BAB VIII
FUNGSI ADMINISTRATOR
A. UNSUR PEMBAHARU
Seperti telah dikemukakan terdahulu, dinegara – negara berkembang
pada umumnya dibutuhkan peranan serta fungsi pemerintah yang lebih
besar dalam rangka mengarahkan dan mendorong usaha – usaha
pembaharuan dan pembangunan. Biarpun cara- caranya berbeda, yaitu
dengan cara penggunaan tidak langsung ataupun kurang langsung, namun
terutama dari elite administratif diharapkan mempunyai peranan tidak saja
dalam penyelenggaraan fungsi kehendak negara, tetapi dapat pula
memberikan sumbangannya terhadap apa yang dirumuskan terhadap
kehendak politik negara. Di sinilah elite administratif, dan jika mungkin juga
seluruh birokrasi pemerintah, dapat berfungsi sebagai unsur pembaharu.
Dengan kecenderungan ilmu – ilmu pengetahuan dan peranan elite
cendekiawan untuk lebih berorientasi kepada perumusan kebijaksanaan
pembaharuan dan pembangunan serta penggunaan spesialisasi teknologi ini
untuk kepentingan pelaksanaan pemerintah maka fungsi sebagai unsur
pembaharu dapat lebih ditekankan (kekuasaan dan spesialis ilmu dan
teknologi untuk “social engineerinng” dilakukan oleh teknorasi). Dalam
peranannya yang demikian, maka administrator dapat menjadi sumber
inovasi bagi pembinaan, gagasan dan strategi yang menunjang
pembaharuandan pembangunan.
Dan karena administrator dalam birokrasi pemerintahan berfungsi pula
sebagai pelaksanan kehendak – kehendak politik negara dan juga dalam
kebijaksanaan pembangunan, maka ia sekaligus dapat melaksanakan
1
kegiatan – kegiatan sebagai pelopor.
Sebagai unsur pembaharu, peranan para administrator dalam birokrasi
pemerintahan secara khusus adalah kemampuannya untuk mendesin strategi
usaha berencana yang mendorong kearah pembaharuan dan pembangunan,
dalam berbagai kebijaksanaan atau dalam suatu rencana maupun dalam
B. KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang
lain supaya bekerja sama dibawah pimpinannya sebagai suatu team untuk
mencapai atau melakukan suatu tujuan tertentu. Untuk dapat mengusahakan
orang lain bekerja sama dengannya, maka si pemimpin dapat menggunakan
kewibawaan tertentu, atau diberikan kewenangan formil tertentu. Dalam
birokrasi pemerintah, kepemimpinan administratif didasarkan pertama-tama
atas kewenangan-kewenangan formil tersebut. Mengenai sumber-sumber
kepemimpinan tersebut terdapat perbedaan, karena kewibawaan didasarkan
atas teori penerimaan otoritas seseorang yang karena wibawanya, maka
komunikasi daripadanya diterima oleh orang lain. Seringkali hal ini
dihubungkan pula dengan adanya karisma atau penerimaan berdasar tradisi
pada seseorang. Defenisi dari Chester I. Barnard adalah sebagai berikut : “
Kewibawaan adalah sifat atau ciri dari komunikasi (perintah) di dalam suatu
organisasi formil, yang menyebabkan ia diterima oleh seorang anggota
organisasi tersebut sebagai suatu yang menguasai dirinya untuk bertindak,
yaitu sesuatu yang menguasasi atau menentukan apa yang ia harus perbuat,
atau apa yang ia tidak boleh lakukan sepenjang mengenai organisasi
tersebut.
untuk melakukan peran secara lebih baik dalam proses analisa dan
pembentukan kebijaksanaan serta pengambilan keputusannya. Dewasa
ini telah dikembangkan berbagai peralatan analisa pengetahuan
kebijaksanaan (policy sciences) seperti dipelopori oleh Lasswell7 yang
membantu proses tersebut.
D. Pengambilan keputusan
Mengenai pengambilan keputusan ini dapat dilihat sebagai salah satu
fungsi seorang administrator, dan proses pengambilan keputusan sebagai
salah satu segi dalam proses administrasi. Pertama akan diuraikan di sini
pengambilan keputusan sebagai salah satu fungsi kepemimpinan
administratif. Dalam pelaksanaan kegiatan untuk menterjemahkan berbagai
keputusan politik dan perundang-undangan berbagai alternatif dapat dilalui,
dan untuk itu pemilihan harus dilakukan. Kepemimpinan administratif harus
menentukan pilihan-pilihan ini, harus mengambil keputusan. Pengambilan
keputusan adalah soal yang berat oleh karena seringkali menyangkut
kemungkinan adanya suatu kesalahan, atau menyangkut kepentingan
banyak orang. Tidak ada sesuatu yang pasti di dalam pengambilan
keputusan. Kepemimpinan administratif harus memilih di antara alternatif-
alternatif yang ada dan kemungkinan implikasi atau akibat suatu
8
pengambilan keputusan tertentu. Pengambilan keputusan dilakukan
berdasarkan informasi mengenai permasalahannya, nasihat-nasihat dari
orang-orang yang dianggap mengetahui, dan juga penilaian pribadi dari si
pengambil keputusan (one's mora ljudgment). Kemungkinan untuk
mengambil keputusan tidak tergantung dari pada tingginya pengetahuan
seseorang. Bahkan orang yang mempunyai pengetahuan spesialisasi yang
tinggi atau seorang intelektuil, seringkali tidak bisa menjadi seorang
administrator yang baik, karena sulitnya untuk mengambil keputusan.
10
yang pokok.11
Pengambilan keputusan sebagai salah satu fungsi administrator
mengandung dua unsur, yaitu mendasarkan diri atas fakta-fakta, dan kedua,
atas nilai-nilai yang dianut (value judgment) si pengambil keputusan. Hal ini
diuraikan secara panjang lebar dalam buku Herbert A. Simon. 12
Oleh karena itu pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara
rasionil murni. "The capacity of the human mind for formulating and solving
complex problems is very small compared with the size of the problems
whose solution is required for objectively rational behavior in the real world—
or even for a reasonable approximation to such objective rationality". 13
Seperti dikemukakan oleh Simon, sikap manusia hanyalah bermaksud
rasionil (intendedly rational).
Kecuali itu proses pengambilan keputusan sebagai bagian dari pada
proses administrasi, seringkali dilakukan oleh banyak orang. Pengambilan
keputusan organisasi administratif pada umumnya adalah hasil proses
kolektif, hasil terakhir dari usaha bersama banyak orang dalam berbagai
tingkat hierarki.14
Di negara-negara baru berkembang, proses pengambilan keputusan
atau masalah pengambilan keputusan, merupakan persoalan yang banyak
niemerlukan perhatian. Tidak saja bahwa di dalam cara maupun proses
pengambilan keputusan seringkali menghambat cara bekerjanya pemerin-
tahan untuk bergerak secara dinamis, tetapi juga diperlukan pembaharuan di
dalam cara dan proses pengambilan keputusan itu sendiri. Di banyak negara
baru berkembang, sifat masyarakat yang tradisionil dibarengi dengan cara-
cara pernerintahan yang mengarah kepada otokrasi (dalam bentuk-bentuk
11
12
13
14
15