berinvestasi, yaitu al-Quran dan al-Hadis, serta hukum-hukum yang bersumber
dari keduanya. Maka jelas bahwa investasi harus seiring dengan syariah yang
menjadi panduan dalam bertindak. Sesuai dengan filosofi islam yang sangat
mendorong setiap muslim berinvestasi, maka aktivitas investasi menjadi suatu
kegiatan ekonomi yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan.[4]
5
menumpuk kekayaan. Mengembangkan kekayaan berarti memanfaatkan fadzilah
Allah, sedangkan menumpuk-numpuk harta kekayaan merupakan perbuatan yang
sangat tidak dibenarkan.sebagaimana Ahmad al-Haritsi dalam bukunya fiqh
ekonomi Umar bin al-Khattab yang dikutip Mochammad Nadjib (2008:35),
menulis bahwa khalifah Umar pernah menyuruh kaum muslimin untuk
menggunakan modal mereka secara produktif, siapa saja yang memiliki uang,
hendaklah ia menginvestaasikannya dan siapa saja yang memiliki tanah hendaklah
ia menanaminya.[5]
Belajar dari khalifah Umar di atas, maka investasi dapat dilakukan pada
dua sektor, yakni sektor riil berupa tanah dan sektor keuangan berupa modal.
Investasi pada sektor riil dilakukan dengan membeli atau menyimpan benda-
benda riil yang diharapkan akan mempunyai nilai jual lebih tinggi di masa
mendatang seperti tanah, apalagi diproduktifkan, bangunan, emas, benda seni,
atau lainnya.
6
2.Teori Investasi Syariah
I= f1(i)
i = tingkat bunga
Keynes sendiri menamakan fungsi ini sebagai the marginal eficiency of capital
yang sering disebut MEC. Bentuk gambar 2.6 dari fungsi investasi sebagai berikut
:
7
20
16
i
12
Bunga
investasi
Gambar 2.6
Fungsi ini dapat dipandang semacam kurva permintaan. Makin rendah i (bunga),
makin besar jumlah pembelian barang modal (investasi). Kalau rate of returne
(MEC) dari investasi lebih dari tingkat bunga, pengusaha akan meminjam uang
dari pasaran modal dan membangun pabrik, membeli alat-alat mesin dan
sebagainya.
I = f1 (i)
i = infak / zakat
8
Perhitungan besarnya infak ini tidak didasarkan pada jumlah pinjaman,
tetapi didasarkan pada perhitungan kemampuan produksi. Dengan demikian
kata Sahri, bank zakat memperkenalkan segi baru dalam perhitungan MEC.
Dengan demikian melalui kebijaksanaan infak dan zakat, maka beberapa
kegunaan yang sekaligus dapat dicapai, yaitu:
I = f1 (i)
i = infak / zakat
Selain kegunaan zakat sebagaimana tersebut di atas, zakat dapat pula memainkan
perannya sebagai stabilisator perekonomian. Menurut Irfan Syauqi dan Didin
Hafidhuddin, zakat berperan sebagai stabilisator dalam perekonomian enegara.
Artinya, pengelolaan zakat yang baik dapat memberikan dampak terhadap
stabilitas perekonomian.
9
YZ = 2,5 % × GNP
10
yang disimpan pada saat booming. Tujuannya agar daya beli masyarakat
(permintaan agregat) dapat meningkat. Dengan demikian, perekonomian pun akan
kembali stabil.
Hal ini pun sejalan dengan kisah nabi yusuf AS ketika mengelola perekonomiaan
mesir yang mengalami kondisi booming dan deprasi secara berturut-turut. Pada
kisah tersebut digambarkan bagaimana pemerintah pada saat itu tidak
membelanjakan seluruh dananya pada saat kondisi perekonomian dalam keadaan
baik. Ada persentase tertentu yang disimpan. Ketika kemarau panjang datang
menghadang dan menimbulkan depresi ekonomi, pemerintah pun segera
memanfaatkan dana simpanan tersebut untuk digunakan bagi sebesar-besarnya
kepentingan rakyat (QS. 12:47-49). Secara sederhana, contoh di atas dapat
diilustrasikan dengan grafik berikut ini:
GNP
Booming
Depresi
Waktu
Bisa dibayangkan bila instrumen lain, seperti infak dan shodaqoh pun dapat
dikelola, berdayaguna, dan dimanfaatkan. Tentu ketiganya: zakat, infak, dan
shodaqoh (ZIS) akan menjadikan sumber garapan yang sangat luar biasa dalam
menyejahterakan masyarakat. Karena itu, pemerintah seyogyanya ikut campur
tangan dalam pengelolaannya, setidaknya meskipun bukan secara keseluruhan
namun kebijakan dan kesungguhan pemerintah sebagaimana dalam memobilisasi
11
pajak. Demikian teori investasi dalam islam, dimana peran zakat, infak, dan
shodaqoh dapat mewujudkan stabilisasi perekonomian yang bebas dari dampak
inflasi, serta efek-efek negatif lainnya.
3) Analisis sekuritas.
4) Pembentukan portofolio.
12
Pada innvestasi syariah terdapat resiko bahwa intrumen investasi yang di
pilih tidak sesuai dengan syariaah, yaitu transaksi masih pada derajat tertentu
masih mengandung unsur transaksi gharar, maysir dan riba. Intrumen investasi
syariah memiliki instrumen yang terbatas dalam melaksanakan teknik hedging
atau lindung nilai tukar. Intrumen terbatas ini dapat membuat pemilik dana
terpapar risiko yang lebih besar sibandingkan dengan transaksi hedging yang
menggunakan intrumen investasi non-syariah. Namun disisi lain risiko inverstasi
syariah yang selalu mensyaratkan adanya underlying asset (asset turunan)
menyebabkan intrumen investasi syariah lebih kecil risikonya dibandingkan
dengan intrumen investasi non-syariah.
3. Analisis sekuritas.
4. Pembentukan portofolio.
13
besar investasi pada setiap aset tersebut. Disini masalah selektivitas, penentuan
waktu dan siversifikasi perlu menjadi perhatian investor.
Pada tahapan ini, berkenan dengan pengulangan secara periodik dari tiga
langkah sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan
investasinya yaitu membentuk portofolio baru dengan yang lebih optimal.
Motifasi lainnya sei sesuaikan dengan preferensi investor tentang risiko dan retrun
itu sendiri.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16
17