Anda di halaman 1dari 14

METODE STANDARD ERROR NEWEY WEST UNTUK

MENGATASI HETEROSKEDASTISITAS DAN


AUTOKORELASI PADA ANALISIS REGRESI DATA PANEL

Bella Haryati1, Sigit Nugroho2 dan Etis Sunandi3


1
Alumni Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Bengkulu
2, 3
Staf Pengajar Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Bengkulu
e-mail: 1bellaharyati.bh@gmail.com, 2sigit.nugroho.1960@gmail.com,
3
etiss18@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi heteroskedastisitas dan autokorelasi pada
analisis regresi data panel dengan menggunakan metode standard error Newey West.
Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu rasio ketersediaan beras, ketersediaan
beras, luas panen, produktivitas lahan, jumlah konsumsi beras dan harga beras dari
tahun 2009-2014. Data tersebut melanggar asumsi non autokorelasi dan
homoskedastisitas. Dari hasil analisis didapatkan informasi bahwa ketersediaan beras,
luas panen, produktivitas lahan dan jumlah konsumsi beras berpengaruh nyata terhadap
rasio ketersediaan beras. Selain itu, standard error yang didapatkan dari metode Newey
West, dengan nilai 𝑔 = 1, dan 𝑔 = 4 selalu memiliki nilai lebih besar dari standard
error awal.

Kata kunci: Regresi data panel, standard error Newey West, heteroskedastisitas, autokorelasi

1. PENDAHULUAN Autokorelasi terjadi karena beberapa


Di Indonesia pangan sering sebab. Salah satu penyebabnya menurut
diidentikkan dengan beras karena jenis Gujarati (2004), adalah data runtun
pangan ini merupakan makanan pokok waktu. Sedangkan data data silang adalah
utama bagi masyarakatnya. Tingginya data yang terdiri dari beberapa objek yang
konsumsi beras tergambar dari besarnya dikumpulkan pada satu waktu tertentu.
alokasi pengeluaran untuk beras dalam Data data silang cenderung untuk bersifat
struktur pengeluaran keluarga. Di heteroskedastisitas karena pengamatan
Bengkulu World Bank memperkirakan dilakukan pada individu yang berbeda
34% dari 70% pengeluaran keluarga pada saat yang sama. Gabungan dari
miskin dialokasikan untuk membeli beras kedua data ini dinamakan data panel.
sebagai makanan pokok (Supardi, 2013). Salah satu keuntungan yang diperoleh
Pada kehidupan sehari-hari sering dengan menggunakan data panel adalah
dijumpai perkiraan ketahanan pangan mampu menyediakan data yang lebih
yang hanya memasukkan salah satu unsur banyak sehingga akan menghasilkan
runtun waktu atau data silang. Data runtun derajat kebebasanyang lebih besar
waktu adalah data yang diamati pada satu (Apriliawan, Tarno, dan Yasin, 2013).
unit berdasarkan runtun waktu tertentu. Analisis regresi merupakan sebuah
Dalam analisis runtun waktu, lebih besar alat statistik yang digunakan untuk
kemungkinan terjadi autokorelasi positif, mengetahui pengaruh antara dua atau
karena variabel yang dianalisis biasanya lebih variabel sehingga sebuah respon
mengandung kecenderungan meningkat. dapat diprediksi. Analisis regresi memiliki

1
1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
beberapa asumsi klasik yang harus berubah-ubah seiring berjalannya waktu
dipenuhi untuk mendapatkan estimasi dengan periode waktu yang sama.
parameter pada model yang bersifat BLUE Sedangkan data silang adalah data dari
(Best Linear Unbiased Estimator). Namun pengamatan yang dilakukan pada individu
dalam penerapannya sering sekali terjadi yang berbeda pada waktu yang sama.
pelanggaran asumsi. Asumsi yang sering Bentuk umum regresi data panel:
tidak terpenuhi seperti asumsi 𝑃 (1)
homoskedastisitas dan non-autokorelasi 𝑌𝑖𝑡 = 𝛼𝑖𝑡 + ∑ 𝛽𝑗 𝑋𝑗𝑖𝑡 + 𝑢𝑖𝑡
sehingga estimasi parameter tidak lagi 𝑗=1
bersifat BLUE. Selain itu, Standard error dengan:
akan underestimate dari standard error 𝑌𝑖𝑡 :variabel terikat untuk
yang sebenarnya (Kutner, 2004). individu ke-𝑖 pada waktu ke-𝑡
Standard error Newey West dapat 𝛼𝑖𝑡 :intersep untuk individu ke-𝑖
mengoreksi standard error yang pada waktu ke-𝑡
didapatkan sehingga standard error tidak 𝛽𝑗 :parameter untuk variabel ke-𝑗
akan terlalu jauh dari parameter 𝑋𝑗𝑖𝑡 :variabel bebas ke-j untuk
(underestimate). Metode standard error individu ke-𝑖 pada waktu ke-𝑡
Newey West yang dikembangkan pada 𝑢𝑖𝑡 : error regresi untuk individu
tahun 1987 merupakan perluasan dari ke-𝑖 pada waktu ke-𝑡
metode standard error White. Metode
𝑖 :unit data silang sebanyak N
standard error White hanya kekar
𝑡 :unit runtun waktu sebanyak T
terhadap heteroskedastisitas, sedangkan
karena data bersifat panel maka error dari
metode standard error Newey West kekar
regresi ini memiliki komponen yang
terhadap autokorelasi dan
umum dan spesifik. Karakter ini secara
heteroskedastisitas (Wooldrige, 2009).
matematis ditunjukkan oleh persamaan
Pada penelitian sebelumnya Silalahi,
(2):
Sitepu, dan Tarigan (2014) telah
𝑢𝑖𝑡 = 𝑒 + 𝑣𝑖 + 𝑤𝑡 (2)
menerapkan analisis regresi data panel
dengan studi kasus ketahanan pangan dimana 𝑒 adalah komponen error yang
Provinsi Sumatera Utara tahun 2007-2011 bersifat umum, 𝑣𝑖 adalah komponen yang
dengan mendeteksi masalah
spesifik data silang dan 𝑤𝑡 adalah
heteroskedastisitasitas dan autokorelasi komponen yang spesifik runtun waktu
menggunakan uji Park dan uji Durbin (Ariefianto, 2012).
Watson. Pada penelitian ini, penulis akan
menggunakan standard error Newey
West untuk mendeteksi masalah 2.2. Penduga Parameter Model Regresi
heteroskedastisitasitas dan autokorelasi. Data Panel
Dalam menduga parameter model
2. LANDASAN TEORI regresi pada data panel ada tiga macam
2.1. Regresi Data Panel pendekatan yaitu Model Efek Gabungan,
Regresi data panel adalah analisis Model Efek Tetap dan Model Efek Acak.
regresi yang digunakan pada data panel. 2.2.1. Model Efek Gabungan
Menurut Hsiao (2014) data panel Model Efek Gabungan adalah
merupakan data gabungan dari dua tipe metode regresi yang menduga data panel
data yaitu data runtun waktu dan data dengan metode Ordinary Least Square
silang. Data runtun waktu adalah data dari (OLS). Metode ini tidak memperhatikan
pengamatan yang dilakukan pada satu dimensi individu maupun waktu sehingga
individu pada runtun waktu yang dapat diasumsikan bahwa perilaku antar
individu sama dalam berbagai kurun
1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2
waktu. Persamaan metode ini dapat ditulis Model Efek Tetap memiliki beberapa
sebagai berikut: kelemahan yakni:
𝑃 (3) a. Masalah kekurangan derajat
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼 + ∑ 𝛽𝑗 𝑋𝑗𝑖𝑡 + 𝑢𝑖𝑡 kebebasan akibat jumlah contoh
𝑗=1 yang terbatas.
dengan: b. Multikolinieritas yang diakibatkan
𝑌𝑖𝑡 : variabel terikat untuk individu oleh banyaknya variabel dummy
ke-𝑖 pada waktu ke-𝑡 yang diduga.
𝛼 : intersep c. Keterbatasan kemampuan penduga,
𝛽𝑗 : parameter untuk variabel ke-𝑗 terutama jika terdapat variabel yang
𝑋𝑗𝑖𝑡 :variabel bebas ke-j untuk bersifat tidak berubah berdasarkan
individu ke-𝑖 pada waktu ke-𝑡 waktu.
𝑢𝑖𝑡 :komponen error untuk individu d. Kemungkinan korelasi di antara
ke-𝑖 pada waktu ke-𝑡 komponen residual spesifik (data
𝑖 : unit data silang sebanyak N silang dan runtun waktu)
(Ariefianto, 2012).
𝑡 : unit runtun waktu sebanyak T
2.2.3. Model Efek Acak
2.2.2. Model Efek Tetap
Model Efek Acak adalah Model
Model Efek Tetap adalah metode
regresi yang menduga parameter regresi
regresi yang menduga data panel dengan
data panel dengan menghitung error dari
menambahkan variabel dummy. Teknik ini
model regresi dengan metode Generalized
dinamakan Least Square Dummy Variabel
Least Square (GLS). Persamaan Model
(LSDV). Teknik ini diterapkan untuk efek
Efek Acak dapat ditulis sebagai berikut:
tiap individu. Model Efek Tetap 𝑃 (5)
mengasumsikan bahwa terdapat efek yang
berbeda antar individu. Setiap individu 𝑌𝑖𝑡 = 𝛼𝑖 + ∑ 𝛽𝑗 𝑋𝑗𝑖𝑡 + 𝑢𝑖𝑡
merupakan parameter yang tidak diketahui 𝑗=1

dan akan diduga dengan menggunakan dengan:


teknik variabel dummy yang dapat ditulis 𝑌𝑖𝑡 :variabel terikat untuk
sebagai berikut: individu ke-𝑖 pada waktu ke-𝑡
𝑃 (4) 𝛼𝑖 : intersep, 𝛼𝑖 = 𝛼0 + 𝜀𝑖
𝑌𝑖𝑡 = 𝛼𝑖 + ∑ 𝛽𝑗 𝑋𝑗𝑖𝑡 + 𝑢𝑖𝑡 𝛽𝑗 :parameter untuk variabel ke-𝑗
𝑗=1
𝑋𝑗𝑖𝑡 :variabel bebas ke-j untuk
dengan: individu ke-𝑖 pada waktu ke-𝑡
𝑌𝑖𝑡 :variabel terikat untuk 𝑢𝑖𝑡 :komponen error untuk
individu ke-𝑖 pada waktu ke-𝑡 individu ke-𝑖 pada waktu ke-𝑡
𝛼𝑖 : intersep 𝑖 :unit data silang sebanyak N
𝛽𝑗 :parameter untuk variabel ke-𝑗 𝑡 :unit runtun waktu sebanyak T
𝑋𝑗𝑖𝑡 :variabel bebas ke-j untuk
individu ke-𝑖 pada waktu ke-𝑡 2.3. Pemilihan Model
𝑖 :unit data silang sebanyak N Langkah-langkah yang dilakukan
𝑡 :unit runtun waktu sebanyak T dalam mendapatkan model yang tepat
𝑢𝑖𝑡 :komponen error untuk adalah pertama dilakukan uji Chow. Jika
dalam uji Chow terbukti tidak ada efek
individu ke-𝑖 pada waktu ke-𝑡
individu maka digunakan Model Efek
Dalam menduga parameter untuk Gabungan. Namun jika dalam uji Chow
data panel, Gujarati (2004) menyatakan terbukti ada efek individu maka
selanjutnya dilakukan uji Hausman untuk

1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
3
menentukan antara Model Efek Tetap dan 4. Kriteria Penolakan
Model Efek Acak. Tolak 𝐻0 jika 𝑊 > 𝜒 2 (𝐾,𝛼) atau 𝑝 −
2.3.1. Uji Chow 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 𝛼
Uji Chow digunakan untuk memilih 5. Kesimpulan
Model Efek Gabungan atau Model Efek Jika 𝐻0 ditolak artinya model penduga
Tetap dengan hipotesis sebagai berikut: yang tepat digunakan adalah metode
1. Merumuskan hipotesis, yaitu: pendekatan Model Efek Acak.
𝐻0 : Model Efek Gabungan
𝐻1 : Model Efek Tetap 2.4. Standard Error
2. Tingkat signifikansi 𝛼 = 5% Standard error (SE) atau kesalahan
3. Statistik Uji baku adalah indeks yang menggambarkan
2 2 (6)
[𝑅𝐿𝑆𝐷𝑉 − 𝑅𝑝𝑜𝑜𝑙𝑒𝑑 ]/(𝑁 − 1) sebaran rata-rata contoh terhadap rata-rata
𝐹= 2
(1 − 𝑅𝐿𝑆𝐷𝑉 )/(𝑁𝑇 − 𝑁 − 𝐾) keseluruhan kemungkinan contoh (rata-
dengan: rata populasi). Prinsip OLS adalah
2
𝑅𝑝𝑜𝑜𝑙𝑒𝑑 :𝑅 − 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒 untuk Model meminimalkan error. Oleh karena itu,
Efek Gabungan ketepatan dari nilai dugaan sangat
2
𝑅𝐿𝑆𝐷𝑉 :𝑅 − 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒 untuk Model ditentukan oleh standard error dari
Efek Tetap masing-masing penduga. Menurut
𝑁 : jumlah unit data silang Ariefianto (2012), standard error dapat
dinyatakan sebagai berikut:
𝑇 : jumlah unit runtun waktu
(8)
𝐾 : jumlah variabel bebas 𝑆𝐸(𝛽̂𝑘 ) = √𝑉𝑎𝑟(𝛽̂𝑘 )
4. Kriteria Penolakan
Tolak 𝐻0 jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > dengan nilai 𝑉𝑎𝑟(𝛽̂𝑘 ) dapat diperoleh dari
𝐹(𝑁−1,𝑁𝑇−𝑁−𝐾,𝛼) atau 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 < 𝛼 formula sebagai berikut (Rachmawati dan
Sumarminingsih, 2014) :
5. Kesimpulan
𝜎2 (9)
Jika 𝐻0 ditolak artinya model penduga 𝑉𝑎𝑟(𝛽̂𝑘 ) = 𝑛 2
yang tepat digunakan adalah metode ∑𝑖=1(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )
pendekatan Model Efek Tetap. dengan:
𝑆𝑒 : nilai standard error
2.3.2. Uji Hausman ̂
𝑉𝑎𝑟(𝛽𝑘 ) : ragam parameter ke-𝑘
Uji Hausman merupakan pengujian
untuk memilih Model Efek Tetap atau 2.5. Uji Asumsi Klasik
Model Efek Acak. Uji ini memiliki Asumsi yang harus dipenuhi adalah
hipotesis sebagai berikut: kenormalan, tidak ada multikolinieritas,
1. Merumuskan hipotesis, yaitu: homoskedastisitas, dan non autokorelasi.
𝐻0 : Model Efek Tetap Asumsi normalitas digunakan untuk
𝐻1 : Model Efek Acak mengetahui apakah error data
2. Tingkat signifikansi 𝛼 = 5% berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji
3. Statistik Uji ini diharapkan asumsi normalitas
−1 terpenuhi. Sedangkan asumsi
𝑊 = (𝑏 − 𝛽̂ )[𝑣𝑎𝑟(𝑏 − 𝛽̂ )] (𝑏 − 𝛽̂ ) (7)
multikolinieritas adalah asumsi untuk
dengan: mengetahui ada atau tidaknya korelasi
𝑏 : koefisien efek acak yang signifikan antara variabel-variabel
𝛽̂ : koefisien efek tetap bebas dalam suatu model regresi linier
berganda. Dalam uji ini diharapkan tidak
ada multikolinieritas. Untuk asumsi

1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
4
homoskedastisitas dan non autokorelasi Durbin-Watson (DW) dapat dijelaskan
akan dibahas pada bagian selanjutnya. pada tabel berikut:
Tabel 1. Uji statistik d Durbin-Watson
2.5.1. Uji Heteroskedastisitas (DW)
Asumsi penting yang harus dipenuhi Nilai statistik d Hasil
0 ≤ 𝑑 ≤ 𝑑𝐿 𝐻0 ditolak: ada
ialah ragam dari error tidak berubah, autokorelasi positif
dengan berubahnya satu atau lebih 𝑑𝐿 ≤ 𝑑 ≤ 𝑑𝑈 Daerah keragu-raguan:
variabel bebas yang sering disebut tidak ada keputusan
homoskedastisitas. Namun jika asumsi ini 2 ≤ 𝑑 ≤ 4 − 𝑑𝑈 Gagal menolak 𝐻0 tidak
ada autokorelasi
tidak terpenuhi maka disebut 4 − 𝑑𝑈 ≤ 𝑑 ≤ 4 − 𝑑𝐿 Daerah keragu-raguan:
heteroskedastisitas. Heteroskedatisitas tidak ada keputusan
terjadi apabila variabel gangguan tidak 4 − 𝑑𝐿 ≤ 𝑑 ≤ 4 𝐻0 ditolak: ada
autokorelasi negatif
mempunyai varian yang sama untuk
semua pengamatan (Gujarati, 2004).
dimana 𝑑𝑙 dan 𝑑𝑢 adalah batas bawah dan
Mendeteksi heteroskedastisitas dengan batas atas nilai kritis yang dapat dicari
menggunakan uji White adalah sebagai
dari tabel Durbin Watson berdasarkan 𝑘
berikut:
(jumlah variabel bebas) dan 𝑛 (jumlah
1. Merumuskan hipotesis, yaitu:
contoh) yang relevan. Berikut uji
𝐻0 : 𝜎1 2 = 𝜎2 2 = ⋯ = 𝜎𝑡 2 = 𝜎 2 = 0 autokorelasi menggunakan uji Durbin
𝐻1 : paling tidak ada satu 𝜎𝑖 2 dimana Watson dengan hipotesis sebagai berikut
𝜎𝑖 2 ≠ 𝜎 2 , 𝑖 = 1,2, … , 𝑛. (Gujarati, 2004):
2. Menentukan taraf nyata (𝛼) sebesar 5% 1. Merumuskan hipotesis, yaitu:
3. Statistik Uji yang digunakan 𝐻0 : 𝜌1 = 𝜌2 = ⋯ = 𝜌𝑝 = 0 (tidak
𝑊ℎ𝑖𝑡𝑒 = 𝑛𝑅 2 (11)
ada autokorelasi)
dengan :
𝐻1 : paling tidak ada satu 𝜌𝑝 dimana
𝑛 : jumlah contoh
2 𝜌𝑝 ≠ 0, 𝑖 = 1,2, … , 𝑝
𝑅 : nilai 𝑅 − 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒
4. Kriteria Penolakan 2. Menentukan taraf nyata (𝛼) sebesar
𝑊ℎ𝑖𝑡𝑒 < 𝜒 2 , berarti 𝐻0 diterima dan 𝐻1 5%
ditolak. Artinya error bersifat 3. Statistik Uji
homoskedastis ∑𝑛𝑡=2(𝑢̂𝑡 − 𝑢̂𝑡−1 )2 (13)
𝑑= 2
𝑊ℎ𝑖𝑡𝑒 > 𝜒 2 , berarti 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 𝑛
∑𝑡=1 𝑢̂𝑡
diterima. Artinya error bersifat dengan:
heteroskedastis 𝑑 : nilai durbin watson
𝑢̂𝑡 : error regresi untuk
2.5.2. Uji Autokorelasi waktu ke-t
Menurut Gujarati (2004), 4. Kriteria Penolakan
autokorelasi merupakan korelasi diantara Dengan melihat nilai 𝐷𝑊 terletak
anggota seri pengamatan yang disusun diantara 2 < 𝐷𝑊 < 4 − 𝑑𝑢 untuk
menurut runtun waktu atau menurut menentukan ada tidaknya
tempat/ruang (dalam data silang ). autokorelasi. Dimana 𝑑𝑙 dan 𝑑𝑢 adalah
Autokorelasi atau sering juga disebut batas bawah dan batas atas.
korelasi serial merupakan suatu bentuk
pelanggaran terhadap asumsi klasik. 2.6. Metode Standard Error Newey
Gejala autokorelasi dalam penelitian West
ini dideteksi menggunakan metode Dampak dari adanya autokorelasi
Durbin-Watson (DW). Penentuan ada atau adalah standard error parameter menjadi
tidaknya autokorelasi menurut metode bias. Dengan demikian salah satu cara

1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
5
untuk mengoreksi kondisi ini, menurut gambaran yang jelas atas apa yang ingin
Ariefianto (2012) adalah dengan diinformasikan dari model tersebut.
membuat formulasi standard error yang
tidak bias. 2.7.1. Uji Simultan (Uji F)
Wooldridge (2009) mengatakan Uji simultan digunakan untuk melihat
bahwa metode standard error Newey pengaruh variabel bebas secara bersama-
West yang dikembangkan pada tahun sama terhadap variabel terikat. Langkah-
1987 merupakan perluasan dari metode langkah yang harus dilakukan untuk uji F
standard error White. Metode standard sebagai berikut:
error White hanya kekar terhadap 1. Merumuskan hipotesis, yaitu:
heteroskedastisitas, sedangkan metode 𝐻0 : 𝛽1 = 𝛽2 = ⋯ = 𝛽𝑘 = 0 artinya
standard error Newey West kekar variabel bebas secara simultan tidak
terhadap autokorelasi dan berpengaruh terhadap variabel
heteroskedastisitas. Rumus standard error terikat
Newey West adalah sebagai berikut: 𝐻1 : 𝛽𝑖 ≠ 0 artinya variabel bebas
2
𝑠𝑒(𝛽̂𝑝 ) (14) secara simultan berpengaruh
𝑠𝑒𝑛𝑒𝑤𝑒𝑦−𝑤𝑒𝑠𝑡 (𝛽̂𝑝 ) = ( ) √𝑣̂ terhadap variabel terikat. ∀𝑖 =
𝜎̂ 2
dengan: 1,2, … , 𝑘
2. Menentukan taraf nyata (𝛼: 5%) dan
𝑠𝑒(𝛽̂𝑝 ) : standard error parameter
derajat kebebasan (𝑑𝑏) untuk
𝑝 dari regresi awal
2 mengetahui nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐹(𝛼;𝑁1 ,𝑁2 ) .
𝜎̂ :estimator ragam model
regresi awal Dimana 𝑛 adalah jumlah contoh dan
Nilai 𝑣̂ dapat dihitung dengan 𝑘 adalah jumlah variabel bebas.
menggunakan rumus 3. Mencari nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan rumus
𝑛 𝑔

𝑛
(15) dinyatakan sebagai berikut:
𝑣̂ = ∑ 𝑎̂ 2 + 2 ∑ [1 −
𝑡 ] ( ∑ 𝑎̂ 𝑎̂ )
𝑡 𝑡−ℎ (𝑅2 )/(𝑁 − 1) (18)
𝑔+1
𝑡=1 𝑛=1 𝑡=ℎ+1 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
(1 − 𝑅2 )/(𝑁𝑇 − 𝑁 − 𝐾)
dengan nilai 𝑎̂𝑡 diperoleh dengan langkah dengan:
sebagai berikut: 𝑅 2 : koefisien determinasi
a. 𝑦𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑥1𝑡 + ⋯ + 𝛽𝑘 𝑥𝑘𝑡 + 𝑢𝑡 𝑇 : jumlah individu / data silang
dengan OLS untuk memperoleh 𝑁 : jumlah runtun waktu
𝑠𝑒(𝛽1 ), 𝜎, dan error 𝑢𝑡 . 𝐾 : jumlah variabel bebas
b. Hitung error 𝑟𝑡 dari auxiliary regresi 4. Kriteria Penolakan
(regresi tambahan): 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹(𝛼;𝑁1 ,𝑁2 ) , berarti 𝐻0 diterima
𝑥1𝑡 = 𝛿0 + 𝛿2 𝑥𝑡2 + ⋯ + 𝛿𝑘 𝑥𝑡𝑘 + 𝑟𝑡 dan 𝐻1 ditolak. Artinya variabel secara
𝑎̂𝑡 = 𝑟̂𝑡 𝑢̂𝑡 , 𝑡 = 1,2, … , 𝑛 bersama tidak berpengaruh terhadap
Nilai 𝑔 dapat disesuaikan dengan data, variabel terikat.
data tahunan dipilih 𝑔 = 1. Newey West 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹(𝛼;𝑁1 ,𝑁2 ) , berarti 𝐻0 ditolak
menyarankan mengambil 𝑔 menjadi
𝑛 dan 𝐻1 diterima. Artinya variabel
bagian integer dari 4(100)2/9. Nilai secara bersama berpengaruh terhadap
ℎ diperoleh dengan rumus ℎ = exp(𝑔). variabel terikat.

2.7. Uji Signifikansi 2.7.2 Uji Parsial (Uji t)


Data yang telah diolah, perlu Uji parsial atau uji t dipakai untuk
dilakukan pengujian terhadap model yang melihat signifikansi pengaruh variabel
dihasilkan agar dapat memberikan bebas secara individu terhadap variabel
terikat dengan menganggap variabel lain

1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
6
bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑗𝑒𝑙𝑎𝑠𝑘𝑎𝑛 (𝐽𝐾𝑃)(21)
𝑁 𝑇
membandingkan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .
= ∑ ∑(𝑦̂𝑖𝑡 − 𝑦̅)2
Adapun langkah-langkah yang harus 𝑖=1 𝑡=1
dilakukan untuk uji T adalah sebagai 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (𝐽𝐾𝐸) (22)
𝑁 𝑇
berikut:
1. Merumuskan hipotesis, yaitu: = ∑ ∑(𝑦𝑖𝑡
𝑖=1 𝑡=1
𝐻0 : 𝛽𝑖 = 0 artinya secara individu 𝑁 𝑇
variabel ke-𝑖 tidak berpengaruh − 𝑦̂) (= ∑ ∑ 𝑢𝑖𝑡 2 )
2

terhadap variabel terikat. 𝑖=1 𝑡=1


𝐻1 : 𝛽𝑖 ≠ 0 artinya variabel ke-𝑖 secara JKT adalah ukuran variasi contoh
individu berpengaruh terhadap 𝑦𝑖𝑡 untuk menunjukkan seberapa besar
variabel terikat. dispersi contoh 𝑦𝑖𝑡 di sekitar rata-ratanya.
2. Menentukan taraf nyata (𝛼=5%) dan JKP menunjukkan variasi contoh pada 𝑦
derajat kebebasan (𝑑𝑏) untuk dan JKE mengukur variasi dari 𝑢𝑖𝑡 . Total
mengetahui nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑡(𝛼,𝑑𝑏) . variasi pada 𝑦 adalah sama dengan jumlah
Dimana 𝑛 dan 𝑘 masing-masing adalah JKP dan JKE, atau
jumlah contoh dan jumlah variabel 𝐽𝐾𝑇 = 𝐽𝐾𝑃 + 𝐽𝐾𝐸 (23)
bebas. selanjutnya, persamaan diatas dibagi
3. Mencari nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dinyatakan dengan 𝐽𝐾𝑇, diperoleh
𝐽𝐾𝑃 𝐽𝐾𝐸 (24)
dengan rumus sebagai berikut 1= +
(Ariefianto, 2012): 𝐽𝐾𝑇 𝐽𝐾𝑇
(𝛽̂𝑗 ) (19) sehingga koefisien determinasi, 𝑅 2 dapat
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = didefinisikan sebagai
𝑠𝑒(𝛽̂𝑗 ) 𝐽𝐾𝑃 𝐽𝐾𝐸
dengan: 𝑅2 = = 1−
𝐽𝐾𝑇 𝐽𝐾𝑇 (25)
𝛽̂𝑗 : penduga parameter ke-𝑗 ∑𝑁 𝑇
𝑖=1 ∑𝑡=1 𝑢𝑖𝑡
2
= 1− 𝑁 𝑇
yang dihipotesiskan ∑𝑖=1 ∑𝑡=1(𝑦𝑖𝑡 − 𝑦̅)2
𝑠𝑒(𝛽̂𝑗 ) : Standard Error 𝛽̂𝑗
4. Kriteria Penolakan dari persamaan (25) dapat dilihat bahwa
|𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 | ≤ 𝑡(𝛼,𝑑𝑏) , berarti 𝐻0 diterima dan koefisien determinasi menunjukkan
proporsi variasi variabel terikat (𝑦) yang
𝐻1 ditolak, artinya tidak ada pengaruh
dapat dijelaskan oleh variasi variabel
antara variabel bebas terhadap variabel
bebas (𝑥). Nilai koefisien determinasi 𝑅 2
terikat.
mempunyai interval mulai dari 0 sampai 1
|𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 | > 𝑡(𝛼,𝑑𝑏) , berarti 𝐻0 ditolak dan
(0 ≤ 𝑅 2 ≤ 1) karena nilai JKP dan JKE
𝐻1 diterima, artinya ada pengaruh antara tidak mungkin melebihi nilai JKT. 𝑅 2
variabel bebas terhadap variabel terikat. adalah suatu ukuran kesesuaian model
(model fit) (Sulaiman, 2004).
2.8. Koefisien Determinasi
Sebagai ukuran kebaikan model 3. METODOLOGI PENELITIAN
(goodness of fit) dapat menggunakan 3.1. Objek Penelitian
Jumlah Kuadrat Total (JKT) dan Objek penelitian dalam penelitian ini
dekomposisinya serta koefisien 𝑅 2 . JKT adalah data ketahanan pangan di setiap
dan dekomposisinya dapat dihitung Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu.
dengan jalan (Ariefianto, 2012): Data tersebut diperoleh dari Dinas
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑢𝑎𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝐽𝐾𝑇) (20)
𝑁 𝑇 Pertanian Provinsi Bengkulu pada tahun
= ∑ ∑(𝑦𝑖𝑡 − 𝑦̅)2 2009-2014.
𝑖=1 𝑡=1

1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
7
3.2. Sumber Data f. Harga beras (𝑋5 )
Data yang digunakan dalam Harga beras adalah harga komoditi
penelitian adalah data sekunder, data beras yang sudah ditambah dengan
tentang ketahanan pangan tahunan dari biaya transportasi dalam
tahun 2009 hingga 2014, serta data silang pendistribusiannya (harga pasar)
sebanyak sepuluh kabupaten/kota di dalam satuan rupiah/kilogram.
provinsi Bengkulu. Sumber data ialah
berupa catatan dan laporan historis yang 3.4. Metode Analisis Data
tersusun dalam arsip yang dipublikasikan Metode analisis yang akan digunakan
dan tidak dipublikasikan yang diperoleh adalah metode standard error Newey
dari Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu. West untuk mengatasi heteroskedastisitas
dan autokorelasi pada analisis regresi data
3.3. Variabel Penelitian panel, dengan tahapan meregresikan data
Variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:
dalam penelitian ini adalah sebagai 1. Menentukan data panel (gabungan
berikut: runtun waktu dan data silang ) yang
a. Rasio ketersediaan beras (𝑌) akan digunakan dalam studi kasus.
Rasio ketersediaan beras adalah 2. Mengestimasi parameter regresi data
angka perbandingan dari jumlah panel dengan menggunakan software
produksi beras dan konsumsi beras di Eviews.
tiap kabupaten/kota di Provinsi 3. Menguji asumsi klasik untuk
Bengkulu. Secara sistematis dapat mendeteksi keberadaan
ditulis heteroskedastisitas dan autokorelasi.
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑠 4. Melakukan transformasi
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑠 5. Menghitung nilai standard error
= Newey West
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑠
b. Ketersediaan beras (𝑋1 ) 6. Membandingkan nilai standard error
Ketersediaan beras merupakan jumlah Newey West dengan nilai standard
beras yang dapat disimpan oleh suatu error OLS.
daerah disetiap tahun dalam satuan 7. Menghitung kebaikan model dengan
ton. menggunakan Eviews 8 dan
c. Luas panen (𝑋2 ) Ms.Excel.
Luas panen adalah jumlah areal yang
dapat memproduksi padi setiap 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
tahunnya dalam satuan hektar. 4.1. Deskripsi Data
d. Produktivitas lahan (𝑋3 ) Penelitian ini menggunakan data
Produktivitas lahan diukur panel seimbang dengan jumlah sampel
berdasarkan rata-rata produksi padi wilayah sebanyak 10 kabupaten/kota dari
yaitu rata-rata jumlah padi yang dapat tahun 2009-2014. Data ini merupakan data
dihasilkan dari 1 hektar lahan per sekunder yang diambil dari Dinas
tahun dalam satuan ton/hektar. Pertanian, berikut variabel dalam
e. Jumlah konsumsi beras (𝑋4 ) penelitian.
Jumlah konsumsi beras adalah jumlah Tabel 2. Variabel penelitian
simbol Nama Variabel Satuan
beras yang dikonsumsi seluruh 𝑌 Rasio Ketersediaan Beras
penduduk suatu kabupaten/kota 𝑋1 Ketersediaan Beras Ton
dalam jangka waktu satu tahun dalam 𝑋2 Luas Panen Hektar
satuan ton. 𝑋3 Harga Beras Ton/ha
𝑋4 Jumlah Konsumsi Beras Ton
𝑋5 Harga Beras Rupiah

1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
8
sedangkan wilayah yang digunakan dalam yang tepat menggunakan Model Efek
penelitian adalah kabupaten/kota yang ada Tetap.
di provinsi Bengkulu, seperti pada Tabel
3. berikut ini: 4.2.2. Uji Hausman
Tabel 3. Wilayah penelitian Tabel 4. Tabel Uji husman
No. Wilayah Chi-Sq.
1 Bengkulu Selatan Test Summary Statistic 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒
2 Rejang Lebong Cross-section
3 Bengkulu Utara random 4.817025 0.4386
4 Kaur
5 Seluma Kesimpulan
6 Muko-muko
7 Lebong
Hasil dari uji Hausman dapat dilihat pada
8 Kepahiang Tabel 4 dengan nilai 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 =
9 Bengkulu Tengah 0,4386 > 𝛼 = 0,05 maka 𝐻0 diterima,
10 Kota Bengkulu artinya model yang tepat adalah
menggunakan Model Efek Tetap.
4.2. Pemilihan Model Pendugaan
Pengolahan data menggunakan 4.3. Metode Pendugaan
regresi data panel dengan alternatif tiga Dari pemilihan model penduga
model, yaitu Model Efek Gabungan, diketahui bahwa model yang tepat
Model Efek Tetap, dan Model Efek Acak. digunakan adalah Model Efek Tetap.
Dalam menentukan penduga model Namun, dalam penelitian ini diperlukan
regresi data panel, hal pertama yang harus model yang memiliki masalah
dilakukan adalah menguji model manakah heteroskedastisitas dan autokorelasi
yang paling tepat digunakan. Berikut ataupun salah satu dari keduanya. Untuk
pengujiannya: itu peneliti menggunakan model pertama
yaitu Model Efek Gabungan. Model ini
4.2.1. Uji Chow diketahui sebagai model yang tidak layak,
Statistik Uji sehingga diduga akan melanggar asumsi
2 2
[𝑅𝐿𝑆𝐷𝑉 − 𝑅𝑝𝑜𝑜𝑙𝑒𝑑 ]/(𝑁 − 1) yang diberikan.
𝐹= 2
(1 − 𝑅𝐿𝑆𝐷𝑉 )/(𝑁𝑇 − 𝑁 − 𝐾)
dengan jumlah data silang sebanyak 10, Tabel 5. Hasil Output Model Efek
data runtun waktu 6 dan variabel bebas 5, Gabungan
Variabel Coefficient Std. t-statistic 𝑝
maka jumlah data panel sebanyak 300, Error − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒
2 2
nilai dari 𝑅𝐿𝑆𝐷𝑉 dan 𝑅𝑝𝑜𝑜𝑙𝑒𝑑 dapat dilihat 𝑌 0.079396 0.442211 0.179542 0.8582
pada lampiran output Model Efek 𝑋1 -1.21E-05 1.38E-05 -0.878808 0.3834
𝑋2 9.79E-05 2.94E-05 3.331809 0.0016
Gabungan dan Model Efek Tetap maka 𝑋3 0.049208 0.010734 4.584270 0.0000
secara manual nilai 𝐹 dapat dihitung 𝑋4 -5.78E-05 4.22E-06 -13.69486 0.0000
sebagai berikut: 𝑋5 -2.90E-05 1.36E-05 -2.138462 0.0370
2 2 R-squared 0.853494
[𝑅𝐿𝑆𝐷𝑉 − 𝑅𝑝𝑜𝑜𝑙𝑒𝑑 ]/(𝑁 − 1) F-statistic 62.91706
𝐹= 2
(1 − 𝑅𝐿𝑆𝐷𝑉 )/(𝑁𝑇 − 𝑁 − 𝐾)
[0.919113−0.853494]
Berdasarkan Tabel 5, diperoleh nilai
10−1
𝐹= 1−0.919113 penduga parameter, dan dapat ditulis
(10×6)−10−5 dengan persamaan sebagai berikut:
𝐹 = 4,056214 𝑦𝑖𝑡 = 0.079396 + 0.0000121𝑋1 + 0.0000979𝑋2
Kesimpulan + 0.049208𝑋3 − 0.0000578𝑋4
Nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 4,056214 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = − 0.000029𝑋5 + 𝜀𝑖𝑡
Taraf signifikansi yang digunakan
1,912924, maka 𝐻0 ditolak artinya model
dalam pengujian adalah 5%. Langkah
1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
9
selanjutnya adalah melakukan terlihat nilai statistik Uji DW berada pada
pembentukan model regresi. Nilai kisaran (0 ≤ 𝑑 ≤ 1,4083), sehingga dapat
penduga parameter dapat dilihat pada disimpulkan bahwa pada model tersebut
Tabel 5. dari tabel tersebut terlihat bahwa mempunyai masalah autokorelasi..
luas panen, produktivitas lahan, jumlah
konsumsi beras dan harga beras 4.5. Standard Error Newey West
berpengaruh terhadap rasio ketersediaan Selanjutnya dilakukan transformasi
beras. Variabel ketersediaan beras tidak pada data yang bertujuan untuk mengatasi
berpengaruh terhadap rasio ketersediaan masalah yang terkandung didalamnya
beras karena 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 = 0,3834 > seperti masalah kenormalan. Standard
0,05. error hasil regresi yang ditransformasi
adalah tidak bias dan dengan demikian
4.4. Hasil Pengujian Asumsi Klasik prosedur pengujian, baik uji t dan uji F
4.4.1. Heteroskedastisitas menjadi valid. Berikut hasil transformasi
Dalam penelitian ini pengujian tersebut:
heteroskedastisitas yang digunakan adalah Tabel 8. Penduga parameter dan pengujian
uji White. Berikut tabel uji White data transformasi
Parameter Nilai Std. t-hitung p-
Tabel 6. Uji Heteroskedastisitas White penduga Error value
𝛽0 -2.667342 1.111548 -2.399664 0.0199
𝛽1 0.154808 0.205556 0.753118 0.4546
𝑃 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝛽2 0.845985 0.200678 4.215630 0.0001
F-statistic 2.562903 F(5,54) 0.0375 𝛽3 0.971097 0.232323 4.179945 0.0001
Obs*R- 𝑃 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝛽4 -0.943021 0.041899 -22.50717 0.0000
squared 11.50754 Chi-Square(5) 0.0422 𝛽5 -0.095017 0.072404 -1.312314 0.1950
Scaled 𝑃 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒
explained SS 10.39682 Chi-Square(5) 0.0647 Variabel-variabel yang diuji adalah
ketersediaan beras (𝑋1), luas panen (𝑋2),
Pada hasil pengujian diperoleh 𝑝 −
produktivitas lahan (𝑋3), jumlah konsumsi
𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑏𝑠 ∗ 𝑅 − 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒 = 0,0422 <
beras (𝑋4), dan harga beras (𝑋5). Pada
0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat
Tabel 8 dapat dilihat nilai p-value untuk
masalah heteroskedastisitas.
masing-masing variabel. Berdasarkan
pengujian uji t dengan membandingkan
4.4.2. Autokorelasi
nilai p-value dan nilai 𝛼 = 5%
Pada output regresi dengan Model
disimpulkan bahwa ketersediaan beras
Efek Gabungan diperoleh nilai 𝐷𝑊 −
(𝑋1), dan harga beras (𝑋5) tidak
𝑠𝑡𝑎𝑡 = 1,245781 , dengan signifikansi
berpengaruh terhadap rasio ketersediaan
5%, nilai d bawah (lower) adalah 1,4083
beras.
dan d atas (upper) adalah 1,7671.
Tabel 7. Uji statistik Durbin-Watson
Tabel 9. Penduga parameter dan
(DW) dengan 5 variabel bebas
pengujian data dengan Standard Error
Nilai statistik d Hasil
0≤𝑑 𝐻0 ditolak: ada autokorelasi Newey West 𝑔 = 1
Parame Nilai Std. Error t-hitung p-value
≤ 1,4083 positif ter penduga
1,4083 ≤ 𝑑 Daerah keragu-raguan: tidak 𝛽0 -2.667342 1.179538 -2.261344 0.0278
≤ 1,7671 ada keputusan 𝛽1 0.154808 0.091138 1.698612 0.0951
2≤𝑑 Gagal menolak 𝐻0 tidak ada 𝛽2 0.845985 0.083947 10.07765 0.0000
𝛽3 0.971097 0.098303 9.878644 0.0000
≤ 2,2329 autokorelasi 𝛽4 -0.943021 0.028855 -32.68179 0.0000
2,2329 ≤ 𝑑 Daerah keragu-raguan: tidak 𝛽5 -0.095017 0.069395 -1.369210 0.1766
≤ 2,5917 ada keputusan
2,5917 ≤ 𝑑 𝐻0 ditolak: ada autokorelasi Pada Tabel 9 digunakan nilai 𝑔 = 1
≤4 negatif karena data yang digunakan adalah data
1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
10
tahunan sehingga dianjurkan untuk 𝑔 = 4 selalu lebih kecil dari standard
menggunakan nilai 𝑔 = 1. Berdasarkan error data transformasi awal. Hal ini
pengujian uji t dengan membandingkan bahwa adanya autokorelasi akan
nilai p-value dan nilai 𝛼 = 5% menyebabkan standard error yang
disimpulkan bahwa ketersediaan beras didapatkan dari metode OLS jauh dari
(𝑋1), dan harga beras (𝑋5) tidak nilai standard error yang sebenarnya.
berpengaruh terhadap rasio ketersediaan Sebelum dilakukan koreksi terhadap
beras. Sedangkan untuk Tabel 10 standard error luas panen, produktivitas
menggunakan nilai 𝑔 = 4, nilai ini lahan, dan jumlah konsumsi beras
2
60 9
berpengaruh terhadap rasio ketersediaan
diperoleh dari rumus 𝑔 = 4 (100) ≈ 4. beras. Keberadaan autokorelasi dan
heteroskedastisitas menyebabkan standard
Tabel 10. Penduga parameter dan error lebih besar dari standard error
pengujian data dengan Standard Error sebenarnya. Namun setelah dilakukan
Newey West 𝑔 = 4 koreksi terhadap standard error
Para Nilai Std. t-hitung p- menggunakan metode standard error
meter penduga Error value Newey West dengan dua pilihan nilai 𝑔,
𝛽0 -2.667342 1.252164 -2.130185 0.0377
variabel yang berpengaruh ialah luas
𝛽1 0.154808 0.069158 2.238479 0.0293
𝛽2 0.845985 0.061947 13.65652 0.0000 panen, produktivitas lahan, jumlah
𝛽3 0.971097 0.095905 10.12561 0.0000 konsumsi beras dan harga beras
𝛽4 -0.943021 0.026447 -35.65657 0.0000 berpengaruh terhadap rasio ketersediaan
𝛽5 -0.095017 0.070185 -1.353802 0.1814 beras.

Setelah standard error dikoreksi 4.6. Uji Signifikansi


dengan metode standard error Newey Uji ini dilakukan untuk melihat
West hanya harga beras (𝑋5) yang tidak apakah variabel-variabel bebas secara
berpengaruh terhadap rasio ketersediaan simultan maupun secara parsial
beras. Adanya heteroskedastisitas dan berpengaruh terhadap variabel terikat.
autokorelasi mengakibatkan statistik uji
menjadi lebih besar. Oleh karena itu, 4.6.1. Uji Simultan (Uji F)
keputusan yang dihasilkan dalam uji t Nilai statistik uji F dapat dilihat
akan lebih sering menyimpulkan adanya pada Lampiran 8 nilai statistik uji F yang
pengaruh variabel bebas terhadap variabel diperoleh sebesar 367,2679.
terikat. 𝐹(𝛼; 𝑘 − 1; 𝑛 − 𝑘) = 𝐹(5%; 4; 55)
= 2,539689
Tabel 11. Ringkasan Standard Error Kesimpulan
Standard Error Dari pengujian diperoleh nilai |𝐹| =
Newey Newey
Parame Data
West 𝑔 = West
367,2679 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,539689 sehingga
ter Transformasi 𝐻1 diterima, sehingga dapat dikatakan
4 𝑔=1
𝛽0 1.111548 1.252164 1.179538 bahwa variabel bebas secara simultan
𝛽1 0.205556 0.069158 0.091138 berpengaruh terhadap variabel terikat.
𝛽2 0.200678 0.061947 0.083947
𝛽3 0.232323 0.095905 0.098303 4.6.2. Uji Parsial (Uji t)
𝛽4 0.041899 0.026447 0.028855
𝛽5 0.072404 0.070185 0.069395
Perhatikan Tabel 12 dapat dilihat
nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 untuk masing-masing
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat variabel. Berikut pengujian dari masing-
bahwa standard error Newey West yang masing variabel bebas dengan variabel
didapatkan, baik menggunakan 𝑔 = 4,

1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
11
terikat dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 : 𝑡(0,05; 55) = pengujian kembali tanpa mengikuti
2,004045. sertakan variabel 𝑋1.
Tabel 14. Penduga parameter dan
Tabel 12. Uji Parsial pengujian data tanpa variabel 𝑋1 dan 𝑋5
Parameter |𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 | 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Keputusan Param Nilai 𝑝
𝛽1 2.23848 𝐻0 ditolak
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
eter penduga − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒
𝛽2 13.65652 𝐻0 ditolak 𝛽0 -3.874892 -4.790866 0.0000
𝛽3 10.12561 2,004045 𝐻0 ditolak 𝛽2 0.996374 60.74789 0.0000
𝛽4 35.65657 𝐻0 ditolak 𝛽3 1.103702 9.830114 0.0000
𝛽5 1.35380 𝐻0 diterima
𝛽4 -0.942757 -26.49309 0.0000
Kesimpulan: Pada Tabel 14 dapat dilihat tidak ada
Pada Tabel 12. yang membandingkan lagi variabel yang memiliki nilai 𝑝 −
|𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 | dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 diperoleh keputusan 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 lebih dari nilai 𝛼 = 5% sehingga
bahwa pada pengujian hipotesis variabel dapat disimpulkan semua variabel bebas
ketersediaan beras, luas panen, yaitu luas panen, produktivitas lahan dan
produktivitas lahan, dan jumlah konsumsi jumlah konsumsi beras secara individu
beras 𝐻0 ditolak. Hal ini berarti masing- mempengaruhi rasio ketersediaan beras.
masing variabel secara parsial Berdasarkan Tabel 14. diperoleh nilai
berpengaruh terhadap rasio ketersediaan penduga parameter 𝛽0 = −3.874892, 𝛽2 =
beras. Sedangkan pada pengujian 0.996374, 𝛽3 = 1.103702 dan 𝛽4 =
hipotesis variabel harga beras 𝐻0 diterima. −0.942757, dapat ditulis dengan
Hal ini berarti variabel harga beras secara persamaan sebagai berikut:
parsial tidak berpengaruh terhadap rasio 𝑦𝑖𝑡 = −3.874892 + 0.996374𝑋2
ketersediaan beras. + 1.103702𝑋3
− 0.942757𝑋4 + 𝜀𝑖𝑡
4.7. Pembentukan Model Terbaik
Berdasarkan pengujian yang telah 4.8. Koefisien Determinasi
dilakukan diketahui bahwa variabel 𝑋5 Perubahan pada standard error tidak
secara parsial tidak berpengaruh terhadap mengubah nilai 𝑅 2 , dari hasil penduga
variabel terikat. Untuk itu dilakukan data transformasi didapatkan nilai
pengujian lebih lanjut dengan menghapus 𝑅 2 𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 sebesar 0.970382. Jadi
variabel 𝑋5. Berikut hasil pengujiannya keragaman rasio ketersediaan beras yang
dengan bantuan software Eviews 8 (secara dapat dijelaskan oleh variabel bebas
lengkap dapat dilihat pada lampiran 9): sebesar 97,038% sedangkan sisanya
Tabel 13. Penduga parameter dan sebesar 2,962% dijelaskan oleh faktor
pengujian data tanpa variabel 𝑋5 lainnya.
Nilai
Parameter 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑝 − 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒
penduga
𝛽0 -3.623587 -5.208977 0.0000 5. KESIMPULAN DAN SARAN
𝛽1 0.104009 1.117016 0.2688 5.1. Kesimpulan
𝛽2 0.895943 10.60801 0.0000
𝛽3 1.007885 11.97222 0.0000
Berdasarkan hasil pembahasan pada
𝛽4 -0.943903 -26.73675 0.0000 bab IV dapat disimpulkan bahwa analisis
regresi data panel pada masalah ketahanan
dengan melihat Tabel 13 diatas dapat pangan ini menggunakan Model Efek
diketahui variabel mana saja yang Gabungan. Ini didasarkan pada pengujian
berpengaruh signifikan terhadap variabel telah dilakukan pemilihan model penduga
terikat. Oleh karena itu dilakukan dengan menggunakan uji Chow dan uji
Hausman. Berdasarkan pengujian

1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
12
diketahui bahwa Model Efek Gabungan Vol.03, No.02. Institut Teknologi
merupakan model yang paling banyak Sepuluh November (ITS).
melanggar asumsi. Hal ini terbukti dari Gujarati. 2004. Basic Econometrics 4th
pengujian asumsi diketahui bahwa data edition. New York. The McGraw-
mengandung masalah heteroskedastisitas Hill Companies.
dan autokorelasi. Selanjutnya dilakukan Hsiao, C. 2014. Analysis of Data Panel 3th
pengujian dengan menggunakan metode edition. New York. Cambridge
standard error Newey West diperoleh University Press.
variabel-variabel bebas yaitu ketersediaan Kutner, M. H. 2004. Applied Linear
beras, luas panen, produktivitas lahan, Statistical Models 5th edition. New
jumlah konsumsi beras yang York. McGraw-Hill Companies,
mempengaruhi rasio ketersediaan beras Inc.
sebagai variabel terikat. Maharani, K., R. Fitriani., H. Pramoedyo.
2013. Kepekaan Metode White
5.2. Saran Robust Standard Error Dalam
Berdasarkan hasil penelitian, Mengatasi Masalah
penulisan ingin menyarankan untuk Heteroskedastisitas Pada Linier dan
penelitian selanjutnya, diharapkan dapat Kuadratik Pada Analisis Regresi
mencoba untuk menguji penelitian yang Linier Berganda. Jurnal Mahasiswa
lebih dalam dengan menggunakan model Statistik.Vol.1, No.2. Universitas
lain yang ada pada regresi data panel. Brawijaya.
Maruddani, D. A. I. 2014. Model
DAFTAR PUSTAKA Praktikum Ekonometrika.
Semarang. Jurusan Statistika
Apriliawan, D., Tarno., Yasin, H. 2013. Fakultas Sains dan Matematika
Pemodelan Laju Inflasi di Provinsi Universitas Diponegoro.
Jawa Tengah Menggunakan Regresi Nurhayati, A. H. 2014. Pemodelan Balita
Data Panel. Hal. 301-321. Jurnal Gizi Buruk di Kabupaten/Kota di
Gaussian. Vol.2, No.4. Universitas Jawa Timur Tahun 2008 hingga
Diponegoro. Semarang. 2011 dengan Analisis Regresi Panel.
Ariefianto, M. D. 2012. Ekonometrika: Jurnal Mahasiswa Statistik. Vol. 2,
Esensi dan Aplikasi dengan No.02. Universitas Brawijaya.
Menggunakan Eviews. Jakarta. Putri, N.U., Maiyastri., H. Yozza. 2013.
Penerbit Erlangga. Permasalahan Autokorelasi pada
Azizah. 2013. Pengaruh Indeks Analisis Regresi Linier Sederhana.
Pembangunan Manusia, PDRB Jurnal Matemtika. Vol.2, No.2 : 26-
perkapita dan Tingkat Pengangguran 34. Universitas Andalas.
Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Rachmawati, D. S., E. Sumarminingsih.
di Provinsi Jambi. Jurnal Ilmiah 2014. Metode Standard Error
Universitas Batanghari Jambi. Newey West untuk mengatasi
Vol.13, No.1. Universitas Heteroskedastisitas dan
Batanghari Jambi. Autokorelasi pada Analisis Regresi
Dewi, H. R., dan D. E. Kusrini. 2014. Linier Berganda. Jurnal Mahasiswa
Peramalan Jumlah Kepemilikan Statistik. Vol.2, No.1 Universitas
Sepeda Motor dan Penjualan Sepeda Brawijaya.
Motod di Jawa Timur dengan Ratnasari, N. P. A. M., I. P. E. N.
Menggunakan Regresi Data Panel. Kencana., G. K. Gandhiadi. 2014.
Jurnal Sains dan Seni Pomits. Aplikasi Regresi Data Panel dengan

1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
13
Pendekatan FEM (Studi Kasus: PT.
PLN Gianyar). E-Jurnal
Matematika. Vol.3, No.1.
Universitas Udayana.
Silalahi, D., Sitepu, R., Tarigan G. 2014.
Analisis Ketahanan Pangan Provinsi
Sumatera Utara dengan Metode
Regresi Data Panel. Saintia
Matematika. Vol.02, No.03 : 237-
251. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Sulaiman, W. 2004. Analisis Regresi
Menggunakan SPSS. Yogyakarta.
ANDI.
Supardi, A. 2013. Pertumbuhan Penduduk
dan Ketahanan Pangan Provinsi
Bengkulu.
http://bengkulu.bkkbn.go.id/_layout
s/mobile/dispform.aspx?List=8c526
a76-8b88-44fe-8f81-
2085df5b7dc7&View=69dc083c-
a8aa-496a-9eb7-
b54836a53e40&ID=79 (diakses
pada 11 April 2015)
Wooldridge, J. M. 2009. Introductory
Econometrics 4th Edition. Canada.
Nelson Education.

1
Alumni Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
2,3
Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA Universitas Bengkulu
14

Anda mungkin juga menyukai