Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR FISIKA

TAKSONOMI BERFIKIR BLOOM, BELAJAR OBJEKTIF UNTUK MENGUKUR


HASIL BELAJAR KOGNITIF FISIKA BERBASIS PROBLEM SOLVING

Oleh Kelompok 5 :

Malik Alfatah Sembiring 4172121021

Monarisa Napitupulu 4173121030

Nina Karina Br Sembiring 4173321034

Rika Wahyuni 4171121028

Dosen Pengampu :

Dr. Mariati Purnama Simanjuntak, S.Pd., M.Si

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat dan Karunia-Nya, kami masih bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik yang
mana untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Fisika yang
berjudul “Taksonomi Berfikir Bloom, Belajar Objektif Untuk Mengukur Hasil Belajar
Kognitif Fisika Berbasis Problem Solving".

Terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu kami dalam
mengerjakan tugas ini, terutama kepada Dosen Pengampu kami yaitu Ibu Dr. Mariati
Purnama Simanjuntak, S.Pd., M.Si.

Oleh karena itu, kami sangat berharap kepada saudara-saudari sekalian yang
membaca tugas kami ini dengan senang hati kami menerima dan membutuhkan saran, kritik
serta ide-ide dari pembaca sekalian. Demikianlah kata pengantar dari kami, jika ada
kesalahan mohon dimaafkan. Sekian dan terimakasih.

Medan, 22 Februari 2019

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1


Latar Belakang ..................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
Tujuan .................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 2


Taksonomi Berfikir Bloom, Belajar Objektif Untuk Mengukur Hasil Belajar
Kognitif Fisika Berbasis Problem Solving .......................................................... 2

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 9


Kesimpulan .......................................................................................................... 9
Saran ..................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bagi seorang guru, taksonomi Bloom sangat bermanfaat untuk menyusun suatu
rangka pembelajaran. Guru akan memulainya dari tingkat terendah dari ranah kognitif hingga
tertinggi karena otak dari setiap siswa akan memproses pengetahuan atau materi yang
disajikan sesuai dengan urutan proses kognitif tersebut. Siswa akan memahami pengetahuan
yang disampaikan atau diperkenalkan terlebih dahulu oleh guru. Kemudian siswa akan
mengingat kembali, setelah itu siswa akan memahaminya.
Dengan demikian, seorang guru tidak serta merta memberi penilaian rendah terhadap
siswanya yang belum paham, karena bisa saja terdapat suatu gap atau kesalahan pada saat
guru menyampaikan atau memperkenalkan pengetahuan tersebut. Begitu pula dengan proses-
proses berikutnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya taksonomi Bloom ini, seorang
guru dapat menilai atau menginstropeksi cara mengajarnya di kelas.
Selain beberapa hal di atas, taksonomi Bloom juga dapat dijadikan acuan bagi seorang
guru dalam menyusun soal-soal untuk evaluasi. Hendaknya soal-soal tersebut dapat meliputi
seluruh tingkat atau ranah kognitif, disusun dari yang termudah yaitu tingkat terendah dari
ranah kognitif (C1) hingga ranah kognitif tertinggi (C6), meski karyanya tidak dalam bentuk
benda, namun dalam bentuk hipotesis (dugaan) atau rancangan sementara.
Dengan demikian, guru akan dapat mengetahui ranah kognitif mana yang telah
dicapai oleh para siswanya dan dapat menyusun suatu strategi untuk meningkatkan
kemampuan siswa yang masih mencapai tingkat rendah untuk ranah kognitifnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud taksonomi bloom?
2. Apa itu kawasan kognitif?
3. Bagaimana taksonomi bloom dalam kawasan kognitif?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu taksonomi bloom.
2. Untuk mengetahui apa itu kawasan kognitif.
3. Untuk mengetahui taksonomi bloom dalam kawasan kognitif.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Taksonomi Berfikir Bloom, Belajar Objektif Untuk Mengukur Hasil Belajar Kognitif
Fisika Berbasis Problem Solving
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu tassein yang berarti
mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi
atas prinsip dasar atau aturan. Istilah ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom,
seorang psikolog bidang pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan
mengenai kemampuan berpikir dalam proses pembelajaran.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam Konferensi
Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa dari evaluasi
hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase terbanyak butir soal yang
diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Konferensi tersebut
merupakan lanjutan dari konferensi yang dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom,
hapalan sebenarnya merupakan tingkat terendah dalam kemampuan berpikir (thinking
behaviors). Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar proses
pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya. Akhirnya pada tahun
1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil mengenalkan kerangka konsep
kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom.
Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang
mengidentifikasikan skillsmulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk
mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam
kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah
kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
a. Taksonomi Bloom

Bloom dan krathwohl telah memberikan banyak inspirasi kepada banyak orang yang
melahirkan taksonomi lain. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan oleh dua orang ini ada 4
buah, yaitu :

1. Prinsip metodologis

Perbedaan-perbedaan yang besar telah merefleksi kepada cara-cara guru dalam


mengajar.

2
2. Prinsip psikologis

Taksonomi hendaknya konsisten dengan fenomena kejiwaan yang ada sekarang.

3. Prinsip logis

Taksonomi hendaknya dikembangkan secara logis dan konsisten.

4. Prinsip tujuan

Tingkatan-tingkatan tujuan tidak selaras dengan tingkatan-tingkatan nilai-nilai. Tiap-


tiap jenis tujuan pendidikan hendaknya menggambarkan corak yang netral (Arikunto,2012)

Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan


dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih
tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri dari 6 tingkatan yang secara hierarkis
berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi) dan
dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Tingkat pengetahuan (Knowledge) (C1)

Pengetahuan disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghafal atau


mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya

Mengenal (recognition)
Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih jawaban.

Contoh :

Hasil bumi yang terkenal dari daerah Temanggung adalah :

a) Padi
b) Tebu
c) Tembakau

1.1.Mengungkap / mengingat kembali (recall)

Berbeda dengan mengenal maka dalam mengingat kembali ini siswa diminta untuk
mengingat kembali satu atu lebih fakta-fakta yang sederhana.

3
Contoh :

Tempat keluarnya air dari dalam tanah disebut ...

Mengenal dan mengungkap kembali, pada umumnya dikategorikan menjadi satu


jenis, yakni ingatan. Kategori ini merupakan kategori yang paling rendah tingkatnya karena
tidak terlalu banyak meminta energi. Dalam tingkatan ini,termasuk (C1).

1.2.Mengenali (recognizing) atau mengidentifikasi

Menemukan pengetahuan dan ingatan jangka panjang yang sesuai dengan materi yang
disajikan(misalnya : mengenali tanggal-tanggal penting dalam sejarah Indonesia).

2. Pemahaman (comprehension) (C2)

Pemahaman disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan,


menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang
pengetahuan yang pernah diterimanya. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk
membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau
konsep.

Contoh :

Di antara gambar-gambar di bawah ini yang dapat disebut sebagai segitiga siku-siku adalah...

Untuk dapat menentukan gambar mana yang dapat dinamakan segitiga siku-siku
maka ia harus menghubungkan konsep segitiga dan konsep siku-siku.

3. Tingkat Penerapan atau aplikasi (application) (C3)

Penerapan disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan


pengetahuan dala memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk penerapan atau aplikasi ini siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau
memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, cara ) secara tepat
untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar.

Contoh :

Untuk menyelesaikan hitungan 51 x 40 = n, maka paling tepat kita gunakan:

a. Hukum asosiatif

4
b. Hukum komutatif
c. Hukum distributif

4. Tingkat analisis(analysis) (C4)

Diartikan sebagai kemampuan menjabarkan atau menguraikan suatu konsep menjadi


bagian-bagian yang lebih rinci ,memilih-milih, merinci, mengaitkan hasil rinciannya. Dalam
tugas ini siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas
konsep-konsep dasar.

Contoh :

Siswa disuruh menerangkan apa sebab pada waktu mendung dan ada angin kencang tidak
segera turun hujan

5. Tingkat sintesis (synthesis) (C5)

Sintesis disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan


menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru
yang lebih menyeluruh. Apabila penyusun soal tes bermaksud meminta siswa melakukan
sintesis maka pertanyaan-pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga meminta siswa untuk
menggabungkan atau menyusun kembali (reorganisze) hal-hal yang spesifik agar dapat
mengembangkan suatu struktur baru. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dengan soal
sintesis ini siswa diminta untuk melakukan regeneralisasi.

Contoh :

“Dengan mengetahui situasi daerah dan milik dalam hal kekayaan bahan mentah serta
semangat penduduk di suatu daerah yang kini dapat berkembang pesat menjadi kota
pelabuhan yang besar maka kota-kota kecil di tepi pantai mana yang mempunyai potensi
untuk menjadi sebuah kota pelabuhan yang besar?”

6. Evaluasi (evaluation) (C6)

Evaluasi disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan


dan keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya.

5
Apabila penyusun soal bermaksud untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu men
erapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai sesuatu kasus yang
diajukan oleh penyusun soal.

Mengevaluasi dalam aspek kognitif ini menyangkut masalah “baik/buruk”


berdasarkan nilai atau norma yang diakui oleh subjek yang bersangkutan. Sejak tahun 1993
istilah “aspek” ini lebih populer dengan istilah baru yakni “rabah”. Untuk ranah kognitif,
Bloom menemukan adanya tingkatan-tingkatan ranah, tersusun dalam urutan meningkat
(hierarki) yang sifatnya linear.

Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para
ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan
kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama
Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah kognitif. Revisi tersebut
meliputi:
 Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level taksonomi.
 Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level masih
sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi. Perubahan mendasar terletak pada
level 5 dan 6.
Perubahan-perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Pada level 1, knowledge diubah menjadi remembering (mengingat).


 Pada level 2, comprehension dipertegas menjadi understanding (memahami).
 Pada level 3, application diubah menjadi applying (menerapkan).
 Pada level 4, analysis menjadi analyzing (menganalisis).
 Pada level 5, synthesis dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan
mendasar, yaitu creating (mencipta).
 Pada level 6, Evaluation turun posisisinya menjadi level 5, dengan
sebutan evaluating(menilai).

Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam
level: remembering (mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan),
analyzing (menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Revisi
Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang sering kita kenal
dengan istilah C1 sampai dengan C6.

6
Sama dengan sebelum revisi, tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order
Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Jadi, dalam
menginterpretasikan piramida di atas, secara logika adalah sebagai berikut:
- Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu
- Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu
- Sebelum kita menganalisa maka kita harus menerapkannya dulu
- Sebelum kita mengevaluasi maka kita harus menganalisa dulu
- Sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu, maka kita harus mengingat, memahami,
mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui perbedaan-perbedaan antara taksonomi
Bloom yang lama dengan taksonomi bloom hasil revisi. Menurut kami, taksonomi bloom
yang telah direvisi lebih tepat untuk dilaksanakan pada zaman seperti ini. Pengetahuan tidak
cukup hanya untuk dipelajari, namun lebih diutamakanuntuk dapat dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pengetahuan akan membantu menyelesaikan
permasalahan yang kerap muncul saat ini. Model penciptaan suatu karya yang baru atau
pembuatan suatu proyek lebih dapat memacu siswa untuk berfikir kritis dan terpadu dengan
memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh selama proses belajar
dibandingkan dengan kemampuan untuk menilai suatu situasi tanpa mencari solusi dari
kesalahan yang ada dalam situasi tersebut.

Taksonomi bloom yang baru ini sesuai dengan dasar pengajaran yang sedang
diterapkan, yaitu berbasis kontekstual dan problem solving. Sehingga evalusi atau penilaian
terhadap kognitif siswa yang paling tinggi adalah menemukan sesuatu yang baru untuk
memecahkan masalah yang ada. Penciptaan karya diperoleh oleh siswa dengan
memanfaatkan segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Dengan demikan, siswa
selalu dilatih untuk menjadi seseorang yang kritis.

Bagi seorang guru, taksonomi Bloom sangat bermanfaat untuk menyusun suatu
rangka pembelajaran. Guru akan memulainya dari tingkat terendah dari ranah kognitif hingga
tertinggi karena otak dari setiap siswa akan memproses pengetahuan atau materi yang
disajikan sesuai dengan urutan proses kognitif tersebut. Siswa akan memahami pengetahuan
yang disampaikan atau diperkenalkan terlebih dahulu oleh guru. Kemudian siswa akan
mengingat kembali, setelah itu siswa akan memahaminya. Dengan demikian, seorang guru
tidak serta merta memberi penilaian rendah terhadap siswanya yang belum paham, karena
bisa saja terdapat suatu gap atau kesalahan pada saat guru menyampaikan atau

7
memperkenalkan pengetahuan tersebut. Begitu pula dengan proses-proses berikutnya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya taksonomi Bloom ini, seorang guru dapat menilai
atau menginstropeksi cara mengajarnya di kelas.
Selain beberapa hal di atas, taksonomi Bloom juga dapat dijadikan acuan bagi seorang
guru dalam menyusun soal-soal untuk evaluasi. Hendaknya soal-soal tersebut dapat meliputi
seluruh tingkat atau ranah kognitif, disusun dari yang termudah yaitu tingkat terendah dari
ranah kognitif (C1) hingga ranah kognitif tertinggi (C6), meski karyanya tidak dalam bentuk
benda, namun dalam bentuk hipotesis (dugaan) atau rancangan sementara. Dengan demikian,
guru akan dapat mengetahui ranah kognitif mana yang telah dicapai oleh para siswanya dan
dapat menyusun suatu strategi untuk meningkatkan kemampuan siswa yang masih mencapai
tingkat rendah untuk ranah kognitifnya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skillsmulai dari
tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi,
level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan
ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual
behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Seorang guru tidak serta merta memberi penilaian rendah terhadap siswanya yang
belum paham, karena bisa saja terdapat suatu gap atau kesalahan pada saat guru
menyampaikan atau memperkenalkan pengetahuan tersebut. Begitu pula dengan proses-
proses berikutnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya taksonomi Bloom ini, seorang
guru dapat menilai atau menginstropeksi cara mengajarnya di kelas.

B. Saran

Pada penjelasan yang kami tuliskan diatas, kami menyadari masih banyak kekurangan
yang sebaiknya bisa lebih kami perhatikan. Maka dari itu, setiap kekurangan yang ada pada
makalah kami ini sebaiknya para pembaca dapat memberikan saran yang membangun bagi
kami agar kedepannya hasil dari tulisan kami dapat lebih baik dari sebelumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

10

Anda mungkin juga menyukai