Praktikum pengukuran aliran fluida dengan tujuan untuk melakukan
pengukuran kecepatan aliran fluida dengan menggunakan beberapa alat ukur. Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah air bersih dan menggunakan tiga macam alat yaitu pitot tube, venturi-meter, dan oriface-meter dimana pada masing-masing alat digunakan variabel yang sama yaitu bukaan valve. Pada percobaan ini valve dibuka sampai 5%, 10%, dan 15% pada masing masing alat, jika dikonversikan dalam putaran menjadi 1,2 , 2,4 dan 3,6 putaran. sehingga didapatkan data berikut :
Kecepatan alir (m3/s)
No Jenis alat Putaran Percobaan Teoritis 1 Ventury 1,2 0,001341723 0,00115 2,4 0,001876152 0,00165 3,6 0,002310002 0,00205 2 Orriface 1,2 0,004345687 0,00120 2,4 0,005730187 0,00155 3,6 0,006975418 0,00180 3 Pitot tube 1,2 0,000829 0,00125 2,4 0,001039 0,00165 3,6 0,001365 0,00170 Percobaan pertama dilakukan dengan alat ventury-meter. Dimana alat ini memiliki prinsip kerjanya hampir sama dengan pitot tube hanya saja pada alat ini v1 dan v2 dapat diukur melalui diameter pipa dan leher ventury-meter.alat ini memiliki diameter 39 mm dan 18 mm untuk diameter kedua. Pada bukaan valve 1,2 P1 menunjukkan 320 mm, P2 menunjukkan 208 mm dimana memiliki selisih ketinggian 0,112 m sehingga dapat diketahui bahwa v2 sebesar 5,275311 m/s dan v1 1,12373484 m/s . Hal ini sudah sesuai dengan teoritis bahwa semakin kecil luas penampang maka kecepatannya semakin besar. Namun pada perhitungan diperoleh kecepatan alirnya sebesar 0,001341723 m3/s. Pada teoritis sebesar 0,00115 m3/s . Hal ini sudah mendekati teoritis. DELA ADELIA / 2A DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
Pada bukaan valve 2,4 P1 menunjukkan 158 mm, P2 menunjukkan 351
mm dimana memiliki selisih ketinggian 0,193 m sehingga dapat diketahui bahwa vo sebesar 4,442358m/s dan v1 8,20973963 m/s . Hal ini sudah sesuai dengan teoritis bahwa semakin kecil luas penampang maka kecepatannya semakin besar. Namun pada perhitungan diperoleh kecepatan alirnya sebesar 0,001876152m3/s. Pada teoritis sebesar 0,00165 m3/s . Hal ini sudah mendekati dengan teoritis.
Pada bukaan valve 3,6 P1 menunjukkan 109 mm, P2 menunjukkan 395
mm dimana memiliki selisih ketinggian 0,286 m sehingga dapat diketahui bahwa vo sebesar 5,407729 m/s dan v1 9,993802972 m/s . Hal ini sudah sesuai dengan teoritis bahwa semakin kecil luas penampang maka kecepatannya semakin besar. Namun pada perhitungan diperoleh kecepatan alirnya sebesar 0,002310002 m3/s. Pada teoritis sebesar 0,00205 m3/s . Hal ini hampir sesuai dengan teoritis. Percobaan kedua menggunakan alat orriface . Dimana alat ini memiliki prinsip kerjanya hampir sama dengan ventury meter namun diamternya dapat diatur. Pada bukaan valve 1,2 P1 menunjukkan 202 mm, P2 menunjukkan 313 mm dimana memiliki selisih ketinggian 0,111 m sehingga dapat diketahui bahwa vo sebesar 3,369016m/s dan v1 6,226140969 m/s . Hal ini sudah sesuai dengan teoritis bahwa semakin kecil luas penampang maka kecepatannya semakin besar. Namun pada perhitungan diperoleh kecepatan alirnya sebesar 0,004345687m3/s. Pada teoritis sebesar 0,00120 m3/s . Hal ini tidak sesuai dengan teoritis.
Pada bukaan valve 2,4 P1 menunjukkan 377 mm, P2 menunjukkan 158
mm dimana memiliki selisih ketinggian 0,219 m sehingga dapat diketahui bahwa v2 sebesar 7,376552 m/s dan v1 1,57133658m/s . Hal ini sudah sesuai dengan teoritis bahwa semakin kecil luas penampang maka kecepatannya semakin besar. Namun pada perhitungan diperoleh kecepatan alirnya sebesar 0,005730187m3/s. Pada teoritis sebesar 0,00155 m3/s . Hal ini tidak sesuai dengan teoritis.
Pada bukaan valve 3,6 P1 menunjukkan 437 mm, P2 menunjukkan 105
mm dimana memiliki selisih ketinggian 0,332 m sehingga dapat diketahui bahwa v2 sebesar 9,082338 m/s dan v1 1,93469929 m/s . Hal ini sudah sesuai dengan teoritis bahwa semakin kecil luas penampang maka kecepatannya semakin besar. DELA ADELIA / 2A DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
Namun pada perhitungan diperoleh kecepatan alirnya sebesar 0,006975418 m3/s.
Pada teoritis sebesar 0,00180 m3/s . Hal ini tidak sesuai dengan teoritis. Percobaan ketiga dilakukan dengan alat pitot tube. Dimana alat ini memiliki prinsip kerjanya pengukurannya berdasarkan pada beda tekanan yang terjadi pada dua titik. Pada bukaan valve 1,2 P1 menunjukkan 263 mm, P2 menunjukkan 256 mm dimana memiliki selisih ketinggian 0,007 m sehingga dapat diketahui bahwa v1 sebesar 1,315568 m/s dan v2 1,860495 m/s . Hal ini sudah sesuai dengan teoritis bahwa semakin kecil luas penampang maka kecepatannya semakin besar. Namun pada perhitungan diperoleh kecepatan alirnya sebesar 0,000829 m3/s. Pada teoritis sebesar 0,00125 m3/s . Hal ini tidak sesuai dengan teoritis.
Pada bukaan valve 2,4 P1 menunjukkan 265 mm, P2 menunjukkan 254
mm dimana memiliki selisih ketinggian 0,011 m sehingga dapat diketahui bahwa v1 sebesar 1,648806 m/s dan v2 2,331763 m/s . Hal ini sudah sesuai dengan teoritis bahwa semakin kecil luas penampang maka kecepatannya semakin besar. Namun pada perhitungan diperoleh kecepatan alirnya sebesar 0,001039 m3/s. Pada teoritis sebesar 0,00165 m3/s . Hal ini tidak sesuai dengan teoritis.
Pada bukaan valve 3,6 P1 menunjukkan 268 mm, P2 menunjukkan 249
mm dimana memiliki selisih ketinggian 0,019 m sehingga dapat diketahui bahwa v1 sebesar 2,166619 m/s dan v2 3,064063 m/s . Hal ini sudah sesuai dengan teoritis bahwa semakin kecil luas penampang maka kecepatannya semakin besar. Namun pada perhitungan diperoleh kecepatan alirnya sebesar 0,001365 m3/s. Pada teoritis sebesar 0,00170 m3/s . Hal ini tidak sesuai dengan teoritis. Dapat diambil pernyataan bahwa semakin besar bukaan valve maka kecepatan alir semakin tinggi. Dari berbagai alat yang telah digunakan, yang memiliki aliran paling mendekati dengan teoritis adalah pada alat ventury-meter.