Jtptiain GDL Istianah31 4899 1 Skripsi - 4
Jtptiain GDL Istianah31 4899 1 Skripsi - 4
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Dalam Ilmu Pendidikan Kimia
Disusun Oleh:
Isti’anah
3105224
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009
ABSTRAK
ii
DE
EPARTEMMEN AGAM
MA
INSTITUT
I A
AGAMA IS
SLAM NEG
GERI WALIISONGO SE
EMARANG
G
FAAKULTAS TARBIYA AH
Alamat: Jl.
J Prof. Dr. Hamka Telpp/Fax (024) 7601295, 76615387
PERSETU
UJUAN PEM
MBIMBING
G
A Rahmaawati, M.Si
Atik
P
Pembimbing
gI
D Abdul Rahman,
Drs. R M.Ag
P
Pembimbing
g II
iii
DE
EPARTEMMEN AGAM
MA
INSTITUT
I A
AGAMA IS
SLAM NEG
GERI WALIISONGO SE
EMARANG
G
FAAKULTAS TARBIYA AH
Alamat: Jl.
J Prof. Dr. Hamka Telpp/Fax (024) 7601295, 76615387
PENGE
ESAHAN PENGUJI
P
Mat Sholikh
M hin, M.Ag ____________________ _________________
K
Ketua
iv
DEKLARASI
Isti’anah
NIM. 3105224
v
MOTTO
﴾٦﴿ ﺍﺴﺮ
ﻳ ﺴ ﹺﺮ
ﻌ ﻊ ﺍﹾﻟ ﻣ ﴾ ﹺﺇﻥﱠ٥﴿ ﺍﺴﺮ
ﻳ ﺴ ﹺﺮ
ﻌ ﻊ ﺍﹾﻟ ﻣ ﹶﻓﹺﺈﻥﱠ
1.
Abdullah Sukarno, Al‐Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro) hlm.
476
vi
PERSEMBAHAN
Bapak Ihya’ Syam dan Ibu Tasyriah tercinta, atas ketulusan kasih sayangnya,
dan tak henti-hentinya doa untuk keberhasilan saya, dan selalu
membangkitkan semangat saya di saat saya lemah.
Kedua adik (Isti’adah dan Aflah Tazakka), keceriaan kalian membangkitkan
semangatku.
Teman, sahabat, dan kekasih (M. Arif Syairozi) atas cinta, kasih sayang,
motivasi dan hari-hari indah dalam hidupku.
Keluarga besar BPI E-5 (Bapak dan Ibu Raharjo, Nita, Lala, Izza, Ifa, Ana,
Ain, arin, eliz)
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT. Karena dengan
izin dan ridhanya, penulis bisa melakukan dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi
ini. Tak lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam,
yang kepada beliau diturunkan wahyu illahi Al-Quran, dan ditugasi untuk
menjelaskan serta memberikan contoh pelaksanaanya. Semoga tercurah pula kepada
keluarga dan sahabat-sahabat beliau serta seluruh umatnya yang setia.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi yang berjudul
”PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA FLASH
Mx UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X
SEMESTER GASAL MA SALAFIYAH PATI TAHUN AJARAN 2009/2010”, tidak
mampu penulis selesaikan dengan baik tanpa bimbingan dan pengarahan dari
berbagai pihak. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang
2. Atik Rahmawati, M.Si, selaku pembimbing I, Drs. Abdur Rahman, M.Pd
selaku pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu untuk peneliti
guna kepentingan skripsi ini, tentunya dengan keikhlasan hati.
3. Segenap dosen beserta karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, yang telah membekali ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dengan baik.
viii
4. Kepala MA Salafiyah Pati beserta seluruh tenaga pengajar, karyawan, dan
peserta didik MA Salafiyah Pati yang telah membantu pengumpulan data
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Ihya’ Syam dan Ibu Tasyriah atas segala doa, pengorbanan, motivasi,
cinta, dan kasih sayangnya,
6. Kedua adik (Isti’adah dan Aflah Tazakka), keceriaan kalian membangkitkan
semangatku
7. Semua saudara yang ada di Pati yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
persatu.
8. Teman, sahabat, dan kekasih (M. Arif Syairozi) atas cinta, kasih sayang,
motivasi dan hari-hari yang indah
9. Teman-teman tadris kimia 2005, kebersamaan yang selalu kita jaga, semoga
untuk selama-lamanya.
10. Keluarga besar BPI E-5 (Bapak dan Ibu Raharjo, Nita, Lala, Izza, Ifa, Ana,
Ain,eliz)
11. Teman-teman PPL SMA 7 (siswa SMA 7, PPL IAIN dan PPL IKIP),
bersama kalian, kenangan terindah yang tak pernah ku lupakan.
Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas, penulis
merasa tidak dapat memberikan apa-apa kecuali ucapan terima kasih yang
tulus debgan diiringi do’a semoga allah SWT membalas semua amal
kebaikan mereka dengan sebaik-baiknya balasan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi bahasa, isi, maupun analisisnya. Kritik dan saran
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.
Semarang, 2 Desember 2009
Penulis,
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN
x
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
xi
C. Pembahasan ....................................................................... 54
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................ 55
B. Saran .................................................................................. 56
C. Penutup .............................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
Belajar klasikal............................................................................... 61
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Anna Poedjiati, Sains Tekhnologi Masyarakat, (Bandung: Remaja Rosda karya 2005), Cet. 1,
hlm. 97-98
2
Mel Sibermen, Active Learning, Terjemahan Sarjul Dkk, (Boston: Allyn Dan Bacon,1996), hlm.
2
keberhasilan siswa untuk mencapai pembelajaran yang optimal adalah pendekatan
pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan
belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru
atau dosen dan siswa/mahasiswanya bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan
pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-
penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain
disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa/mahasiswa,
kurangnya minat, kegairahan, dan sebagainya.
Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media
secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam
keadaan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan lain-lain
dan juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal
tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk
memberikan umpan balik.3 Disamping itu, peran media sebagai alat bantu mengajar
juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa jika dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa benar-benar dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Dengan adanya
media pembelajaran diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar
mengajar. Para guru dituntut untuk bisa mengoperasikan berbagai media
pembelajaran walaupun dalam bentuk yang sederhana. Sehingga proses belajar
mengajar lebih efektif. Dengan adanya media seperti media flash Mx diharapkan
dapat memperkuat materi ajar yang mereka pelajari, karena media flash ini dapat
menciptakan banyak jenis aplikasi dan bisa menambahkan unsur animasi secara baik.
Adapun kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali
pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika “mengalami”sendiri apa yang
dipelajarinya. Setiap materi yang disajikan memiliki makna dengan kualitas yang
beragam. Makna yang berkualitas adalah makna yang kontekstual, yakni dengan
3
Asnawir Basyruddin Usman, Media Pembelajaran, ( Jakarta: Pers 2002), hlm.13
menghubungkan materi ajar dengan lingkungan personal dan sosial.4 Pembelajaran
tidak hanya sekedar kegiatan mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi
bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Oleh karena itu, strategi
pembelajaran lebih utama dari sekadar hasil. Dalam hal ini siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana
mencapainya. Mereka menyadari bahwa apa yang dipelajari akan berguna bagi
hidupnya kelak. Dengan demikian, mereka akan belajar lebih semangat dan penuh
kesadaran.5 Pendekatan pembelajaran yang cocok untuk hal di atas adalah
pembelajaran kontekstual (CTL) dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection) dan penilaian autentik (authentic assessment).6
Materi pokok ikatan kimia merupakan materi pokok yang diajarkan kelas X
pada semester gasal. Siswa yang baru duduk di kelas X MA SALAFIYAH PATI baru
pertama kali mendapatkan mata pelajaran kimia, pada waktu SMP/MTs kebanyakan
belum memperoleh mata pelajaran kimia. Karena merupakan mata pelajaran baru,
maka perlu suatu desain pembelajaran yang menarik siswa agar semangat untuk
belajar kimia dan tidak mempunyai kesan kalau pelajaran kimia itu sulit khususnya
materi ikatan kimia. Penerapan pembelajaran kontekstual menggunakan media
komputer progam flash Mx pada materi ikatan kimia, untuk membantu peningkatan
dan penguasaan siswa dalam mempelajari materi ikatan kimia, serta mengembangkan
perangkat pembelajaran kimia, dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Dengan mempertimbangkan latar belakang di atas, maka penulis merasa
terdorong melakukan penelitian dengan judul : PENERAPAN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA FLASH Mx UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA MATERI POKOK IKATAN KIMIA KELAS X
SEMESTER GASAL MA SALAFIYAH PATI TAHUN AJARAN 2009/2010
4
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar
Mengasyikkan dan Bermakna, terj. Ibnu Setiawan, ( Bandung: MLC, 2007), hlm.20
5
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan
Suskes Dalam Sertifikasi Guru,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 293
6
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,Konsep,Landasan
Teoritis-Praktis dan Implementasinya,(Jakarta:Prestasi Pustaka Publiser:2007), hlm.103
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan permasalahan sebagai berikut
1. Bagaimana penerapan pembelajaran kontekstual dengan media Flash Mx
materi pokok ikatan kimia kelas X semester gasal MA SALAFIYAH PATI?
2. Adakah peningkatan hasil belajar materi pokok ikatan kimia kelas X semester
gasal MA SALAFIYAH PATI dengan penerapan pembelajaran kontekstual
dengan media flash Mx ?
C. Penegasan Istilah
1. Penerapan Menerapkan dapat diartikan menggunakan, mempraktikan. Penerapan
berarti proses, cara, perbuatan menerapkan, pemanfaatan.7
2. Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL) adalah
konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses
mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.8
3. Media flash Mx
Media flash Mx adalah media yang dipakai sebagai pengantar informasi
menggunakan progam flash yang dibuat oleh macromedia. Macromedia Flash
Mx merupakan salah satu program pembuatan animasi. Mulai dari pembuatan
gambar, memberi warna gambar, dengan pengelolaan yang teliti dan daya kreasi
yang bagus.
7
Penyusun kamus pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,2003),
hlm.1180
8
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan
Suskes Dalam Sertifikasi Guru, ibid, hlm.296
4. Meningkatkan
Meningkatkan adalah menaikkan, mempertinggi, memperhebat (derajat, tarap
dan sebagainya).9
5. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah
siswa. Hasil belajar juga merupakan hasil proses belajar, atau proses
pembelajaran. Pelaku aktif pembelajaran adalah guru.10 Hasil belajar disini
adalah hasil belajar kognitif yang di ukur dengan tes per-siklus, dan hasil belajar
afektif yang dilihat dari indikator keaktifan siswa.
6. Ikatan kimia
Ikatan kimia adalah suatu materi yang membahas mengenai struktur dan
kedudukan serta bagaimana atom-atom bergabung satu dengan lainnya. Ikatan
kimia membentuk zat berupa unsur atau senyawa dalam upaya mencapai kondisi
stabil. Ikatan kimia yang dibahas di kelas X, yakni ikatan ion, ikatan kovalen,
ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam.
9
Ibid, hlm.1280
10
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:PT Rineka Cipta,2006), hlm.200
b. Manfaat bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi tentang alternatif pembelajaran
kimia untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual dengan media flash Mx
c. Manfaat bagi sekolah
1) Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijaksanaan yang akan
diambil guna meningkatkan mutu hasil belajar
2) Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan pembelajaran untuk
semua pelajaran
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
I. LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
“An educational process that aims to help students see meaning in the
academic material they are studying by connecting academic subject with the
context of their daily live, that is, with context of their personal, social, and
curtural cirtumstance. To achieve this aim, the system encompasses the
following eight components : making meaningful, connections, doing
significant work, self-regulated learning, collaborating, critical and creative
thinking, nurturing the individual, reaching high standards, using authentic
assesment”.1
(Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para
siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan
cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka. Yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial,
dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi
delapan komponen berikut : membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama, berpikir
kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan
berkembang,mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian
autentik.)2
8
9
3
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Belajar KBK (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2005), hlm.38
4
Khairuddin dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jogjakarta: Nuansa Aksara,
2007), hlm.201
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Prenada Media Group 2006), hlm 264
10
b. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.6 Penerapan
inkuiri ini dalam proses pembelajaran CTL, didasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Dengan
demikian diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis
yang semuanya itu diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas
peserta didik.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari
bertanya. Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.7
Kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran. Karena dengan bertanya pengertian dan
pemahaman dapat diperoleh lebih mantap. Sehingga segala bentuk
kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat
dihindari semaksimal mungkin.
Sebagaimana dalam firman Allah yang berkaitan tentang bertanya
adalah surat An-nahl:43
6
Kunandar, ibid, hlm. 309
7
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,Konsep,Landasan
Teoritis-Praktis dan Implementasinya,(Jakarta:Prestasi Pustaka Publiser:2007), hlm.110
11
8
Al-Qur’an dan terjemahannya, ( Bandung: CV Penerbit Diponegoro), hlm, 217
9
Udin Sefuddin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.170
10
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
( Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2005), hlm. 121
12
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja dipelajari
atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di
masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau
pengetahuan yang baru saja diterima. Kunci dari kegiatan refleksi adalah
bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa.11
Pada akhir pembelajaran guru perlu melaksanakan refleksi. Guru
memberikan kepada peserta didik untuk mengingat kembali apa yang
telah dipelajarinya. Sehingga ia dapat menyimpulkan kembali apa yang
telah dipelajari tentang pengalaman belajarnya.
g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang
proses pembelajaran. Maka penilaian tidak dilakukan di akhir periode
pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan
bersama-sama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan
pembelajaran.12
3. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual perlu didasarkan atas prinsip dan strategi
pembelajaran yang mendorong terciptanya lima bentuk pembelajaran
relating, experiencing, applying, cooperating and transferring.13
Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai
11
Kunandar, opcit, hlm. 314
12
Trianto, opcit, hlm. 114
13
Dewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media 2004),
hlm. 16
13
15
Udin Sefuddin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, ibid, hlm.167-168
15
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti “tengah”, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah
perantara( )و ﺳﺎ ﺋﻞatau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan.16 Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi
perantara dalam terjadinya pembelajaran. Media pembelajaran merupakan
salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam
kegiatan pembelajaran.
Ibrohim Nashir dalam Muqoddimati fi at-tarbiyah, pengertian media
pembelajaran sebagai berikut:
16
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,(Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.3
16
17
Ibrohim Nashir, Muqoddimati fi at-tarbiyah ( Aman: Ardan, tt), hlm. 169
18
R Ibrohim, Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
hlm.113
17
abstrak
Lambang Kata
Lambang visual
Gambar diam, Rekaman Radio
Gambar hidup Pameran
Televisi
Karyawisata
Dramatisasi
Benda tiruan / pengamatan
Pengalaman langsung konkrit
19
Azhar Arsyad, ibid, hlm.10
18
sikap pasif peserta didik. Dengan kata lain media yang sesuai dengan
kebutuhan akan dapat mengoptimalkan perolehan hasil belajar peserta didik.
Adapun menurut Kemp dan Dayton (1985) dalam bukunya Martinis
Yamin yang berjudul kiat membelajarkan siswa, mengidentifikasi manfaat
media dalam kegiatan pembelajaran yaitu: 20
a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Guru mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam
tentang sesuatu hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat
direduksi dan disampaikan kepada siswa secara seragam.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
Media dapat membangkitkan keingintahuan siswa, merangsang
mereka untuk bereaksi terhadap penjelasan guru, memungkinkan mereka
menyentuh objek kajian pelajaran, membantu mengkonkretkan sesuatu
yang abstrak.
c. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
Media harus dirancang dengan benar, media dapat membantu
guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif. Tanpa
media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada
siswa. Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga bukan
hanya guru sendiri yang aktif tetapi juga siswanya.
d. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
Seringkali para guru menghabiskan waktu yang cukup banyak
untuk menjelaskan suatu materi. Padahal waktu yang dihabiskan tidak
perlu sebanyak itu, jika mereka memanfaatkan media dengan baik.
20
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007),
hlm.200-203
19
a. Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang
lain.
b. Dapat membuat perubahan tranparansi warna dalam movie.
c. Membuat perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain.
d. Dapat membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah
ditetapkan.
e. Dapat dikonversi dan dipublikasikan (publish) ke dalam beberapa tipe,
diantaranya adalah.swf,.html,.gif,.jpg,.png,.exe,.mov. 22
D. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata,
proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.23
Belajar juga merupakan suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas lagi dari itu, yakni
mengalami.24
Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak begitu
saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif
membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Belajar menurut
teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit,
yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.25 Siswa perlu dibiasakan untuk
memcahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Guru
22
Tim Devisi Penelitian dan Pengembangan Madcoms,ibid,hlm. 2
23
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm.85
24
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,(Jakarta:Bumi Aksara, 2007), hlm 27
25
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogjakarta: Arruz
Media, 2008), hlm 116
21
26
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2009), hlm.22
27
Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta:
Delia Press, 2004), hlm.78
22
28
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung, Remaja
Rosda Karya, 2004), hlm. 102
23
1) Lingkungan Sosial
a) Lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi, dan teman-
teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi
bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
b) Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan sosial
masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
c) Lingkungan sosial keluarga, hubungan antara anggota keluarga,
orang tua, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan non sosial
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, suasana
yang sejuk dan tenang, sebaliknya bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam, pertama, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar. Kedua, software seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah.
c) Faktor materi pelajaran, guru dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang
dapat diterapkan. 29
E. Materi Pokok Ikatan Kimia
1. Peranan Elektron Pada Pembentukan Ikatan Kimia
Kemampuan suatu atom untuk membentuk ikatan dengan atom lain
terutama ditentukan oleh konfigurasi elektron terluarnya. Elektron-elektron
terluar disebut elektron valensi. Jika membandingkan konfigurasi elektron
29
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, ibid, hlm.19-28
24
30
Ralph H.Petrucci, Kimia Dasar Jilid 2 Terj.Suminar Achmadi, (Jakarta:Penerbit Erlangga,
1987)Cet.4, hlm.270
25
2. Ikatan Ion
Ikatan kimia terjadi dengan cara pembentukan persekutuan pasangan
elektron antara atom-atom yang bergabung.31 Ikatan ion terbentuk akibat
kecenderungan atom-atom menerima atau melepas elektron agar memiliki
konfigurasi elektron seperti gas mulia terdekat.
Contoh: Garam yang biasa kita gunakan untuk memasak termasuk ikatan ion.
Rumus kimia garam adalah NaCl. Ikatan yang terjadi antara 11Na
dengan 17Cl.
Konfigurasi elektron masing-masing atom
11Na= 1s2 2s2 2p6 3s1
17Cl = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
Atom natrium melepas 1 elektron kulit terluarnya, sehingga konfigurasi
elektronnya sama dengan gas mulia. Atom klorin menerima satu elektron pada
kulit terluarnya, sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan gas mulia.
Na Na+ + e-
(1s2 2s2 2p6 3s1) (1s2 2s2 2s6)
Cl + e- Cl -
(1s2 2s2 2p6 3s2 3p5) (1s2 2s2 2p6 3s2 3p6)
Antara ion Na+ dan ion Cl- terjadi gaya tarik menarik elektrostatis,
sehingga terbentuk senyawa ion dengan rumus kimia NaCl.
Sifat fisis suatu zat ditentukan oleh gaya antar partikel penyusun zat.
Sifat fisis senyawa ion ditentukan oleh gaya elektrostatis yang kuat dan sama
ke segala arah. Dalam senyawa ion, suatu ion positif akan dikelilingi oleh
sejumlah ion negatif, demikian pula sebaliknya. Senyawa ion dapat dikenali
dari beberapa sifatnya sebagai berikut:
31
Kristian H.Sugiyarto, Kimia Anorganik II, (JICA Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan
Matematika dan IPA UNY Yogjakarta, 2003), hlm.20
26
32
James A Brady, ibid, hlm.331
27
x x
x xx xx
2H x x
Hx x H H ‐ ‐H H ‐ O
O‐ H
xx
x
x xx
Ikatan kovalen
k koordinasi
33
) Ox
xtoby, Prinsip--Prinsip Kimia Modern, (Jakaarta:Penerbit Erlangga
E 1998), Jil.1, hlm.73
29
34
Keenan, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, (Jakarta: PT.Gelora Aksara Pratama, 1993), hlm.
149
31
35
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, ( Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm.145
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian ini di lakukan di MA Salafiyah Pati. Subjek pelaku tindakan
adalah peneliti dibantu dengan guru kimia kelas X A MA Salafiyah Pati.
Sedangkan subjek penerima tindakan adalah siswa kelas X A MA Salafiyah
Pati yang berjumlah 30 peserta didik.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti adalah MA Salafiyah
Pati yang berada di desa Kajen, kecamatan Margoyoso, kabupaten Pati.
C. Kolaborator
Salah satu ciri PTK adalah kolaborator (kerjasama) antara praktisi dan
peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan
keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan. Dalam pelaksanan
tindakan di dalam kelas, maka kerjasama (kolaborasi) antara guru dengan
peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui kerjasama, mereka secara
bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi guru dan
peserta didik di sekolah.1
Dalam PTK, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-
masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan
1
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008),
hlm. 60
34
35
1 Observasi Awal X
2 Persiapan
a. Menyusun konsep pelaksanaan
X
pembelajaran
b. Menyusun instrumen penelitian X
c. Menyepakati jadwal dan tugas
X
penelitian
d. Diskusi konsep pelaksaan
X X
penelitian
3 Pelaksanaan
a. Mempersiapkan bahan
X
pembelajaran
b. Pelaksanaan Siklus I X
c. Melakukan refleksi tindakan
X
siklus I
d. Pelaksanaan Siklus II X
e. Melakukan refleksi tidakan siklus
X
II
4 Pembuatan Laporan
a. Menyusun konsep laporan
X
penelitian
b. Penyelesaian laporan X X
36
E. Desain Penelitian
Ada beberapa model PTK yang ada, dan salah satu yang sampai saat ini
sering digunakan didalam dunia pendidikan, diantaranya adalah model
Kemmis dan Mc Taggart yang dalam satu siklus atau tahapan terdiri dari
empat tahap yaitu2 : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam
penelitian ini dirancang dalam dua siklus. Hal ini dilakukan dengan kolaborasi
antara peneliti dengan guru.
Prosedur penelitian tersebut secara garis besar dapat dijelaskan dengan
bagan berikut:3
Pengamatan
Refleksi I
Pengumpulan Data
2
Zaenal Aqib, Penelitian Tindakan kelas, (Bandung: Yrama Widya , 2007), hlm. 21
3
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:PT.
Bumi Aksara , 2008), Cet.6, hlm 16
37
a. Siklus I
1) Perencanaan
a) Peneliti menyiapkan modul program dengan menggunakan program
Flash MX untuk materi pokok ikatan kimia.
b) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi
yang telah direncanakan, kemudian diserahkan kepada guru.
c) Menyiapkan kisi-kisi soal tentang ikatan kimia siklus I.
d) Menyiapkan soal-soal latihan dan soal-soal tes formatif bentuk
uraian serta kunci jawaban.
e) Menyiapkan lembar pengamatan yang meliputi lembar pengamatan
aktifitas peserta didik serta lembar pengamatan guru dalam kegiatan
pembelajaran. Observasi direncanakan akan dilaksanakan tiap
pertemuan dan dilakukan oleh observer.
f) Memberikan informasi dan petunjuk penggunaan modul program
disertai peragaan oleh guru dengan menggunakan LCD Proyektor
dilanjutkan praktek langsung oleh siswa dan guru membimbing
siswa yang masih kesulitan menggunakan modul program.
2) Tindakan
a) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam
materi ikatan kimia.
c) Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang
pentingnya mempelajari materi ikatan kimia
d) Guru membentuk lima kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6
siswa berdasarkan absensi kelas.
e) Siswa melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah
disepakati untuk dipresentasikan di depan kelas dengan
38
39
b. Siklus II
1) Perencanaan
a) Menyiapkan modul program dengan menggunakan program Flash
Mx untuk materi pokok ikatan kimia.
b) Menyiapkan rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi
yang telah direncanakan, kemudian diserahkan kepada guru.
c) Menyiapkan kisi-kisi soal tentang ikatan kimia siklus II.
d) Menyiapkan soal-soal tes formatif bentuk uraian beserta kisi-kisi
serta kunci jawaban.
e) Lembar observasi tidak berbeda dari lembar observasi siklus
pertama.
f) Memberikan informasi dan petunjuk penggunaan modul program
disertai peragaan oleh guru dengan menggunakan LCD Proyektor
dilanjutkan praktek langsung oleh siswa dan guru membimbing
siswa yang masih kesulitan menggunakan modul program
2) Tindakan
a) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam
materi ikatan kimia.
c) Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang
pentingnya mempelajari materi ikatan kimia
d) Guru membentuk lima kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6
siswa berdasarkan absensi kelas.
e) Siswa melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah
disepakati untuk dipresentasikan di depan kelas dengan
40
41
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, ( jakarta:
PT.Rineka Cipta, 1998), cet.II, hlm. 149.
5
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,
2005), hlm. 110.
6
Suharsimi Arikunto, ibid. 150.
42
a. Data hasil belajar diambil dari hasil evaluasi berupa tes yang diberikan
siswa pada akhir siklus.
b. Data tentang proses pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan
diambil dari hasil lembar observasi guru dan siswa.
G. Analisis Data
Metode analisis yang digunakan merupakan analisis yang mampu
mendukung tercapainya tujuan dari kegiatan penelitian, berdasarkan tujuan
dasar yang ingin dicapai yaitu menambah keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, kinerja guru meningkat, dan peningkatan hasil belajar
siswa dalam materi ikatan kimia.
Analisis yang digunakan secara umum terdiri dari proses analisis untuk
menghitung prosentase keaktifan siswa, kinerja guru, dan mengetahui
tingkat hasil belajar siswa.
1. Data kinerja guru
Untuk mengetahui seberapa besar kinerja guru ketika proses belajar
mengajar berlangsung, analisis ini dilakukan pada instrumen lembar
observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui prosentase.
Instrumen lembar observasi terdiri dari 16 aspek pengamatan,
kriteria penilaian untuk tiap 1 aspek: skor 1 kinerja guru kurang, skor 2
kinerja guru cukup, skor 3 kinerja guru baik, skor 4 kinerja guru sangat
baik, sehingga jumlah skor maksimal 64.
Adapun perhitungan prosentase kinerja guru adalah:
43
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hlm. 133.
44
x=
∑x i
n
Keterangan :
x = rata-rata hasil tes
∑xi = jumlah nilai kelas
n = banyaknya siswa
b. Ketuntasan belajar
Menentukan ketuntasan belajar setiap siswa terhadap materi
klasikal adalah sebagai berikut :
B
P= X 100%
N
Keterangan :
P = prosentase
B = banyaknya siswa yang tuntas belajar
N = banyaknya siswa yang mengikuti tes
8
Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Penerbit Transito, 2002), hlm. 67
45
H. Indikator Keberhasilan
1. Hasil belajar pokok materi ikatan kimia dapat meningkat.
Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai tes tertulis pada setiap akhir
siklus mencapai rata-rata ≥ 70 untuk setiap siswa. Suatu kelas dikatakan
tuntas belajar bila kelas tersebut telah terdapat ≥ 85% yang memperoleh
nilai ≥ 65.
2. Keaktifan belajar siswa meningkat.
Pembelajaran siswa dikatakan berhasil jika keaktifan siswa
memperoleh prosentase ≥ 71 % atau dikategorikan baik.
3. Kemampuan atau kinerja guru.
Kemampuan guru dalam membuat rancangan pembelajaran sesuai
dengan model pembelajaran kontekstual dengan menggunakan media flash
Mx dikatakan berhasil jika kemampuan guru memperoleh prosentase ≥ 71
% atau dikategorikan baik.
BAB IV
A. Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengadakan persiapan penelitian
sebagai berikut:
1. Melakukan kunjungan ke sekolah, melihat kondisi langsung siswa di dalam
kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
2. Peneliti meminta persetujuan Kepala MA SALAFIYAH Kajen Margoyoso
Pati untuk mengadakan penelitian.
3. Menentukan kelas X A yang dipilih sebagai subyek penelitian berdasarkan
pertimbangan dari guru kimia di kelas X MA SALAFIYAH Kajen
Margoyoso Pati.
4. Merancang Rencana Pelaksanaan pembelajaran sebagai pedoman dalam
proses pembelajaran di kelas.
5. Membuat modul materi ikatan kimia dengan progam flash Mx.
6. Menyusun soal tes siklus I, beserta kunci jawaban dan kisi-kisinya
7. Menyusun soal tes siklus II, beserta kunci jawaban dan kisi-kisinya.
8. Menyusun lembar observasi untuk guru.
9. Menyusun lembar observasi untuk siswa
B. Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal
Kondisi awal subjek penelitian diperoleh setelah peneliti melakukan
kunjungan ke sekolah, peneliti melihat proses pembelajaran di dalam kelas,
didapati siswanya kurang antusias mengikuti proses pembelajaran. Menurut
salah seorang siswa, selama ini kegiatan belajar di dalam kelas hanya
menggunakan metode ceramah dan kurangnya kesiapan siswa. Hal ini
46
47
diperkuat pernyataan dari Bapak Edi Al Fitry (Guru Kimia kelas X ). Selama
ini proses belajar menggunakan metode ceramah. Alasannya sederhana,
sangat sulit mengajak peran aktif siswa. Nilai yang diperoleh siswa kelas X
MA SALAFIYAH PATI, belum mencapai hasil belajar yang memuaskan.
Hal ini didasarkan, hasil ulangan harian kimia masih rendah, dan belum
mencapai standar ketuntasan. Rata-rata hasil belajar 57 dan ketuntasan belajar
klasikal 27 %.
Kegiatan pembelajaran kimia di kelas X A MA SALAFIYAH PATI
sebelum tindakan menunjukkan bahwa guru lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan dengan penggunaan ceramah
sebagai metode pembelajaran utama. Akibatnya, siswa memiliki banyak
pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan sendiri,
sehingga siswa akan lebih cepat lupa dengan materi yang disampaikan dan
potensi siswa kurang tergali secara optimal.
Dengan kegiatan proses belajar-mengajar yang seperti itu, banyak
siswa merasa kesulitan memahami dan menghafal konsep kimia serta kurang
antusias dan kurang siap ketika belajar kimia dan menjadikan siswa
cenderung pasif. Siswa juga menyatakan bahwa belajar kimia yang selama
ini dilakukan dengan menggunakan metode ceramah cenderung monoton dan
tidak menyenangkan, dan juga konsep kimia yang diajarkan di kelas kurang
terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Mencermati masalah di atas, maka diperlukan suatu pembelajaran
yang beda dan menarik minat siswa untuk secara aktif mengikuti pelajaran
kimia. Berdasarkan kondisi awal tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan tindakan guna membantu siswa memahami materi. Langkah yang
diambil peneliti adalah dengan menerapkan pembelajaran kontekstual
dengan media komputer yang terhubung dengan LCD proyektor untuk
membantu meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi kimia
menggunakan progam flash Mx yang didesain khusus memuat materi dan
48
c. Penutup
Pada tahap ini, dilakukan kegiatan menarik kesimpulan. Guru
bersama siswa menarik kesimpulan tentang materi yang sudah
dibahas.
3. Data Hasil Penelitian
Penelitian penerapan pembelajaran kontekstual dengan media flash
Mx telah dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X materi
pokok ikatan kimia MA SALAFIYAH PATI semester gasal tahun ajaran
2009/2010. Penelitian ini dilaksanakan melalui model penelitian tindakan
kelas menggunakan dua siklus tindakan. Setiap siklus terdiri atas tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
a. Analisis penelitian tindakan kelas siklus I
Penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan oleh peneliti dengan
bapak Edi al Fitry sebagai guru mitra atau kolaborator peneliti sekaligus
sebagai pengampu mata pelajaran kimia di kelas X A. Adapun rincian
hasil siklus I adalah:
1) Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I
Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari tiap pertemuan,
bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kontekstual dengan
media flash Mx materi pokok ikatan kimia dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1 Keaktifan siswa siklus I
Pertemuan Ke- Rata-
Jumlah persentase
1 2 3 4 5 rata
Jumlah
skor 801 824 868 873 899 4265 853
Rata-
rata 27 27 29 29 30 142 28 65%
50
Hasil tes akhir siswa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 68.
Siswa yang tuntas belajar sebanyak 21 siswa dan yang tidak tuntas
belajar sebanyak 9 siswa, sehingga diperoleh ketuntasan belajar
klasikal 70 %. Sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan
nilai rata – rata yang diperoleh belum terpenuhi. Rata-rata yang
52
C. Pembahasan
1. Faktor Guru
Faktor guru yang dimaksud yaitu kinerja guru pada saat proses
belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan
media flash Mx . Kinerja guru selama pembelajaran berdasarkan hasil
pengamatan kinerja guru siklus I dan siklus II, maka diperoleh data sebagai
berikut.
2. Faktor Siswa
Faktor siswa dalam pembelajaran yang dimaksud yaitu keaktifan
siswa terhadap pembelajaran kimia. Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan
siswa siklus I dan siklus II, maka diperoleh data sebagai berikut:
Dari Tabel 4.9 terlihat terjadi peningkatan rata-rata pada kondisi awal
(yaitu data dari hasil belajar kimia tahun 2008), siklus I dan siklus II yaitu
dari 57, 68 menjadi 77. Begitu juga untuk ketuntasan belajar klasikal terjadi
peningkatan, siswa yang tuntas belajar dari sebelumnya pada kondisi awal
ada 9 atau 27%, siklus I ada 21 siswa atau 70% dan siswa yang tuntas belajar
menjadi 26 siswa atau 87% siswa yang tuntas belajar pada siklus II.
Secara keseluruhan, hasil pelaksanaan siklus I dan II dan indikator
keberhasilannya dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10 Hasil Penelitian dan Indikator Keberhasilan
2. Keaktifan 64 % 85 % ≥ 71 % Tercapai
Siswa
3. a. Rata-rata 68 77 ≥ 70 Tercapai
b. Ketuntasan 70 % 87 % ≥ 85 Tercapai
Belajar
Klasikal
1
100
8
80
6
60 kinerja guru
4
40 keaktiffan siswa
ketuntaasan belajar
2
20
siklus I sikllus II
dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek
yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Jadi pada komponen
konstruktivisme ini, siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi
pengetahuan sendiri melalui proses pengamatan dan pengalaman nyata.
Komponen yang kedua yaitu inkuiri. Artinya, proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Langkah pembelajaran inkuiri yaitu siswa disuruh untuk
merumuskan masalah, setelah itu mengumpulkan data melalui observasi atau
pengamatan, melalui membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan
informasi pendukung. Kemudian data tersebut disajikan dalam tulisan,
gambar atau laporan, yang selanjutnya dipresentasikan.
Komponen yang ketiga yaitu bertanya. Bertanya merupakan strategi
utama pembelajaran berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran
sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemempuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya pada saat diskusi
merupakan hal yang sangat penting karena bisa memecahkan persoalan yang
dihadapi. Kegiatan bertanya dapat ditemukan ketika siswa berdiskusi,
bekerja dalam kelompok presentasi, atau ketika menemui kesulitan.
Komponen yang keempat yaitu masyarakat belajar. Dalam
pembelajaran kontekstual, masyarakat belajar dapat dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Masyarakat belajar
dalam pembelajaran kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Siswa dibagi dalam beberapa
kelompok yang anggotanya bersifat heterogen.
Komponen yang kelima yaitu pemodelan, yang dimaksud adalah
proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh.
Pemodelan merupakan komponen yang cukup penting dalam pembelajarn
kontestual, sebab melalui pemodelan siswa dapat terhindar dari pembelajaran
yang teoristik abstrak yang mengundang terjadinya verbalisme. Dalam
60
penelitian ini, media flash Mx dapat dijadikan sebagai model, karena dalam
media tersebut terdapat contoh-contoh materi kontekstual dan dosertai
dengan gambar animasi.
Komponen yang keenam yaitu refleksi. Refleksi merupakan gambaran
terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Melalui proses
refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif
siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang akan
dimilikinya. Dalam setiap akhir pembelajaran, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
Komponen yang ketujuh yaitu penilaian yang sebenarnya. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan
bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Pada penelitian
ini, penilaian dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran. Siswa
dinilai kemampuannya dengan berbagai cara salah satunya dengan observasi,
tidak hasil tes tertulis saja. Prinsip utama penilaian dalam pembelajaran
kontekstual tidak hanya menilai apa yang diketahui siswa, tetapijuga menilai
apa yang dapat dilakukan siswa.
Dari penelitian yang telah dilakukan ini, hasil belajar siswa dan peran
aktif siswa dan kinerja guru dapat meningkat. Dengan demikian, penerapan
pembelajaran kontekstual dengan media flash Mx ini dapat diterapkan di MA
Salafiyah Pati, sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan
pembelajaran kimia di kelas X A.
61
56
BAB V
A. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Penerapan pembelajaran kontekstual dengan penggunaan komputer
progam macromedia flash Mx dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi pokok ikatan kimia siswa kelas X A MA Salafiyah Pati. Keberhasilan
penerapan model pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dengan media
flash sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X A MA
Salafiyah Pati ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam proses pembelajaran
yaitu keaktifan pada saat proses pembelajaran, juga ditunjukkan adanya
peningkatan nilai skor tes akhir dari masing-masing siklus. Hal ini dapat dilihat
dari perolehan skor yang diprosentasikan melalui pengamatan tentang keaktifan
belajar siswa dengan indikator keaktifan dalam proses pembelajaran.
Keberhasilan pelaksanaan tindakan dalam penelitian juga dibuktikan dari hasil
belajar siswa baik pada pelaksanaan siklus 1 maupun siklus II. Rata-rata hasil
belajar pada siklus I 68,2 dan ketuntasan belajar klasikal pada siklus I 70%.
Pembelajaran siswa dikatakan berhasil jika keaktifan siswa memperoleh
prosentase ≥ 71 %. Pada siklus I keaktifan siswa sebesar 68,1%. Kemampuan
guru dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran
kontekstual dengan menggunakan media flash Mx dikatakan berhasil jika
kemampuan guru memperoleh prosentase ≥ 71 %. Kinerja guru pada siklus I
memperoleh nilai 68,7%. Dilihat dari indikator keberhasilan, siklus I belum
berhasil dan perlu perbaikan pada siklus II. Rata-rata hasil belajar pada siklus II
77,4 dan ketuntasan belajar klasikal 86,6 %. Sedangkan keaktifan siswa sebesar
84 % dan kinerja guru sebesar 82,8 %.
55
56
B. SARAN
Mengingat pentingnya penerapan pembelajaran kontekstual dengan media
flash Mx sebagai pembelajaran yang menghubungkan materi dengan kehidupan
sehari-hari siswa dan memanfaatkan media yang ada di sekolah merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan ini maka penulis
menyarankan beberapa hal yang berhubungan dengan masalah tersebut.
1. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual dengan media flash Mx yang telah
dilakukan di kelas X A Salafiyah Pati agar terus dilakukan untuk mencapai
suasana belajar yang menyenangkan.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran kontektual
dengan media flash Mx ini tidak hanya pada materi pokok ikatan kimia untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
C. PENUTUP
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT, yang telah memberikan
anugerah berupa rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
dalam proses maupun hasilnya, sehingga diharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua khususnya penulis. Amin.
56
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran Yogjakarta:
Arruz Media, 2008
Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran Yogjakarta: Arruz
Media, 2008
Basyaruddin, Asnawir, Media pembelajaran, Jakarta Pers 2002
Brady, A. James, Kimia Universitas Asas dan Struktur, Jakarta: Penerbit Binarupa
Aksara, 1999
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006
E . Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Belajar KBK, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005
Johnson B. Elaine dkk. Contextual Teaching And Learning Menjadikan Kegiatan
Belajar Mengajar Mengasyikkan Dan Bermakna, Bandung: MLC, 2007
Keenan, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama, 1993
Ibrohim Nashir, Muqoddimati fi at-tarbiyah Aman: Ardan, tt
Khaeruddin, dkk. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jogjakarta: Nuansa
Aksara, 2007
Kunandar, Guru Propfesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(Ktsp) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007
Mudhoffir,Teknologi Instruksional Sebagai Landasan Perencanaan Dan Penyusunan
Progam Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1999
Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran,
Jakarta: Delia Press, 2004
Nashir, Ibrohim, Muqoddimati fi at-tarbiyah Aman: Ardan, tt
Oxtoby. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, ed. 4 jil. 1, Jakarta: Erlangga, 1998
Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2003
Petrucci, Ralph H. Terjemahan Achmad Suminar, Kimia Dasar Jilid 2, Jakarta:
Erlangga, 1987, Cet 4.
Poedjiati, Anna, Sains Teknologi Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005,
Cet. 1
Prawiradilaga, Dewi Salma, Mozaik teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media,
2004
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000
R Ibrohim, Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Saebani, Beni Ahmad, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2008
Sanjaya Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi
jakarta: prenada media group, 2005
Sefuddin Udin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008
Sibermen, Mel Terjemahan Sarjul Dkk. Active Learning. Boston: Allyn Dan
Bacon,1996
Sudijono, Anas, Evaluasi Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1996
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2009
Sugianto, Kristiani H. Kimia Anorganik Jilid I, Jika Jurusan Kimia Fakultas
Pendidikan Matematika Dan IPA, Jogjakarta : UNY, 2003
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004
Suprijono, Agus, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, Surabaya:
Pustaka Pelajar, 2009
Tim Divisi Penelitian Dan Pengembangan Madcoms. Macromedia Flash Mx 2004.
Madiun: Madiun, 2005
Trianto,. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik Konsep
Landasan Teoritis Praktis Dan Implementasinya, Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2007
Yamin, Martinis, Kiat Membelajarkan siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Isti’anah
NIM : 3105224
Tempat, tanggal lahir : Pati, 13 Januari 1986
Nama Orang Tua
Ayah : Ihya’ Syam
Ibu : Tasyri’ah
Alamat Asal : Ds. Asempapan Rt 03 Rw 03 Kec. Trangkil Kab. Pati
Riwayat Pendidikan : 1. MI Thoriqotul Ulum Tlogoharum Pati.Lulus tahun 1998
2. MADIN Roudlatul Ulum Guyangan Pati. Lulus tahun
1999
3. MTs. Roudlatul Ulum Guyangan Pati. Lulus tahun 2002
4. MA Roudlatul Ulum Guyangan Pati. Lulus 2005
5. IAIN Walisongo Semarang. Masuk tahun 2005
Lampiran 1
1 Agus Nafe’ L
2 Ahmad Nur Kholis L
3 Ahmad Qodrianto L
4 Ahmad Zammir Ribah L
5 Ahmad Zamroni L
6 Ali Afyuddin Syah L
7 Dhimas Immawan Wahyudi L
8 Fery Mukti L
9 Ihza Basna Maula L
10 Ilhammudin Al Khaq L
11 Iqbal Darwanto L
12 M. Sutrisno L
13 Maftuh Al Irsyadi L
14 Moh. Haikal Aslikh Rosyada L
15 Moh. Syaiful Anwar L
16 Moh. Taufiqurrahman L
17 Moh. Zulfikar L
18 Moh. Fiqqri Fajar Nugroho L
19 Muhammad Ainun Nuha L
20 Muhammad Fatah Yasin L
21 Muh. Ghozy Nailan Naja L
22 Muh. Sholihul Umam L
23 Muhammad Ulil Hidayat L
24 Mukhammad Yasin L
25 Nur Rohmad L
26 Rizal Majid L
27 Rosyad Ulil Albab L
28 Ulin Nuha L
29 Widha Dama Wahyu Pratama L
30 Yhosi Agustion L
Lampiran 2
Kelompok 1 Kelompok 2
Kelompok 3 Kelompok 4
Kelompok 5 Kelompok 6
Ketuntasan
Hasil Evaluasi Siklus I
Belajar
No Nama Nilai
Tidak
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tuntas Tuntas
1 Agus Nafe’ 10 8 6 4 4 8 6 2 0 2 52 √
2 Ahmad Nur Kolis 8 8 6 4 8 4 8 6 4 8 64 √
3 Ahmad Qodrianto 10 6 8 4 2 2 6 10 2 6 56 √
4 Ahmad Zammir R 10 6 6 8 4 8 4 6 10 6 68 √
5 Ahmad Zamroni 10 8 8 6 4 10 6 8 8 2 70 √
6 Ali Afyuddin S 8 10 10 8 6 6 8 8 8 10 82 √
7 Dhimas Immawan 6 8 10 6 4 2 4 8 4 6 58 √
8 Fery Mukti 10 10 10 8 10 6 8 8 8 8 86 √
9 Ihza Basna M 8 8 8 6 4 6 8 6 2 4 60 √
10 Ilhammudin Khaq 10 10 6 6 8 6 4 8 2 6 66 √
11 Iqbal Darwanto 8 10 2 6 6 4 4 8 10 10 68 √
12 M. Sutrisno 10 10 6 8 2 4 8 8 4 10 70 √
13 Maftuh Al Irsyadi 8 8 8 6 10 10 6 4 10 6 76 √
14 Moh. Haikal A.R 10 10 8 8 8 10 8 6 10 10 88 √
15 Moh. Syaiful A 10 4 8 8 4 8 2 8 8 10 70 √
16 Moh. Taufiq 10 8 6 4 2 6 8 6 2 2 54 √
17 Moh. Zulfikar 8 10 10 4 8 6 4 10 8 4 72 √
18 Moh. Fiqqri F. N 10 8 8 8 6 6 4 8 8 2 68 √
19 Moh. Ainun Nuha 10 2 8 8 4 6 8 8 8 6 68 √
20 Moh. Fatah Yasin 8 10 8 4 8 2 6 2 2 2 52 √
21 Moh. Ghozy N. N 10 6 6 8 8 4 6 4 10 10 72 √
22 Moh. Solihul U 10 8 8 4 10 6 4 6 8 8 70 √
23 Moh. Ulil Hidayat 6 8 2 4 2 2 6 8 2 8 48 √
24 Moh. Yasin 10 10 10 10 8 8 6 10 10 10 92 √
25 Nur Rohmad 8 4 6 2 4 4 2 8 2 6 46 √
26 Rizal Mazid 10 6 6 8 4 4 10 2 4 2 66 √
27 Rosyad Ulil Albab 10 10 8 8 4 6 8 8 10 10 82 √
28 Ulin Nuha 10 10 10 6 8 6 8 6 4 4 72 √
29 Widha Dama W.P 10 8 10 4 8 10 10 10 8 6 84 √
30 Yhosi Agustian 8 6 2 4 10 8 8 4 8 8 66 √
Jumlah 2046 9 21
Keterangan:
1. Nilai Rata-rata
x=
∑x i
N
2046
= = 68,2
30
Keterangan :
x = rata-rata hasil tes
∑xi = jumlah nilai kelas
n = banyaknya siswa
2. Ketuntasan Belajar
a. Ketuntasan belajar individu
Siswa yang tuntas belajar = 21
Siwa yang tidak tuntas belajar =9
B
b. Ketuntasan belajar klasikal = P= X 100%
N
21
= × 100%
30
= 70 %
Keterangan :
P = pencapaian prosentase
B = banyaknya siswa yang tuntas belajar
N = banyaknya siswa yang mengikuti tes
Dari ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh sebesar 70% maka pembelajaran dikatakan
belum berhasil. Dari indikator keberhasilan, pembelajaran dikatakan berhasil jika ketuntasan
belajar minimal mencapai 85%.
Lampiran 4
A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
Menjelaskan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya dengan cara oktet dan duplet.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang pembentukan suatu unsur untuk
mencapai kestabilannya dengan cara oktet dan duplet.
E. Materi Ajar
1.Ikatan Kimia
Kestabilan atom
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari
materi ini.
2. Kegiatan Inti
a. Memperkenalkan program flash mx pada siswa
b. Memberikan penjelasan tentang materi kestabilan atom dengan menggunakan program
flash Mx
c. Membagi kelas ke dalam kelompok belajar berdasarkan absensi kelas
d. Setiap kelompok melakukan diskusi dari materi yang telah disampaikan
e. Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mengajukan pertanyaan
f. Membahas secara bersama-sama dari setiap pertanyaan yang diajukan tadi.
g. Setiap kelompok berlatih menentukan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang
berhubungan dengan kestabilan atom. Contohnya berlatih bagaimana suatu unsur yang
ada di sekitar kita seperti emas, perak, besi, dan lainnya, bisa mencapai kestabilan
seperti gas mulia.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia kelas X
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Diantara atom-atom di alam hanya atom gas mulia yang stabil
2. Pada dasarnya elektron mempunyai sifat yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa
kestabilan suatu atom ditentukan oleh konfigurasi elektron atom tersebut
3. Kemampuan suatu atom untuk membentuk ikatan dengan atom lain terutama ditentukan
oleh konfigurasi elektron terluarnya disebut elektron valensi
4. G. N Lewis dan W.Kosel mengaitkan kestabilan gas mulia dengan konfigurasi
elektronnya. Gas mulia mempunyai konfigurasi penuh yaitu : konfigurasi oktet
(mempunyai 8 elektron pada kulit terluar) kecuali helium dengan konfigurasi duplet (2
elektron pada kulit terluar)
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Mengapa unsur gas mulia merupakan unsur yang paling stabil?
2. Bagaimana cara unsur-unsur berikut dalam mencapai kestabilan :
a) 11Na c) 4Be
b) 25Mn d) 20Ca
3. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal besi dan tembaga, diantara keduanya
mana yang lebih stabil?
4. Pedoman penilaian
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan
Isti‘anah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian ikatan kovalen polar dan nonpolar
2. Menjelaskan terbentuknya ikatan kovalen polar dan nonpolar serta contoh dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang ikatan kovalen polar dan nonpolar
E. Materi Ajar
Ikatan kovalen polar dan nonpolar
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari
materi ini.
2. Kegiatan Inti
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan kemarin
untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan polar dan nonpolar yang ada dalam kehidupan
sehari-hari untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia kelas X
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen antara atom-atom,namun pasangan elktron
yang dipakai bersama lebih dekat ke salah satu atom yang mempunyai skala
keelektronegatifan lebih besar. Ikatan kovalen polar terjadi bila dua atom yang berikatan
mempunyai beda keelektronegatifan
2. Ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan kovalen antara atom-atom namun pasangan
elektron berada pada jarak yang sama dari dua atom yang saling berikatan. Ikatan
kovalen nonpolar terjadi bila atom-atom yang berikatan tidak mempunyai selisih skala
keelektronegatifan.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Apa yang dimaksud ikatan kovalen polar dan nonpolar ?
2. Kepolaran molekul dapat diketahui apabila molekul tersebut dikenakan medan
listrik. Contohnya, apabila sisir plastik diusapkan berkali-kali ke kain wol agar
diperoleh suatu medan listrik. Kemudian sisir diletakkan dekat dengan aliran air.
Air tersebut dibelokkan oleh medan litrik. Mengapa demikian?
4. Pedoman penilaian
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan
A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian ikatan logam
2. Menjelaskan terbentuknya ikatan logam.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang ikatan logam.
E. Materi Ajar
Ikatan logam
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini
2. Kegiatan Inti
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan
kemarin untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan logam yang ada dalam kehidupan sehari-
hari untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia..
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentukakibat penggunaan bersama elektro-
elektron oleh atom-atom logam.
2. Kekuatan ikatan logam ditentukan oleh besarnya gaya tarik-menarik antara ion-ion
positif dan elektron-elektron bebas.
3. Logam mempunyai beberapa sifat yang unik, antara lain mengkilat, dapat
menghantarkan arus listrik, mudah ditempa dan dapat diulur menjadi kawat.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Apa yang dimaksud ikatan logam ?
2. Mengapa atom-atom logam membentuk ikatan logam dan bukan ikatan ion atau
ikatan kovalen?
3. Magnesium adalah logam di alam cenderung berada sebagai senyawanya. Apa jenis
ikatan kimia pada logam magnesium? Jelaskan!
4. Pedoman penilaian
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan
x x x x
x
Cl
x x
x x Cl
x x
x
x
b. H2SO4
4
Ikatan kovalen yang terjadi pada H2SO4 adalah ikatan kovalen koordinasi.
Cara terbentuknya adalah:
6 Yang menyebabkan polarisasi pada molekul suatu senyawa adalah apabila dua 10
atom yang mempunyai elektronegativitas sama bergabung, tiap-tiap atom
mempunyai kemampuan yang sama dalam menarik pasangan elektron pada
ikatan tersebut. Makin besar perbedaan keelektronegatifan atom-atom yang
berikatan makin besar juga sifat kepolarannya. Untuk mengetahui kepolaran dari
suatu molekul, dapat dilihat harga momen dipolnya
7 Ikatan kovalen berikut bersifat non polar atau polar 2
a. CO2 bersifat non polar karena pasangan ikatan antara C dan O digunakan
4
secara seimbang oleh kedua inti atom yang berikatan sehingga tidak terjadi
pengkutuban atau kepolaran muatan.
x x
x C x
x x
H
x Br xx
xx
Polar
8 Garam merupakan senyawa ion. Garam apabila dilarutkan dalam air dapat 10
menghantarkan listrik karena dalam keadaan demikian ion-ionnya dapat
bergerak bebas. Ion-ion yang bergerak membawa muatan listrik.
9 Sifat-sifat ikatan logam: 2
a. Logam merupakan konduktor yang baik karena elektron valensinya yang
4
mudah mengalir. Di dalam ikatan logam, terdapat elektron bebas yang dapat
membawa muatan listrik. Jika diberi suatu beda tegangan, maka elektron-
elektron ini akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif.
b. Logam dapat ditempa atau ditarik karena ketika logam dipukul atom-atom
4
logam lainnya hanya bergeser sedangkan ikatan diantaranya tidak terputus.
10 Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal perak dan emas. Kedua atom 2
tersebut di alam belum dalam keadaan stabil, cara atom tersebut untuk
memperoleh kestabilan adalah:
a. Perak (Ag) mempunyai nomor atom 47. Adapun konfigurasi elektronnya
4
adalah 2.8 .18. 8.8.2. Untuk mencapai kestabilan maka Ag melepaskan 2
elektron.
Ag Ag2+ + 2e
(2.8.18.8.8.2) (2.8.18.8.8)
Kreteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Baik Sekali
Skor penilaian :
Skor maksimal = 64
Skor yang dicapai = ( 0 x 1) + (2 x 5) + (3 x 10) + (4 x 1)
= 0 + 10 + 30 + 4
= 44
44
Prosentase = x100%
64
= 68,7%
Kemampuan atau kinerja guru menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan media flash
Mx dikatakan berhasil jika kemampuan guru dikategorikan baik atau sangat baik, dengan
demikian kinerja guru belum berhasil.
Pengamat
Isti’anah
Lampiran 9
Skala Penilaian
No Kegiatan Siswa
1 2 3 4
Perhatian siswa terhadap penjelasan awal
1 guru √
2 Kerjasama dalam kelompok √
Lancar dalam menjalankan program flash
3 Mx tentang Ikatan Kimia √
Penyampaian materi pada saat presentasi
4 didepan kelas √
Memberikan jawaban pertanyaan dari
5 siwa pada saat presentasi √
6 Keaktifan dalam memberikan pertanyaan √
Membuat perencanaan dan pembagian
7 kerja yang matang √
Memberikan tanggapan jawaban dari
8 kelompok presentasi √
Memberikan contoh materi dalam
9 kehidupan sehari-hari √
10 Memperhatikan presentasi kelompok lain √
11 Menarik simpulan dari hasil presentasi √
Jumlah skor 1 3 5 2
Kreteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Baik Sekali
Pembelajaran dikatakan berhasil jika keaktifan siswa dikategorikan baik. Dengan prosentase
68,1% maka pembelajaran dikatakan belum berhasil.
Pengamat
Isti’anah
Lampiran 10
1 Agus Nafe’ 10 8 8 4 10 10 10 6 10 8 84 √
3 Ahmad Qodrianto 10 10 4 8 8 10 6 10 4 6 76 √
4 Ahmad Zammir R 10 10 10 8 4 8 4 6 10 4 74 √
5 Ahmad Zamroni 10 8 10 6 8 10 10 10 8 4 84 √
6 Ali Afyuddin S 10 10 10 8 6 10 8 8 8 10 88 √
7 Dhimas Immawan 8 8 10 4 10 6 4 10 8 2 70 √
8 Fery Mukti 10 10 10 8 10 6 8 8 10 8 88 √
9 Ihza Basna M 10 6 8 6 6 4 8 6 6 4 64 √
10 Ilhammudin Khaq 10 8 4 8 4 6 4 8 8 10 70 √
11 Iqbal Darwanto 10 10 10 6 8 10 4 8 10 8 84 √
12 M. Sutrisno 10 10 6 10 4 4 8 8 6 8 74 √
13 Maftuh Al Irsyadi 10 10 10 8 10 10 6 8 10 8 90 √
15 Moh. Syaiful A 10 8 8 8 8 8 4 8 8 10 80 √
16 Moh. Taufiq 10 8 6 4 4 6 8 8 4 4 62 √
17 Moh. Zulfikar 10 10 10 8 4 6 4 10 8 6 76 √
18 Moh. Fiqqri F. N 10 10 10 8 6 10 10 8 8 4 84 √
21 Moh. Ghozy N. N 10 10 10 8 4 8 6 4 10 10 80 √
22 Moh. Solihul U 10 8 10 4 10 8 4 6 8 8 76 √
24 Moh. Yasin 10 10 10 10 8 10 10 10 8 10 96 √
25 Nur Rohmad 10 6 6 8 10 6 4 2 2 2 56 √
26 Rizal Mazid 10 6 6 8 4 10 10 4 6 6 70 √
28 Ulin Nuha 10 10 10 2 8 6 10 8 4 6 74 √
30 Yhosi Agustian 8 10 10 2 10 8 8 6 8 8 78 √
Jumlah 2324 4 26
Keterangan:
1. Nilai rata-rata
x=
∑x i
N
2324
= = 77,4
30
Keterangan :
x = rata-rata hasil tes
∑xi = jumlah nilai kelas
n = banyaknya siswa
2. Ketuntasan Belajar
a. Ketuntasan belajar individu
Siswa yang tuntas belajar = 26
Siwa yang tidak tuntas belajar =4
B
b. Ketuntasan belajar klasikal = P= X 100%
N
26
= × 100%
30
= 86,6 %
Keterangan :
P = pencapaian prosentase
B = banyaknya siswa yang tuntas belajar
N = banyaknya siswa yang mengikuti tes
Dari ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh sebesar 86,6% maka pembelajaran dikatakan
berhasil, sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 85%.
Lampiran 11
A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
Menjelaskan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya dengan cara oktet dan duplet.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang pembentukan suatu unsur untuk
mencapai kestabilannya dengan cara oktet dan duplet.
E. Materi Ajar
1. Ikatan Kimia
Kestabilan atom
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini
2. Kegiatan Inti
a. Memperkenalkan program flash mx pada siswa
b. Memberikan penjelasan tentang materi kestabilan atom dengan menggunakan
program flash Mx
c. Membagi kelas ke dalam kelompok belajar berdasarkan absensi kelas
d. Setiap kelompok melakukan diskusi dari materi yang telah disampaikan
e. Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mengajukan pertanyaan
f. Membahas secara bersama-sama dari setiap pertanyaan yang diajukan tadi.
g. Setiap kelompok berlatih menentukan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
yang berhubungan dengan kestabilan atom. Contohnya berlatih bagaimana suatu
unsur yang ada di sekitar kita seperti emas, perak, besi, dan lainnya, bisa mencapai
kestabilan seperti gas mulia.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia..
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Diantara atom-atom di alam hanya atom gas mulia yang stabil
2. Pada dasarnya elektron mempunyai sifat yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa
kestabilan suatu atom ditentukan oleh konfigurasi elektron atom tersebut
3. Kemampuan suatu atom untuk membentuk ikatan dengan atom lain terutama ditentukan
oleh konfigurasi elektron terluarnya disebut elektron valensi
4. G. N Lewis dan W.Kosel mengaitkan kestabilan gas mulia dengan konfigurasi
elektronnya. Gas mulia mempunyai konfigurasi penuh yaitu : konfigurasi oktet
(mempunyai 8 elektron pada kulit terluar) kecuali helium dengan konfigurasi duplet (2
elektron pada kulit terluar)
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Mengapa unsur gas mulia merupakan unsur yang paling stabil?
2. Bagaimana cara unsur-unsur berikut dalam mencapai kestabilan :
a. 11Na c. 4Be
b. 25Mn d. 20Ca
3. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal besi dan tembaga, diantara keduanya
mana yang lebih stabil?
4. Pedoman penilaian
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan
A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
Menjelaskan pengertian ikatan ion.
Menjelaskan terbentuknya ikatan ion dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang pengertian ikatan ion dan proses
pembentukan Ikatan Ion.
E. Materi Ajar
Ikatan Ion
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini.
2. Kegiatan Inti
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan
kemarin untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan ion yang ada dalam kehidupan sehari-hari
untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia..
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi karena adanya perpindahan elektron dari satu atom
ke atom yang lain.
2. Atom yang memiliki elektron valensi (elektron terluar) 1,2,3 atau 3 cenderung
melepaskan elektron
3. Atom yang memiliki elektron valensi (elektron terluar) 4,5,6 atau 7 cenderung
menangkap elektron.
4. Ikatan ion terjadi antara unsur-unsur logam (golongan IA dan IIA) dengan unsur-unsur
nonlogam(golongan VIIA dan VIA).
5. Sifat fisis senyawa ion adalah pada suhu ruang berupa padatan, titik leleh dan titik didih
tinggi, keras tetapi rapuh, larut dalam air tapi tidak larut dalam pelarut organik.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Apa yang dimaksud dengan ikatan ion?
2. Bagaimanakah terbentuknya ikatan ion antara 19K dan 16S
3. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal garam,yang biasanya kita gunakan untuk
memasak. Garam rumus kimianya NaCl,termasuk ikatan ion. Bagaimana
terbentuknya ikatan ion tersebut?
4. Pedoman penilaian
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan
A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
1. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen tunggal
2. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen rangkap dua
3. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen rangkap tiga
4. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen koordinasi
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang proses pembentukan Ikatan kovalen
tunggal, kovalen rangkap dua, kovalen rangkap tiga, kovalen koordinasi beserta contohnya.
E. Materi Ajar
1. Ikatan Kovalen
2. Ikatan Kovalen Tunggal
3. Ikatan Kovalen Rangkap Dua
4. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
5. Ikatan Kovalen Koordinasi
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini
2. Kegiatan Inti:
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan
kemarin untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan kovalen yang ada dalam kehidupan sehari-
hari untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia..
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan kovalen adalah ikatan antara dua buah atom atau lebih yang didasarkan pada
pemakaian elektron valensi secara bersama-sama.
2. Ikatan kovalen dapat terjadi jika atom-atom yang bergabung menggunakan sepasang
elektron secara bersama-sama. Hal ini bertujuan supaya susunan elektronnya mengikuti
aturan oktet dan duplet.
3. Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan bersama
satu pasang elektron . Contoh ikatan dalam molekul H2
4. Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
bersama dua pasang elektron. Contoh ikatan dalam molekul O2
5. Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
bersama tiga pasang elektron. Contoh ikatan dalam molekul N2
6. Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang
digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Contoh ikatan dalam molekul HNO3
7. Sifat senyawa kovalen antara lain: berupa zat cair dan zat padat lunak, titik leleh dan titik
didih rendah, lunak dan tidak rapuh, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut
organik.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Ada berapa ikatan kovalen? Beri contoh masing-masing?
2. Jelaskan jenis ikatan kovalen apa yang terjadi pada molekul dibawah ini
a. SO2
b. F2
3. Kebanyakan zat kimia di alam mempunyai ikatan kovalen,contohnya gas
karbondioksida (CO2). Tunjukkan ikatan kovalen apa yang terjadi?
4. Pedoman penilaian
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan
A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian ikatan kovalen polar dan nonpolar
2. Menjelaskan terbentuknya ikatan kovalen polar dan nonpolar serta contoh dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang ikatan kovalen polar dan nonpolar
E. Materi Ajar
Ikatan kovalen polar dan nonpolar
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini.
2. Kegiatan Inti
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan
kemarin untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan polar dan nonpolar yang ada dalam
kehidupan sehari-hari untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia..
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen antara atom-atom,namun pasangan elktron
yang dipakai bersama lebih dekat ke salah satu atom yang mempunyai skala
keelektronegatifan lebih besar. Ikatan kovalen polar terjadi bila dua atom yang berikatan
mempunyai beda keelektronegatifan
2. Ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan kovalen antara atom-atom namun pasangan
elektron berada pada jarak yang sama dari dua atom yang saling berikatan. Ikatan
kovalen nonpolar terjadi bila atom-atom yang berikatan tidak mempunyai selisih skala
keelektronegatifan.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Apa yang dimaksud ikatan kovalen polar dan nonpolar ?
2. Kepolaran molekul dapat diketahui apabila molekul tersebut dikenakan medan
listrik. Contohnya, apabila sisir plastik diusapkan berkali-kali ke kain wol agar
diperoleh suatu medan listrik. Kemudian sisir diletakkan dekat dengan aliran air.
Air tersebut dibelokkan oleh medan litrik. Mengapa demikian?
4. Pedoman penilaian
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan
A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian ikatan logam
2. Menjelaskan terbentuknya ikatan logam.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang ikatan logam.
E. Materi Ajar
Ikatan logam
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini
2. Kegiatan Inti
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan
kemarin untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan logam yang ada dalam kehidupan sehari-
hari untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia..
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentukakibat penggunaan bersama elektro-
elektron oleh atom-atom logam.
2. Kekuatan ikatan logam ditentukan oleh besarnya gaya tarik-menarik antara ion-ion positif
dan elektron-elektron bebas.
3. Logam mempunyai beberapa sifat yang unik, antara lain mengkilat, dapat menghantarkan
arus listrik, mudah ditempa dan dapat diulur menjadi kawat.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Apa yang dimaksud ikatan logam ?
2. Mengapa atom-atom logam membentuk ikatan logam dan bukan ikatan ion atau
ikatan kovalen?
3. Magnesium adalah logam di alam cenderung berada sebagai senyawanya. Apa jenis
ikatan kimia pada logam magnesium? Jelaskan!
4. Pedoman penilaian
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan
b. 21Sc
3. Tentukan bagaimana cara terbentuknya ikatan ion dari pasangan dibawah ini
a. 13Al dan 9F
4
xx
H xC xx
xx
Cx H HC CH
b. Ikatan yang terjadi pada CH3NO2 adalah ikatan kovalen rangkap dua
karena digunakan bersama dua pasang elektron. Ikatan kovalen
koordinasi karena adanya pasangan elektron yang digunakan bersama
4
berasal dari salah satu atom. Ikatan kovalen tunggal karena digunakan
bersama satu pasang elektron.
Ikatan kovalen rangkap dua
x
√√
H x C √ N √√
H Ikatan kovalen koordinasi
Polar
a. Perbedaan keelektronegatifan 4
b. Molekul asimetris
c. Atom pusat punya PEB
d. Terjadi polarisasi
e. Dibelokkan medan listrik
Non polar
b. NH3 bersifat polar karena atom yang berada di tengah molekul (atom 4
pusat) mempunyai pasangan elektron bebas sehingga pasangan elektron
berikatan akan tertarik ke salah satu atom.
xx
H xN x H
x
H
8 Sifat-sifat ikatan logam: 2
a. Atom-atom logam bergabung oleh ikatan logam yang sangat kuat
membentuk struktur kristal yang rapat. Hal ini menyebabkan atom- 4
atom tidak memiliki kebebasan bergerak seperti halnya pada zat cair.
b. Di dalam elektron logam, terdapat elektron-elektron bebas. Sewaktu
cahaya putih jatuh pada permukaan logam, maka elektron-elektron
bebas akan menyerap energi cahaya tersebut. Elektron-elektron akan 4
melepas kembali energi tersebut dalam bentuk radiasi elektromagnetik
dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi cahaya awal. Oleh
karena frekuensinya sama, maka kita melihatnya sebagai cahaya yang
datang. Pantulan tersebut membuat permukaan logam mengkilap.
9 Zat mudah menguap disebut volatil. Zat yang volatil adalah senyawa 10
kovalen dengan titik didih rendah, sehingga pada suhu kamar sudah
cukup banyak yang menguap. Menguap adalah perubahan padatan atau
cairan berubah menjadi uap. Tidak ada senyawa ionik yang volatil.
10 Kebanyakan zat kimia di alam mempunyai ikatan kovalen. Contohnya air 2
yang kita minum, gas oksigen yang kita hirup. Terbentuknya ikatan
kovalen tersebut adalah:
a. Air merupakan kebutuhan kita sehari-hari. Rumus kimia air H2O, 4
termasuk ikatan kovalen tunggal. Adapun proses terbentuknya adalah:
xx xx xx
2H + x x
H x x H H- -H H- O- H
xx
x xx
xx xx 4
x x x x
x x x x
Skor penilaian :
Skor maksimal = 64
Skor yang dicapai = (0 x 1) + (2 x 2) + (3 x 7) + (4 x 7)
= 0 + 4 + 21 + 28
= 53
53
Prosentase = x100%
64
= 82,8 %
Kemampuan atau kinerja guru menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan media flash
Mx dikatakan berhasil jika kemampuan guru dikategorikan baik atau sangat baik, dengan
demikian kinerja guru berhasil.
Pengamat
Isti’anah
Lampiran 16
HASIL PENGAMATAN KEAKTIFAN SISWA
SIKLUS II
Skala Penilaian
No Kegiatan Siswa
1 2 3 4
Perhatian siswa terhadap penjelasan awal
1 guru √
2 Kerjasama dalam kelompok √
Lancar dalam menjalankan program flash
3 Mx tentang Ikatan Kimia √
Penyampaian materi pada saat presentasi
4 didepan kelas √
Memberikan jawaban pertanyaan dari
5 siwa pada saat presentasi √
6 Keaktifan dalam memberikan pertanyaan √
Membuat perencanaan dan pembagian
7 kerja yang matang √
Memberikan tanggapan jawaban dari
8 kelompok presentasi √
Memberikan contoh materi dalam
9 kehidupan sehari-hari √
10 Memperhatikan presentasi kelompok lain √
11 Menarik simpulan dari hasil presentasi √
Jumlah skor 0 1 7 3
Kreteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Baik Sekali
Keterangan Porsentase penilaian
86% - 100% =. Keaktifan siswa sangat Baik
71% - 85% = Keaktifan siswa Baik
56% - 70% = Keaktifan siswa Cukup Baik
≤ 55 % = Keaktifan siswa Tidak Baik
Kriteria penilaian:
Skor Maksimal = 44
Skor yang dicapai = (1 x 0) + (2 x 1) + (3 x 7) + (4 x 3)
= 1 + 2 + 21 + 12
= 37
37
Prosentase = x100%
44
= 0,84 x 100%
= 84%
Pembelajaran dikatakan berhasil jika keaktifan siswa dikategorikan baik. Dengan prosentase 84
% maka pembelajaran dikatakan berhasil.
Pengamat
Isti’anah
LAMPIRAN-LAMPIRAN