Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

“PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Biokimia Klinik

Apt. Keni Idacahyati, M.Farm

Apt Yedy P Sukmawan, M.Si

Disusun Oleh :

Bunga Sri Anugrah 31117058


Ike wulandari 31117069
Indah Tresyana D 31117071
Tia Puspariani 31117095
Septiana Erdi Nugraha 31117086

3B FARMASI

STIKES BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA


Jl. Cilolohan No 36 Telp/Fax. (0265)334740/(0265)327224
Kab. Tasikmalaya 46115
2019
PENDAHULUAN

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa, karena


mempunyai sifat dapat memuta cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa
terdapat dala buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung
glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70 – 100 mg tiap 100 ml
darah. Glukosa darah dapat bertambah setelah kita makan-makanan sumber
karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali
pada keadaan semula. Pada penderita diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih
besar dari 130 mg per 100 ml. Gula darah pada orang sehat dikendalikan oleh insulin.
Insulin adalah horm yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa dalam
darah masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah yang tinggi dapat berarti
bahwa pankreas tidak memproduksi cukup insulin, atau jumlah insulin cukup namun
tidak bereaksi secara normal. Hal ini disebut dengan resistensi insulin (Guyton, 1983).

Level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa
fatal, yang disebut dengan hipoglikemia, yang mempunyai gejala perasaan lelah,
fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung dan kehilangan kesadaran.
Apabila levenya tetap tinggi, disebut dengan hiperglikemia, nafsu makan akan
tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat
menyebabkan masalah-masalah kesehatan, berkaitan dengan diabetes, termasuk pada
mata, ginjal dan saraf ( Anonim, 2010)¹. Tingkat gula darah diatur melalui umpan
balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di
dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena
dikonsumsi untuk membutuhkan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon,
hormon yang menargetkan sel-sel di hati, kemudian sel-sel in mengubah glikogen
menjadi glukosa ( Anonim, 2010). Penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) terjadi
akibat asupan makanan yang tidak kuat atau darah terlalu banyak mengandung
insulin. Jika terjadi peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia), berarti insulin yang
beredar tidak mencukupi atau tidak berfungsi dengan baik (resisten) dan kondisi
inilah yang disebut sebagai DM. Kadar gula darah puasa yang mencapai lebih dari
125 mg/dL biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes (Joyce, 2007).
PRAKTIKUM KE-3
PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH

A. TUJUAN
Menentukan kadar glukosa dalam darah dengan menggunakan metode
enzimatik dan menginterpretasikan hasil serta menghubungkan dengan keadaan
patologi klinik.

B. DASAR TEORI

Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada kadar glukosa dalam darah
yang konsentrasinya diatur ketat oleh tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah
adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat glukosa dalam
darah bertahan pada batas-batas 4-8 mmol/L/hari (70-150 mg/dL), kadar ini
meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah di pagi hari
sebelum orang-orang mengkonsumsi makanan (Mayes, 2001). Semua sel dengan
tiada hentinya mendapat glukosa, tubuh mempertahankan kadar glukosa dalam darah
yang konstan, yaitu sekitar 80-100 mg/dl bagi dewasa dan 80-90 mg/dl bagi anak,
walaupun pasokan makanan dan kebutuhan jaringan berubah-ubah sewaktu kita tidur,
makan, dan bekerja (Cranmer H. et al., 2009).

Proses ini disebut homeostasis glukosa. Kadar glukosa yang rendah, yaitu
hipoglikemia dicegah dengan pelepasan glukosa dari simpanan glikogen hati yang
besar melalui jalur glikogenolisis dan sintesis glukosa dari laktat, gliserol, dan asam
amino di hati melalui jalur glukonoegenesis dan melalui pelepasan asam lemak dari
simpanan jaringan adiposa apabila pasokan glukosa tidak mencukupi. Kadar glukosa
darah yang tinggi yaitu hiperglikemia dicegah oleh perubahan glukosa menjadi
glikogen dan perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di jaringan adiposa.
Keseimbangan antar jaringan dalam menggunakan dan menyimpan glukosa selama
puasa dan makan terutama dilakukan melalui kerja hormon homeostasis metabolik
yaitu insulin dan glukagon (Mayes, 2001). Glukosa tebentuk dari karbohidrat dalam
makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka (Joyce, 2007).
Glukosa adalah suatu gula enam karbon yang sederhana. Glukosa dalam makanan
sebagian besar terdapat dalam bentuk disakarida (secara kimiawi terikat ke molekul
gula lain) dan sebagai kanji polisakarida kompleks. Dalam mukosa usus halus,
disakarida diuraikan menjadi monosakarida oleh enzim yang disebut disakaridase.
Kanji diuraikan oleh amilase yang dikeluarkan oleh pankreas dan juga oleh kelenjar
air liur. Gula diserap di usus dalam bentuk monosakarida (Irawan, 2007).
Penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan
yang tidak kuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Jika terjadi
peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia), berarti insulin yang beredar tidak
mencukupi atau tidak berfungsi dengan baik (resisten) dan kondisi inilah yang disebut
sebagai DM. Kadar gula darah puasa yang mencapai lebih dari 125 mg/dL biasanya
menjadi indikasi terjadinya diabetes (Joyce, 2007). Karbohidrat merupakan sumber
energi utama bagi tubuh. Salah satu hasil pencernaan karbohidrat adalah glukosa.
Setelah diserap oleh usus halus, glukosa akan segera masuk ke dalam darah. Dari
darah, sebagian besar glukosa akan dibawa ke hati, dan sebagian kecil disimpan
dalam otot (Sumardjo, 2006). Glukosa yang terabsorbsi dalam usus halus ditransport
ke hati melalui vena porta hepatica. Di dalam hati, glukosa disimpan dalam bentuk
glikogen atau dilepas ke dalam darah untuk ditransport ke sel-sel lain. Glukosa dapat
diubah menjadi lemak oleh hati dan jaringan adipose jika ada kelebihan glukosa
(Sloan, 2004). Selain berperan sebagai sumber energi utama bagi tubuh, glukosa juga
berperan sebagai sumber energi utama bagi kerja otak (Irawan, 2007).
Glukosa dalam tubuh dapat berasal dari beberapa sumber. Pertama, glukosa
berasal dari makanan yan berupa gula atau karbohidrat yang kemudian dicerna
menjadi glukosa dan gula sederhana lain. Kedua, glukosa disintesa dari sumber energi
lain terutama oleh hati yang dikenal dengan gluconeogenesis. Ketiga, guloksa yang
tersimpan dalam hati, otot, dan jaringan lain dalam bentuk glikogen (Irawan, 2007).
Proses metabolisme glukosa dibantu oleh beberapa hormon, terutama insulin. Insulin
disintesis oleh sel ß Langerhans pankreas dan dapat menurunkan kadar gula darah
dalam tubuh jika dalam tubuh terjadi peningkatan kadar glukosa dengan cara
membawa glukosa ke dalam hati, otot dan jaringan adipose (Irawan,2007). Proses
metabolisme glukosa yang terjadi sesaat setelah kita makan yaitu konsentrasi glukosa
dalam darah akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan sel ß memproduksi hormon
insulin sehingga konsentrasi insulin dalam darahpun akan meningkat. Selanjutnya,
glukosa akan ditransport ke dalam sel. Di dalam sel, sebagian glukosa dimetabolisme,
sedangkan sebagian lagi dibawa ke hati untuk dibentuk menjadi glikogen melalui
proses yang bernama glikogenesis. Setelah proses tersebut, kadar glukosa dalam
tubuh akan kembali menurun dan kembali menjadi normal (Irawan, 2007).
Macam-macam pemeriksaan glukosa darah :
1. Glukosa darah sewaktu
Pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa
memperhatikan makanan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut
(Depkes RI, 1999).
2. Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan.
Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan
setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam, sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam
setelah makan adalah pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien
menyelesaikan makan (DepkesRI, 1999).
C. Prinsip Prosedur
Glukosa dalam sampel dioksidasi membentuk asam glukonat dan hidrogrn peroksida.
Hidrogen peroksida 4-aminoantipyrene dengan indikator fenol dikatalis dengan POD
membentuk quinoneimine dan air.
Glukose Oxidase (GOD)
Glukosa + O2 --------------------------------- Asam glukonat + H2O2
Peroksidase
2H2O2 + 4-aminoantipyrine + fenol --------------------- quinoneimine + 4H2O

D. Alat dan Bahan


 Alat :
1. Spektrofotometer
2. Micro pipet ( ukuran 10µl dan 1000 µl )
3. Tabung reaksi
4. Tip kuning dan biru
5. Sentrifugator
6. Kuvet/efendrof
7. Spuit 3 mL
8. Tissue
 Bahan :
1. Sampel serum / plasma ( antikoagulan EDTA )
2. Reagen GOD – PAP.
3. Aquadest.
E. Prosedur Kerja

Siapkan larutan Larutan standar dan sampel Campur dan inkubasi


blanko, standar dan dipakai sesuai dengan reagen selama 20 menit pada
sampel kit yang digunakan suhu 20-25⁰C atau 10
menit dalam suhu
37⁰C

Baca terhadap reagen


Hitung kadar
blanko dalam waktu Ukur absorban sampel
konsentrasi glukosa
kurang dari 60 menit sampel dan standar
dalam sampel
pada panjang gelombang
546 nm

Glukosa sampel (mg/dL)= ( A


sampel / A standar) x
konsentrasi standar (mg/dL)

 Tabel standar dan sampel


Efendorf/kuvet Blanko Standar Sampel
Serum - - 10 µl
Standar - 10 µl -
Reagen 1000 µl 1000 µl 1000µl
Dicampur dan diinkubasi selama 20 menit pada suhu 20-25 ° C atau 10 menit
pada suhu 37 ° C. Diukur absorban sampel dan standar, dibaca terhadap reagen blanko
dalam waktu kurang dari 60 menit pada panjang gelombang 546 nm. Dihitung
konsentrasi / kadar konsentrasi dalam sampel.
*Catatan :

Standar dan konsentrasinya dilihat direagen kit diasys.


Konsentrasi standar pada kit : 100 mg/dL
Glukosa (mg/dL) x 0,05551 = glukosa (mg/dL)
Prosedur dapat berbeda apabila digunakan reagen kit dengan merek berbeda.

F. Hasil pengamatan

Konsentrasi glukosa
Pengulangan Absorbansi
(mg/mL)
Standar 1 0,293
Sampel 1 1 0,203
Perhitungan :

A sampel
Konsentrasi glukosa : A standar x 100 mg/Dl
0,203
Glukosa sampel (mg/dl) = 0,293 x 100 mg/dl = 69,28 mg/dl

G. Pembahasaan
Pada praktikum ini mengenai pemeriksaan kadar glukosa darah dengan
metode GOD-PAP. Metode GOD-PAP itu sendiri merupakan suatu metode yang
prinsipnya berdasarkan reaksi antara sisa hidrogen peroksida dengan aseptor oksigen
seperti aminofenazon. Seperti yang kita ketahui, hidrogen peroksida adalah produk
lain terbentuk dari hasil perombakan glukosa menjadi asam glukonat dengan
katalisasi enzim glukosidase. Hidrogen peroksida yang terbentuk adalah sebanding
dengan glukosa yang menjadi prekursor awalnya. Kemudian dengan menambahkan
aseptor oksigen kedalam reaksinya, dalam hal ini aminofenazon, kadar glukosa dapat
diukur dengan melihat reaksi yang terjadi pada hidrogen peroksida yang dikatalisasi
enzim peroksidase. Terdapat empat macam perlakuan untuk menetapkan kadar
glukosa, yaitu pemeriksaan sewaktu, pemeriksaan setelah makan (postpradial),
pemeriksaan saat puasa, dan pemeriksaan setiap 3 bulan. Pemeriksaan yang dilakukan
pada praktikum yang kami lakukan adalah jenis pemeriksaan sewaktu, karena
pemeriksaan yang dilakukan tidak memperhatikan kondisi pasien setelah makan atau
sedang tidak mengkonsumsi makanan (fasting). Pemeriksaan sewaktu digunakan
untuk memeriksa kadar glukosa darah saat diperiksa dan diambil sampelnya.
Pemeriksaan sewaktu berbeda dengan pemeriksaan-pemeriksaan lainnya, karena
pemeriksaan sewaktu hanya dapat melihat bagaimana kerja daripada kerja insulin
pada saat itu juga. Sedangkan pemeriksaan untuk pemeriksaan postpradial, dan puasa
digunakan untuk melihat kerja insulin pada metabolisme glukosa untuk dibandingkan
dengan satu sama lainnya. Pemeriksaan tiga bulan dapat dilakukan untuk memeriksa
dan mengontrol kerja insulin terhadap kadar glukosa (Poedjiadi, A., 1994)
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil darah pasien melalui
pembuluh darah vena, tepat nya pembuluh darah vena yang terdapat pada tekukan
siku tangan kiri. Darah yang diambil adalah sebanyak 5 ml, kemudian dipisahkan
plasma dengan serumnya dengan metode sentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm.
Plasma darah yang telah terpisah kemudian diambil, dipreparasi untuk kemudian
ditambahkan reagen yang mengandung enzim GOD, aminofenazon dan indikator.
Standar dan blanko juga disiapkan untuk perbandingan, standar terdiri dari larutan
glukosa, sedangkan blanko nya adalah reagen didalam nya. Preparat sampel disiapkan
secara kuantitatif dengan menggunakan mikropipet dengan volume yang telah
ditentukan, yaitu :
a. Sampel terdiri dari : 10 μL sampel + reagen ad 1000 μL
b. Blanko terdiri dari : reagen 1000 μL.
c. Standar terdiri dari : 10 μL larutan standar + reagen ad 1000 μL
Pengukuran sampel, blanko, dan standar dilakukan dengan
instrumen spektrofotometer UV-Vis dalam waktu kurang dari 60 menit pada panjang
gelombang 546 nm sehingga nantinya akan didapatkan data berupa absorbansi
sampel. Hal yang harus diperhatikan disini adalah bahwa cara memegang kuvet, harus
pada bagian kuvet yang buram, karena jika dipegang pada bagian bening kuvetnya,
maka dikhawatirkan akan mengganggu absorbansi disebabkan adanya protein yang
mungkin tertinggal pada kuvet. Absorbansi dapat diukur karena pada pengukuran
glukosa metode GOD – PAP dihasilkan suatu derivat senyawa 4 – (p-benzoquinone-
mono-imino). (Mayes, P. A.A.,1984)
Hasil yang diperoleh yaitu absorbansi untuk larutan standar adalah sebesar
0.293. Adapun hasil absorbansi pada sampel yang diuji adalah sebesar 0,203. Maka
nilai glukosa yang didapat pada sampel glukosa dengan menghitung konsentrasi/kadar
glukosa dalam sampel dengan menggunakan rumus:
𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑔
Glukosa sampel (mg/dL) = × 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 ( 𝑑𝐿 ), maka nilai
𝐴 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

glukosa yang didapat adalah sebesar 69,28 mg/dL yang berarti kadar glukosa dalam
darah pasien tersebut normal. Berdasarkan teori kadar glukosa normal dalam darah
adalah sekitar 70-110 mg/dL.
PENUTUP

Kesimpulan
Pada praktikum kali imi sesuai dengan data hasil pengamatan, dapat
disimpulkan bahwa sampel serum pasien memiliki kadar glukosa dalam darah yaitu
sebesar 69,28 mg/dL yang berarti normal.
EVALUASI

1. Jenis pengujian glukosa darah ?


2. Interpretasi hasil ?
3. Prinsip pada pengujian kadar glukosa darah ?

Jawab :
1. Jenis pengujian glukosa darah :
a. Glukosa darah puasa, sebelum dilakuakan pemeriksaan pasien puasa 10-14 jam.
- > 7 tahun : 70 – 100 mg/dL
- 12 bulan – 6 tahun : 100 mg/dL
b. Glukosa darah sewaktu, pemeriksaan dilakukan pada pasien tanpa
memperhatikan waktu makan
c. Glukosa darah 2 jam pp, kadar glukosa darah sepanjang bhari bervariasi dimana
akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam < 140
mg/dL
d. HbA1C, yaitu komponen dari hemoglobin yang berikatan dengan glukosa, nilai
normal 5,6 %
e. Gejala, poliuria, polidipsia,poliphagia, kelelahan dan pandangan kabur.
2. Interpretasi hasil
a. Bila konsentrasi glukosa dalam serum berulang > 140 mg/dL, perlu dicurigai
adanya diabetes melitus
b. Dengan menghubungkan konsentrasi serum glukosa dan adanya glukosa pada
urin membantu menentukan masalah glukosa dalam ginjal pasien.
3. Prinsip
Glukosa dalam sampel dioksidasi membentuk asam glukonat dan hidrogrn
peroksida. Hidrogen peroksida 4-aminoantipyrene dengan indikator fenol dikatalis
dengan POD membentuk quinoneimine dan air.
Glukose Oxidase (GOD)
Glukosa + O2--------------------------------- Asam glukonat + H2O2
Peroksidase
2H2O2 + 4-aminoantipyrine + fenol --------------------- quinoneimine + 4H2O
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M., Mulyati, T., Isworo, J.T. 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan
Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan Di RS
Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang. Volume 2,
Nomor 1.
Cranmer H., Shannon M., 2009. Hypoglycemia. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan
Menuju Indonesia Sehat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Guyton, A.C, 1983, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, edisi V, bagian 2, terjemahan Adji
Dharma et al.,E.G.C., Jakarta
Irawan, M.Anwari. (2007). Glukosa dan Metabolisme Energi. Polton Sport Science &
Performance Lab., 01(06), 2-4.
Kee, Joyce LeFever. (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Mayes. P.A., Robert K., Murray, daryl.K., Granner, Victor W., Redwell, 2001. Biokimia
Harper. Diterjemahkan oleh dr. Andry Hartono. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sloane, Ethel. (2004). Alih Bahasa James Veldman. Anatomi dan Fisiologi. Ed. 1.
Jakarta: EGC Kedokteran.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, 8-11, UI Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai