Anda di halaman 1dari 140

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA

FLASH Mx UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI


POKOK IKATAN KIMIA SEMESTER GASAL MA SALAFIYAH PATI
TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Dalam Ilmu Pendidikan Kimia

Disusun Oleh:
Isti’anah
3105224

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009
ABSTRAK

Isti’anah (NIM:3105224), Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dengan Media


Flash Mx Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Ikatan Kimia
Semester Gasal MA Salafiyah Pati Tahun Ajaran 2009/2010.
Penerapan pembelajaran kontekstual akan menjadikan proses belajar yang
menyenangkan karena proses pembelajaran dilakukan secara alamiah dan dapat
mempraktikan langsung berbagai materi yang telah dipelajarinya. Pemakaian media
komputer progam flash Mx yang didesain khusus memuat materi dan contoh-contoh
dengan pembelajaran kontekstual, sehingga siswa lebih aktif dan sungguh-sungguh
dalam belajar ikatan kimia.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas X A setelah diterapkan
pembelajaran kontekstual dengan media flash Mx materi pokok ikatan kimia semester
gasal MA SALAFIYAH PATI Tahun Ajaran 2009/2010.
Hasil observasi secara langsung di kelas X A, diketahui bahwa siswa
mengalami kesulitan pada materi pokok ikatan kimia, dikarenakan metode yang
digunakan oleh guru mata pelajaran kimia yang belum secara utuh mengedepankan
pembelajaran aktif dan cenderung terjadi komunikasi satu arah, sehingga materi
pokok ikatan kimia belum mencapai KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu kelas sebagai subjek
penelitian untuk menerapkan pembelajaran kontekstual dengan media flash Mx yang
jumlahnya 30 siswa. Setelah dilaksanakan tindakan pembelajaran kontekstual dengan
media flash Mx, suasana pembelajaran di kelas menjadi aktif. Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua tahap yaitu tahap siklus I dan siklus II. Suatu kelas dikatakan
tuntas belajar bila kelas tersebut telah terdapat ≥ 85% yang memperoleh nilai ≥ 65dan
rata–rata hasil belajar ≥ 70. Rata-rata hasil belajar pada siklus I 68,2 dan ketuntasan
belajar klasikal pada siklus I 70%. Pembelajaran siswa dikatakan berhasil jika
keaktifan siswa memperoleh prosentase ≥ 71 %. Pada siklus I keaktifan siswa
sebesar 68,1%. Kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
model pembelajaran kontekstual dengan menggunakan media flash Mx dikatakan
berhasil jika kemampuan guru memperoleh prosentase ≥ 71 %. Kinerja guru pada
siklus I memperoleh nilai 68,7%. Dilihat dari indikator keberhasilan, siklus I belum
berhasil dan perlu perbaikan pada siklus II. Rata-rata hasil belajar pada siklus II 77,4
dan ketuntasan belajar klasikal 86,6 %. Sedangkan keaktifan siswa sebesar 84 % dan
kinerja guru sebesar 82,8 %. Maka pada siklus II sudah berhasil.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa ada
peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui pendekatan
kontekstual dengan media flash Mx, ini dapat dilihat dari keaktifan siswa, kinerja
guru, rata-rata nilai siswa dan ketuntasan hasil belajar siswa.

ii
 
DE
EPARTEMMEN AGAM
MA
INSTITUT
I A
AGAMA IS
SLAM NEG
GERI WALIISONGO SE
EMARANG
G

FAAKULTAS TARBIYA AH
Alamat: Jl.
J Prof. Dr. Hamka Telpp/Fax (024) 7601295, 76615387

PERSETU
UJUAN PEM
MBIMBING
G

Tanggal Tanda Taangan

A Rahmaawati, M.Si
Atik

P
Pembimbing
gI

D Abdul Rahman,
Drs. R M.Ag

P
Pembimbing
g II

iii
 
DE
EPARTEMMEN AGAM
MA
INSTITUT
I A
AGAMA IS
SLAM NEG
GERI WALIISONGO SE
EMARANG
G

FAAKULTAS TARBIYA AH
Alamat: Jl.
J Prof. Dr. Hamka Telpp/Fax (024) 7601295, 76615387

PENGE
ESAHAN PENGUJI
P

Tangggal Tandda Tangan

Mat Sholikh
M hin, M.Ag ____________________ _________________
K
Ketua

Ratih Rizqi Nirwana,


R N S.Si, M.Pd. ____________________ _________________
S
Sekretaris

Atik Rahmaawati, M.Si


A ____________________ _________________
P
Penguji I

Sugeng Risttyanto, M.Agg


S ____________________ _________________
P
Penguji II

iv
 
DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa


skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi initidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi
dalam referensi yang penulis jadikan bahan rujukan.

Semarang, 2 Desember 2009


Deklarator,

Isti’anah
NIM. 3105224

v
 
MOTTO

﴾٦﴿ ‫ﺍ‬‫ﺴﺮ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺴ ﹺﺮ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫﴾ ﹺﺇﻥﱠ‬٥﴿ ‫ﺍ‬‫ﺴﺮ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺴ ﹺﺮ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻊ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﹶﻓﹺﺈﻥﱠ‬

(٨ -٥ :‫﴾ )ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻻﻧﺸﺮﺍﺡ‬٨﴿ ‫ﺐ‬


 ‫ﺭ ﹶﻏ‬ ‫ﻚ ﻓﹶﺎ‬
 ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﻭﹺﺇﻟﹶﻰ‬ ﴾٧﴿ ‫ﺐ‬
 ‫ﺼ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺖ ﻓﹶﺎ‬
 ‫ﺮ ﹾﻏ‬ ‫ﹶﻓﹺﺈﺫﹶﺍ ﹶﻓ‬

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan{5} Sesungguhnya


sesudah kesulitan itu ada kemudahan {6} Maka apabila kamu telah selesai ( dari
sesuatu urusan ), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain {7} Dan
hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap {8}(Surat Al-Insyirah: 5-8)1

                                                            
1.
Abdullah Sukarno, Al‐Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro) hlm. 
476 

vi
 
PERSEMBAHAN

Sebuah karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

Bapak Ihya’ Syam dan Ibu Tasyriah tercinta, atas ketulusan kasih sayangnya,
dan tak henti-hentinya doa untuk keberhasilan saya, dan selalu
membangkitkan semangat saya di saat saya lemah.
Kedua adik (Isti’adah dan Aflah Tazakka), keceriaan kalian membangkitkan
semangatku.
Teman, sahabat, dan kekasih (M. Arif Syairozi) atas cinta, kasih sayang,
motivasi dan hari-hari indah dalam hidupku.
Keluarga besar BPI E-5 (Bapak dan Ibu Raharjo, Nita, Lala, Izza, Ifa, Ana,
Ain, arin, eliz)

vii
 
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT. Karena dengan
izin dan ridhanya, penulis bisa melakukan dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi
ini. Tak lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam,
yang kepada beliau diturunkan wahyu illahi Al-Quran, dan ditugasi untuk
menjelaskan serta memberikan contoh pelaksanaanya. Semoga tercurah pula kepada
keluarga dan sahabat-sahabat beliau serta seluruh umatnya yang setia.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi yang berjudul
”PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA FLASH
Mx UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X
SEMESTER GASAL MA SALAFIYAH PATI TAHUN AJARAN 2009/2010”, tidak
mampu penulis selesaikan dengan baik tanpa bimbingan dan pengarahan dari
berbagai pihak. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang
2. Atik Rahmawati, M.Si, selaku pembimbing I, Drs. Abdur Rahman, M.Pd
selaku pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu untuk peneliti
guna kepentingan skripsi ini, tentunya dengan keikhlasan hati.
3. Segenap dosen beserta karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, yang telah membekali ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dengan baik.

viii
 
4. Kepala MA Salafiyah Pati beserta seluruh tenaga pengajar, karyawan, dan
peserta didik MA Salafiyah Pati yang telah membantu pengumpulan data
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Ihya’ Syam dan Ibu Tasyriah atas segala doa, pengorbanan, motivasi,
cinta, dan kasih sayangnya,
6. Kedua adik (Isti’adah dan Aflah Tazakka), keceriaan kalian membangkitkan
semangatku
7. Semua saudara yang ada di Pati yang tidak mungkin penulis sebutkan satu
persatu.
8. Teman, sahabat, dan kekasih (M. Arif Syairozi) atas cinta, kasih sayang,
motivasi dan hari-hari yang indah
9. Teman-teman tadris kimia 2005, kebersamaan yang selalu kita jaga, semoga
untuk selama-lamanya.
10. Keluarga besar BPI E-5 (Bapak dan Ibu Raharjo, Nita, Lala, Izza, Ifa, Ana,
Ain,eliz)
11. Teman-teman PPL SMA 7 (siswa SMA 7, PPL IAIN dan PPL IKIP),
bersama kalian, kenangan terindah yang tak pernah ku lupakan.
Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas, penulis
merasa tidak dapat memberikan apa-apa kecuali ucapan terima kasih yang
tulus debgan diiringi do’a semoga allah SWT membalas semua amal
kebaikan mereka dengan sebaik-baiknya balasan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, baik dari segi bahasa, isi, maupun analisisnya. Kritik dan saran
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.
Semarang, 2 Desember 2009
Penulis,

ix
 
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN ................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii

HALAMAN ABSTRAKSI ................................................................ ....... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................ iv

HALAMAN DEKLARASI ....................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

DAFTAR ISI…………………. ................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................... ....... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................. 4
C. Penegasan Istilah ................................................................ 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 6

x
 
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

I. Landasan Teori ........................................................... ..... 8


A. Pembelajaran Kontekstual .......................................... 8
B. Media Pembelajaran .................................................... 15
C. Program Flash Mx ....................................................... 19
D. Belajar ......................................................................... 20
E. Materi Ikatan Kimia ................................................... 23
F. Pembelajaran Kontekstual dengan Media Flash Mx
dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Kimia ........................................................................ .. 30
G. Penelitian yang Relevan...................... ........................ 32
II. Hipotesis Tindakan ..................................................... ...... 33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian .............................................................. 34


B. Lokasi Penelitian ................................................................ 34
C. Variabel Penelitian ………………………………………. 34
D. Kolaborator ……………………………………………… 35
E. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...................................... ... 36
F. Desain Penelitian ......................................................... ..... 36
G. Metode Pengumpulan Data ................................................ 41
H. Analisis Data…………………………………………….... 42
I. Indikator Keberhasilan……………………………………. 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian ........................................................... 46


B. Hasil Penelitian .................................................................. 46

xi
 
C. Pembahasan ....................................................................... 54

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................ 55
B. Saran .................................................................................. 56
C. Penutup .............................................................................. 56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii
 
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Perbedaan pembelajaran kontekstual dan konvensional.................. 16

Tabel 3.1: Jadwal pelaksanaan penelitian......................................................... 38

Tabel 4.1: Keaktifan siswa siklus I................................................................... 51

Tabel 4.2: Kinerja guru siklus I........................................................................ 53

Tabel 4.3: Tes akhir siklus I.............................................................................. 53

Tabel 4.4: Keaktifan siswa siklus II.................................................................. 55

Tabel 4.5: Kinerja guru siklus II....................................................................... 55

Tabel 4.6: Tes akhir siklus II............................................................................ 56

Tabel 4.7: Perbandingan kinerja guru............................................................... 58

Tabel 4.8: Perbandingan keaktifan siswa.......................................................... 59

Tabel 4.9: Perbandingan tes akhir siswa........................................................... 60

Tabel 4.10: Hasil penelitian dan indikator keberhasilan.................................... 60

xiii
 
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Kerucut pengalaman Edgar Dale.................................................... 20

Gambar 3.1: Bagan Prosedur Kerja Penelitian Tindakan Kelas......................... 39

Gambar 4.1: Histogram keaktifan siswa, Kinerja guru, dan ketuntasan

Belajar klasikal............................................................................... 61

xiv
 
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar nama siswa


Lampiran 2  Daftar kelompok belajar
Lampiran 3  Hasil evaluasi siklus I
Lampiran 4  Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I
Lampiran 5  Kisi – kisi soal siklus I
Lampiran 6  Soal ulangan harian siklus I
Lampiran 7  Kunci jawaban dan penilaian tes siklus I
Lampiran 8  Pengamatan keaktifan siswa siklus I
Lampiran 9  Pengamatan kinerja guru siklus I
Lampiran 10  Hasil evaluasi siklus II
Lampiran 11  Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II
Lampiran 12  Kisi-kisi soal siklus II
Lampiran 13  Soal ulangan harian siklus II
Lampiran 14  Kunci jawaban dan penilaian tes siklus II
Lampiran 15  Pengamatan keaktifan siswa siklus II
Lampiran 16  Pengamatan kinerja guru siklus II
Lampiran 17  Dokumentasi pembelajaran
 

xv
 
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya belajar itu mempunyai tujuan agar peserta didik dapat
meningkatkan kualitas hidupnya sebagai individu maupun sebagai mahluk sosial.
Sebagai individu seseorang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berfikir
kritis dan inovatif menghadapi persaingan global. Oleh karena itu setiap lembaga
pendidikan tenaga kependidikan disamping membekali lulusannya dengan
penguasaan materi subjek dari bidang studi yang akan dikaji dan pedagogi bahan
kajian atau materi subjek tersebut, diharapkan juga memberikan pemahaman tentang
kaitan antara materi pelajaran dengan dunia nyata atau kehidupan sehari-hari peserta
didik sebagai anggota masyarakat.1
Proses belajar berlangsung secara bergelombang. Belajar memerlukan
kedekatan dengan materi yang hendak dipelajari, jauh sebelum bisa memahaminya.
Belajar juga memerlukan kedekatan dengan berbagai macam hal, bukan sekedar
pengulangan atau hafalan.2 Sebagai contoh pelajaran kimia bisa diajarkan dengan
media yang konkret, melalui buku-buku latihan, dan dengan mempraktikkan dalam
kegiatan sehari-hari. Masing-masing cara dalam menyajikan konsep akan
menentukan pemahaman siswa, yang lebih penting lagi adalah bagaimana kedekatan
itu berlangsung. Jika ini terjadi pada peserta didik, dia akan merasakan sedikit
keterlibatan mental. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif, siswa mengikuti pelajaran
tanpa rasa keingintahuan, tanpa mengajukan pertanyaan, dan tanpa minat terhadap
hasilnya. Ketika kegiatan belajar bersifat aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu.
Dia menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi untuk
memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas. Pembelajaran
siswa dikatakan optimal jika pembelajarannya bermakna dan mencapai tingkatan
pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi

                                                            
1
Anna Poedjiati, Sains Tekhnologi Masyarakat, (Bandung: Remaja Rosda karya 2005), Cet. 1,
hlm. 97-98 
2
Mel Sibermen, Active Learning, Terjemahan Sarjul Dkk, (Boston: Allyn Dan Bacon,1996), hlm.

keberhasilan siswa untuk mencapai pembelajaran yang optimal adalah pendekatan
pembelajaran yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.
Pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan
belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru
atau dosen dan siswa/mahasiswanya bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan
pengertian. Dalam komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-
penyimpangan sehingga komunikasi tersebut tidak efektif dan efisien, antara lain
disebabkan oleh adanya kecenderungan verbalisme, ketidaksiapan siswa/mahasiswa,
kurangnya minat, kegairahan, dan sebagainya.
Salah satu usaha untuk mengatasi keadaan demikian ialah penggunaan media
secara terintegrasi dalam proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam
keadaan tersebut disamping sebagai penyaji stimulus informasi, sikap dan lain-lain
dan juga untuk meningkatkan keserasian dalam penerimaan informasi. Dalam hal-hal
tertentu media juga berfungsi untuk mengatur langkah-langkah kemajuan serta untuk
memberikan umpan balik.3 Disamping itu, peran media sebagai alat bantu mengajar
juga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa jika dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa benar-benar dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Dengan adanya
media pembelajaran diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar
mengajar. Para guru dituntut untuk bisa mengoperasikan berbagai media
pembelajaran walaupun dalam bentuk yang sederhana. Sehingga proses belajar
mengajar lebih efektif. Dengan adanya media seperti media flash Mx diharapkan
dapat memperkuat materi ajar yang mereka pelajari, karena media flash ini dapat
menciptakan banyak jenis aplikasi dan bisa menambahkan unsur animasi secara baik.
Adapun kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali
pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika “mengalami”sendiri apa yang
dipelajarinya. Setiap materi yang disajikan memiliki makna dengan kualitas yang
beragam. Makna yang berkualitas adalah makna yang kontekstual, yakni dengan

                                                            
3
Asnawir Basyruddin Usman, Media Pembelajaran, ( Jakarta: Pers 2002), hlm.13 
menghubungkan materi ajar dengan lingkungan personal dan sosial.4 Pembelajaran
tidak hanya sekedar kegiatan mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi
bagaimana siswa mampu memaknai apa yang dipelajari itu. Oleh karena itu, strategi
pembelajaran lebih utama dari sekadar hasil. Dalam hal ini siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana
mencapainya. Mereka menyadari bahwa apa yang dipelajari akan berguna bagi
hidupnya kelak. Dengan demikian, mereka akan belajar lebih semangat dan penuh
kesadaran.5 Pendekatan pembelajaran yang cocok untuk hal di atas adalah
pembelajaran kontekstual (CTL) dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection) dan penilaian autentik (authentic assessment).6
Materi pokok ikatan kimia merupakan materi pokok yang diajarkan kelas X
pada semester gasal. Siswa yang baru duduk di kelas X MA SALAFIYAH PATI baru
pertama kali mendapatkan mata pelajaran kimia, pada waktu SMP/MTs kebanyakan
belum memperoleh mata pelajaran kimia. Karena merupakan mata pelajaran baru,
maka perlu suatu desain pembelajaran yang menarik siswa agar semangat untuk
belajar kimia dan tidak mempunyai kesan kalau pelajaran kimia itu sulit khususnya
materi ikatan kimia. Penerapan pembelajaran kontekstual menggunakan media
komputer progam flash Mx pada materi ikatan kimia, untuk membantu peningkatan
dan penguasaan siswa dalam mempelajari materi ikatan kimia, serta mengembangkan
perangkat pembelajaran kimia, dan meningkatkan hasil belajar siswa. 
Dengan mempertimbangkan latar belakang di atas, maka penulis merasa
terdorong melakukan penelitian dengan judul : PENERAPAN PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA FLASH Mx UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA MATERI POKOK IKATAN KIMIA KELAS X
SEMESTER GASAL MA SALAFIYAH PATI TAHUN AJARAN 2009/2010

                                                            
4
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar
Mengasyikkan dan Bermakna, terj. Ibnu Setiawan, ( Bandung: MLC, 2007), hlm.20 
5
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan
Suskes Dalam Sertifikasi Guru,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 293 
6
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,Konsep,Landasan
Teoritis-Praktis dan Implementasinya,(Jakarta:Prestasi Pustaka Publiser:2007), hlm.103 
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan permasalahan sebagai berikut
1. Bagaimana penerapan pembelajaran kontekstual dengan media Flash Mx
materi pokok ikatan kimia kelas X semester gasal MA SALAFIYAH PATI?
2. Adakah peningkatan hasil belajar materi pokok ikatan kimia kelas X semester
gasal MA SALAFIYAH PATI dengan penerapan pembelajaran kontekstual
dengan media flash Mx ?

C. Penegasan Istilah
1. Penerapan Menerapkan dapat diartikan menggunakan, mempraktikan. Penerapan
berarti proses, cara, perbuatan menerapkan, pemanfaatan.7

2. Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning atau CTL) adalah
konsep belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi pelajaran
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses
mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.8
3. Media flash Mx
Media flash Mx adalah media yang dipakai sebagai pengantar informasi
menggunakan progam flash yang dibuat oleh macromedia. Macromedia Flash
Mx merupakan salah satu program pembuatan animasi. Mulai dari pembuatan
gambar, memberi warna gambar, dengan pengelolaan yang teliti dan daya kreasi
yang bagus.

                                                            
7
Penyusun kamus pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,2003),
hlm.1180 
8
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dan
Suskes Dalam Sertifikasi Guru, ibid, hlm.296 
4. Meningkatkan
Meningkatkan adalah menaikkan, mempertinggi, memperhebat (derajat, tarap
dan sebagainya).9
5. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah
siswa. Hasil belajar juga merupakan hasil proses belajar, atau proses
pembelajaran. Pelaku aktif pembelajaran adalah guru.10 Hasil belajar disini
adalah hasil belajar kognitif yang di ukur dengan tes per-siklus, dan hasil belajar
afektif yang dilihat dari indikator keaktifan siswa.

6. Ikatan kimia
Ikatan kimia adalah suatu materi yang membahas mengenai struktur dan
kedudukan serta bagaimana atom-atom bergabung satu dengan lainnya. Ikatan
kimia membentuk zat berupa unsur atau senyawa dalam upaya mencapai kondisi
stabil. Ikatan kimia yang dibahas di kelas X, yakni ikatan ion, ikatan kovalen,
ikatan kovalen koordinasi, dan ikatan logam.

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana cara penerapan pembelajaran kontekstual
dengan media flash Mx materi pokok ikatan kimia kelas X semester gasal
MA SALAFIYAH PATI.
b. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa materi pokok ikatan
kimia kelas X semester gasal MA SALAFIYAH PATI dengan penerapan
pembelajaran kontekstual dengan media flash Mx ”
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat bagi siswa
1) Memberikan peran aktif siswa dalam pembelajaran
2) Meningkatkan hasil belajar siswa

                                                            
9
Ibid, hlm.1280 
10
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:PT Rineka Cipta,2006), hlm.200  
b. Manfaat bagi guru
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi tentang alternatif pembelajaran
kimia untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan
pembelajaran kontekstual dengan media flash Mx
c. Manfaat bagi sekolah
1) Memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijaksanaan yang akan
diambil guna meningkatkan mutu hasil belajar
2) Memberikan kontribusi yang baik dalam peningkatan pembelajaran untuk
semua pelajaran

d. Manfaat bagi peneliti


Menambah pengetahuan khususnya di bidang pendidikan, yaitu penerapan
pendekatan dalam pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Dalam
penelitian ini peneliti menetapkan pembelajaran kontekstual dengan media
flash Mx

 
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

I. LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Kontekstual
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong
siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
“An educational process that aims to help students see meaning in the
academic material they are studying by connecting academic subject with the
context of their daily live, that is, with context of their personal, social, and
curtural cirtumstance. To achieve this aim, the system encompasses the
following eight components : making meaningful, connections, doing
significant work, self-regulated learning, collaborating, critical and creative
thinking, nurturing the individual, reaching high standards, using authentic
assesment”.1
(Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para
siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan
cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka. Yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial,
dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi
delapan komponen berikut : membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama, berpikir
kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan
berkembang,mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian
autentik.)2

CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan


karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat
mempraktekkan secara langsung apa yang dipelajarinya. Pembelajaran
                                                            
1
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning Menjadikan Kegiatan Belajar
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, terj. Ibnu Setiawan, ( Bandung: MLC, 2007), Hlm. 19 
2
Elaine, opcit. Hlm.67 


 

 

kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat, makna dan manfaat


belajar. Sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk
senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. Kondisi tersebut ketika peserta
didik menyadari tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan
bagaimana cara menggapainya.3 Dalam upaya itu mereka memerlukan guru
sebagai pengarah dan pembimbing.
Dalam menerapkan CTL ini, guru tidak hanya menyampaikan materi
belaka yang berupa hafalan tetapi juga bagaimana mengatur lingkungan dan
strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik termotivasi untuk
belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat
menunjang pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan secara keseluruhan.4
2. Komponen Pembelajaran Kontekstual
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 komponen.
Komponen ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan CTL. Adapun tujuh komponen tersebut adalah:
a. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
5
pengalaman. Dalam pembelajaran CTL pada dasarnya mendorong siswa
agar dapat mengonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan
dan pengalaman. Penerapan komponen konstruktivisme dalam
pembelajaran melalui CTL, siswa didorong untuk mengonstruksi
pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.

                                                            
3
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Belajar KBK (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2005), hlm.38 
4
Khairuddin dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jogjakarta: Nuansa Aksara,
2007), hlm.201  
5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:
Prenada Media Group 2006), hlm 264  
10 
 

b. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual yang berpendapat bahwa pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.6 Penerapan
inkuiri ini dalam proses pembelajaran CTL, didasarkan pada pencarian
dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Dengan
demikian diharapkan siswa memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis
yang semuanya itu diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas
peserta didik.
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari
bertanya. Bertanya merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.7
Kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran. Karena dengan bertanya pengertian dan
pemahaman dapat diperoleh lebih mantap. Sehingga segala bentuk
kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat
dihindari semaksimal mungkin.
Sebagaimana dalam firman Allah yang berkaitan tentang bertanya
adalah surat An-nahl:43

 ‫ﻢ ﹶﻓ‬ ‫ﻴ ﹺﻬ‬‫ﻰ~ ﹺﺇﹶﻟ‬‫ﻮﺣ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﺎ ﹰﻻ‬‫ﻚ ﹺﺇ ﹼﻻ َ ﹺﺭﺟ‬


‫ﻢ ﹶﻻ‬ ‫ﺘ‬‫ﻨ‬‫ﺬ ﹾﻛ ﹺﺮ ﹺﺇ ﹾﻥ ﹸﻛ‬ ‫ﻫ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺍ ﹶﺍ‬‫ﺴﹶﺌﹸﻠﻮ‬  ‫ﻠ‬‫ﺒ‬‫ﻦ ﹶﻗ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺳ ﹾﻠﻨ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﻭﻣ‬
‫ﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻌﹶﻠﻤ‬ ‫ﺗ‬

                                                            
6
Kunandar, ibid, hlm. 309 
7
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik,Konsep,Landasan
Teoritis-Praktis dan Implementasinya,(Jakarta:Prestasi Pustaka Publiser:2007), hlm.110 
 
11 
 

“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu kecuali orang-orang laki-laki


yang kami beri wahyu kepada mereka, maka bertanyalah kepada orang
yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”8

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)


Konsep pembelajaran dalam pembelajaran kontekstual
menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama
dengan orang lain (Team Work). Kerjasama itu dilakukan dalam berbagai
bentuk baik dalam kelompok belajar yang dibentuk secara formal maupun
dalam lingkungan secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh secara
bertukar pikiran dengan orang lain. Inilah hakikat dari masyarakat belajar,
masyarakat yang saling membagi.9
Kegiatan masyarakat belajar sesuai dengan salah satu prinsip yang
digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar yaitu prinsip sosial.
Satu sama lain saling membantu, bekerja sama dan berinteraksi untuk
memecahkan suatu masalah. Kegiatan masyarakat belajar juga diharapkan
siswa akan berwawasan luas karena banyak pengetahuan dan pengalaman
yang diperoleh dari berbagai sumber.
e. Pemodelan (Modelling)
Yang dimaksud dengan komponen pemodelan adalah proses
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat
ditiru oleh setiap siswa. Pemodelan tidak terbatas dari guru saja akan
tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki
kemampuan. Pemodelan merupakan komponen yang cukup penting
dalam pembelajaran CTL, sebab melalui pemodelan siswa dapat terhindar
dari pembelajaran yang teoritis-abstrak.10

                                                            
8
Al-Qur’an dan terjemahannya, ( Bandung: CV Penerbit Diponegoro), hlm, 217  
9
Udin Sefuddin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.170 
10
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
( Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2005), hlm. 121 
12 
 

f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru saja dipelajari
atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di
masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau
pengetahuan yang baru saja diterima. Kunci dari kegiatan refleksi adalah
bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa.11
Pada akhir pembelajaran guru perlu melaksanakan refleksi. Guru
memberikan kepada peserta didik untuk mengingat kembali apa yang
telah dipelajarinya. Sehingga ia dapat menyimpulkan kembali apa yang
telah dipelajari tentang pengalaman belajarnya.
g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang
proses pembelajaran. Maka penilaian tidak dilakukan di akhir periode
pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan
bersama-sama secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan
pembelajaran.12
3. Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual perlu didasarkan atas prinsip dan strategi
pembelajaran yang mendorong terciptanya lima bentuk pembelajaran
relating, experiencing, applying, cooperating and transferring.13
Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai
                                                            
11
Kunandar, opcit, hlm. 314 
12
Trianto, opcit, hlm. 114 
13
Dewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan (Jakarta: Prenada Media 2004),
hlm. 16 
13 
 

tujuan pembelajaran. Berdasarkan center for occupational research and


development (CORD). Penerapan strategi pembelajaran kontekstual
digambarkan sebagai berikut:
a. Relating, belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
Konteks merupakan kerangka kerja yang dirancang guru untuk membantu
peserta didik agar yang dipelajari bermakna.
b. Experiencing, belajar adalah kegiatan “mengalami”, peserta didik
berproses secara aktif dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan
eksplorasi terhadap hal yang dikaji, berusaha menemukan dan
menciptakan hal baru dari apa yang dipelajarinya.
c. Applying, belajar menekankan pada proses mendemonstrasikan
pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan pemanfaatannya.
d. Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif melalui belajar
kelompok, komunikasi interpersonal atau hubungan intersubjektif.
e. Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya kemampuan
memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.14
Selama ini kelas-kelas dalam pendidikan di sekolah tidak produktif.
Adanya pandangan mengenai pengetahuan sebagai seperangkat fakta yang
harus dihafal. Sehari-hari kelas diisi dengan ceramah dan guru sebagai sumber
utama pengetahuan, sementara siswa dipaksa untuk menerima dan
menghafalkan fakta-fakta. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar yang
lebih memberdayakan siswa. Bagi CTL, program pembelajaran adalah
rencana guru mengenai skenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan
dilaksanakannya dalam satu atau lebih pertemuan. Dalam program itulah guru
biasa melihat apa saja yang perlu dipersiapkannya sebelum mengajar.
pembelajaran kontekstual dituntut untuk menghidupkan kelas dengan cara
mengembangkan pemikiran anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
                                                            
14
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya:Pustaka
Pelajar, 2009), hlm.84 
14 
 

bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan


dan ketrampilan barunya. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri
untuk semua topik, menciptakan masyarakat belajar dalam kelompok,
mengembangkan sikap ingin tahu siswa dalam bertanya, melakukan refleksi
dan penilaian yang sebenarnya. Kelas yang hidup adalah kelas yang
memberdayakan siswa, yaitu kelas yang produktif dan menyenangkan.
4. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional
Terdapat perbedaan pokok antara pembelajaran dengan CTL dan
pembelajaran konvensional yang banyak diterapkan di sekolah. Tabel 2.1 di
bawah ini menjelaskan perbedaan kedua model tersebut dilihat dari konteks
tertentu.
Tabel 2.1 Perbedaan pembelajaran kontekstual dan konvensional.15
No Konteks Pembelajaran Pembelajaran
Pembelajaran Kontekstual Konvensional
1 Hakikat Konten pembelajaran Isi pembelajaran terdiri
Belajar selalu dikaitkan dengan dari konsep dan teori
kehidupan nyata yang yang abstrak tanpa
diperoleh sehari-hari pertimbangan manfaat
pada lingkungannya. bagi siswa
2 Model Siswa belajar melalui Siswa melakukan
Pembelajaran kegiatan kelompok kegiatan pembelajaran
seperti kerja kelompok, bersifat individual dan
berdiskusi, praktikum, komunikasi satu arah,
saling bertukar pikiran, kegiatan dominan
memberi dan menerima mencatat, menghafal,
informasi. menerima instruksi guru
3 Kegiatan Siswa ditempatkan Siswa ditempatkan
Pembelajaran sebagai subjek sebagai objek
pembelajaran dan pembelajaran yang lebih
berusaha menggali dan berperan sebagai
menemukan sendiri penerima informasi yang
materi pelajaran. pasif dan kaku.

                                                            
15
Udin Sefuddin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, ibid, hlm.167-168

 
15 
 

4 Kebermaknaan Mengutamakan Kemampuan yang


Belajar kemampuan yang didapat siswa
didasarkan pada berdasarkan pada latihan-
pengalaman yang latihan dan pengulangan
diperoleh siswa dari yang terus menerus
kehidupan nyata
5 Tindakan dan Menumbuhkan kesadaran Tindakan dan perilaku
Perilaku Siswa diri pada anak didik individu didasarkan oleh
karena menyadari faktor luar dirinya, tidak
perilaku itu merugikan melakukan sesuatu
dan tidak memberikan karena takut sangsi,
manfaat bagi dirinya dan kalaupun melakukan
masyarakat. sekedar memperoleh
nilai.
6 Tujuan Hasil Pengetahuan yang Pengetahuan yang
Belajar dimiliki bersifat tentatif diperoleh dari hasil
karena tujuan akhir pembelajaran bersifat
belajar kepuasan diri. final dan absolut karena
bertujuan untuk nilai.

B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah
berarti “tengah”, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah
perantara( ‫ )و ﺳﺎ ﺋﻞ‬atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan.16 Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi
perantara dalam terjadinya pembelajaran. Media pembelajaran merupakan
salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam
kegiatan pembelajaran.
Ibrohim Nashir dalam Muqoddimati fi at-tarbiyah, pengertian media
pembelajaran sebagai berikut:

                                                            
16
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran,(Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.3 
16 
 

‫ﺍﻟﻮﺳﺎﺋﻞ ﺍﻟﺘﺮﺑﻮﻳﺔ ﻫﻮ ﻛﻞ ﻣﺎ ﻳﺴﺘﺤﺪﻡ ﻣﻦ ﻭﺳﺎﺋﻞ ﺣﺴﻴﺔ ﺑﻘﻴﺔ ﺍﺩﺭﺍﻙ ﺍﳌﻌﺎﱏ ﺑﺪﻗﺔ‬


  ‫ﻭﺳﺮﻋﺔ‬
“ Media pembelajaran adalah setiap sesuatu yang disajikan dengan tujuan
untuk memahami makna secara teliti dan tepat” 17

Media dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran baik secara


klasikal maupun individual. Dalam pembelajaran klasikal, media menjadi
bagian integral dari proses pembelajaran itu sendiri melalui penggunaan
media siswa dapat terlibat langsung dengan materi yang sedang dipelajari.
Usaha membuat pengajaran lebih konkret dengan menggunakan media
banyak dilakukan orang. Berbagai jenis media memiliki nilai kegunaan
masing-masing. Pemahaman akan nilai yang dimiliki masing-masing jenis
media ini penting, karena dalam proses pendidikan/proses belajar mengajar,
guru harus memilih media yang tepat agar tujuan-tujuan yang diinginkan
dapat terwujud dalam diri siswa. Selama proses belajar mengajar berlangsung
akan selalu terjadi interaksi antara guru, siswa dan media pengajaran yang
digunakan.18 Pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi siswa dalam belajar karena media menyajikan banyak pengalaman
yang menarik.
Adapun menurut Edgar Dale dalam bukunya Azhar Arsyad yang
berjudul media pembelajaran, mengklasifikasikan pengalaman belajar anak
mulai dari hal-hal yang paling konkret sampai kepada hal-hal yang paling
abstrak. Klasifikasi pengalaman tersebut diikuti secara luas oleh kalangan
pendidik dalam menentukan alat bantu apa seharusnya yang sesuai untuk

                                                            
17
 Ibrohim Nashir, Muqoddimati fi at-tarbiyah ( Aman: Ardan, tt), hlm. 169 
18
R Ibrohim, Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
hlm.113 
17 
 

pengalaman belajar tertentu. Klasifikasi pengalaman tersebut lebih dikenal


dengan kerucut pengalaman (Cone of Experience). Hal ini dapat dilihat pada
Gambar 2.1 berikut:19

abstrak
Lambang Kata 

Lambang visual 

Gambar diam, Rekaman Radio 

Gambar hidup Pameran  

Televisi  

Karyawisata  

Dramatisasi  

Benda tiruan / pengamatan  

Pengalaman langsung           konkrit

Gambar 2.1: Kerucut pengalaman

2. Manfaat Media Pembelajaran


Mengingat pentingnya media pembelajaran diperlukan untuk
membantu dalam proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien, maka
guru sebaiknya menyiapkan media pembelajaran yang tepat saat akan
melakukan proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa maksimal.
Pemanfaatan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

                                                            
19
Azhar Arsyad, ibid, hlm.10 
18 
 

sikap pasif peserta didik. Dengan kata lain media yang sesuai dengan
kebutuhan akan dapat mengoptimalkan perolehan hasil belajar peserta didik.
Adapun menurut Kemp dan Dayton (1985) dalam bukunya Martinis
Yamin yang berjudul kiat membelajarkan siswa, mengidentifikasi manfaat
media dalam kegiatan pembelajaran yaitu: 20
a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan
Guru mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam
tentang sesuatu hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat
direduksi dan disampaikan kepada siswa secara seragam.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
Media dapat membangkitkan keingintahuan siswa, merangsang
mereka untuk bereaksi terhadap penjelasan guru, memungkinkan mereka
menyentuh objek kajian pelajaran, membantu mengkonkretkan sesuatu
yang abstrak.
c. Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif
Media harus dirancang dengan benar, media dapat membantu
guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara aktif. Tanpa
media, seorang guru mungkin akan cenderung berbicara satu arah kepada
siswa. Namun dengan media, guru dapat mengatur kelas sehingga bukan
hanya guru sendiri yang aktif tetapi juga siswanya.
d. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
Seringkali para guru menghabiskan waktu yang cukup banyak
untuk menjelaskan suatu materi. Padahal waktu yang dihabiskan tidak
perlu sebanyak itu, jika mereka memanfaatkan media dengan baik.

                                                            
20
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007),
hlm.200-203 
19 
 

e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan


Penggunaan media tidak hanya membuat proses belajar mengajar
lebih efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi pelajaran
secara lebih mendalam dan utuh.
f. Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga
siswa dapat belajar dimana saja mereka mau, tanpa tergantung pada
keberadaan seorang guru.
g. Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses
belajar itu sendiri dapat ditingkatkan
Dengan media, proses belajar mengajar menjadi lebih menarik.
Hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa. Selain itu,
media juga dapat mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan
gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif
Guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasan, mengurangi uraian
verbal, dan peran guru tidak lagi menjadi sekedar “pengajar”, bila media
digunakan dalam pembelajaran.
C. Progam Flash Mx
Macromedia flash merupakan progam grafis animasi web yang diproduksi
oleh macromedia crop yaitu sebuah vendor software yang bergerak dibidang
animasi web. Macromedia flash pertama kali diproduksi pada tahun 1996. Pada
awal produksi macromedia flash merupakan software untuk membuat animasi
sederhana berbasis GIF. Seiring dengan perkembangannya, macromedia flash
mulai digunakan dalam pembuatan desain situs web.21
Keunggulan dari progam Macromedia flash dibanding progam lain yang
sejenis, antara lain:
                                                            
21
Dwi astuti, Teknik Membuat Animasi Profesional Menggunakan Macromedia Flash 8,
(Semarang: Penerbit Andi Offset, 2006), hlm.3 
20 
 

a. Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau objek yang
lain.
b. Dapat membuat perubahan tranparansi warna dalam movie.
c. Membuat perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain.
d. Dapat membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah
ditetapkan.
e. Dapat dikonversi dan dipublikasikan (publish) ke dalam beberapa tipe,
diantaranya adalah.swf,.html,.gif,.jpg,.png,.exe,.mov. 22
D. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata,
proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.23
Belajar juga merupakan suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas lagi dari itu, yakni
mengalami.24
Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak begitu
saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif
membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Belajar menurut
teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit,
yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata.25 Siswa perlu dibiasakan untuk
memcahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Guru

                                                            
22
Tim Devisi Penelitian dan Pengembangan Madcoms,ibid,hlm. 2 
23
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm.85 
24
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,(Jakarta:Bumi Aksara, 2007), hlm 27 
25
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogjakarta: Arruz
Media, 2008), hlm 116 
 
21 
 

tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kapada siswa. Siswa


harus mengkostruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya.26 Belajar itu sendiri adalah suatu
proses dalam diri seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk
perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Perubahan tingkah laku dalam
belajar sudah ditentukan terlebih dahulu, sedangkan hasil belajar ditentukan
berdasarkan kemampuan siswa.
Dalam hal ini penekanan hasil belajar adalah terjadinya perubahan
dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan
masukan dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional
tidak berpengaruh langsung terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh
siswa untuk mencapai tujuan belajar. Perubahan itu terjadi pada seseorang
dalam disposisi atau kecakapan manusia yang berupa penguasaan ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui usaha yang sungguh-
sungguh dilakukan dalam satu waktu tertentu atau dalam waktu yang relatif
lama. Suatu proses yang dilakukan dengan usaha dan disengaja untuk
mencapai suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu sendiri
merupakan hasil belajar.27
Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh
suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya puncak proses belajar.

                                                            
26
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2009), hlm.22 
27
Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta:
Delia Press, 2004), hlm.78  
22 
 

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran


dari kecakapan- kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik
perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir
maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian terbesar dari kegiatan atau
perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah
hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang
ditempuhnya.28
3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dibedakan atas dua kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu
dan dapat memengaruhi hasil belajar individu
1) Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan
dengan kondisi fisik individu. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
memengaruhi proses belajar adalah motivasi, minat, dan sikap
b. Faktor-faktor eksternal
Faktor eksternal yang memengaruhi hasil belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan non sosial.

                                                            
28
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung, Remaja
Rosda Karya, 2004), hlm. 102 
23 
 

1) Lingkungan Sosial
a) Lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi, dan teman-
teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi
bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
b) Lingkungan sosial masyarakat, kondisi lingkungan sosial
masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
c) Lingkungan sosial keluarga, hubungan antara anggota keluarga,
orang tua, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan non sosial
a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, suasana
yang sejuk dan tenang, sebaliknya bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam, pertama, hardware, seperti gedung
sekolah, alat-alat belajar. Kedua, software seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah.
c) Faktor materi pelajaran, guru dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang
dapat diterapkan. 29
E. Materi Pokok Ikatan Kimia
1. Peranan Elektron Pada Pembentukan Ikatan Kimia
Kemampuan suatu atom untuk membentuk ikatan dengan atom lain
terutama ditentukan oleh konfigurasi elektron terluarnya. Elektron-elektron
terluar disebut elektron valensi. Jika membandingkan konfigurasi elektron

                                                            
29
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, ibid, hlm.19-28 
24 
 

unsur-unsur dengan konfigurasi elektron gas mulia, ternyata bahwa unsur-


unsur lain yang bukan gas mulia memiliki kecenderungan untuk memiliki
susunan elektron stabil seperti gas mulia.
Pada tahun 1916, beberapa gagasan tentang pembentukan ikatan kimia
telah dikemukakan oleh dua orang kimiawan Amerika, Lewis dan Langmuir
dan seorang kimiawan Jerman, Kossel. Menurut mereka, apabila gas mulia
tidak bersenyawa dengan unsur lain, tentunya ada sesuatu keunikan dalam
konfigurasi elektronnya yang mencegah persenyawaan dengan unsur lain.
Apabila dugaan ini benar, atom yang bergabung dengan atom lain membentuk
suatu senyawa mungkin mengalami perubahan didalam konfigurasi
elektronnya yang mengakibatkan atom-atom itu lebih menyerupai gas mulia.
Teori yang dikembangkan dari gagasan ini selanjutnya dikenal sebagai teori
Lewis. Menurut teori Lewis suatu atom dalam mencapai kestabilan yaitu :
a. Elektron–elektron terutama yang berada pada kulit terluar memainkan
peranan utama dalam pembentukan ikatan kimia.
b. Pembentukan ikatan kimia terjadi karena adanya perpindahan satu atau
lebih elektron dari satu atom ke atom yang lain.
c. Pembentukan ikatan kimia dapat terjadi dari pemakaian bersama pasangan
elektron di antara atom-atom.
d. Perpindahan bersama elektron berlangsung sedemikian rupa sehingga
setiap atom yang terlibat mendapat suatu konfigurasi elektron.
Konfigurasi umumnya merupakan konfigurasi gas mulia yaitu konfigurasi
dengan 8 elektron pada kulit terluarnya yang disebut oktet, dan dengan 2
elektron pada kulit terluarnya yang disebut duplet. 30

                                                            
30
Ralph H.Petrucci, Kimia Dasar Jilid 2 Terj.Suminar Achmadi, (Jakarta:Penerbit Erlangga,
1987)Cet.4, hlm.270 
25 
 

2. Ikatan Ion
Ikatan kimia terjadi dengan cara pembentukan persekutuan pasangan
elektron antara atom-atom yang bergabung.31 Ikatan ion terbentuk akibat
kecenderungan atom-atom menerima atau melepas elektron agar memiliki
konfigurasi elektron seperti gas mulia terdekat.
Contoh: Garam yang biasa kita gunakan untuk memasak termasuk ikatan ion.
Rumus kimia garam adalah NaCl. Ikatan yang terjadi antara 11Na

dengan 17Cl.
Konfigurasi elektron masing-masing atom
11Na= 1s2 2s2 2p6 3s1
17Cl = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
Atom natrium melepas 1 elektron kulit terluarnya, sehingga konfigurasi
elektronnya sama dengan gas mulia. Atom klorin menerima satu elektron pada
kulit terluarnya, sehingga konfigurasi elektronnya sama dengan gas mulia.
Na Na+ + e-
(1s2 2s2 2p6 3s1) (1s2 2s2 2s6)
Cl + e- Cl -
(1s2 2s2 2p6 3s2 3p5) (1s2 2s2 2p6 3s2 3p6)

Antara ion Na+ dan ion Cl- terjadi gaya tarik menarik elektrostatis,
sehingga terbentuk senyawa ion dengan rumus kimia NaCl.
Sifat fisis suatu zat ditentukan oleh gaya antar partikel penyusun zat.
Sifat fisis senyawa ion ditentukan oleh gaya elektrostatis yang kuat dan sama
ke segala arah. Dalam senyawa ion, suatu ion positif akan dikelilingi oleh
sejumlah ion negatif, demikian pula sebaliknya. Senyawa ion dapat dikenali
dari beberapa sifatnya sebagai berikut:

                                                            
31
Kristian H.Sugiyarto, Kimia Anorganik II, (JICA Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan
Matematika dan IPA UNY Yogjakarta, 2003), hlm.20 
26 
 

a. Berupa padatan pada suhu ruang


b. Bersifat keras tetapi rapuh
c. Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
d. Larut dalam pelarut polar seperti air dan amonia tapi tidak larut dalam
pelarut organik
e. Tidak menghantar listrik dalam fase padat, tetapi menghantar listrik
dalam fase cair atau jika larut dalam air.
3. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen merupakan hasil persekutuan (sharing) sepasang
elektron antara atom. Kekuatan ikatan merupakan hasil tarik menarik antara
elektron yang bersekutu dan inti yang positif dari atom yang membentuk
ikatan. Dalam keadaan ini elektron berfungsi sebagai perekat yang mengikat
atom-atom itu menjadi satu. 32
Dua atom dapat membentuk ikatan dengan sepasang, dua pasang atau
tiga pasang elektron bergantung pada jenis unsur yang berikatan. Berdasarkan
jumlah pasangan elektron yang digunakan bersama (pasangan elektron
ikatan), ikatan kovalen yang terbentuk antara dua atom unsur dapat berupa
ikatan kovalen tunggal dan ikatan kovalen rangkap (rangkap dua dan rangkap
tiga).
a. Ikatan Kovalen Tunggal
Kebanyakan zat kimia di alam mempunyai ikatan kovalen tunggal.
Contohnya air yang kita minum. Molekul senyawa air (H2O) termasuk
ikatan kovalen tunggal. Pembentukan molekul H2O dari atom-atom H
dan O. Atom H memerlukan 1 elektron tambahan untuk mencapai
kestabilan dan atom O memerlukan 2 elektron tambahan untuk
mencapai kestabilan. Reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:

                                                            
32
James A Brady, ibid, hlm.331 
27 
 

x x 
x  xx xx
2H    x  x 
Hx x H H ‐ ‐H H ‐ O 
O‐ H 
xx 

x xx

b. Ikatan Kovallen Rangkapp Dua


Ikatan inni melibatkaan pemakaiaan bersama dua pasang elektron olleh
dua atom
m yang berikaatan.
Contoh :O
Orang bernaafas mengguunakan oksiggen (O2), teermasuk ikattan
kovalen rangkap
r duaa. Ikatan anntar atom okksigen dalam
m molekul O2,
agar dipeeroleh susunaan elektron yang stabil, atom O yanng mempunyyai
6 elektronn valensi meembutuhkan 2 elektron. Jadi,
J kedua atom
a O saliing
meminjam
mkan 2 buah
b elektrronnya, sehhingga keddua atom O
menggunnakan dua paasang elektroon bersama :

Ikatan Koovalen Ranggkap Dua

c. Ikatan Kovallen Rangkapp Tiga


Ikatan ini melibatkkan pemakaiian bersama tiga pasangg elektron olleh
tiiga atom yanng berikatann.
Contoh
C : Ikaatan antar atoom nitrogenn dalam molekul N2. Nittrogen dipakkai
sebagai
s bahaan pembuataan pupuk, terrmasuk ikataan kovalen raangkap tiga.
Untuk
U mencapai konfiguurasi elektroon stabil, atom N2 denggan 5 elektrron
valensi
v mem
merlukan 3 buah elekktron. Jadi, kedua atoom N saling
meminjamka
m an 3 buah elektronnyaa, sehingga menggunakkan 3 pasaang
elektron
e berssama.
28 
 

Ikkatan Kovallen Rangkap Tiga.

d. Ikatan Kovallen Koordinaasi


Ikatan kovalen kooordinasi terrjadi bila pada
p pembeentukan ikattan
teerdapat pasaangan elektrron yang hannya berasal dari salah saatu atom yaang
berikatan.
b
mbentuk ionn NH4+
Contohh : Ikatan anttara NH3 denngan H+ mem
NH3 = punya PEB
B (pasangan elektron bebbas)
+
Ion H = tidak punyya elektron

Ikatan kovalen
k koordinasi

Pasangann Elektron Bebas


e. Kepolaran
K Seenyawa Kovvalen
Pengukkuran di labooratorium menunjukkan bahwa kebaanyakan ikattan
yang
y nyata tidak sepenuhnya ionnik atau seppenuhnya kovalen
k tetaapi
memiliki
m cam
mpuran sifaat ionik dan kovalen. Ikkatan yang dicirikan olleh
perpindahan
p muatan secaara parsial diisebut kovalen polar 33
Keduduukan pasanggan elektron milik bersam
ma itu tidak selalu simettris
teerhadap keddua atom yanng berikatann. Pasangan elektron akan lebih dekkat
ke
k arah atom
m yang mem
mpunyai keeelektronegattifan lebih besar.
b Hal ini
i
mengakibatk
m kan polarisassi atau penguutuban ikatann. Contoh:

                                                            
33
) Ox
xtoby, Prinsip--Prinsip Kimia Modern, (Jakaarta:Penerbit Erlangga
E 1998), Jil.1, hlm.73
29 
 

a) Non polar b) polar


Pada contoh a). Kedudukan pasangan elektron ikatan sudah pasti
simetris terhadap kedua atom H. Dalam molekul H2 tersebut, muatan
negatif (elektron) tersebar secara homogen. Ikatan seperti itu disebut
ikatan kovalen non polar. Pada contoh b). Pasangan elektron ikatan
tertarik lebih dekat ke atom Cl karena Cl mempunyai daya tarik elektron
lebih besar dari pada H . Akibatnya, pada HCl terjadi polarisasi, dimana
atom Cl lebih negatif daripada atom H disebut ikatan polar.
Kepolaran molekul dapat diketahui apabila molekul tersebut dapat
dikenakan medan listrik. Misalnya sisir plastik yang diusap berkali-kali ke
kain wol agar diperoleh medan listrik. Kemudian sisir diletakkan dekat
aliran air (H2O), maka akan dibelokkan karena air termasuk kovalen polar.
Apabila sisir tersebut diletakkan didekat aliran CCl4 tidak dibelokkan
karena CCl4 termasuk kovalen nonpolar.
Senyawa kovalen mempunyai beberapa sifat fisis, antara lain:
a. Berupa gas, cairan atau padatan lunak pada suhu ruang
b. Bersifat lunak dan tidak rapuh
c. Mempunyai titik leleh dan titik didih yang rendah
d. Umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik
e. Umumnya tidak dapat menghantar listrik.
f. Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan
bersama elektron-elektron valensi antar atom-atom logam. Kekuatan
ikatan logam ditentukan oleh besarnya gaya tarik menarik antara ion-ion
positif dan elektron-elektron bebas. Semakin besar jumlah muatan positif
ion logam yang berarti semakin banyak elektron bebasnya, maka semakin
besar kekuatan ikatan logam.
30 
 

Dalam reaksi kimia dengan non logam, atom logam cenderung


menyumbangkan elektron, dan membentuk kation. Keelektronegatifannya
rendah, kebanyakan diantaranya kurang 2,0.34
Contoh dari ikatan logam adalah magnesium. Magnesium adalah
logam di alam yang cenderung berada sebagai senyawanya. Atom
magnesium memiliki 2 elektron valensi dan harus berikatan dengan 4
atom magnesium lainnya untuk dapat memiliki 8 elektron.
Sifat fisis senyawa logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang
kuat, strukturnya yang rapat dan keberadaan elektron-elektron yang bebas.
Beberapa sifat fisis logam yaitu:
a. Berupa padatan pada suhu ruang
b. Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika ditempa
c. Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
d. Menghantarkan listrik dengan baik
e. Menghantarkan panas dengan baik
f. Mempunyai permukaan mengkilap

F. Pembelajaran Kontekstual dengan Media Flash Mx dalam Meningkatkan Hasil


Belajar Kimia.
Salah satu komponen dalam proses pembelajaran kimia adalah penerapan
suatu pendekatan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif dan efisien. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
dapat memberikan nilai tambah pengetahuan atau informasi baru pada peserta
didik, sedangkan pembelajaran yang efisien adalah pembelajaran yang dengan
pemanfaatan daya yang tidak terlalu boros tetapi mendapatkan hasil yang
maksimal.

                                                            
34
Keenan, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, (Jakarta: PT.Gelora Aksara Pratama, 1993), hlm.
149 
31 
 

Dengan menggunakan pembelajaran kimia yang kontekstual,


diharapkan siswa sendiri yang harus aktif menemukan dan mentransfer atau
membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya. Peran guru dalam
mengajar lebih sebagai mediator dan fasilitator. Maka guru memilih media
yang dapat dipilih dalam proses pembelajaran dengan kelebihan dan
kekurangannya. Komputer merupakan media yang memiliki hampir semua
kelebihan media baik audio maupun visual dan memungkinkan siswa belajar
secara interaktif terlebih sekarang ini komputer sudah berperan sebagai
multimedia. Cukup banyak program yang bisa digunakan untuk
pengembangan materi pelajaran di sekolah, salah satunya program
Macromedia Flash Mx. Pengembangan materi pelajaran ikatan kimia dengan
Makromedia Flash Mx cukup mudah sehingga dapat dikembangkan oleh guru
khususnya mata pelajaran kimia.
Penggunaan media bukan hanya membuat proses pembelajaran lebih
efisien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi belajar lebih mendalam
dan utuh. Bila dengan mendengarkan informasi verbal dari guru saja, siswa
mungkin kurang memahami pelajaran secara baik. Tetapi juga hal itu
diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami
sendiri melalui media, maka pemahaman siswa akan lebih baik.
Dalam proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran kimia,
kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan
tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu untuk
menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan
disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media.
Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-
kata atau kalimat tertentu. Dengan media, proses pembelajaran kimia di kelas
menjadi lebih manarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai mata
pelajaran kimia. Pelajaran kimia yang dikemas melalui program media, akan
lebih jelas, lengkap, menarik minat siswa. Media bisa membangkitkan rasa
32 
 

keingintahuan siswa, merangsang siswa bereaksi baik secara fisik maupun


secara emosional. Media juga dapat membantu guru untuk menciptakan
suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan
sehingga bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

G. Penelitian yang Relevan


Dalam mempersiapkan penelitian ini, penulis terlebih dahulu mempelajari
beberapa buku hasil karya pakar pendidikan dan juga skripsi yang terkait dengan
penelitian ini, untuk dijadikan landasan teori.
Penelitian Atik Nurul Faelasufah (NIM:3104207) Upaya meningkatkan
hasil belajar matematika pokok bahasan himpunan melalui pendekatan
kontekstual peserta didik kelas VII C di MTs Miftahul Falah Kudus.
Setelah dilaksanakan tindakan melalui pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual dengan menciptakan suasana pembelajaran aktif maka suasana kelas
menjadi hidup. Peserta didik menjadi aktif dan hasil belajar maksimal. Penelitian
ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus II. Pada tahap
pra siklus semangat belajar peserta didik mempunyai prosentase 57,14 % dan
rata-rata tes akhir 58,86. Pada siklus 1 setelah dilaksanakan tindakan semangat
belajar peserta didik meningkat menjadi 64,29% dan siklus II 74,29%. Dari tiga
tahap tersebut jelas bahwa ada peningkatan setelah diterapkan model
pembelajaran kontekstual dengan sebelumnya.
Sedangkan buku-buku bacaan yang penulis gunakan sebagai bahan dan
landasan teori dalam penelitian ini antara lain buku yang ditulis Elaine B Johnson
yang berjudul ” CTL menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasikkan dan
bermakna” yang berisi tentang sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa
seorang pembelajar akan mampu menyerap materi pelajaran jika mereka dapat
menangkap makna dari pelajaran tersebut.
Buku karya Kunandar yang memaparkan tentang sebuah strategi belajar
yang tidak mengharuskan peserta didik menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah
33 
 

pendekatan yang mendorong peserta didik mengkonstruksikan pengetahuan di


benak mereka sendiri. Komponen dan pelaksanaan pembelajaran kontekstual
sesuai implementasi KTSP.

II. HIPOTESIS TINDAKAN


Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti kebenarannya melalui data
yang terkumpul. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mengandung
pernyataan-pernyataan ilmiah, tetapi masih memerlukan pengujian. Oleh karena
itu, hipotesis dibuat berdasakan hasil penelitian masa lalu atau berdasarkan data-
data yang telah ada sebelum penelitian dilakukan secara lebih lanjut yang
tujuannya menguji kembali hipotesis tersebut. 35
Berdasarkan paparan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Penerapan pembelajaran kontekstual dengan media flash Mx dapat meningkatkan
hasil belajar siswa materi pokok ikatan kimia.

                                                            
35
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, ( Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm.145  
 

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang menggunakan


data pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran di kelas. Dari data
tersebut kemudian dianalisis melalui tahapan dalam siklus-siklus tindakan.

A. Subjek Penelitian
Penelitian ini di lakukan di MA Salafiyah Pati. Subjek pelaku tindakan
adalah peneliti dibantu dengan guru kimia kelas X A MA Salafiyah Pati.
Sedangkan subjek penerima tindakan adalah siswa kelas X A MA Salafiyah
Pati yang berjumlah 30 peserta didik.

B. Lokasi Penelitian
Lokasi tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti adalah MA Salafiyah
Pati yang berada di desa Kajen, kecamatan Margoyoso, kabupaten Pati.

C. Kolaborator
Salah satu ciri PTK adalah kolaborator (kerjasama) antara praktisi dan
peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan
keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan. Dalam pelaksanan
tindakan di dalam kelas, maka kerjasama (kolaborasi) antara guru dengan
peneliti menjadi hal yang sangat penting. Melalui kerjasama, mereka secara
bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi guru dan
peserta didik di sekolah.1
Dalam PTK, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-
masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan

                                                            
1
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008),
hlm. 60 

34 
 
35
 

saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerjasama (kolaborasi) sangat


menentukan keberhasilan PTK, terutama dalam mendiagnosis masalah,
melaksakan penelitian (melaksanakan tindakan, observasi, evaluasi dan
refleksi), menganalisis data, menetukan hasil, dan menyusun laporan akhir.
Yang menjadi kolaborator adalah bapak Edy Al fitry S.Pd selaku pengampu
mata pelajaran kimia di kelas X A MA Salafiyah Pati.

D. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juli sampai 7
September 2009, di kelas X A MA Salafiyah Pati.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Waktu (Minggu) ke -
No Rencana Kegiatan
3 4 1 2 3 4 1 2

1 Observasi Awal X

2 Persiapan
a. Menyusun konsep pelaksanaan
X
pembelajaran
b. Menyusun instrumen penelitian X
c. Menyepakati jadwal dan tugas
X
penelitian
d. Diskusi konsep pelaksaan
X X
penelitian
3 Pelaksanaan
a. Mempersiapkan bahan
X
pembelajaran
b. Pelaksanaan Siklus I X
c. Melakukan refleksi tindakan
X
siklus I
d. Pelaksanaan Siklus II X
e. Melakukan refleksi tidakan siklus
X
II
4 Pembuatan Laporan
a. Menyusun konsep laporan
X
penelitian
b. Penyelesaian laporan X X

 
 
36
 

E. Desain Penelitian
Ada beberapa model PTK yang ada, dan salah satu yang sampai saat ini
sering digunakan didalam dunia pendidikan, diantaranya adalah model
Kemmis dan Mc Taggart yang dalam satu siklus atau tahapan terdiri dari
empat tahap yaitu2 : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam
penelitian ini dirancang dalam dua siklus. Hal ini dilakukan dengan kolaborasi
antara peneliti dengan guru.
Prosedur penelitian tersebut secara garis besar dapat dijelaskan dengan
bagan berikut:3

Permasalahan   Rencana Pelaksanaan


Tindakan I Tindakan I

     Pengamatan
Refleksi I
Pengumpulan Data

Permasalahan Rencana Pelaksanaan


Baru hasil Tindakan II Tindakan II
Refleksi

Permasalahan Refleksi II Pengamatan


Terselesaikan Pengumpulan Data

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Kerja Penelitian Tindakan Kelas

                                                            
2
Zaenal Aqib, Penelitian Tindakan kelas, (Bandung: Yrama Widya , 2007), hlm. 21  
3
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:PT.
Bumi Aksara , 2008), Cet.6, hlm 16 

 
 
37
 

Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan setiap siklus sebagai berikut:

a. Siklus I
1) Perencanaan
a) Peneliti menyiapkan modul program dengan menggunakan program
Flash MX untuk materi pokok ikatan kimia.
b) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi
yang telah direncanakan, kemudian diserahkan kepada guru.
c) Menyiapkan kisi-kisi soal tentang ikatan kimia siklus I.
d) Menyiapkan soal-soal latihan dan soal-soal tes formatif bentuk
uraian serta kunci jawaban.
e) Menyiapkan lembar pengamatan yang meliputi lembar pengamatan
aktifitas peserta didik serta lembar pengamatan guru dalam kegiatan
pembelajaran. Observasi direncanakan akan dilaksanakan tiap
pertemuan dan dilakukan oleh observer.
f) Memberikan informasi dan petunjuk penggunaan modul program
disertai peragaan oleh guru dengan menggunakan LCD Proyektor
dilanjutkan praktek langsung oleh siswa dan guru membimbing
siswa yang masih kesulitan menggunakan modul program.
2) Tindakan
a) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam
materi ikatan kimia.
c) Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang
pentingnya mempelajari materi ikatan kimia
d) Guru membentuk lima kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6
siswa berdasarkan absensi kelas.
e) Siswa melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah
disepakati untuk dipresentasikan di depan kelas dengan

 
 
38
 

menggunakan media flash Mx yang terhubung dengan LCD


proyektor.
f) Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk mengajukan
pertanyaan
g) Kelompok belajar yang presentasi menjawab pertanyaan yang
diajukan tadi.
h) Guru memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk
memberikan tanggapan.
i) Guru memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan
menjawab pertanyaan.
j) Memberikan contoh dari materi ikatan kimia yang ada dalam
kehidupan sehari-hari untuk masing-masing kelompok belajar.
k) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil presentasi.
l) Guru memberikan tes akhir siklus 1
3) Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
a) Pengamatan terhadap peserta didik
1) Kemampuan siswa dalam kerja kelompok.
2) Kepandaian siswa dalam mengemukakan pendapat.
3) Keaktifan kerjasama dalam kerja kelompok diskusi.
b) Pengamatan terhadap guru
1) Kemampuan guru dalam menciptakan suasana aktif belajar,
penguasaan materi, membimbing siswa dalam diskusi, dan
menarik kesimpulan.
4) Refleksi.
Hasil yang diperoleh dari pengamatan yaitu tentang siswa dalam
menerima materi dan tes formatif pada tindakan siklus pertama
digunakan sebagai dasar apakah sudah memenuhi target atau perlu

 
 
39
 

diadakan kesempurnaan pada strategi pembelajaran agar pada siklus


kedua diperoleh hasil yang lebih baik

b. Siklus II
1) Perencanaan
a) Menyiapkan modul program dengan menggunakan program Flash
Mx untuk materi pokok ikatan kimia.
b) Menyiapkan rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada materi
yang telah direncanakan, kemudian diserahkan kepada guru.
c) Menyiapkan kisi-kisi soal tentang ikatan kimia siklus II.
d) Menyiapkan soal-soal tes formatif bentuk uraian beserta kisi-kisi
serta kunci jawaban.
e) Lembar observasi tidak berbeda dari lembar observasi siklus
pertama.
f) Memberikan informasi dan petunjuk penggunaan modul program
disertai peragaan oleh guru dengan menggunakan LCD Proyektor
dilanjutkan praktek langsung oleh siswa dan guru membimbing
siswa yang masih kesulitan menggunakan modul program
2) Tindakan
a) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam
materi ikatan kimia.
c) Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang
pentingnya mempelajari materi ikatan kimia
d) Guru membentuk lima kelompok, setiap kelompok terdiri dari 6
siswa berdasarkan absensi kelas.
e) Siswa melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah
disepakati untuk dipresentasikan di depan kelas dengan

 
 
40
 

menggunakan media flash Mx yang terhubung dengan LCD


proyektor.
f) Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk mengajukan
pertanyaan.
g) Guru memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk
memberikan tanggapan
h) Kelompok belajar yang presentasi menjawab pertanyaan yang
diajukan tadi.
i) Guru memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan
menjawab pertanyaan.
j) Memberikan contoh dari materi ikatan kimia yang ada dalam
kehidupan sehari-hari untuk masing-masing kelompok belajar.
k) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil presentasi.
l) Guru memberikan tes akhir siklus II
3) Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
a) Pengamatan terhadap peserta didik
1) Kemampuan siswa dalam kerja kelompok.
2) Kepandaian siswa dalam mengemukakan pendapat.
3) Keaktifan kerjasama dalam kerja kelompok diskusi.
b) Pengamatan terhadap guru
1) Kemampuan guru dalam menciptakan suasana aktif belajar,
penguasaan materi, membimbing siswa dalam diskusi, dan
menarik kesimpulan.
4) Refleksi
Setelah diadakan penelitian siklus I dan siklus II dilakukan
analisis data. Dari hasil analisis dan refleksi ini akan diketahui apakah
penelitian yang melibatkan penggunaan media komputer dalam

 
 
41
 

penelitian tindakan kelas ini mampu meningkatkan hasil belajar kimia


materi pokok ikatan kimia, apabila belum mampu maka dilakukan
siklus berikutnya.

F. Metode Pengumpulan Data


1. Metode Observasi
Metode observasi yaitu metode yang digunakan melalui pengamatan
yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan keseluruhan alat indera.4 Metode ini digunakan dalam
rangka mengamati proses belajar mengajar, termasuk sistem dan metode
pembelajaran yang digunakan dan kelengkapan sarana prasarana serta
pengaturan kelas dan hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian.
2. Metode Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan
data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.5 Metode ini digunakan
untuk memperoleh data tentang letak geografis, profil dan dokumentasi
pembelajaran di MA Salafiyah Pati yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
3. Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.6 Test
yang digunakan adalah ulangan dengan bentuk soal essay dengan jumlah
soalnya 10 butir yang diberikan setiap akhir siklus. Test ini bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran kontekstual
dengan media flash Mx. Cara pengumpulan data:

                                                            
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, ( jakarta:
PT.Rineka Cipta, 1998), cet.II, hlm. 149. 
5
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,
2005), hlm. 110. 
6
Suharsimi Arikunto, ibid. 150. 

 
 
42
 

a. Data hasil belajar diambil dari hasil evaluasi berupa tes yang diberikan
siswa pada akhir siklus.
b. Data tentang proses pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan
diambil dari hasil lembar observasi guru dan siswa.

G. Analisis Data
Metode analisis yang digunakan merupakan analisis yang mampu
mendukung tercapainya tujuan dari kegiatan penelitian, berdasarkan tujuan
dasar yang ingin dicapai yaitu menambah keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, kinerja guru meningkat, dan peningkatan hasil belajar
siswa dalam materi ikatan kimia.
Analisis yang digunakan secara umum terdiri dari proses analisis untuk
menghitung prosentase keaktifan siswa, kinerja guru, dan mengetahui
tingkat hasil belajar siswa.
1. Data kinerja guru
Untuk mengetahui seberapa besar kinerja guru ketika proses belajar
mengajar berlangsung, analisis ini dilakukan pada instrumen lembar
observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui prosentase.
Instrumen lembar observasi terdiri dari 16 aspek pengamatan,
kriteria penilaian untuk tiap 1 aspek: skor 1 kinerja guru kurang, skor 2
kinerja guru cukup, skor 3 kinerja guru baik, skor 4 kinerja guru sangat
baik, sehingga jumlah skor maksimal 64.
Adapun perhitungan prosentase kinerja guru adalah:

Prosentase (%) = X 100%

 
 
43
 

Kategori prosentase sebagai berikut:

80% - 100% = Sangat baik

66% - 79% = Baik

56% - 65% = Cukup

40% - 55% = Kurang

30% - 39% = Gagal

2. Data keaktifan siswa.

Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti


proses belajar mengajar berlangsung. Analisis ini dilakukan pada
instrumen lembar observasi dengan menggunakan teknik deskriptif melalui
prosentase.
Instrumen lembar observasi terdiri dari 11 aspek pengamatan,
kriteria penilaian untuk tiap 1 aspek : skor 1 keaktifan siswa kurang, skor 2
keaktifan siswa cukup, skor 3 keaktifan siswa baik, skor 4 keaktifan siswa
sangat baik. Sehingga jumlah skor maksimal 44.
Adapun perhitungan prosentase keaktifan siswa adalah:
Prosentase (%) = X 100%
Kategori rata-rata keaktifan adalah sebagai berikut.7

80% - 100% = Sangat baik

66% - 79% = Baik

56% - 65% = Cukup

40% - 55% = Kurang

30% - 39% = Gagal

                                                            
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2007), hlm. 133. 

 
 
44
 

3. Data hasil evaluasi siswa


Hasil evaluasi siklus tiap siswa diperoleh dari nilai tes akhir siklus
berupa 10 soal essay. Kemudian dari data yang diperoleh dapat dianalisis
nilai rata-rata tes secara klasikal dan ketuntasan belajar siswa.
a. Nilai rata-rata tes
Menentukan nilai rata-rata tes secara klasikal dengan
8
menggunakan rumus rata-rata nilai .
Rumus :

x=
∑x i

n
Keterangan :
x = rata-rata hasil tes
∑xi = jumlah nilai kelas
n = banyaknya siswa
b. Ketuntasan belajar
Menentukan ketuntasan belajar setiap siswa terhadap materi
klasikal adalah sebagai berikut :
B
P= X 100%
N
Keterangan :
P = prosentase
B = banyaknya siswa yang tuntas belajar
N = banyaknya siswa yang mengikuti tes

                                                            
8
 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Penerbit Transito, 2002), hlm. 67 

 
 
45
 

H. Indikator Keberhasilan
1. Hasil belajar pokok materi ikatan kimia dapat meningkat.
Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai tes tertulis pada setiap akhir
siklus mencapai rata-rata ≥ 70 untuk setiap siswa. Suatu kelas dikatakan
tuntas belajar bila kelas tersebut telah terdapat ≥ 85% yang memperoleh
nilai ≥ 65.
2. Keaktifan belajar siswa meningkat.
Pembelajaran siswa dikatakan berhasil jika keaktifan siswa
memperoleh prosentase ≥ 71 % atau dikategorikan baik.
3. Kemampuan atau kinerja guru.
Kemampuan guru dalam membuat rancangan pembelajaran sesuai
dengan model pembelajaran kontekstual dengan menggunakan media flash
Mx dikatakan berhasil jika kemampuan guru memperoleh prosentase ≥ 71
% atau dikategorikan baik.

 
 
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengadakan persiapan penelitian
sebagai berikut:
1. Melakukan kunjungan ke sekolah, melihat kondisi langsung siswa di dalam
kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
2. Peneliti meminta persetujuan Kepala MA SALAFIYAH Kajen Margoyoso
Pati untuk mengadakan penelitian.
3. Menentukan kelas X A yang dipilih sebagai subyek penelitian berdasarkan
pertimbangan dari guru kimia di kelas X MA SALAFIYAH Kajen
Margoyoso Pati.
4. Merancang Rencana Pelaksanaan pembelajaran sebagai pedoman dalam
proses pembelajaran di kelas.
5. Membuat modul materi ikatan kimia dengan progam flash Mx.
6. Menyusun soal tes siklus I, beserta kunci jawaban dan kisi-kisinya
7. Menyusun soal tes siklus II, beserta kunci jawaban dan kisi-kisinya.
8. Menyusun lembar observasi untuk guru.
9. Menyusun lembar observasi untuk siswa

B. Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal
Kondisi awal subjek penelitian diperoleh setelah peneliti melakukan
kunjungan ke sekolah, peneliti melihat proses pembelajaran di dalam kelas,
didapati siswanya kurang antusias mengikuti proses pembelajaran. Menurut
salah seorang siswa, selama ini kegiatan belajar di dalam kelas hanya
menggunakan metode ceramah dan kurangnya kesiapan siswa. Hal ini

46 
 
47 
 

diperkuat pernyataan dari Bapak Edi Al Fitry (Guru Kimia kelas X ). Selama
ini proses belajar menggunakan metode ceramah. Alasannya sederhana,
sangat sulit mengajak peran aktif siswa. Nilai yang diperoleh siswa kelas X
MA SALAFIYAH PATI, belum mencapai hasil belajar yang memuaskan.
Hal ini didasarkan, hasil ulangan harian kimia masih rendah, dan belum
mencapai standar ketuntasan. Rata-rata hasil belajar 57 dan ketuntasan belajar
klasikal 27 %.
Kegiatan pembelajaran kimia di kelas X A MA SALAFIYAH PATI
sebelum tindakan menunjukkan bahwa guru lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan dengan penggunaan ceramah
sebagai metode pembelajaran utama. Akibatnya, siswa memiliki banyak
pengetahuan tetapi tidak dilatih untuk menemukan pengetahuan sendiri,
sehingga siswa akan lebih cepat lupa dengan materi yang disampaikan dan
potensi siswa kurang tergali secara optimal.
Dengan kegiatan proses belajar-mengajar yang seperti itu, banyak
siswa merasa kesulitan memahami dan menghafal konsep kimia serta kurang
antusias dan kurang siap ketika belajar kimia dan menjadikan siswa
cenderung pasif. Siswa juga menyatakan bahwa belajar kimia yang selama
ini dilakukan dengan menggunakan metode ceramah cenderung monoton dan
tidak menyenangkan, dan juga konsep kimia yang diajarkan di kelas kurang
terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Mencermati masalah di atas, maka diperlukan suatu pembelajaran
yang beda dan menarik minat siswa untuk secara aktif mengikuti pelajaran
kimia. Berdasarkan kondisi awal tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan tindakan guna membantu siswa memahami materi. Langkah yang
diambil peneliti adalah dengan menerapkan pembelajaran kontekstual
dengan media komputer yang terhubung dengan LCD proyektor untuk
membantu meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi kimia
menggunakan progam flash Mx yang didesain khusus memuat materi dan
48 
 

contoh-contoh dengan pembelajaran kontekstual, sehingga siswa lebih aktif


dalam belajar kimia.
2. Penerapan Pembelajaran Kimia Materi Ikatan Kimia dengan Pendekatan
Kontekstual di Kelas.
Penerapan pembelajaran dengan pembelajaran kontekstual dengan
media flash Mx dalam proses belajar mengajar menciptakan suasana belajar
mengajar yang melibatkan peran aktif siswa, sehingga siswa dapat
mengkonstruksikan pengetahuan dari pengetahuan awal yang mereka miliki
dan menghubungkan melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman,
dan lingkungan mereka. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
a. Pendahuluan
1) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta
manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi yang
akan dipelajari.
2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual dengan
media flash Mx
b. Kegiatan Inti
1) Memperkenalkan progam flash Mx pada siswa
2) Membagi kelas ke dalam kelompok belajar berdasarkan absensi
kelas.
3) Setiap kelompok melakukan diskusi dari materi yang telah
disampaikan.
4) Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk
mengajukan pertanyaan
5) Membahas secara bersama-sama dari setiap pertanyaan yang
diajukan tadi.
6) Setiap kelompok berlatih menentukan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.
49 
 

c. Penutup
Pada tahap ini, dilakukan kegiatan menarik kesimpulan. Guru
bersama siswa menarik kesimpulan tentang materi yang sudah
dibahas.
3. Data Hasil Penelitian
Penelitian penerapan pembelajaran kontekstual dengan media flash
Mx telah dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X materi
pokok ikatan kimia MA SALAFIYAH PATI semester gasal tahun ajaran
2009/2010. Penelitian ini dilaksanakan melalui model penelitian tindakan
kelas menggunakan dua siklus tindakan. Setiap siklus terdiri atas tahap
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
a. Analisis penelitian tindakan kelas siklus I
Penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan oleh peneliti dengan
bapak Edi al Fitry sebagai guru mitra atau kolaborator peneliti sekaligus
sebagai pengampu mata pelajaran kimia di kelas X A. Adapun rincian
hasil siklus I adalah:
1) Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I
Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari tiap pertemuan,
bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kontekstual dengan
media flash Mx materi pokok ikatan kimia dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1 Keaktifan siswa siklus I
Pertemuan Ke- Rata-
Jumlah persentase
1 2 3 4 5 rata
Jumlah
skor 801 824 868 873 899 4265 853
Rata-
rata 27 27 29 29 30 142 28 65%
50 
 

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada lembar pengamatan


siswa diperoleh keaktifan siswa pada siklus I sebesar 65 %. Dari
kriteria penilaian, keaktifan siswa pada siklus I tidak berhasil, masih
banyak yang harus dibenahi, antara lain sebagai berikut.
a) Kerjasama siswa dalam satu kelompok presentasi masih kurang,
hal ini dikarenakan kurang tanggung jawabnya antar siswa dalam
satu kelompok, sehingga hanya ada satu atau dua siswa saja yang
aktif menjawab pertanyaan dari kelompok lain.
b) Masih ada siswa yang bingung dalam menggunakan progam flash
Mx, karena baru pertama kali mengenal progam tersebut.
c) Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yang
dilihat dari kurang berjalannya proses tanya jawab.
d) Kemampuan siswa dalam memberikan contoh materi ikatan kimia
dalam kehidupan sehari-hari masih kurang, karena sedikitnya
pengetahuan siswa.
e) Banyak anggota kelompok lain tidak bisa memberi gagasan pada
kelompok yang presentasi.
Dari hasil evaluasi pembelajaran tersebut, ada suatu tindakan
yang dilakukan pada tahap berikutnya yaitu siklus II. Upaya untuk
meningkatkan keaktifan siswa agar pembelajaran berhasil adalah
dengan meningkatkan motivasi siswa sehingga dapat meningkatkan
partisipasi anggota kelompok presentasi.
2) Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I
Hasil pengamatan pada kinerja guru dalam menyampaikan
materi sesuai dengan model pembelajaran kontekstual menggunakan
media flash Mx materi pokok ikatan kimia pada siklus I, dapat dilihat
pada Tabel 4.2 berikut.
51 
 

Tabel 4.2 Kinerja Guru Pada Siklus I

Pertemuan Ke- Rata-


Jumlah
1 2 3 4 5 rata
Jumlah
skor 35 39 41 41 43 199 39,8
persentase 55 61 64 64 67 62

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada lembar


pengamatan guru diperoleh kinerja guru sebesar 62 %. Dari kriteria
penilaian, kinerja guru pada siklus I belum berhasil, ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan adalah:
a) Guru belum sepenuhnya menguasai pembelajaran di kelas dengan
bantuan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) yang telah
disusun.
b) Dalam menberikan bimbingan pada tiap kelompok presentasi
kurang maksimal.
c) Kurangnya motivasi yang diberikan menyebabkan siswa tidak
antusias mengikuti pelajaran kimia.
3) Hasil Tes Akhir Siklus I
Tabel 4.3 Tes Akhir Siklus I
Jumlah Siswa Persentase
Tuntas 21 70 %
Tidak tuntas 9 30%

Hasil tes akhir siswa pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 68.
Siswa yang tuntas belajar sebanyak 21 siswa dan yang tidak tuntas
belajar sebanyak 9 siswa, sehingga diperoleh ketuntasan belajar
klasikal 70 %. Sesuai dengan indikator keberhasilan yang diharapkan
nilai rata – rata yang diperoleh belum terpenuhi. Rata-rata yang
52 
 

diharapkan adalah ≥ 70. Sedangkan ketuntasan belajar secara


klasikal juga belum belum dipenuhi. Suatu kelas dikatakan tuntas
belajar bila kelas tersebut telah terdapat ≥ 85% yang memperoleh nilai
≥ 65. Sehingga perlu perbaikan – perbaikan dalam pembelajaran
berikutnya (Siklus II) agar indikator keberhasilan siswa tercapai.
b. Analisis Penelitian Tindakan kelas siklus II
Hasil keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kontekstual
dengan media flash Mx dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Keaktifan Siswa Siklus II

Pertemuan Ke- Rata-


Jumlah persentase
1 2 3 4 5 rata
Jumlah 1097 1109 1117 1131 1137 5591 1118
Rata-
rata 37 37 37 38 38 187 37 85

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada lembar pengamatan


siswa diperoleh keaktifan siswa mencapai prosentase 84,7 %. Dari kriteria
penilaian, keaktifan siswa pada siklus II telah berhasil, hasil tersebut
terjadi karena siswa sudah mendapatkan pengalaman dari siklus I. Dalam
siklus II ini, sebagian besar kelompok presentasi sudah ada kerjasama
yang baik antar anggotanya, maupun antar kelompok lain saat presentasi
berlangsung, dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran sudah baik.
a) Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus II
Hasil pengamatan kinerja guru dalam menyampaikan materi
sesuai dengan model pembelajaran kontekstual menggunakan media
flash Mx materi pokok ikatan kimia pada siklus II dapat dilihat pada
Tabel 4.5 berikut.
53 
 

Tabel 4.5 Kinerja Guru Siklus II


Pertemuan Ke- Rata-
Jumlah
1 2 3 4 5 rata
Jumlah
skor 49 54 53 56 56 268 54
persentase 77 84 83 88 88 84

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kinerja guru pada


siklus II, diperoleh data bahwa kinerja guru sudah optimal, hal ini
dikarenakan guru sudah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan baik sesuai tahapan-tahapan yang ada dalam pembelajaran
kontekstual dengan media flash Mx. Kekurangan guru yang terjadi
pada siklus I dapat diatasi pada siklus II ini sehingga pembelajaran
berlangsung dengan baik dengan persentase keberhasilan 84 %.

b) Hasil Tes Akhir Siklus II

Tabel 4.6 Tes Akhir Siklus II

Jumlah Siswa Persentase


Tuntas 26 87 %
Tidak tuntas 4 13%

Pada siklus II ini hasil belajar siswa meningkat bila


dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada siklus I. Hasil tes
siswa pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 77. Siswa yang tuntas
belajar sebanyak 26 siswa dan yang tidak tuntas belajar sebanyak 4
siswa, sehingga diperoleh ketuntasan belajar klasikal 87 %. Sesuai
dengan indikator keberhasilan yang diharapkan nilai rata – rata yang
diperoleh sudah terpenuhi. Sedangkan ketuntasan belajar secara
klasikal juga sudah terpenuhi.
54 
 

C. Pembahasan

penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, dengan subjek satu


kelas yang berjumlah 30 siswa. Dan dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan
siklus II. Sebelum penelitian, terlebih dahulu diadakan observasi untuk
mengetahui kondisi awal siswa sebelum memperoleh penerapan pembelajaran
kontekstual engan media flash Mx. Pada observasi tersebut didapati siswa kurang
antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kimia karena guru masih
menggunakan metode ceramah yang membosankan dan hasil belajar kimia siswa
belum mencapai KKM.
Hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I dan siklus II
menunjukkan keberhasilan penerapan pembelajaran kontekstual dengan media
flash Mx. Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh siswa dan guru. Ada
beberapa faktor dari dalam siswa dan guru yang mempengaruhi proses
pembelajaran ini.

1. Faktor Guru
Faktor guru yang dimaksud yaitu kinerja guru pada saat proses
belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan
media flash Mx . Kinerja guru selama pembelajaran berdasarkan hasil
pengamatan kinerja guru siklus I dan siklus II, maka diperoleh data sebagai
berikut.

Tabel 4.7 Perbandingan Kinerja Guru

Kinerja Guru Persentase


Siklus I 62 %
Siklus II 84 %
55 
 

Dari data Tabel 4.7, terlihat bahwa hasil prosentase masing-masing


aspek yang diamati mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Pada siklus I kinerja guru memperoleh prosentase 62 % artinya
pembelajaran berlangsung cukup baik dan masih ada catatan yang perlu
diperbaiki agar menjadi lebih baik.
Pemberian motivasi yang masih dirasa kurang oleh pengamat
menyebabkan siswa enggan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Kemudian kurang jelasnya analisis yang dilakukan guru terhadap hasil
pekerjaan siswa menyebabkan siswa bingung yang berakibat siswa tidak
mampu menyimpulkan materi secara baik.
Catatan kekurangan yang diberikan oleh pengamat kemudian
didiskusikan oleh peneliti dan guru agar pada siklus II lebih baik dari siklus I
dengan menguasai rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksimal.
Hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus II menunjukkan kekurangan
yang dilakukan pada siklus I sudah dapat diatasi dengan baik. Keberhasilan
kinerja guru pada siklus II ini juga terlihat dari prosentase keberhasilan guru
menerapkan pembelajaran kontekstual dengan media flash Mx yaitu sebesar
84 %, sehingga pembelajaran berlangsung dengan baik.

2. Faktor Siswa
Faktor siswa dalam pembelajaran yang dimaksud yaitu keaktifan
siswa terhadap pembelajaran kimia. Berdasarkan hasil pengamatan keaktifan
siswa siklus I dan siklus II, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 2.8 Perbandingan Keaktifan Siswa

Keaktifan Siswa Prosentase


Siklus I 64 %
Siklus II 85 %
56 
 

Hasil pengamatan keaktifan siswa siklus I menunjukkan kurangnya


kerjasama siswa dalam kelompok presentasi. Hal ini mengakibatkan tidak
semua anggota kelompok presentasi yang aktif menjawab pertanyaan dari
kelompok lain. Selain itu banyak siswa yang kurang antusias mengikuti
pelajaran kimia. Keberhasilan proses pembelajaran pada siklus I yang dilihat
dari keaktifan siswa memperoleh persentase 64% sehingga pembelajaran
belum berhasil.

Hasil keaktifan siswa pada siklus I direfleksikan pada siklus II.


Kekurangan pada siklus I dijadikan masalah untuk perbaikan pada siklus II .
Hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus II menunjukkan peran serta
siswa dalam kelompoknya lebih aktif, kerjasama siswa dalam kelompoknya
meningkat sehingga banyak ide – ide yang diungkapkan untuk menyelesaikan
permasalahan, hal ini ditunjang dengan berjalan baik proses tanya jawab yang
diberikan, banyak siswa yang berani bertanya dan mengungkapkan pendapat
pada kelompok presentasi. Hasil presentasi yang dilakukan siswa dianalisis
dengan baik oleh guru sehingga siswa mampu menyimpulkan materi dengan
baik dan benar. Keberhasilan proses pembelajaran pada siklus II yang dilihat
dari keaktifan siswa memperoleh prosentase keberhasilan sebesar 85%
sehingga keaktifan siswa dalam pembelajaran berlangsung dengan baik.
Peranan yang sesuai antara guru dan murid mengakibatkan hasil
belajar yang baik. Peranan antara guru dan murid tertera pada lampiran
9,10,15 dan lampiran 16 . Ketidaksesuaian peranan guru dan murid pada
siklus I, kurangnya motivasi yang diberikan guru, analisa hasil pekerjaan
siswa kurang jelas, kestabilan dan kontrol diri yang kurang, banyak siswa
tidak memperhatikan pelajaran dan sibuk dengan dirinya sendiri.
Ketidaksesuaian peranan ini dapat juga terlihat dari hasil belajar yang
diperoleh siswa. Berdasarkan hasil pengamatan hasil tes evaluasi, kondisi
awal, siklus I dan siklus II, maka diperoleh data sebagai berikut:
57 
 

Tabel 4.9 Perbandingan Tes Akhir Siswa

Kondisi Siklus I Siklus II


Awal
Hasil Belajar 57 68 77
Ketuntasan 27% 70 % 87%
Belajar

Dari Tabel 4.9 terlihat terjadi peningkatan rata-rata pada kondisi awal
(yaitu data dari hasil belajar kimia tahun 2008), siklus I dan siklus II yaitu
dari 57, 68 menjadi 77. Begitu juga untuk ketuntasan belajar klasikal terjadi
peningkatan, siswa yang tuntas belajar dari sebelumnya pada kondisi awal
ada 9 atau 27%, siklus I ada 21 siswa atau 70% dan siswa yang tuntas belajar
menjadi 26 siswa atau 87% siswa yang tuntas belajar pada siklus II.
Secara keseluruhan, hasil pelaksanaan siklus I dan II dan indikator
keberhasilannya dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10 Hasil Penelitian dan Indikator Keberhasilan

No Siklus I Siklus II Indikator Keterangan


Keberhasilan
1. Kinerja Guru 62 % 84 % ≥ 71 % Tercapai

2. Keaktifan 64 % 85 % ≥ 71 % Tercapai
Siswa
3. a. Rata-rata 68 77 ≥ 70 Tercapai
b. Ketuntasan 70 % 87 % ≥ 85 Tercapai
Belajar
Klasikal

Dari data di atas, 3 aspek penelitian telah memenuhi indikator keberhasilan


yang telah ditetapkan. Keberhasilan pembelajaran dari siklus I dan siklus II
dapat dilihat pada histogram di bawah ini:
58 
 

1
100

8
80

6
60 kinerja guru

4
40 keaktiffan siswa 
ketuntaasan belajar 
2
20

siklus I sikllus II

Gambar 4.1 Histoggram keaktiffan siswa, kiinerja guru, dan


d
ketunntasanbelajarr klasikal

Menurrut hasil histogram diatas, menunjuukkan bahwaa hasil obseervasi


keeaktifan sisw
wa, kinerja guru,
g dan kettuntasan hasil belajar terrjadi peningkkatan
daari siklus I ke siklus III. Peningkattan tersebutt membuktikkan keberhaasilan
peenerapan pembelajaran
p n kontekstuual dengan media fllash Mx. Pada
peembelajaran kontekstuaal, siswa dippandang sebbagai individu yang seedang
beerkembang. Kemampuaan belajar akan sangaat ditentukaan oleh tinngkat
peerkembangann dan penggalaman meereka. Peraan guru tiddak lagi sebbagai
in
nstruktur meelainkan sebagai pembim
mbing siswaa agar mereeka dapat beelajar
seesuai dengann kemampuaannya. Selainn itu, salah satu progam
m komputer flash
Mx
M sebagai alat bantuu untuk meemudahkan pemahamaan siswa dalam
d
mempelajari
m materi ikataan kimia kaarena didesaain khusus memuat
m conntoh-
co
ontoh materii yang kontekstual.
Pembeelajaran koontekstual memiliki
m t
tujuh kompponen. Perrtama
ko
onstruktivism
me yaitu prooses membaangun atau menyusun
m p
pengetahuan baru
daalam strukttur kognitiff siswa beerdasarkan pengalamann. Jean Peeaget
(S
Sanjaya,20055) mengangggap bahwa pengetahuann itu terbenttuk bukan hanya
h
59 
 

dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek
yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Jadi pada komponen
konstruktivisme ini, siswa didorong untuk mampu mengkonstruksi
pengetahuan sendiri melalui proses pengamatan dan pengalaman nyata.
Komponen yang kedua yaitu inkuiri. Artinya, proses pembelajaran
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Langkah pembelajaran inkuiri yaitu siswa disuruh untuk
merumuskan masalah, setelah itu mengumpulkan data melalui observasi atau
pengamatan, melalui membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan
informasi pendukung. Kemudian data tersebut disajikan dalam tulisan,
gambar atau laporan, yang selanjutnya dipresentasikan.
Komponen yang ketiga yaitu bertanya. Bertanya merupakan strategi
utama pembelajaran berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran
sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemempuan berpikir siswa. Bagi siswa kegiatan bertanya pada saat diskusi
merupakan hal yang sangat penting karena bisa memecahkan persoalan yang
dihadapi. Kegiatan bertanya dapat ditemukan ketika siswa berdiskusi,
bekerja dalam kelompok presentasi, atau ketika menemui kesulitan.
Komponen yang keempat yaitu masyarakat belajar. Dalam
pembelajaran kontekstual, masyarakat belajar dapat dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Masyarakat belajar
dalam pembelajaran kontekstual menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Siswa dibagi dalam beberapa
kelompok yang anggotanya bersifat heterogen.
Komponen yang kelima yaitu pemodelan, yang dimaksud adalah
proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh.
Pemodelan merupakan komponen yang cukup penting dalam pembelajarn
kontestual, sebab melalui pemodelan siswa dapat terhindar dari pembelajaran
yang teoristik abstrak yang mengundang terjadinya verbalisme. Dalam
60 
 

penelitian ini, media flash Mx dapat dijadikan sebagai model, karena dalam
media tersebut terdapat contoh-contoh materi kontekstual dan dosertai
dengan gambar animasi.
Komponen yang keenam yaitu refleksi. Refleksi merupakan gambaran
terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Melalui proses
refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif
siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang akan
dimilikinya. Dalam setiap akhir pembelajaran, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
Komponen yang ketujuh yaitu penilaian yang sebenarnya. Gambaran
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan
bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Pada penelitian
ini, penilaian dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran. Siswa
dinilai kemampuannya dengan berbagai cara salah satunya dengan observasi,
tidak hasil tes tertulis saja. Prinsip utama penilaian dalam pembelajaran
kontekstual tidak hanya menilai apa yang diketahui siswa, tetapijuga menilai
apa yang dapat dilakukan siswa.
Dari penelitian yang telah dilakukan ini, hasil belajar siswa dan peran
aktif siswa dan kinerja guru dapat meningkat. Dengan demikian, penerapan
pembelajaran kontekstual dengan media flash Mx ini dapat diterapkan di MA
Salafiyah Pati, sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan
pembelajaran kimia di kelas X A.
61 
 
56 

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

A. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Penerapan pembelajaran kontekstual dengan penggunaan komputer
progam macromedia flash Mx dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi pokok ikatan kimia siswa kelas X A MA Salafiyah Pati. Keberhasilan
penerapan model pembelajaran melalui pendekatan kontekstual dengan media
flash sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X A MA
Salafiyah Pati ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam proses pembelajaran
yaitu keaktifan pada saat proses pembelajaran, juga ditunjukkan adanya
peningkatan nilai skor tes akhir dari masing-masing siklus. Hal ini dapat dilihat
dari perolehan skor yang diprosentasikan melalui pengamatan tentang keaktifan
belajar siswa dengan indikator keaktifan dalam proses pembelajaran.
Keberhasilan pelaksanaan tindakan dalam penelitian juga dibuktikan dari hasil
belajar siswa baik pada pelaksanaan siklus 1 maupun siklus II. Rata-rata hasil
belajar pada siklus I 68,2 dan ketuntasan belajar klasikal pada siklus I 70%.
Pembelajaran siswa dikatakan berhasil jika keaktifan siswa memperoleh
prosentase ≥ 71 %. Pada siklus I keaktifan siswa sebesar 68,1%. Kemampuan
guru dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran
kontekstual dengan menggunakan media flash Mx dikatakan berhasil jika
kemampuan guru memperoleh prosentase ≥ 71 %. Kinerja guru pada siklus I
memperoleh nilai 68,7%. Dilihat dari indikator keberhasilan, siklus I belum
berhasil dan perlu perbaikan pada siklus II. Rata-rata hasil belajar pada siklus II
77,4 dan ketuntasan belajar klasikal 86,6 %. Sedangkan keaktifan siswa sebesar
84 % dan kinerja guru sebesar 82,8 %.

 
 
55
56 

B. SARAN
Mengingat pentingnya penerapan pembelajaran kontekstual dengan media
flash Mx sebagai pembelajaran yang menghubungkan materi dengan kehidupan
sehari-hari siswa dan memanfaatkan media yang ada di sekolah merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan ini maka penulis
menyarankan beberapa hal yang berhubungan dengan masalah tersebut.
1. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual dengan media flash Mx yang telah
dilakukan di kelas X A Salafiyah Pati agar terus dilakukan untuk mencapai
suasana belajar yang menyenangkan.
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran kontektual
dengan media flash Mx ini tidak hanya pada materi pokok ikatan kimia untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.

C. PENUTUP
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT, yang telah memberikan
anugerah berupa rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan
dalam proses maupun hasilnya, sehingga diharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua khususnya penulis. Amin.

 
 
56 

 
 
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrohman, Meaningful Learning Re-invensi Kebermaknaan Pembelajaran,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007

Al-Qur’an dan terjemahannya, Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2000

Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka


Setia, 2005
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V,
Jakarta: Rineka Cipta 2002
________ , dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008
________ , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta,
1998
Arsyad Azhar. Media Pembelajaran, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003

Astuti Dewi, teknik Membuat Animasi Profesional Menggunakan Macromedia Flash


8, Semarang: Penerbit Andi Offset, 2006
Aqib, Zainal, Penelitian Tindakan kelas, Bandung: Yrama Widya , 2007

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran Yogjakarta:
Arruz Media, 2008
Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran Yogjakarta: Arruz
Media, 2008
Basyaruddin, Asnawir, Media pembelajaran, Jakarta Pers 2002
Brady, A. James, Kimia Universitas Asas dan Struktur, Jakarta: Penerbit Binarupa
Aksara, 1999
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006
E . Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Belajar KBK, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005
Johnson B. Elaine dkk. Contextual Teaching And Learning Menjadikan Kegiatan
Belajar Mengajar Mengasyikkan Dan Bermakna, Bandung: MLC, 2007
Keenan, Kimia Untuk Universitas Jilid 2, Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama, 1993
Ibrohim Nashir, Muqoddimati fi at-tarbiyah Aman: Ardan, tt
Khaeruddin, dkk. Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Jogjakarta: Nuansa
Aksara, 2007
Kunandar, Guru Propfesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(Ktsp) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007
Mudhoffir,Teknologi Instruksional Sebagai Landasan Perencanaan Dan Penyusunan
Progam Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1999
Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran,
Jakarta: Delia Press, 2004
Nashir, Ibrohim, Muqoddimati fi at-tarbiyah Aman: Ardan, tt
Oxtoby. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, ed. 4 jil. 1, Jakarta: Erlangga, 1998
Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2003
Petrucci, Ralph H. Terjemahan Achmad Suminar, Kimia Dasar Jilid 2, Jakarta:
Erlangga, 1987, Cet 4.
Poedjiati, Anna, Sains Teknologi Masyarakat, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005,
Cet. 1
Prawiradilaga, Dewi Salma, Mozaik teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media,
2004
Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000
R Ibrohim, Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Saebani, Beni Ahmad, Metode Penelitian, Bandung: Pustaka Setia, 2008
Sanjaya Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum berbasis Kompetensi  
jakarta: prenada media group, 2005
Sefuddin Udin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008
Sibermen, Mel Terjemahan Sarjul Dkk. Active Learning. Boston: Allyn Dan
Bacon,1996
Sudijono, Anas, Evaluasi Pengantar Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1996
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2009
Sugianto, Kristiani H. Kimia Anorganik Jilid I, Jika Jurusan Kimia Fakultas
Pendidikan Matematika Dan IPA, Jogjakarta : UNY, 2003
Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004
Suprijono, Agus, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, Surabaya:
Pustaka Pelajar, 2009
Tim Divisi Penelitian Dan Pengembangan Madcoms. Macromedia Flash Mx 2004.
Madiun: Madiun, 2005
Trianto,. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik Konsep
Landasan Teoritis Praktis Dan Implementasinya, Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2007

Yamin, Martinis, Kiat Membelajarkan siswa, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007

 
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Isti’anah
NIM : 3105224
Tempat, tanggal lahir : Pati, 13 Januari 1986
Nama Orang Tua
Ayah : Ihya’ Syam
Ibu : Tasyri’ah
Alamat Asal : Ds. Asempapan Rt 03 Rw 03 Kec. Trangkil Kab. Pati
Riwayat Pendidikan : 1. MI Thoriqotul Ulum Tlogoharum Pati.Lulus tahun 1998
2. MADIN Roudlatul Ulum Guyangan Pati. Lulus tahun
1999
3. MTs. Roudlatul Ulum Guyangan Pati. Lulus tahun 2002
4. MA Roudlatul Ulum Guyangan Pati. Lulus 2005
5. IAIN Walisongo Semarang. Masuk tahun 2005
 
Lampiran 1

DAFTAR NAMA SISWA KELAS X A MA


SALAFIYAH
TAHUN AJARAN 2009/2010

No Nama siswa Jenis kelamin

1 Agus Nafe’ L
2 Ahmad Nur Kholis L
3 Ahmad Qodrianto L
4 Ahmad Zammir Ribah L
5 Ahmad Zamroni L
6 Ali Afyuddin Syah L
7 Dhimas Immawan Wahyudi L
8 Fery Mukti L
9 Ihza Basna Maula L
10 Ilhammudin Al Khaq L
11 Iqbal Darwanto L
12 M. Sutrisno L
13 Maftuh Al Irsyadi L
14 Moh. Haikal Aslikh Rosyada L
15 Moh. Syaiful Anwar L
16 Moh. Taufiqurrahman L
17 Moh. Zulfikar L
18 Moh. Fiqqri Fajar Nugroho L
19 Muhammad Ainun Nuha L
20 Muhammad Fatah Yasin L
21 Muh. Ghozy Nailan Naja L
22 Muh. Sholihul Umam L
23 Muhammad Ulil Hidayat L
24 Mukhammad Yasin L
25 Nur Rohmad L
26 Rizal Majid L
27 Rosyad Ulil Albab L
28 Ulin Nuha L
29 Widha Dama Wahyu Pratama L
30 Yhosi Agustion L
Lampiran 2

DAFTAR KELOMPOK BELAJAR

Kelompok 1 Kelompok 2

1 Agus Nafe’ 1 Ali Afyuddin Syah


2 Ahmad Nur Kholis 2 Dhimas Immawan Wahyudi
3 Ahmad Qodrianto 3 Fery Mukti
4 Ahmad Zammir Ribah 4 Ihza Basna Maula
5 Ahmad Zamroni 5 Ilhammudin Al Khaq

Kelompok 3 Kelompok 4

1 Iqbal Darwanto 1 Moh. Taufiqurrahman


2 M. Sutrisno 2 Moh. Zulfikar
3 Maftuh Al Irsyadi 3 Moh. Fiqqri Fajar Nugroho
Moh. Haikal Aslikh
4 Rosyada 4 Muhammad Ainun Nuha
5 Moh. Syaiful Anwar 5 Muhammad Fatah Yasin

Kelompok 5 Kelompok 6

1 Muh. Ghozy Nailan Naja 1 Rizal Majid


2 Muh. Sholihul Umam 2 Rosyad Ulil Albab
3 Muhammad Ulil Hidayat 3 Ulin Nuha
4 Mukhammad Yasin 4 Widha Dama Wahyu Pratama
5 Nur Rohmad 5 Yhosi Agustion
Lampiran 3

HASIL EVALUASI SIKLUS I

Ketuntasan
Hasil Evaluasi Siklus I
Belajar
No Nama Nilai
Tidak
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tuntas Tuntas
1 Agus Nafe’ 10 8 6 4 4 8 6 2 0 2 52 √
2 Ahmad Nur Kolis 8 8 6 4 8 4 8 6 4 8 64 √
3 Ahmad Qodrianto 10 6 8 4 2 2 6 10 2 6 56 √
4 Ahmad Zammir R 10 6 6 8 4 8 4 6 10 6 68 √
5 Ahmad Zamroni 10 8 8 6 4 10 6 8 8 2 70 √
6 Ali Afyuddin S 8 10 10 8 6 6 8 8 8 10 82 √
7 Dhimas Immawan 6 8 10 6 4 2 4 8 4 6 58 √
8 Fery Mukti 10 10 10 8 10 6 8 8 8 8 86 √
9 Ihza Basna M 8 8 8 6 4 6 8 6 2 4 60 √
10 Ilhammudin Khaq 10 10 6 6 8 6 4 8 2 6 66 √
11 Iqbal Darwanto 8 10 2 6 6 4 4 8 10 10 68 √
12 M. Sutrisno 10 10 6 8 2 4 8 8 4 10 70 √
13 Maftuh Al Irsyadi 8 8 8 6 10 10 6 4 10 6 76 √
14 Moh. Haikal A.R 10 10 8 8 8 10 8 6 10 10 88 √
15 Moh. Syaiful A 10 4 8 8 4 8 2 8 8 10 70 √
16 Moh. Taufiq 10 8 6 4 2 6 8 6 2 2 54 √
17 Moh. Zulfikar 8 10 10 4 8 6 4 10 8 4 72 √
18 Moh. Fiqqri F. N 10 8 8 8 6 6 4 8 8 2 68 √
19 Moh. Ainun Nuha 10 2 8 8 4 6 8 8 8 6 68 √
20 Moh. Fatah Yasin 8 10 8 4 8 2 6 2 2 2 52 √
21 Moh. Ghozy N. N 10 6 6 8 8 4 6 4 10 10 72 √
22 Moh. Solihul U 10 8 8 4 10 6 4 6 8 8 70 √
23 Moh. Ulil Hidayat 6 8 2 4 2 2 6 8 2 8 48 √
24 Moh. Yasin 10 10 10 10 8 8 6 10 10 10 92 √
25 Nur Rohmad 8 4 6 2 4 4 2 8 2 6 46 √
26 Rizal Mazid 10 6 6 8 4 4 10 2 4 2 66 √
27 Rosyad Ulil Albab 10 10 8 8 4 6 8 8 10 10 82 √
28 Ulin Nuha 10 10 10 6 8 6 8 6 4 4 72 √
29 Widha Dama W.P 10 8 10 4 8 10 10 10 8 6 84 √
30 Yhosi Agustian 8 6 2 4 10 8 8 4 8 8 66 √
Jumlah 2046 9 21
Keterangan:
1. Nilai Rata-rata

x=
∑x i

N
2046
= = 68,2
30
Keterangan :
x = rata-rata hasil tes
∑xi = jumlah nilai kelas
n = banyaknya siswa

2. Ketuntasan Belajar
a. Ketuntasan belajar individu
Siswa yang tuntas belajar = 21
Siwa yang tidak tuntas belajar =9
B
b. Ketuntasan belajar klasikal = P= X 100%
N
21
= × 100%
30
= 70 %
Keterangan :
P = pencapaian prosentase
B = banyaknya siswa yang tuntas belajar
N = banyaknya siswa yang mengikuti tes

Dari ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh sebesar 70% maka pembelajaran dikatakan
belum berhasil. Dari indikator keberhasilan, pembelajaran dikatakan berhasil jika ketuntasan
belajar minimal mencapai 85%.
Lampiran 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Siklus I
Nama Sekolah : MA Salafiyah Pati
Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester :X/I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
Menjelaskan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya dengan cara oktet dan duplet.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang pembentukan suatu unsur untuk
mencapai kestabilannya dengan cara oktet dan duplet.
E. Materi Ajar
1.Ikatan Kimia
Kestabilan atom
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari
materi ini.
2. Kegiatan Inti
a. Memperkenalkan program flash mx pada siswa
b. Memberikan penjelasan tentang materi kestabilan atom dengan menggunakan program
flash Mx
c. Membagi kelas ke dalam kelompok belajar berdasarkan absensi kelas
d. Setiap kelompok melakukan diskusi dari materi yang telah disampaikan
e. Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mengajukan pertanyaan
f. Membahas secara bersama-sama dari setiap pertanyaan yang diajukan tadi.
g. Setiap kelompok berlatih menentukan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang
berhubungan dengan kestabilan atom. Contohnya berlatih bagaimana suatu unsur yang
ada di sekitar kita seperti emas, perak, besi, dan lainnya, bisa mencapai kestabilan
seperti gas mulia.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia kelas X
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Diantara atom-atom di alam hanya atom gas mulia yang stabil
2. Pada dasarnya elektron mempunyai sifat yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa
kestabilan suatu atom ditentukan oleh konfigurasi elektron atom tersebut
3. Kemampuan suatu atom untuk membentuk ikatan dengan atom lain terutama ditentukan
oleh konfigurasi elektron terluarnya disebut elektron valensi
4. G. N Lewis dan W.Kosel mengaitkan kestabilan gas mulia dengan konfigurasi
elektronnya. Gas mulia mempunyai konfigurasi penuh yaitu : konfigurasi oktet
(mempunyai 8 elektron pada kulit terluar) kecuali helium dengan konfigurasi duplet (2
elektron pada kulit terluar)
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Mengapa unsur gas mulia merupakan unsur yang paling stabil?
2. Bagaimana cara unsur-unsur berikut dalam mencapai kestabilan :
a) 11Na c) 4Be
b) 25Mn d) 20Ca
3. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal besi dan tembaga, diantara keduanya
mana yang lebih stabil?
4. Pedoman penilaian

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan

Edi Al Fitry S.Pd Isti‘anah


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : MA Salafiyah Pati


Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester :X/I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
Menjelaskan pengertian ikatan ion.
Menjelaskan terbentuknya ikatan ion dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang pengertian ikatan ion dan proses
pembentukan Ikatan Ion.
E. Materi Ajar
Ikatan Ion
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini.
2. Kegiatan Inti
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan
kemarin untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan ion yang ada dalam kehidupan sehari-hari
untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia kelas X
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi karena adanya perpindahan elektron dari satu atom
ke atom yang lain.
2. Atom yang memiliki elektron valensi (elektron terluar) 1,2,3 atau 3 cenderung
melepaskan elektron
3. Atom yang memiliki elektron valensi (elektron terluar) 4,5,6 atau 7 cenderung
menangkap elektron.
4. Ikatan ion terjadi antara unsur-unsur logam (golongan IA dan IIA) dengan unsur-unsur
nonlogam(golongan VIIA dan VIA).
5. Sifat fisis senyawa ion adalah pada suhu ruang berupa padatan, titik leleh dan titik didih
tinggi, keras tetapi rapuh, larut dalam air tapi tidak larut dalam pelarut organik.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Apa yang dimaksud dengan ikatan ion?
2. Bagaimanakah terbentuknya ikatan ion antara 19K dan 16S
3. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal garam,yang biasanya kita gunakan untuk
memasak. Garam rumus kimianya NaCl,termasuk ikatan ion. Bagaimana
terbentuknya ikatan ion tersebut?
4. Pedoman penilaian

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan

Edi Al Fitry S.Pd Isti’anah


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : MA Salafiyah Pati


Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester :X/I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
1. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen tunggal
2. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen rangkap dua
3. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen rangkap tiga
4. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen koordinasi
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang proses pembentukan Ikatan kovalen
tunggal, kovalen rangkap dua, kovalen rangkap tiga, kovalen koordinasi beserta contohnya.
E. Materi Ajar
1.Ikatan Kovalen
2.Ikatan Kovalen Tunggal
3.Ikatan Kovalen Rangkap Dua
4.Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
5.Ikatan Kovalen Koordinasi
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini
2. Kegiatan Inti:
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan
kemarin untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan kovalen yang ada dalam kehidupan sehari-
hari untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan kovalen adalah ikatan antara dua buah atom atau lebih yang didasarkan pada
pemakaian elektron valensi secara bersama-sama.
2. Ikatan kovalen dapat terjadi jika atom-atom yang bergabung menggunakan sepasang
elektron secara bersama-sama. Hal ini bertujuan supaya susunan elektronnya mengikuti
aturan oktet dan duplet.
3. Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan bersama
satu pasang elektron . Contoh ikatan dalam molekul H2
4. Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
bersama dua pasang elektron. Contoh ikatan dalam molekul O2
5. Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
bersama tiga pasang elektron. Contoh ikatan dalam molekul N2
6. Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang
digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Contoh ikatan dalam molekul HNO3
7. Sifat senyawa kovalen antara lain: berupa zat cair dan zat padat lunak, titik leleh dan titik
didih rendah, lunak dan tidak rapuh, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut
organik.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Ada berapa ikatan kovalen? Beri contoh masing-masing?
2. Jelaskan jenis ikatan kovalen apa yang terjadi pada molekul dibawah ini
a. SO2
b. F2
3. Kebanyakan zat kimia di alam mempunyai ikatan kovalen,contohnya gas
karbondioksida (CO2). Tunjukkan ikatan kovalen apa yang terjadi?
4. Pedoman penilaian

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan

Edi Al Fitry S.Pd

Isti‘anah
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : MA Salafiyah Pati


Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester :X/I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian ikatan kovalen polar dan nonpolar
2. Menjelaskan terbentuknya ikatan kovalen polar dan nonpolar serta contoh dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang ikatan kovalen polar dan nonpolar
E. Materi Ajar
Ikatan kovalen polar dan nonpolar
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari
materi ini.
2. Kegiatan Inti
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan kemarin
untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan polar dan nonpolar yang ada dalam kehidupan
sehari-hari untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia kelas X
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen antara atom-atom,namun pasangan elktron
yang dipakai bersama lebih dekat ke salah satu atom yang mempunyai skala
keelektronegatifan lebih besar. Ikatan kovalen polar terjadi bila dua atom yang berikatan
mempunyai beda keelektronegatifan
2. Ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan kovalen antara atom-atom namun pasangan
elektron berada pada jarak yang sama dari dua atom yang saling berikatan. Ikatan
kovalen nonpolar terjadi bila atom-atom yang berikatan tidak mempunyai selisih skala
keelektronegatifan.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Apa yang dimaksud ikatan kovalen polar dan nonpolar ?
2. Kepolaran molekul dapat diketahui apabila molekul tersebut dikenakan medan
listrik. Contohnya, apabila sisir plastik diusapkan berkali-kali ke kain wol agar
diperoleh suatu medan listrik. Kemudian sisir diletakkan dekat dengan aliran air.
Air tersebut dibelokkan oleh medan litrik. Mengapa demikian?
4. Pedoman penilaian

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan

Edi Al Fitri S.Pd Isti’anah


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : MA Salafiyah Pati


Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester :X/I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian ikatan logam
2. Menjelaskan terbentuknya ikatan logam.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang ikatan logam.
E. Materi Ajar
Ikatan logam
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini
2. Kegiatan Inti
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan
kemarin untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan logam yang ada dalam kehidupan sehari-
hari untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia..
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentukakibat penggunaan bersama elektro-
elektron oleh atom-atom logam.
2. Kekuatan ikatan logam ditentukan oleh besarnya gaya tarik-menarik antara ion-ion
positif dan elektron-elektron bebas.
3. Logam mempunyai beberapa sifat yang unik, antara lain mengkilat, dapat
menghantarkan arus listrik, mudah ditempa dan dapat diulur menjadi kawat.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Apa yang dimaksud ikatan logam ?
2. Mengapa atom-atom logam membentuk ikatan logam dan bukan ikatan ion atau
ikatan kovalen?
3. Magnesium adalah logam di alam cenderung berada sebagai senyawanya. Apa jenis
ikatan kimia pada logam magnesium? Jelaskan!
4. Pedoman penilaian

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan

Edi Al Fitry S.Pd Isti‘anah


Lampiran 5

KISI - KISI SOAL SIKLUS 1


Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester : X/1
Alokasi Waktu : 40 menit
Jenis Tes : Uraian

Standar Kompetensi Kls/ Materi Indikator Jenj Soal


kompete Dasar smst ang
nsi r
Memaha Membandin X/1 - a.Siswa dapat C4 1. Bagaimana suatu atom unsur dapat mencapai
mi gkan proses Kestabilan menjelaska kondisi stabil?
struktur pembentuka atom n 2. Bagaimana cara unsur-unsur berikut dalam
atom, n ikatan ion, - Ikatan kecenderun C2
mencapai kestabilan
sifat ikatan ion gan suatu
periodik kovalen, -Ikatan unsur a. 8O b. 15P
unsur ikatan kovalen untuk C2 3. Tentukan bagaiman cara bentuknya ikatan ion
dan kovalen - mencapai dari pasangan di bawah ini
ikatan koordinasi Kepolara kestabilann a. 19K dan 35Br b. 12Mg dan 8O
kimia dan ikatan n ya C1 4. Apa perbedaan antara ikatan kovalen
logam serta senyawa b.Siswa dapat koordinasi dengan ikatan kovalen?
hubunganny kovalen menjelaska C2 5. Apa saja jenis ikatan kovalen yang ada pada
a dengan -ikatan n proses molekul-molekul berikut:
sifat fisik logam terbentukny
a. Cl2 b. H2SO4
senyawa a ikatan ion
6. Apa yang menyebabkan polarisasi pada suatu
yang c.Siswa dapat C4
terbentuk. menjelaska molekul senyawa?
n proses C2 7. Tentukan apakah ikatan kovalen berikut
terbentukny bersifat non polar atau polar
a ikatan a. CO2 b. HBr
kovalen C1 8. Dengan mengacu pada ikatan logam, jelaskan
d.Siswa dapat sifat-sifat logam berikut :
menjelaska a. Konduktor yang baik
n senyawa
b. Dapat ditempa
yang
termasuk C2 9. Garam yang kita gunakan untuk memasak
polar dan ternyata dapat menghantarkan listrik.
non polar Mengapa ?
e.Siswa dapat C3 10. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal
menyelesai perak, emas, dan juga aluminium. Perak
kan
digunakan untuk kerajinan dan industri
persoalan
dikehidupa penyepuhan, emas digunakan untuk perhiasan,
n sehari- membuat medali dan mata uang, aluminium
hari yang digunakan untuk peralatan rumah tangga.
berkaitan Ketiga atom tersebut di alam belum dalam
dengan keadaan stabil, bagaimana cara atom tersebut
ikatan untuk memperoleh kestabilan?
kimia.
Lampiran 6
SOAL ULANGAN HARIAN
SIKLUS 1
Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester : X/1
Alokasi Waktu : 40 menit
Jenis Tes : Uraian
Jawablah pertanyaan ini dengan jelas pada lembar jawaban!
1. Bagaimana suatu atom unsur dapat mencapai kondisi stabil?
2. Bagaimana cara unsur-unsur berikut dalam mencapai kestabilan
a. 8O b. 15P
3. Tentukan bagaiman cara bentuknya ikatan ion dari pasangan di bawah ini
a. 19K dan 35Br
b. 12Mg dan 8O
4. Sebutkan syarat-syarat terjadinya ikatan kovalen?
5. Apa perbedaan antara ikatan kovalen koordinasi dengan ikatan kovalen?
6. Apa saja jenis ikatan kovalen yang ada pada molekul-molekul berikut:
a. Cl2
b. H2SO4
7. Apa yang menyebabkan polarisasi pada suatu molekul senyawa?
8. Tentukan apakah ikatan kovalen berikut bersifat non polar atau polar
a. CO2
b. HBr
9. Garam yang kita gunakan untuk memasak ternyata dapat menghantarkan listrik bila
dilarutkan dalam air.Mengapa ?
10. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal perak, emas, dan juga aluminium. Perak
digunakan untuk kerajinan dan industri penyepuhan, emas digunakan untuk perhiasan,
membuat medali dan mata uang, aluminium digunakan untuk peralatan rumah tangga. Ketiga
atom tersebut di alam belum dalam keadaan stabil, bagaimana cara atom tersebut untuk
memperoleh kestabilan
Lampiran 7

KUNCI JAWABAN DAN PENILAIAN TES SIKLUS I

NO Langkah - Langkah Penyelesaian


Skor
Nilai
1 Supaya stabil, semua unsur mempunyai kecenderungan membentuk ikatan 10
dengan unsur lain agar kulit terluarnya terisi penuh elektron (mempunyai
susunan elektron seperti gas mulia).
2 Cara unsur-unsur berikut dalam mencapai kestabilannya adalah: 2
a. 8O memiliki konfigurasi elektron ( 2.6 ). Gas mulia yang mempunyai
4
konfigurasi elektron terdekat adalah Ne ( 2.8 ). Jadi atom O akan menangkap
2 elektron untuk membentuk atom O2-
b. 15P memiliki konfigurasi elektron ( 2.8.5 ). Gas mulia yang memilki 4
konfigurasi terdekat adalah Ar ( 2.8.8 ). Jadi atom P akan menangkap 3
elektron untuk membentuk atom P3-
3 Cara terbentuknya ikatan ion dari pasangan dibawah ini adalah: 2
a. 19K dan 35Br
4
Konfigurasi elektronnya:
19K = 2.8.8.1
35Br = 2.8.18.7
Untuk mencapai konfigurasi oktet,K harus melepas 1 elektron. Sedangkan Br
menangkap 1 elektron. Atom K berubah menjadi ion K+ ,sedangkan atom Br
menjadi ion Br-
K ( 2.8.8.1 ) K+ ( 2.8.8 ) + e
Br (2.8.18.7 ) + e Br-( 2.8.18.8 )
Ion K+ dan ion Br- kemudian bergabung membentuk senyawa dengan rumus
KBr
b. 12Mg dan 8O
4
Konfigurasi elektronnya:
12Mg =2.8.2
8O = 2.6
Untuk mencapai konfigurasi oktet, Mg harus melepas 2 elektron. Sedangkan
O menangkap 2 elektron. Atom Mg berubah menjadi ion Mg2+,sedangkan
atom O menjadi ion O2-

4 Perbedaan ikatan kovalen koordinasi dengan ikatan kovalen adalah: 2


a. Ikatan kovalen koordinasi di mana pasangan elektron yang digunakan
4
bersama berasal dari salah satu atom.
b. Ikatan kovalen yaitu pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari
4
kedua atom.
5 Jenis ikatan kovalen yang ada pada molekul berikut adalah: 2
a. Cl2
4
Ikatan kovalen yang terjadi pada Cl2 adalah ikata kovalen tunggal. Cara
terbentuknya adalah:

x x x x
x
Cl
x x
x x Cl
x x
x
x

Ikatan kovalen tunggal

b. H2SO4
4
Ikatan kovalen yang terjadi pada H2SO4 adalah ikatan kovalen koordinasi.
Cara terbentuknya adalah:
6 Yang menyebabkan polarisasi pada molekul suatu senyawa adalah apabila dua 10
atom yang mempunyai elektronegativitas sama bergabung, tiap-tiap atom
mempunyai kemampuan yang sama dalam menarik pasangan elektron pada
ikatan tersebut. Makin besar perbedaan keelektronegatifan atom-atom yang
berikatan makin besar juga sifat kepolarannya. Untuk mengetahui kepolaran dari
suatu molekul, dapat dilihat harga momen dipolnya
7 Ikatan kovalen berikut bersifat non polar atau polar 2
a. CO2 bersifat non polar karena pasangan ikatan antara C dan O digunakan
4
secara seimbang oleh kedua inti atom yang berikatan sehingga tidak terjadi
pengkutuban atau kepolaran muatan.

x x
x C x

b. HBr bersifat polar karena pasangan ikatan antara H dan Br mempunyai


4
elektronegativitas yang berbeda, Br mempunyai elektronegativitas yang lebih
besar daripada hidrogen, sehingga pasangan elektron ikatan akan tertarik ke
arah Br.

x x
H
x Br xx
xx

Polar

8 Garam merupakan senyawa ion. Garam apabila dilarutkan dalam air dapat 10
menghantarkan listrik karena dalam keadaan demikian ion-ionnya dapat
bergerak bebas. Ion-ion yang bergerak membawa muatan listrik.
9 Sifat-sifat ikatan logam: 2
a. Logam merupakan konduktor yang baik karena elektron valensinya yang
4
mudah mengalir. Di dalam ikatan logam, terdapat elektron bebas yang dapat
membawa muatan listrik. Jika diberi suatu beda tegangan, maka elektron-
elektron ini akan bergerak dari kutub negatif ke kutub positif.
b. Logam dapat ditempa atau ditarik karena ketika logam dipukul atom-atom
4
logam lainnya hanya bergeser sedangkan ikatan diantaranya tidak terputus.

10 Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal perak dan emas. Kedua atom 2
tersebut di alam belum dalam keadaan stabil, cara atom tersebut untuk
memperoleh kestabilan adalah:
a. Perak (Ag) mempunyai nomor atom 47. Adapun konfigurasi elektronnya
4
adalah 2.8 .18. 8.8.2. Untuk mencapai kestabilan maka Ag melepaskan 2
elektron.
Ag Ag2+ + 2e
(2.8.18.8.8.2) (2.8.18.8.8)

b. Emas (Au) mempunyai nomor atom 79. Adapun konfigurasi elektronnya 4


adalah 2.8.18. 32.8.8.3. untuk mencapai kestabilan maka Au melepaskan 3
elektron.
Au Au3+ + 3e
(2.8.18.32.8.8.3) ( 2.8.18.32.8.8)
Lampiran 8

HASIL PENGAMATAN KINERJA GURU MENGGUNAKAN


MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA FLASH MX
SIKLUS I

Tahap Aspek yang diamati 1 2 3 4


A Pendahuluan
1. Memberikan salam pembuka √
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran.yaitu tentang √
Ikatan Kimia
3. Menjelaskan model pembelajaran kontekstual √
dengan menggunakan media flash Mx
B Kegiatan inti
1. Membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 5 √
orang berdasarkan absensi
2. Menumbuhkan kerjasama antar anggota √
kelompok untuk bekerja secara berkelompok
3. Membimbing kinerja kelompok baik secara √
individu maupun klasikal secara proporsional
4. Dapat menjalankan program flash Mx dengan √
lancar dan baik
5. Membantu siswa yang mangalami kesulitan √
dalam melaksanakan presentasi.
6. Memantau kerja masing-masing kelompok √
7. Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya √
kepada kelompok yang presentasi
8. Memotivasi siswa untuk mengaitkan materi √
dalam kehidupan sehari-hari
9. Menganalisis proses hasil diskusi dan hasil kerja √
tiap kelompok.
10. Memberikan umpan balik √
C Penutup
1. Membimbing siswa menyimpulkan materi. √
2. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi √
selanjutnya
3. Memberi salam penutup √
Jumlah 0 5 10 1

Kreteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Baik Sekali

Keterangan Persentase penilaian :


86% - 100% =. Pembelajaran Sangat Baik
71% - 85% = Pembelajaran Baik
56% - 70% = Pembelajaran Cukup Baik
≤ 55 % = Pembelajaran Tidak baik

Skor penilaian :
Skor maksimal = 64
Skor yang dicapai = ( 0 x 1) + (2 x 5) + (3 x 10) + (4 x 1)
= 0 + 10 + 30 + 4
= 44
44
Prosentase = x100%
64
= 68,7%

Kemampuan atau kinerja guru menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan media flash
Mx dikatakan berhasil jika kemampuan guru dikategorikan baik atau sangat baik, dengan
demikian kinerja guru belum berhasil.

Pengamat

Isti’anah
Lampiran 9

HASIL PENGAMATAN KEAKTIFAN SISWA


SIKLUS I

Skala Penilaian
No Kegiatan Siswa
1 2 3 4
Perhatian siswa terhadap penjelasan awal
1 guru √
2 Kerjasama dalam kelompok √
Lancar dalam menjalankan program flash
3 Mx tentang Ikatan Kimia √
Penyampaian materi pada saat presentasi
4 didepan kelas √
Memberikan jawaban pertanyaan dari
5 siwa pada saat presentasi √
6 Keaktifan dalam memberikan pertanyaan √
Membuat perencanaan dan pembagian
7 kerja yang matang √
Memberikan tanggapan jawaban dari
8 kelompok presentasi √
Memberikan contoh materi dalam
9 kehidupan sehari-hari √
10 Memperhatikan presentasi kelompok lain √
11 Menarik simpulan dari hasil presentasi √
Jumlah skor 1 3 5 2

Kreteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Baik Sekali

Keterangan Porsentase penilaian


86% - 100% =. Keaktifan siswa sangat Baik
71% - 85% = Keaktifan siswa Baik
56% - 70% = Keaktifan siswa Cukup Baik
≤ 55 % = Keaktifan siswa Tidak Baik
Kriteria penilaian:
Skor Maksimal = 44
Skor yang dicapai = (1 x 1) + (2 x 3) + (3 x 5) + (4 x 2)
= 1 + 6 + 15 + 8
= 30
30
Prosentase = x100%
44
= 0,681 x 100%
= 68,1%

Pembelajaran dikatakan berhasil jika keaktifan siswa dikategorikan baik. Dengan prosentase
68,1% maka pembelajaran dikatakan belum berhasil.

Pengamat

Isti’anah
Lampiran 10

HASIL EVALUASI SIKLUS II


Hasil Evaluasi Siklus II Ketuntasan Belajar
No Nama Nilai Tidak
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tuntas Tuntas

1 Agus Nafe’ 10 8 8 4 10 10 10 6 10 8 84 √

2 Ahmad Nur Kolis 10 10 8 4 8 4 8 8 4 6 70 √

3 Ahmad Qodrianto 10 10 4 8 8 10 6 10 4 6 76 √

4 Ahmad Zammir R 10 10 10 8 4 8 4 6 10 4 74 √

5 Ahmad Zamroni 10 8 10 6 8 10 10 10 8 4 84 √

6 Ali Afyuddin S 10 10 10 8 6 10 8 8 8 10 88 √

7 Dhimas Immawan 8 8 10 4 10 6 4 10 8 2 70 √

8 Fery Mukti 10 10 10 8 10 6 8 8 10 8 88 √

9 Ihza Basna M 10 6 8 6 6 4 8 6 6 4 64 √

10 Ilhammudin Khaq 10 8 4 8 4 6 4 8 8 10 70 √

11 Iqbal Darwanto 10 10 10 6 8 10 4 8 10 8 84 √

12 M. Sutrisno 10 10 6 10 4 4 8 8 6 8 74 √

13 Maftuh Al Irsyadi 10 10 10 8 10 10 6 8 10 8 90 √

14 Moh. Haikal A.R 10 8 8 10 8 10 10 6 10 10 90 √

15 Moh. Syaiful A 10 8 8 8 8 8 4 8 8 10 80 √

16 Moh. Taufiq 10 8 6 4 4 6 8 8 4 4 62 √

17 Moh. Zulfikar 10 10 10 8 4 6 4 10 8 6 76 √

18 Moh. Fiqqri F. N 10 10 10 8 6 10 10 8 8 4 84 √

19 Moh. Ainun Nuha 10 10 8 8 6 4 8 4 8 6 72 √

20 Moh. Fatah Yasin 8 10 10 10 8 10 6 8 8 8 86 √

21 Moh. Ghozy N. N 10 10 10 8 4 8 6 4 10 10 80 √

22 Moh. Solihul U 10 8 10 4 10 8 4 6 8 8 76 √

23 Moh. Ulil Hidayat 8 8 6 4 8 2 4 8 2 6 56 √

24 Moh. Yasin 10 10 10 10 8 10 10 10 8 10 96 √

25 Nur Rohmad 10 6 6 8 10 6 4 2 2 2 56 √

26 Rizal Mazid 10 6 6 8 4 10 10 4 6 6 70 √

27 Rosyad Ulil Albab 10 10 8 8 6 8 8 8 10 10 86 √

28 Ulin Nuha 10 10 10 2 8 6 10 8 4 6 74 √

29 Widha Dama W.P 10 10 10 8 4 10 10 10 8 6 86 √

30 Yhosi Agustian 8 10 10 2 10 8 8 6 8 8 78 √
Jumlah 2324 4 26
Keterangan:
1. Nilai rata-rata

x=
∑x i

N
2324
= = 77,4
30
Keterangan :
x = rata-rata hasil tes
∑xi = jumlah nilai kelas
n = banyaknya siswa
2. Ketuntasan Belajar
a. Ketuntasan belajar individu
Siswa yang tuntas belajar = 26
Siwa yang tidak tuntas belajar =4
B
b. Ketuntasan belajar klasikal = P= X 100%
N
26
= × 100%
30
= 86,6 %
Keterangan :
P = pencapaian prosentase
B = banyaknya siswa yang tuntas belajar
N = banyaknya siswa yang mengikuti tes

Dari ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh sebesar 86,6% maka pembelajaran dikatakan
berhasil, sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 85%.
Lampiran 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


Siklus II
Nama Sekolah : MA Salafiyah Pati
Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester :X/I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
Menjelaskan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya dengan cara oktet dan duplet.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang pembentukan suatu unsur untuk
mencapai kestabilannya dengan cara oktet dan duplet.
E. Materi Ajar
1. Ikatan Kimia
Kestabilan atom
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini
2. Kegiatan Inti
a. Memperkenalkan program flash mx pada siswa
b. Memberikan penjelasan tentang materi kestabilan atom dengan menggunakan
program flash Mx
c. Membagi kelas ke dalam kelompok belajar berdasarkan absensi kelas
d. Setiap kelompok melakukan diskusi dari materi yang telah disampaikan
e. Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mengajukan pertanyaan
f. Membahas secara bersama-sama dari setiap pertanyaan yang diajukan tadi.
g. Setiap kelompok berlatih menentukan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari
yang berhubungan dengan kestabilan atom. Contohnya berlatih bagaimana suatu
unsur yang ada di sekitar kita seperti emas, perak, besi, dan lainnya, bisa mencapai
kestabilan seperti gas mulia.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia..
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Diantara atom-atom di alam hanya atom gas mulia yang stabil
2. Pada dasarnya elektron mempunyai sifat yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa
kestabilan suatu atom ditentukan oleh konfigurasi elektron atom tersebut
3. Kemampuan suatu atom untuk membentuk ikatan dengan atom lain terutama ditentukan
oleh konfigurasi elektron terluarnya disebut elektron valensi
4. G. N Lewis dan W.Kosel mengaitkan kestabilan gas mulia dengan konfigurasi
elektronnya. Gas mulia mempunyai konfigurasi penuh yaitu : konfigurasi oktet
(mempunyai 8 elektron pada kulit terluar) kecuali helium dengan konfigurasi duplet (2
elektron pada kulit terluar)
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Mengapa unsur gas mulia merupakan unsur yang paling stabil?
2. Bagaimana cara unsur-unsur berikut dalam mencapai kestabilan :
a. 11Na c. 4Be
b. 25Mn d. 20Ca
3. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal besi dan tembaga, diantara keduanya
mana yang lebih stabil?
4. Pedoman penilaian

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan

Edi Al Fitry S.Pd Isti‘anah


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : MA Salafiyah Pati


Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester :X/I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
Menjelaskan pengertian ikatan ion.
Menjelaskan terbentuknya ikatan ion dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang pengertian ikatan ion dan proses
pembentukan Ikatan Ion.
E. Materi Ajar
Ikatan Ion
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini.
2. Kegiatan Inti
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan
kemarin untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan ion yang ada dalam kehidupan sehari-hari
untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia..
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi karena adanya perpindahan elektron dari satu atom
ke atom yang lain.
2. Atom yang memiliki elektron valensi (elektron terluar) 1,2,3 atau 3 cenderung
melepaskan elektron
3. Atom yang memiliki elektron valensi (elektron terluar) 4,5,6 atau 7 cenderung
menangkap elektron.
4. Ikatan ion terjadi antara unsur-unsur logam (golongan IA dan IIA) dengan unsur-unsur
nonlogam(golongan VIIA dan VIA).
5. Sifat fisis senyawa ion adalah pada suhu ruang berupa padatan, titik leleh dan titik didih
tinggi, keras tetapi rapuh, larut dalam air tapi tidak larut dalam pelarut organik.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Apa yang dimaksud dengan ikatan ion?
2. Bagaimanakah terbentuknya ikatan ion antara 19K dan 16S
3. Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal garam,yang biasanya kita gunakan untuk
memasak. Garam rumus kimianya NaCl,termasuk ikatan ion. Bagaimana
terbentuknya ikatan ion tersebut?
4. Pedoman penilaian

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan

Edi Al Fitry S.Pd Isti’anah


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : MA Salafiyah Pati


Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester :X/I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
1. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen tunggal
2. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen rangkap dua
3. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen rangkap tiga
4. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen koordinasi
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang proses pembentukan Ikatan kovalen
tunggal, kovalen rangkap dua, kovalen rangkap tiga, kovalen koordinasi beserta contohnya.
E. Materi Ajar
1. Ikatan Kovalen
2. Ikatan Kovalen Tunggal
3. Ikatan Kovalen Rangkap Dua
4. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
5. Ikatan Kovalen Koordinasi
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini
2. Kegiatan Inti:
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan
kemarin untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan kovalen yang ada dalam kehidupan sehari-
hari untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia..
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan kovalen adalah ikatan antara dua buah atom atau lebih yang didasarkan pada
pemakaian elektron valensi secara bersama-sama.
2. Ikatan kovalen dapat terjadi jika atom-atom yang bergabung menggunakan sepasang
elektron secara bersama-sama. Hal ini bertujuan supaya susunan elektronnya mengikuti
aturan oktet dan duplet.
3. Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan bersama
satu pasang elektron . Contoh ikatan dalam molekul H2
4. Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
bersama dua pasang elektron. Contoh ikatan dalam molekul O2
5. Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
bersama tiga pasang elektron. Contoh ikatan dalam molekul N2
6. Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang
digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Contoh ikatan dalam molekul HNO3
7. Sifat senyawa kovalen antara lain: berupa zat cair dan zat padat lunak, titik leleh dan titik
didih rendah, lunak dan tidak rapuh, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut
organik.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Ada berapa ikatan kovalen? Beri contoh masing-masing?
2. Jelaskan jenis ikatan kovalen apa yang terjadi pada molekul dibawah ini
a. SO2
b. F2
3. Kebanyakan zat kimia di alam mempunyai ikatan kovalen,contohnya gas
karbondioksida (CO2). Tunjukkan ikatan kovalen apa yang terjadi?
4. Pedoman penilaian

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan

Edi Al Fitry S.Pd Isti‘anah


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : MA Salafiyah Pati


Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester :X/I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian ikatan kovalen polar dan nonpolar
2. Menjelaskan terbentuknya ikatan kovalen polar dan nonpolar serta contoh dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang ikatan kovalen polar dan nonpolar
E. Materi Ajar
Ikatan kovalen polar dan nonpolar
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini.
2. Kegiatan Inti
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan
kemarin untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan polar dan nonpolar yang ada dalam
kehidupan sehari-hari untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
c. Memberikan informasi ke siswa untuk mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan
selanjutnya.
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia..
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan kovalen polar adalah ikatan kovalen antara atom-atom,namun pasangan elktron
yang dipakai bersama lebih dekat ke salah satu atom yang mempunyai skala
keelektronegatifan lebih besar. Ikatan kovalen polar terjadi bila dua atom yang berikatan
mempunyai beda keelektronegatifan
2. Ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan kovalen antara atom-atom namun pasangan
elektron berada pada jarak yang sama dari dua atom yang saling berikatan. Ikatan
kovalen nonpolar terjadi bila atom-atom yang berikatan tidak mempunyai selisih skala
keelektronegatifan.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Apa yang dimaksud ikatan kovalen polar dan nonpolar ?
2. Kepolaran molekul dapat diketahui apabila molekul tersebut dikenakan medan
listrik. Contohnya, apabila sisir plastik diusapkan berkali-kali ke kain wol agar
diperoleh suatu medan listrik. Kemudian sisir diletakkan dekat dengan aliran air.
Air tersebut dibelokkan oleh medan litrik. Mengapa demikian?
4. Pedoman penilaian

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan

Edi Al Fitri S.Pd Isti’anah


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : MA Salafiyah Pati


Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester :X/I
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi
Mamahami struktur atom, sifat periodik unsur dan ikatan kimia
B. Kompetensi Dasar
Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen koordinasi,
dan ikatan logam serta hubungannya dengan sifat fisik senyawa yang terbentuk.
C. Indikator
1. Menjelaskan pengertian ikatan logam
2. Menjelaskan terbentuknya ikatan logam.
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah menerima materi siswa dapat memahami tentang ikatan logam.
E. Materi Ajar
Ikatan logam
F. Metode Pembelajaran
Pendekatan kontekstual
G. Strategi Pembelajaran
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi
b. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam materi ini.
c. Memotivasi peserta didik dengan memberi penjelasan tentang pentingnya
mempelajari materi ini
2. Kegiatan Inti
a. Memberikan tinjauan materi ke siswa
b. Melaksanakan diskusi kelompok belajar yang telah disepakati pada pertemuan
kemarin untuk dipresentasikan didepan kelas dengan menggunakan media flash
c. Melakukan tanya jawab materi yang telah dipresentasikan
d. Memberikan point pada setiap siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan
e. Memberikan contoh dari senyawa ikatan logam yang ada dalam kehidupan sehari-
hari untuk masing-masing kelompok belajar.
3. Kegiatan akhir
a. Refleksi
b. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya
H. Alat dan Sumber Belajar
1. Sumber : Buku kimia..
2. Alat
a. LCD proyektor
b. Laptop
I. Uraian materi
1. Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentukakibat penggunaan bersama elektro-
elektron oleh atom-atom logam.
2. Kekuatan ikatan logam ditentukan oleh besarnya gaya tarik-menarik antara ion-ion positif
dan elektron-elektron bebas.
3. Logam mempunyai beberapa sifat yang unik, antara lain mengkilat, dapat menghantarkan
arus listrik, mudah ditempa dan dapat diulur menjadi kawat.
J. Penilaian
1. Teknik : tes tulis
2. Bentuk instrumen : tes uraian.
3. Instrumen
1. Apa yang dimaksud ikatan logam ?
2. Mengapa atom-atom logam membentuk ikatan logam dan bukan ikatan ion atau
ikatan kovalen?
3. Magnesium adalah logam di alam cenderung berada sebagai senyawanya. Apa jenis
ikatan kimia pada logam magnesium? Jelaskan!
4. Pedoman penilaian

Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Praktikan

Edi Al Fitry S.Pd Isti‘anah


Lampiran 12
KISI - KISI SOAL SIKLUS II
Mata Pelajaran : Kimia
Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester : X/1
Alokasi Waktu : 40 menit
Jenis Tes : Uraian

Standa Kompeten Kls/ Materi Indikator Je Soal


r si Dasar smst nj
kompe r an
tensi g
Mema Memband X/1 -Kestabilan a.Siswa dapat C2 1. Mengapa unsur gas mulia merupakan unsur-unsur
hami ingkan atom menjelaska yang paling stabil?
strukt proses - Ikatan ion n C2 2. Bagaimana cara unsur-unsur berikut dalam
ur pembentu -Ikatan kecenderun
mencapai kestabilan
atom, kan ikatan kovalen gan suatu
sifat ion, ikatan -Kepolaran unsur a. 33As b. 21Sc
period kovalen, senyawa untuk C2 3. Tentukan bagaimana cara terbentuknya ikatan ion
ik ikatan kovalen mencapai dari pasangan dibawah ini
unsur kovalen -ikatan kestabilann a. 13Al dan 9F b. 20Ca dan 17Cl
dan koordinasi logam ya C1 4. Sebutkan syarat-syarat terjadinya ikatan kovalen?
ikatan dan ikatan b.Siswa dapat C4 5. Tentukan ikatan kovalen apa yang terjadi pada
kimia logam menjelaska
molekul berikut:
serta n proses
hubungan terbentukny a. C2H2 b. CH3NO2
nya a ikatan ion C1 6. Apa perbedaan antara ikatan kovalen polar atau
dengan c.Siswa dapat non polar?
sifat fisik menjelaska C2 7. Tentukan apakah molekul berikut bersifat polar
senyawa n proses atau non polar
yang terbentukny a. F2 b. NH3
terbentuk. a ikatan
8. Dengan mengacu pada ikatan logam, jelaskan
kovalen C2
d.Siswa dapat sifat-sifat logam berikut:
menjelaska a. Mempunyai permukaan mengkilap
n senyawa b. Berupa padatan pada suhu ruang
yang C2 9. Parfum, bensin, alkohol, cuka, adalah benda yang
termasuk sering kita jumpai. Benda-benda tersebut
polar dan
merupakan senyawa kovalen dilihat dari sifat
non polar
e.Siswa dapat senyawanya. Mengapa?
menyelesai C3 10. Kebanyakan zat kimia di alam mempunyai ikatan
kan kovalen. Contohnya air yang kita minum, gas
persoalan oksigen yang kita hirup. Bagaimanakah
dikehidupa terbentuknya ikatan kovalen tersebut?
n sehari-
hari yang
berkaitan
dengan
ikatan
kimia.
Lampiran 13
SOAL ULANGAN HARIAN
SIKLUS II

Mata Pelajaran : Kimia


Materi Pokok : Ikatan Kimia
Kelas / Semester : X/1
Alokasi Waktu : 40 menit
Jenis Tes : Uraian
Jawablah pertanyaan ini dengan benar pada lembar jawab!
1. Mengapa unsur gas mulia merupakan unsur-unsur yang paling stabil?
2. Bagaimana cara unsur-unsur berikut dalam mencapai kestabilan
a. 33As

b. 21Sc

3. Tentukan bagaimana cara terbentuknya ikatan ion dari pasangan dibawah ini
a. 13Al dan 9F

b. 20Ca dan 17Cl

4. Sebutkan syarat-syarat terjadinya ikatan kovalen?


5. Tentukan ikatan kovalen apa yang terjadi pada molekul berikut:
a. C2H2
b. CH3NO2
6. Apa perbedaan antara ikatan kovalen polar atau non polar?
7. Tentukan apakah molekul berikut bersifat polar atau ikatan kovalen non polar
a. F2
b. NH3
8. Dengan mengacu pada ikatan logam, jelaskan sifat-sifat logam berikut:
a. Mempunyai permukaan mengkilap
b. Berupa padatan pada suhu ruang
9. Parfum, bensin, alkohol, cuka, adalah benda yang sering kita jumpai. Benda-benda tersebut
merupakan senyawa kovalen bila dilihat dari sifat senyawanya. Mengapa?
10. Kebanyakan zat kimia di alam mempunyai ikatan kovalen. Contohnya air yang kita minum,
gas oksigen yang kita hirup. Bagaimanakah terbentuknya ikatan kovalen tersebut
Lampiran 14
KUNCI JAWABAN DAN PENILAIAN TES SIKLUS II

No Langkah - Langkah Penyelesaian Skor


Nilai
1 Unsur gas mulia terdiri dari helium, neon, argon, kripton, xenon, dan radon. 10
Unsur- unsur tersebut merupakan unsur-unsur stabil karena pada kulit
terluarnya sudah terisi penuh oleh elektron. Oleh karena itu, unsur-unsur
gas mulia sukar bereaksi dengan unsur lain, dan umumnya terdapat di alam
dalam keadaan bebas sebagai molekul monoatomik (beratom satu).
2 Cara unsur-unsur berikut dalam mencapai kestabilan adalah:
2
a. 33As memiliki konfigurasi elektron ( 2.8.18.5 ). Gas mulia yang
mempunyai konfigurasi elektron terdekat adalah Kr ( 2.8.18.8). Jadi
4
atom As akan menangkap 3 elektron untuk membentuk atom As3-
b. 21Sc memiliki konfigurasi elektron ( 2.8.8.3 ). Gas mulia yang
mempunyai konfigurasi elektron terdekat adalah Ar ( 2.8.8). Jadi atom
Sc akan melepas 3 elektron untuk membentuk atom Sc3+
4
3 Cara terbentuknya ikatan ion dari pasangan dibawah ini: 2
a. 13Al dan 9F
Konfigurasi elektronnya: 4
13Al = 2.8.3
9F = 2.7
Al melepas 3 elektron membentuk ion Al3+,sedangkan F menyerap 1
elektron membentuk ion F-
Al ( 2.8.3 ) Al3+ ( 2.8 ) + 3e
F ( 2.7 ) + e F- ( 2.8 )
Ion Al3+ dan ion F- membentuk senyawa dengan rumus empiris AlF3
b. 20Ca dan 17Cl
Konfigurasi elektronnya:
20Ca =2.8.8.2 4
17Cl = 2.8.7
Ca melepas 2 elektron membentuk ion Ca2+,sedangkan Cl menyerap 1
elektron membentuk ion Cl-
Ca ( 2.8.8.2 ) Ca2+ ( 2.8.8 ) + 2e
Cl ( 2.8.7 ) + e Cl- ( 2.8.8 )
4 Syarat –syarat terjadinya ikatan kovalen adalah: 2
a. Hanya elektron valensi saja yang terlibat
b. Penggabungan elektron menjadikan setiap atom untuk mencapai
kestabilan
8
c. Maksimum tiga pasangan elektron yang boleh bergabung.
d. Ikatan ini terjadi antara unsur nonlogam dengan nonlogam yang sama-
sama ingin menangkap elektron
5 Ikatan kovalen yang terjadi pada molekul berikut: 2
a . Ikatan yang terjadi pada C2H2 adalah ikatan kovalen rangkap 3 karena
adanya penggunaan bersama tiga pasang elektron.

4
xx
H xC xx
xx
Cx H HC CH

Ikatan kovalen rangkap 3

b. Ikatan yang terjadi pada CH3NO2 adalah ikatan kovalen rangkap dua
karena digunakan bersama dua pasang elektron. Ikatan kovalen
koordinasi karena adanya pasangan elektron yang digunakan bersama
4
berasal dari salah satu atom. Ikatan kovalen tunggal karena digunakan
bersama satu pasang elektron.
Ikatan kovalen rangkap dua

x
√√
H x C √ N √√
H Ikatan kovalen koordinasi

Ikatan kovalen tunggal


6 Perbedaan antara antara ikatan kovalen polar dan nonpolar adalah: 2
Nonpolar
a. Perbedaan keelektronegatifan sangat kecil
b. Molekul simetris
4
c. Atom pusat tidak punya PEB
d. Tidak terjadi polarisasi
e. Tidak dibelokkan medan listrik

Polar
a. Perbedaan keelektronegatifan 4
b. Molekul asimetris
c. Atom pusat punya PEB
d. Terjadi polarisasi
e. Dibelokkan medan listrik

7 Molekul berikut bersifat polar atau ikatan kovalen nonpolar 2


a. F2 bersifat nonpolar karena pasangan ikatan unsur F digunakan secara
seimbang oleh kedua inti atom yang berikatan sehingga tidak terjadi
4
pengkutuban atau kepolaran muatan.
xx xx
x x x x
x F
xx
F
xx
x

Non polar
b. NH3 bersifat polar karena atom yang berada di tengah molekul (atom 4
pusat) mempunyai pasangan elektron bebas sehingga pasangan elektron
berikatan akan tertarik ke salah satu atom.

xx
H xN x H
x

H
8 Sifat-sifat ikatan logam: 2
a. Atom-atom logam bergabung oleh ikatan logam yang sangat kuat
membentuk struktur kristal yang rapat. Hal ini menyebabkan atom- 4
atom tidak memiliki kebebasan bergerak seperti halnya pada zat cair.
b. Di dalam elektron logam, terdapat elektron-elektron bebas. Sewaktu
cahaya putih jatuh pada permukaan logam, maka elektron-elektron
bebas akan menyerap energi cahaya tersebut. Elektron-elektron akan 4
melepas kembali energi tersebut dalam bentuk radiasi elektromagnetik
dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi cahaya awal. Oleh
karena frekuensinya sama, maka kita melihatnya sebagai cahaya yang
datang. Pantulan tersebut membuat permukaan logam mengkilap.
9 Zat mudah menguap disebut volatil. Zat yang volatil adalah senyawa 10
kovalen dengan titik didih rendah, sehingga pada suhu kamar sudah
cukup banyak yang menguap. Menguap adalah perubahan padatan atau
cairan berubah menjadi uap. Tidak ada senyawa ionik yang volatil.
10 Kebanyakan zat kimia di alam mempunyai ikatan kovalen. Contohnya air 2
yang kita minum, gas oksigen yang kita hirup. Terbentuknya ikatan
kovalen tersebut adalah:
a. Air merupakan kebutuhan kita sehari-hari. Rumus kimia air H2O, 4
termasuk ikatan kovalen tunggal. Adapun proses terbentuknya adalah:

xx xx xx
2H + x x
H x x H H- -H H- O- H
xx
x xx

b. Ikatan yang terjadi pada O2 adalah ikatan kovalen rangkap 2. Adapun


proses terbentuknya adalah:

xx xx 4
x x x x
x x x x

Ikatan kovalen rangkap dua


Lampiran 15
HASIL PENGAMATAN KINERJA GURU MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN MEDIA FLASH MX
SIKLUS II

Tahap Aspek yang diamati 1 2 3 4


A Pendahuluan
1. Memberikan salam pembuka √
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran.yaitu tentang √
Ikatan Kimia
3. Menjelaskan model pembelajaran dengan √
menggunakan media flash Mx
B Kegiatan inti
1. Membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 5 √
orang berdasarkan absensi
2. Menumbuhkan kerjasama antar anggota √
kelompok untuk bekerja secara berkelompok
3. Membimbing kinerja kelompok baik secara √
individu maupun klasikal secara proporsional
4. Dapat menjalankan program flash Mx dengan √
lancar dan baik
5. Membantu siswa yang mangalami kesulitan √
dalam melaksanakan presentasi.
6. Memantau kerja masing-masing kelompok √
7. Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya √
kepada kelompok yang presentasi
8. Memotivasi siswa untuk mengaitkan materi √
dalam kehidupan sehari-hari
9. Menganalisis proses hasil diskusi dan hasil kerja √
tiap kelompok.
10. Memberikan umpan balik √
C Penutup
1. Membimbing siswa menyimpulkan materi. √
2. Mengarahkan siswa untuk mempelajari materi √
selanjutnya
3. Memberi salam penutup √
Jumlah 0 2 7 7
Kreteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Baik Sekali

Keterangan Persentase penilaian :


86% - 100% =. Pembelajaran Sangat Baik
71% - 85% = Pembelajaran Baik
56% - 70% = Pembelajaran Cukup Baik
≤ 55 % = Pembelajaran Tidak baik

Skor penilaian :
Skor maksimal = 64
Skor yang dicapai = (0 x 1) + (2 x 2) + (3 x 7) + (4 x 7)
= 0 + 4 + 21 + 28
= 53
53
Prosentase = x100%
64
= 82,8 %

Kemampuan atau kinerja guru menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan media flash
Mx dikatakan berhasil jika kemampuan guru dikategorikan baik atau sangat baik, dengan
demikian kinerja guru berhasil.

Pengamat

Isti’anah
Lampiran 16
HASIL PENGAMATAN KEAKTIFAN SISWA
SIKLUS II

Skala Penilaian
No Kegiatan Siswa
1 2 3 4
Perhatian siswa terhadap penjelasan awal
1 guru √
2 Kerjasama dalam kelompok √
Lancar dalam menjalankan program flash
3 Mx tentang Ikatan Kimia √
Penyampaian materi pada saat presentasi
4 didepan kelas √
Memberikan jawaban pertanyaan dari
5 siwa pada saat presentasi √
6 Keaktifan dalam memberikan pertanyaan √
Membuat perencanaan dan pembagian
7 kerja yang matang √
Memberikan tanggapan jawaban dari
8 kelompok presentasi √
Memberikan contoh materi dalam
9 kehidupan sehari-hari √
10 Memperhatikan presentasi kelompok lain √
11 Menarik simpulan dari hasil presentasi √
Jumlah skor 0 1 7 3

Kreteria Penilaian
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Baik Sekali
Keterangan Porsentase penilaian
86% - 100% =. Keaktifan siswa sangat Baik
71% - 85% = Keaktifan siswa Baik
56% - 70% = Keaktifan siswa Cukup Baik
≤ 55 % = Keaktifan siswa Tidak Baik
Kriteria penilaian:
Skor Maksimal = 44
Skor yang dicapai = (1 x 0) + (2 x 1) + (3 x 7) + (4 x 3)
= 1 + 2 + 21 + 12
= 37
37
Prosentase = x100%
44
= 0,84 x 100%
= 84%

Pembelajaran dikatakan berhasil jika keaktifan siswa dikategorikan baik. Dengan prosentase 84
% maka pembelajaran dikatakan berhasil.

Pengamat

Isti’anah
LAMPIRAN-LAMPIRAN

No Lampiran Judul Lampiran


Daftar nama siswa kelas X A Salafiyah Pati Tahun
1
Lampiran 1 Ajaran 2009/2010
2 Lampiran 2 Daftar Kelompok Belajar
3 Lampiran 3 Hasil Evaluasi Siklus I
4 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
5 Lampiran 5 Kisi – Kisi Soal Siklus I
6 Lampiran 6 Soal Ulangan Harian Siklus I
7 Lampiran 7 Kunci Jawaban dan Penilaian Tes Siklus I
8 Lampiran 8 Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus I
9 Lampiran 9 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus I
10 Lampiran 10 Hasil Evaluasi Siklus II
11 Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
12 Lampiran 12 Kisi – Kisi Soal Siklus II
13 Lampiran 13 Soal Ulangan Harian Siklus II
14 Lampiran 14 Kunci Jawaban dan Penilaian Tes Siklus II
15 Lampiran 15 Hasil Pengamatan Kinerja Guru Siklus II
16 Lampiran 16 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa Siklus II

Anda mungkin juga menyukai