Panduan Fisika Dasar
Panduan Fisika Dasar
PANDUAN
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
MEKANIKA, KALOR
LISTRIK DAN OPTIK
DITERBITKAN OLEH:
LABORATORIUM FISIKA DASAR JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Buku panduan praktikum fisika dasar disusun untuk digunakan sebagai petunjuk praktikum fisika dasar.
Meskipun kelihatannya sederhana, buku panduan ini merupakan evolusi selama beberapa tahun dengan
mempertimbangkan materi kuliah dan kemampuan praktikan sehingga pelaksanaan praktikumnya mudah dan
berkualitas.
Sebelum melakukan praktikum, mahasiswa harus sudah memahami materi praktikum sehingga dapat
merencanakan data-data yang akan diambil, menggunakan kertas millimeter untuk grafik dan alat tulis atau gambar
yang lengkap.
Praktikum secara lengkap meliputi merangkai alat, melakukan pengamatan dan pengukuran. Sedangkan
laporan lengkap berisi pengolahan data dan analisis percobaan yang harus diserahkan satu minggu setelah
praktikum ke laboratorium fisika dasar.
Demikian kata pengantar dari kami. Semoga buku ini bermanfaat dan menambah pengetahuan serta
ketrampilan, terimakasih.
Team penyusun
Kartu Praktikum
1. Setiap praktikan akan mendapatkan kartu atau nomor regu praktikum yang ditentukan oleh laboratorium
2. Setiap praktikan diwajibkan membawa kartu pratikum pada saat melakukan kegiatan praktikum
Asistensi Pendahuluan
1. Sebelum seluruh kegiatan praktikum dimulai, diadakan asistensi pendahuluan untuk mengenal alat-alat
praktikum.
2. Semua praktikan diwajibkan mengikuti asistensi pendahuluan.
3. Ada empat hal yang harus dilaksanakan setiap percobaan: Pretest, Praktikum, Pengesahan hasil percobaan dan
laporan resmi.
4. Pretest dilaksanakan sebelum praktikum dimulai dalam bentuk lisan atau tertulis, apabila tidak lulus pretest
maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum (mengulang pretest)
Laporan Resmi
1. Laporan resmi harus dibuat pada kertas double folio (tidak bolak-balik)
2. Grafik dibuat pada kertas millimeter blok
3. Praktikan yang tidak menyerahkan laporan resmi tepat pada waktu yang telah ditentukan maka tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum selanjutnya.
Tata Tertib
1. Selama praktikum, praktikan dilarang meninggalkan ruangan tanpa ijin dari koordinator asisten
2. Selama praktikum, praktikan harus berada di meja kerja masing-masing
3. Selama praktikum, di atas meja kerja praktikan hanya terdapat alat tulis yang diperlukan, sedang semua tas dan
lain-lain diletakkan di dalam almari yang disediakan
4. Selama kegiatan praktikum maupun mengumpulkan laporan, tidak diperkenankan mengenakan kaos oblong,
semua jenis sandal, jaket dan topi
5. Semua kegiatan yang ada hubungannya dengan praktikum fisika dasar hanya dilaksanakan di laboratorium
fisika dasar, praktikan dilarang melakukan asistensi di luar laboratorium fisika dasar.
Wajib Datang
1. Setiap praktikan diwajibkan datang pada semua asistensi dan praktikum pada jam yang telah ditentukan.
2. Praktikan yang absen tiga kali tanpa alasan yang sah akan dikenakan sanksi tidak diperkenankan melanjutkan
kegiatan praktikum
Pendahuluan
Tujuan pengukuran adalah mengetahui nilai yang sesungguhnya dari suatu besaran yang diukur. Hal ini tidak
dapat dicapai dengan tepat. Nilai yang diperoleh selalu berbeda dengan nilai sesungguhnya atau mempunyai selisih
meskipun selisihnya mungkin sangat kecil. Sehubungan dengan itu dikatakan bahwa dalam pengukuran selalu
timbul kesalahan atau ralat (error). Jadi usaha dalam pengukuran adalah memperoleh nilai dengan kesalahan sekecil
mungkin.
Macam Ralat
Ditinjau dari penyebabnya ralat atau kesalahan dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1. Ralat Sistematik
Ralat sistematik adalah ralat yang bersifat tetap dan disebabkan oleh:
a. Alat : kalibrasi alat salah, misalkan pembagian skala keliru, kondisi alat berubah dan lain-lain
b. Pengamat : Ketidakcermatan pengamat dalam membaca, misalkan membaca skala
c. Kondisi fisis pengamat : Kondisi fisif pada saat pengamtan tidak sesuai dengan pada waktu alat ditera
d. Metode pengamatan : Ketidaktepatan pemilihan metode pengamatan akan mempengaruhi hasil pengamatan
2. Ralat Kebetulan
Dalam pengukuran berulang-ulang untuk suatau besaran fisis yang dianggap tetap ternyata memberikan
hasil yang berbeda-beda. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pengamatan ini disebut dengan ralat kebetulan.
Adapun faktor-faktor penyebabnya adalah:
a. Kesalahan menaksir : Misalkan penaksiran harga skala terkecil oleh pengamat akan berbeda dari waktu ke
waktu atau oleh satu orang dengan yang lain
b. Kondisi fisik berubah : Misalkan karena tekanan berubah maka akan mempengaruhi pengukuran suhu titik
didih air
c. Gangguan : Misalkan getaran mekanik mempengaruhi gerakan jarum miliamperemeter sehingga arus yang
terbaca berubah
d. Definisi : Misalkan pengukuran diameter pipa, karena penampang pipa tidak bulat sempurna tetapi dianggap
bulat, sehingga mempengaruhi pengukuran diameter
Perhitungan Ralat
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa kesalahan dalam pengukuran tidak dapat dihindari, yang dapat
dilakukan hanya memperkecil kesalahan tersebut hingga sekecil-kecilnya. Apabila ralat kekeliruan tindakan dan
ralat sistematik dapat dihindari maka yang tidak dapat dihindari adalah ralat kebetulan. Untuk memperkecil ralat ini
harus dilakukan pengukuran berulang-ulang, makin banyak makin baik. Tetapi tidak semua pengamatan dapat
diulang, dalam beberapa hal ini praktikan hanya dapat melakukan pengamatan sekali saja. Karena itu ralatnya
adalah setengah skala terkecil (untuk hal ini hanya dapat dilakukan apabila keadaan benar-benar terpaksa).
Dalam perhitungan ralat yang ditimbulkan oleh ralat kebetulan terdapat dua hal yang harus diperhitungkan,
yaitu ralat hasil pengamatan langsung dan ralat perhitungan (ralat rambat) sebagai berikut :
1. Ralat Pengamatan
Laboratorium Fisika Dasar – FSM UNDIP 6
Untuk besaran yang diperoleh secara langsung dari pengukuran (pengamatan), maka nilai terbaiknya
adalah nilai rata-rata besaran tersebut (yang diukur secara berulang). Misalkan suatu besaran x diukur sebanyak
k kali dengan nilai rata-rata terukur adalah x1, x2, x3, … xk = xi , maka nilai terbaiknya adalah x yaitu:
1
x
k
x i
(1)
k i 1
Sedang selisih antara nilai-nilai terukur dengan x dinamakan deviasi δ yang dapat dituliskan sebagai
xi xi x (2)
Dapat dibuktikan bahwa jika yang diambil sebagai nilai terbaik adalah x dari nilai-nilai terukur, maka jumlah
k
xi
adalah minimum.
i 1
Untuk menunjukkan kesalahan (ralat) kebetulan secara kuantitatif, didefinisikan beberapa pengertian:
k
2
xi
Contoh:
Laboratorium Fisika Dasar – FSM UNDIP 7
Suatu batang logam diukur 10 kali dengan hasil sebagai berikut:
x x
2
Pengukuran (i) Nilai terukur xi (cm) Deviasi ( xi x ) (cm) Kuadrat deviasi i
xi 474, 90 ; 0, 0036
2
xi
i 1 i 1
1
Jadi niai terbaiknya x 474, 90 47, 49 cm
10
0, 0036
Sedangkan deviasi standar rata-rata S x 0, 007
10(10 1)
Oleh sebab itu nilai x yang yang benar adalah x x S x 47, 490 0, 007 dengan keseksamaan : 100%-
(0,007/47,490)100%=99,986%
2. Ralat Perambatan
Jika suatu besaran fisis tidak terukur secara langsung tetapi dihitung dari unsur-unsurnya, misalkan
volume kubus dihitung dari sisi-sisinya yang diukur, kecepatan dihitung dari jarak yang ditempuh dibagi dengan
waktu tempuh dan lain-lain. Pada pengukuran sisi-sisi kubus atau jarak dan waktu tempuhnya jelas ada ralatnya,
maka dalam perhitungan volume dan kecepatan akan timbul kesalahan juga. Kesalahan (ralat) yang timbul dari
perhitungan ini dinamakan ralat perhitungan atau ralat perambatan.
Secara matematis, jika suatu besaran merupakan fungsi dari variabel-variebel x, y dan z, atau f = f(x,y,z),
maka nilai terbaiknya adalah f f ( x, y , z ) . Sedangkan deviasi standar rata-ratanya sebagai nilai
ketidakpastiannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
1
f f y f z
2 2 2
2
S x x
z
(9)
y
Dengan x, y dan z masing-masing sebagai variabel terukur dan Δx, Δy dan Δz sebagai ralat pengukuran dari
variabel x, y dan z. bila pengukuran dilakukan sekali saja maka nilai Δx, Δy dan Δz diambil dari setengah skala
pengukuran.
Sedangkan bila pengukuran dilakukan secara berulang nilai x, y dan z diambil dari rata-rata pengukuran,
maka:
Laboratorium Fisika Dasar – FSM UNDIP 8
x x
2
x
x ; x
i i
(10)
n n ( n 1)
y y
2
y
y ; y
i i
(11)
n n ( n 1)
z z
2
z
z ; z
i i
(12)
n n ( n 1)
Dengan n adalah banyaknya pengukuran.
Grafik
1. Pendahuluan
Tiap praktikum fisika dasar diharapkan tahu bagaimana menggunakan grafik secara baik dan tepat, karena
grafik sangat membantu dalam mengevaluasi data. Kegunaannya sangat besar sekali, diantaranya:
a. Sangat menolong melalui pandangan (visual aid); maksudnya dengan mengamati bentuk grafik, si pengamat
sudah bisa mengambil banyak informasi. Dengan memasang di atas kertas grafik besaran-besaran yang
diamati selama eksperimen dapat dilihat dengan satu pandangan saja, di tempat mana atau di saat kapan
mulai ada perbedaan antara pengamatan dan hasil perhitungan.
b. Untuk membandingkan eksperimen dengan teori.
c. Untuk menunjukkan hubungan empiris antara dua besaran walaupun orang belum sempat menyelidiki
bagaimana hubungan teoritis antara dua besaran eksperimental satu sama lain
2. Membuat Grafik
Yang harus diperhatikan dalam membuat grafik pertama-tama besaran mana yang hendak diplotkan di
sumbu vertikal dan besaran mana di sumbu horizontal. Sebagai perjanjian besaran yang diplotkan pada sumbu
horizontal adalah besaran penyebab dan pada sumbu vertikal adalah besaran akibat. Kemudian harus dipilih
skala yang sesuai untuk sumbu keduanya.
Y (satuan)
Slope Maksimum
Slope Minimum
Slope Terbaik
X (satuan)
Untuk mencari ralat slope, dicari dengan titik-titik data terluarnya sehingga diperoleh nilai-nilai slope
ekstrimnya (maksimum dan minimum) dan nilai ralat slope adalah:
slope maks -slope min
Δslope = (14)
2
Dengan demikian penyajian terbaik dari slope adalah:
slope = slope terbaik ± Δslope
Tujuan Percobaan
Menentukan nilai konstanta pegas
Dasar teori
Jika suatu bahan dapat meregang atau menyusut karena pengaruh gaya dari luar dan dapat kembali ke keadaan
semula jika gaya yang bekerja padanya dihilangkan, maka keadaan tersebut dikatakan mempunyai sifat elastis
(Misalnya Pegas). Selama batas elastisitasnya belum terlampaui maka perubahan panjang pegas akan sebanding
dengan gaya yang bekerja padanya, menurut hukum Hooke dinyatakan sebagai berikut:
F kx (1)
Dengan F adalah gaya (N), k adalah konstanta pegas (N/m) dan x adalah perubahan panjang pegas (m).
k
k
Ketika pada sebuah pegas dibebani dengan sebuah massa m, maka gaya yang menyebabkan pegas bertambah
panjang adalah gaya berat dari massa tersebut, sehingga berlaku:
mg kx (2)
Dengan g adalah percepatan gravitasi (m/s2).
Selain dengan cara pembebanan, konstanta pegas k dapat dicari dengan cara getaran pada pegas. Sebuah
benda bermassa m dibebankan pada pegas dan disimpangkan dari posisi setimbangnya, maka akan terjadi getaran
pegas dengan periode getaran T sebagai berikut:
m
T 2 (Buktikan!) (3)
k
Cara kerja
Metode Pembebanan
1. Tentukan massa pemberat
2. Letakkan masing-masing pegas pada statif
3. Ukur panjang pegas tanpa beban, dan setelah dibebani
4. Ulangi dengan massa beban yang berbeda.
Tujuan percobaan
Menentukan koefisien kekentalan zat cair
Dasar teori
Sebuah bola bergerak dalam cairan statis, maka pada bola tersebut akan bekerja gaya hambat, menurut Stokes
besar gaya tersebut:
R 6 rv (1)
Dengan η adalah kekentalan zat cair (Pa.s), v adalah kecepatan bola (m/s), r adalah jari-jari bola (m).
Bila bola jatuh secara vertikal maka pada bola juga bekerja gaya berat sebesar:
4
W r g
3
(2)
3
Dengan ρ adalah massa jenis bola logam (kg/m3), g adalah
percepatan gravitasi (m/s2)
Selain kedua gaya di atas, juga terdapat gaya apung
FA R Archimedes yang besarnya.
4
FA r 0 g
3
(3)
3
Dengan ρ0 adalah massa jenis zat cair (kg/m3).
Perubahan kecepatan bola sebanding dengan gaya
W
hambat sehingga akan dicapai besarnya kecepatan terminal
(vT), yaitu keadaan keseimbangan antara gaya berat, gaya
Gambar M-2.1. Gaya-gaya yang bekerja pada bola apung Archimedes dengan gaya hambat Stokes, yang dapat
dituliskan sebagai:
W R FA (4)
Dengan subtitusi persamaan (1), (2) dan (3) ke persamaan (4), maka diperoleh persamaan :
2
2 r g
0
(5)
9 vT
Dengan vT adalah kecepatan terminal bola logam (m/s). Persamaan (5) berlaku untuk vT yang tidak terlalu besar
supaya tidak terjadi arus turbulensi. Satuan kekentalan dalam cgs adalah Poise.
Cara Kerja
1. Ukur massa dan volume bola untuk memperoleh massa jenis bola
2. Ukur massa dan volume gliserin untuk memperoleh massa jenis gliserin
3. Jatuhkan bola pada permukaan gliserin dan mengukur waktu bola hingga kedalaman tertentu
4. Ulangi percobaan dengan bola logam berbagai ukuran.
Tujuan Percobaan
Menentukan tegangan permukaan zat cair
Dasar Teori
Tujuan percobaan
Menentukan percepatan gravitasi bumi
Dasar teori
Jika permukaan zat cair pada kaki kiri tabung U naik x cm dari permukaan awal, maka permukaan zat cair
pada kaki kanan akan turun x cm, sehingga terdapat perbedaan tinggi kedua permukaan sebesar 2x cm.
Perbedaan tinggi permukaan ini menyebabkan gaya sebesar 2xAρg yang berlawanan dengan simpangan zat
cair.
Menurut hukum II Newton
ma F (1)
2
d x
lA g 2
2 Ax g (2)
dt
2
d x 2g
x0 (3)
dt
2
l 2x x
Jika 2 g / l dimana ω adalah frekuensi sudut osilasi dan mengingat bahwa
2
Cara kerja
1. Isi tabung U dengan air raksa
2. Ukur panjang cairan sebelah dalam dan luar tabung
3. Miringkan posisi tabung supaya terdapat perbedaan ketinggian
4. Tutup salah satu kaki tabung dan tegakkan tabung U kembali
5. Buka tutup tabung supaya air raksa berosilasi dan catat waktu isolasi.
Tujuan percobaan
Menentukan momen kelembaman benda
Dasar teori
Bentuk geometri
Sebuah titik massa bermassa m berada pada jarak r dari sumbu putar maka momen kelembaman (I) adalah
I mr 2
(1)
Untuk benda kontinyu, momen kelembaman terhadap suatu sumbu putar dapat diperoleh dengan membagi-
bagi benda atas elemen-elemen massa yang bermassa dm yang berada pada jarak r dari sumbu putar tersebut,
sehingga dapat dinyatakan:
I r dm
2
(2)
Untuk lempeng berbentuk segiempat persegi panjang yang bermassa m, panjang p dan lebar l, maka momen
kelembamannya terhadap sumbu putar yang melalui pusat lempeng dan tegak lurus pada bidang lempeng adalah:
1
I m p l
2 2
(Buktikan!) (3)
12
Sedangkan lempeng lingkaran yang berjari-jari r serta bermasa m, maka momen kelembamannya terhadap
sumbu yang melalui pusat lempengan tegak lurus lempeng adalah:
1
I mr (Buktikan!)
2
(4)
2
Misalkan diambil lempeng persegi panjang, maka momen kelembamannya terhadap sumbu yang melalui
pusat lempeng dan sejajar sisi panjang lempeng p adalah:
1
I m l t
2 2
(5)
12
t
p r
l 0 (Buktikan!)
(6)
2
dt I
Dari persamaan 6 diperoleh frekuensi dudut dan periode getaran sebesar:
Gambar M-5.3. Ayunan Torsi
Lempeng segi empat dan T 2 (Buktikan!) (7)
I I
Cara kerja
Bentuk Geometri
Ukur panjang, lebar serta diameter dan timbang masing-masing lempeng serta hitung momen kelembamannya.
Ayunan Torsi
Gantungkan lempeng pada statif, putar lempeng hingga terbentuk sudut θ, θ tidak boleh terlalu besar dan catat
waktu yang diperlukan untuk beberapa ayunan.
Tujuan Percobaan
Menentukan percepatan gravitasi bumi g
Dasar teori
Mesin Adwood terdiri atas dua massa m1 dan m2, yang dihubungkan dengan tali. Jika m1 > m2 maka dua
massa ini mulai bergerak dengan percepatan a :
m1 m2
a g (Buktikan!) (1)
m1 m2
Persamaan (1) mengandaikan bahwa massa katrol nol dan tidak ada gesekan. Jika pengaruh katrol diperhitungkan
maka persamaan (1) menjadi:
m1 m2
a g (Buktikan!) (2)
I
m1 m2 2
R
Dengan I adalah momen kelembaman katrol, R adalah jari-jari katrol.
Koreksi kedua adalah pengaruh gaya gesek, dengan
mengandaikan gaya gesek (Fges) konstan maka percepatan a
menjadi :
m1 m2 g Fges
a (Buktikan!) (3)
I m1
m1 m2 2
m2 A
R
Perhatikan bahwa dua koreksi tersebut membuat percepatan B
a menjadi lebih kecil daripada yang diberikan dalam
persamaan (1). Dalam percobaan ini diselidiki persamaan m1 m2
(3) dan menentukan g. C
Tujuan percobaan
Menentukan waktu paroh pemerosotan eksponensial aliran air pada pipa kapiler.
Dasar teori
Suatu pipa kapiler dihubungkan dengan buret berkeran, dengan sebuah mistar dan tinggi air dalam buret
diukur. Jika tinggi air dalam buret h, pengurangan tinggi air dalam buret Δh, maka untuk selang waktu pengaliran Δt
dipenuhi bahwa:
h t (1)
Debit air yang mengalir secara laminar lewat pipa kapiler:
V r P
4
Q (2)
t 8 L
Dengan ΔV adalah volume air yang mengalir melalui pipa kapiler selama waktu pengaliran Δt, dan Δt adalah selang
waktu pengaliran, r adalah jari-jari pipa kapiler, ΔP adalah beda tekanan antara dua ujung pipa kapiler, L adalah
panjang pipa kapiler dan η adalah viskositas.
Untuk aliran air dalam buret :
h
Q A (3)
t
Dengan A adalah luas penampang buret
Dengan mensubtitusi persamaan (2) dan (3) diperoleh:
r P
4
h t (4)
8 AL
Beda tekanan antara kedua ujung pipa kapiler ΔP :
P gh (5)
Karena h P , maka h h , dengan tanda negatif menunjukkan pengurangan ketinggian h. sehingga dari
persamaan (4) dan (5) diperoleh:
r g
4
Cara kerja
1. Isilah buret dengan air dan ukur h0 yaitu tinggi permukaan air dari ujung pipa kapiler
2. Ukurlah tinggi permukaan air setiap waktu pengaliran 10 detik
3. Lakukan hal tersebut untuk pipa kapiler berbagai ukuran panjang dengan diameter penampang sama dan juga
untuk pipa kapiler berbagai ukuran diameter penampang dengan panjang sama.
4. Semua percobaan dilakukan dengan posisi pipa kapiler vertikal dan horizontal.
Laboratorium Fisika Dasar – FSM UNDIP 19
Tugas dan diskusi
1. Buat grafik h vs t untuk mendapatkan λ
2. Apakah yang dimaksud dengan waktu paroh dan tentukan waktu paroh secara grafis.
3. Jika massa jenis air 1 g/cm3 tentukan harga viskositas dari nilai λ yang diperoleh dari percobaan di atas dan
bandingkan dengan referensi.
Tujuan percobaan
Menentukan kecepatan bunyi dengan menggunakan tabung resonansi
Dasar teori
Dari gambar M-8.1 ditunjukkan gelombang bunyi merambat ke bawah tabung dan dipantulkan pada batas air-
udara, dan getaran stasioner akan dihasilkan dari interferensi gelombang datang dan gelombang pantul tersebut.
Batas udara-air pada tabung adalah simpul dan ujung terbuka dari tabung adalah perut.
Dari gambar didapatkan:
L1 e / 4 (1)
L2 e 3 / 4 (2)
Dengan λ adalah panjang gelombang nada.
L1
L2
1 T m/s
c 331 (Buktikan!)
273
2. Tentukan frekuensi garpu tala yang diberikan dari persamaan (5) dengan menggunakan kecepatan bunyi pada
suhu percobaan.
3. Tentukan nilai koreksi e dari ujung tabung yang dihitung dari persamaan (1) dan (2)
1
e L2 3L1 (Buktikan!)
2
4. Kecepatan bunyi di udara dan koreksi dari ujung tabung dapat ditentukan dari grafik dengan menggunakan
garpu tala yang berbeda-beda frekuensinya. Posisi resonansi pertama masing-masing garpu tala antara panjang
(L) dan frekuensi (f) diberikan sebagai L e c / 4 f tentukan kecepatan bunyi dari slope = c/4 !
5. Bandingkan kecepatan bunyi lewat perhitungan dan grafik, analisalah!
Tujuan percobaan
Menentukan massa benda secara teliti dengan cara menimbang
Dasar teori
Bagian yang penting dari neraca analitis berlengan adalah batang tegar dan ringan dimana padanya dipasang
tiga buah mata pisau yang berjarak sama satu dengan yang lain, sejajar sesamanya dan tegak lurus pada panjang
batang. Mata pisau yang ditengah-tengah terletak pada plat yang digosok halus yang ditopang oleh kotak neraca.
Piringan neraca digantung pada plat-plat serupa yang terletak pada mata pisau-mata pisau di ujung. Sebuah jarum
vertikal yang ditambat pada batang, bergerak pada suatu skala.
m1g
θ
l θ L
θ
Mg
m2g
Mata pisau-mata pisau berfunggsi sebagai sumbu-sumbu yang tidak mempunyai geseran. Karena piringan-
piringan dapat bergerak bebas terhadap mata pisau, maka pusat berat piringan-piringan dan benda-benda selalu
tepat terletak di bawah mata pisau. Pusat berat batang terletak tepat di bawah mata pisau tengah pada waktu batang
mengambil pada posisi mendatar. Bendan yang massanya tidak diketahui m1 diletakkan di piringan kiri dan benda
yang diketahui massanya m2 diletakkan di pirinfan kanan. Dimisalkan m1>m2, kalau batang setimbang pada
pengaruh m1g, m2g dan berat batang Mg, maka momen gaya yang searah jarum jam terhadap mata pisau tengah
sama dengan momen gaya berlawanan arah jarum jam terhadap sumbu yang sama.
Kalau panjang masing-masing lengan neraca = L, sedangkan jarak dari titik berat batang dan jarum sumbu
O = l, maka:
m2 gL cos m1 gL cos Mgl sin (1)
m2 L m1 L
tan (2)
Ml
Kepekaan neraca didefinisikan sebagai :
tan L
S (3)
m2 m1 Ml
Cara kerja
1. Letakkan massa benda yang dicari pada salah satu piringan (misalnya piring kiri) dan massa yang diketahui
diletakkan pada piringan yang lain, sampai jarum penunjuk menunjukkan kesetimbangan (diam). Maka massa
yang tidak diketahui sama dengan massa yang diketahui (standar).
2. Jika neraca berayun selama waktu yang lama, biasanya tidak ditunggu sampai neraca diam. Untuk penimbang
biasa, neraca dikatakan setimbang jika jarum penunjuk berayun dengan jarak yang sama pada tiap-tiap sisi titik
diam.
3. Sesudah gerakan menjadi teratur, lalu ditentukan dua titik balik yang beraturan dari jarum penunjuk pada skala
dan titik diam dianggap di tengah antara kedua titik balik ini pada waktu mencari massa sesungguhnya selalu
ditambahkan massa yang cukup agar jarum jam penunjuk berayun dengan jarak yang sama dari titik diam yang
sesungguhnya dan bukan dari garis pusat.
Tujuan percobaan
Menentukan modulus Young dari kawat
Dasar teori
Pada umumnya tiap zat yang dikenai tegangan akan mengalami perubahan bentuk. Apabila tegangan
dihilangkan zat itu kembali ke bentuk semula. Psroses ini disebut dengan elastis. Bilangan yang menyatakan banyak
sedikitnya deformasi yang terjadi disebabkan oleh tegangan tertentu disebut modulus elastisitas. Dalam percobaan
ini anda menentukan modulus Young (E) dari kawat.
Sebuah kawat yang panjang L diberi pemberat Mg akan bertambah
panjang sebesar ΔL. Modulus Young (E) didefinisikan sebagai:
tegangan tarik Mg / A
L E (1)
regangan tarik L / L
MgL
ΔL E (2)
r L
2
mg
Dengan A adalah luas penampang kawat dan r adalah jari-jari kawat.
Bila pembebanan masih dalam batas elastisitas sempurna, maka grafik
Gambar M-10.1. Percobaan pertambahan panjang terhadap berat beban akan merupakan garis lurus. Nilai
Modulus Young modulus Young dapat ditentukan dari grafik.
Cara kerja
1. Pasang dua kawat pada gantungan
2. Pasang skala utama dan nonius pada kawat
3. Ukur panjang dan diameter kawat dan timbang massa pemberat
4. Pasangkan beban standar pada kawat yang satu
5. Atur kedudukan nol skala utama nonius
6. Pasangkan beban pada kawat yang lainnya
7. Catat pertambahan panjang kawat. Pertambahan panjang kawat diamati dengan mengembalikan kedudukan
gelembung udara pada waterpass dengan cara mengatur skala nonius.
8. Ulangi percobaan dengan memvariasi beban.
Tujuan percobaan
Menentukan percepatan gravitasi bumi
Dasar teori
Gravitasi merupakan fenomena atau gejala alamiah, yaitu peristiwa tarik menarik antara dua massa.
Sedangkan yang dimaksud dengan percepatan gravitasi g adalah gaya gravitasi per satuan massa.
Menurut Newton gaya gravitasi adalah:
m1 m2
F G 2
(1)
r
Dengan G adalah konstanta gravitasi, m1 m2 adalah massa benda dan r adalah jarak antar keduan massa.
Nilai G ditentukan oleh Cavendish dengan menggunakan neraca punter, dan percobaan ini dikenal dengan
nama “Menimbang Bumi”, karena dengan diketahuinya G maka massa bumi dapat dihitung dengan persamaan
2
mM R
F G 2
mg 0 M g 0 (2)
R G
Dengan M adalah massa bumi, R adalah jari-jari bumi dan g0 adalah besarnya percepatan gravitasi pada permukaan
bumi.
Pada jarak r=h+R dari pusat bumi, maka berat suatu benda yang bermassa m adalah:
mM
mg G 2 gr GM
2
(3)
r
Untuk r=R (di permukaan bumi) maka g = g0, sehingga
mM
mg 0 G 2
g 0 R GM (4)
R
Subtitusi persamaan (3) dan (4) maka akan diperoleh persamaan
g g0 1 2
h
(Buktikan!) (5)
R
Untuk mengukur g digunakan ayunan bandul m mengayun pada benang tak bermassa yang panjangnya L. bila
simpangan sudut kecil, lintasan m boleh dianggap lurus, sehingga
x
sin (6)
l
Dengan x adalah simpangan bandul
Atau
g g
F
2
(11)
α
l l
mg Atau system (benda bermassa m) berayun dengan periode:
4
2
Gambar M-11.1. Ayunan
T
2
l (12)
bandul matematis g
Cara kerja
1. Ikat bandul pada ujung tali dan ukur panjang tali
2. Ayunkan bandul dengan sudut ayunan kecil
3. Catat waktu yang diperlukan untuk beberapa kali ayunan (Lebih banyak lebih baik)
4. Ulangi percobaan dengan panjang tali yang berbeda
Tujuan percobaan
Menentukan modulus punter / geser dari batang logam
Dasar teori
Ditinjau dari batang logam B, salah satu ujungnya dijepit keras-keras di T. ujung yang lain bebas berputar dan
dipasang keras-keras pada P. bila beban m gram dipasangkan pada ujung tali yang terdapat pada pemutar P, maka
roda pemutar P akan menghasilkan momen punter atau putar dan memuntir batang B dengan sudut puntiran sebesar
θ dengan ditunjukkan oleh skalal S.
Kaitan antara modulus geser G dengan sudut puntiran dapat dituliskan
2ML
G (Buktikan!) (1)
R
4
0
360 rgmL
G (Buktikan!) (2)
R
2 4
Dengan G adalah modulus punter, M adalah momen gaya, θ adalah sudut puntiran (persamaan (1) dinyatakan dalam
radian, persamaan (2) dinyatakan dalam derajad), g adalah percepatan gravitasi bumi, r adalah jari-jari roda
pemutar, R adalah jari-jari batang logam, m adalah massa beban dan L adalah panjang batang logam.
Cara kerja
1. Ukur panjang dan diameter batang logam
2. Ukur diameter roda pemutar dan timbang massa beban
3. Letakkan beban dengan tali pada roda pemutar dan catat kedudukan skala
4. Ulangi percobaan dengan variasi beban pemberat
Tujuan percobaan
Menentukan besarnya tegangan permukaan dari suatu cairan
Dasar teori
Timbulnya tegangan permukaan disebabkan karena adanya gaya kohesi antara satu molekul cairan terhadap
molekul lainya. Pada percobaan ini dipakai metode tekanan maksimum gelembung yang susunan alatnya seperti
pada gambar M.13.1
Harga tegangan permukaan aquadest dapat ditentukan dengan cara menyamakan tekanan-tekanan yang
bekerja pada bejana dan manometer M. dengan menurunkan air dari buret ke dalam botol Erlenmeyer E, tekanan
udara dalam pipa kapiler C menjadi besar. Jika pada ujung pipa kapiler terjadi gelembung udara dengan jari-jari R,
maka pada permukaan gelembung ini bekerja tekanan-tekanan dari atas = P dan dari bawah yang terdiri dari :
tekanan hidrostatik ( 2 gh2 ), tekanan udara (PB) dan tekanan tegangan permukaan ( 2S / R ) (Buktikan!). Dalam
keadaan setimbang tekanan P adalah sama dengan tekanan di titik N dan pada manometer M, yaitu : tekanan
hidrostatik ( 1 gh1 ) dan tekanan udara (PB), jadi dapat dituliskan:
2S
P 1 gh1 PB 2 gh2 (1)
R
Tekanan P akan maksimum jika R minimum, yaitu sama dengan jari-jari pipa kapiler = r. maka pada saat R=r
diperoleh persamaan
2S
Pmaks 1 gh1 2 gh2 (2)
r
1
S gr 1 h1 2 h2 (3)
2
Untuk air sabun di dapatkan persamaan
1
S gr 1 h1 2 h2 (Buktikan!) (4)
4
Dengan h2 adalah selisih tinggi permukaan zat cair dalam pipa kapiler / gelas piala B, h1 adalah selisih tinggi
permukaan zat cair dalam manometer, ρ1 adalah massa jenis zat cair pada manometer dan ρ2 adalah massa jenis
cairan dalam gelas piala.
Tujuan percobaan
Menentukan angka kekentalan dinamis cairan nisbi
Dasar teori
Konstanta viskositas (η) suatu cairan menunjukkan seara kuantitatif kekentalan cairan tersebut. Angka kental
dinamis suatu cairan didefinisikan sebagai gaya gesekan persatuan luas antara dua lapisan zat alir yang jaraknya
satu-satuan panjang dan beda kecepatannya satu satuan kecepatan. Dan secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
G
(1)
dv
A
dy
Dengan η adalah angka kekentalan dinamis, G adalah gaya gesek, A adalah luas lapisan zat alir, dv adalah
perbedaan kecepatan dua lapisan zat alir dan dy adalah jarak antara dua lapisan zat alir.
Percobaan ini berdasarkan pada hukum Poiseullie II, yang rumusnsya:
4
PR
Q (2)
8l
Dengan Q adalah debit aliran, P adalah selisih tekanan cairan, R adalah jari-jari pipa dan l adalah panjang pipa.
Dalam percobaan ini digunakan viskosimeter Ostwald seperti ditunjukkan pada gambar M.14.1. Alat ini
terdiri dari bejana pengukur B dengan garis S1 dan S2 dilanjutkan pipa kapiler K dan pipa penghisap P. Bejana B
berada dalam thermostat T. bila waktu yang diperlukan oleh dua zat alir sebanyak volume B dari garis S1 ke garis S2
untuk mengalir melalui pipa K, masing-masing diketahui dari pengamatan, maka debit masing-masing zat alir
adalah: Qaq=V/taq dan untuk cairan Qx=V/tx.
Karena volum aquadest dan cairan sama, maka
Paq t aq Px t x
(3)
aq x
Dengan Paq adalah selisih tekanan aquadest, taq adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari S1 ke S2 untuk
aquadest, Px adalah selisih tekanan cairan, tx adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari S1 ke S2 untuk
cairan.
Mengingat bahwwa selisih tekanan P cairan sebanding dengan massa jenis cairan, maka persamaan (3) dapat pula
dituliskan:
t
x x x aq (4)
aq t aq
Cara kerja
1. Letakkan gelas piala B yang berisi aquadest dibawah viskosimeter sampai pipa kapiler K tercelup di dalamnya
2. Hisap P maka aquadest akan masuk ke dalam bejana B dan aquadest di atas tanda garis S 1
3. Catat waktu yang diperlukan oleh aquadest untuk mengalir melalui viskosimeter dari tanda S 1 sampai S2
4. Ulangi percobaan dengan larutan yang berbeda dan hitung massa jenis larutan
Tujuan percobaan
Menentukan percepatan gravitasi dengan menggunakan bandul fisis
Dasar teori
Gambar M.15.1 menunjukkan benda tegar yang tergantung pada sumbu horisontalnya melalui titik O. Benda
kemudian digerakkan dengan membentuk sudut 0 dari posisi vertikalnya. Benda akan mengalami momen gaya
pemulihnya sebesar:
pem Mgh sin (1)
Karena θ kecil maka
Mgh sin Mgh (2)
Persamaan gerak bendadapat dituliskan sebagai
d
2
Mgh I 2
(Buktikan!) (3)
dt
Dengan I adalah momen inersia benda terhadap sumbu O.
Gerak benda adalah gerak harmonis dan mempunyai periode sebesar
I
T 2 (Buktikan!) (4)
Mgh
Dengan menggunakan teorema sumbu sejajar, momen inersia Ig adalah momen inersia tehadap titik pusat massa,
sehingga
I I g Mh
2
(5)
Dengan
I g Mk (Buktikan!)
2
(6)
Dan k adalah jari-jari girasi.
T 2 (7)
gh
Periode ayunan matematis adalah:
l
T 2 (8)
g
Periode benda tegar sama dengan periode osilasi bandul matematis dengan panjang bandul fisis adalah
2
k
l h (9)
h
Penyelesaian persamaan (9) adalah:
h hk k 0 ; h1 h2 l dan h1 h2 k
2 2
(10)
Jarakk2/hdiukur sepanjang sumbu dari titik O’ yang merupakan pusat osilasi. Periode O’ sama dengan
periode O sehingga pusat suspense dan osilasi dapat dipertukarkan, sehingga percepatan gravitasi dari bandul fisis
adalah:
4
2
g 2
l (11)
T
Cara kerja
1. Ukur panjang batang dari C sampai dengan B
2. Ayunkan batang dan catat waktu untuk 20 osilasi
3. Ulangi percobaan dengan panjang batang yang berbeda-beda.
Tujuan percobaan
Menentukan koefisien muai panjang logam
Dasar teori
Pemuaian panjang dari suatu benda padat dapat dituliskan dengan persamaan:
LT L0 1 T (1)
Dengan LT adalah panjang benda pada suhu T, L0 adalah panjang benda pada suhu 0, dan α adalah koefisien muai
panjang bahan. Pada suhu T1 maka panjang suatu benda dinyatakan oleh persamaan
LT L0 1 T1 (2)
1
(3)
L0 T1 T L0 T
Jadi α dapat dihiutng bila pertambahan panjang pada pemanasan dari suhu T menjadi T1 dan panjang L terukur.
Dalam percobaan ini, batang logam dipanaskan dari suhu kamar sampai air mendidih. Karena panjang kawat
pada suhu 0OC (L0) tidak banyak bedanya dengan panjang pada suhu kamar, maka L0 diganti dengan LT. sehingga:
LT LT L
1
(4)
LT T1 T LT T
Karena pertambahan panjang batang L LT LT kecil sekali, maka pengukuran yang teliti dilakukan
1
dengan menggunakan alat Mussschenbroeck. Pada alat ini, ujung kiri batang B dijepit pada statif kiri D, ujung
kanan dipasang menekan roda (jari-jari r) dari jarum penunjuk skala j. Bila air di dalam bejana dipanaskan sampai
mendidih, maka uap air akan memanasi batang sehingga batang akan bertambah panjang.
Pertambahan panjang ini akan menyebabkan roda berputar dan jarum penunjuk skala akan menyimpang dan
menunjuk skala s, dan pertambahan panjang ΔL ini sebanding dengan besarnya simpangan pada skala, yaitu:
r
L s (5)
R
Dengan r adalah jari-jari roda, R adalah panjang jarum penunjuk dan s adalah beda skala yang ditunjuk jarum pada
suhu T1 dan T. Persamaan (5) kita subtitusikan pada persamaan (4) maka diperoleh:
rs
(6)
RLT T
Cara kerja
1. Pada suhu kamar T, ukurlah panjang batang LT. Pada suhu ini buatlah skala yang ditunjuk jarum j pada angka 0.
2. Naikkan suhu batang dengan mengalirkan uap air masuk ke dalam batang hingga suhunya T1 dan batang akan
bertambah panjang. Amati skala yang ditunjuk oleh jarum j.
3. Ukur panjang jarum j (R) dan jari-jari roda (r) menggunakan jangka sorong. Selanjutnya tentukan besarnya nilai
koefisien muai panjang batang.
Tujuan percobaan
Menentukan kalor lebur es
Dasar teori
Keadaan (Fase) suatu zat terdiri atas 3 macam yaitu padat, cair dan gas. Zat-zat pada kondisi suhu dan tekanan
tertentu mengalami ketiga fase tersebut. Transisi fase dari satu fase ke fase yang lain disertai dengan pelepasan atau
penyerapan kalor tanpa perubahan temperature.
Panas yang diserap oleh satu satuan massa benda dalam bentuk padat yang melebur (mencair) tanpa disertai
perubahan temperature didefinisikan sebagai kalor lebur. Banyaknya kalor Q yang dibutuhkan untuk meleburkan
massa m pada temperature konstan dengan L menyatakan kalor lebur zat adalah:
Q mL (1)
Untuk menentukan kalor lebur zat (es) dapat digunakan metode calorimeter, yaitu memasukkan es (massa m)
ke dalam kalorimeter berisi air (massa me). Bila kalorimeter dilengkapi dengan pengaduk,thermometer dan
mempunyai harga air mwck (mw: massa calorimeter beserta pengaduk dan thermometer dan ck: kapasitas panas jenis
calorimeter), maka temperature air dalam calorimeter akan menurun hingga suhu tertentu (Tf) yaitu saat es telah
mencair seluruhnya.
Setelah suhu T tercapai maka perlahan-lahan temperatur air akan meningkat atau naik kembali karena
pengaruh suhu udara luar. Pada proses ini,besar panas yang diberikan air,calorimeter dan pengaduknya
Q1 = (mw+mkck) (T1-Tf) (2)
Dengan T1: suhu awal calorimeter. Sedang panas yang diserap / diterima oleh es untuk berubah wujud dari
padat menjadi air dan untuk menaikkan temperature air(yang berasal dari es) dari 0 o sampai Tfo adalah:
Q2 = mel + mecwTf
(3)
Menurut Azaz Black, Q1 = Q2 maka diperoleh:
(mw+mkck) (T1-Tf) = mel + mecwTf
(4)
Dari persamaan (4) dapat dihitung nilai kalor lebur es dan satuannya adalah kalori/gram.
Cara kerja
1. Panasi kalorimeter yang berisi air dan pengaduknya sampai beberapa derajad di atas suhu kamar Tk,sehingga
dipenuhi syarat Tk-Tf = Ti-Tk.
2. Timbang kalorimeter berisi air + pengaduknya dan kalorimeter kosong untuk menentukan massa air
3. Masukkan es dalam kalorimeter yang berisi air dan pengaduk, sambil diaduk amatilah suhu pada termometer
tiap 15 detik sampai es melebur semua.
4. Bila temperatur kalorimeter sama dengan temperatur es yang telah melebur, maka akan tercapai suhu minimum
dan temperatur minimum ini adalah temperatur akhir Tf.
5. Lanjutkan pengamatan tiap 15 detik sampai beberapa menit setelah temperatur minimum tercapai.
Tujuan percobaan
Menentukan koefifsien suhu hambatan
Dasar teori
Untuk meningkatkan resistansi sebuah logam murni ditentukan sesuai dengan persamaan berikut:
RT R0 1 T T
2
(1)
Dengan α dan β adalah konstanta dan , RT adalah hambatan logam pada suhu T dan R0 adalah hambatan
logam pada suhu 0OC
Untuk jangkauan suhu yang tidak terlalu jauh, persamaan di atas dapat diberikan dalam bentuk
RT R0 1 T (2)
Tetapan α disebut dengan koefisien suhu dari hambatan, yang dirumuskan sebagai:
R R0
T
(3)
Ro T
Tujuan percobaan
Belajar menerapkan dan mengintepretasikan (mengartikan) grafik.
Dasar teori
Hukum Newton mengenai pendinginan menyebutkan bahwa kecepatan perpindahan panas suatu benda ke
lingkungan sebanding dengan perbedaan suhu benda dengan lingkungannya.
Bila suatu benda berupa zat cair memiliki suhu yang lebih panas daripada suhu lingkungan maka akan
mendingin karena perpindahan kalor. Suatu hipotesa menyatakan bahwa laju penurunan suhu dT/dt (turunnya suhu
tiap satuan waktu) akan sebanding dengan selisih suhu antara cairan dengan lingkungannya, sesuai dengan
persamaan :
dT
T T0 (1)
dt
Dengan α adalah sebuah tetapan, T adalah suhu cairan dan T0 adalah suhu lingkungan.
Cara kerja
1. Isilah masing-masing gelas beker dengan air panas
2. Amatilah penurunan suhu air pada masing-masing gelas beker secara bersamaan untuk tiap selang waktu.
Tujuan percobaan
Mengetahui sifat-sifat dan penerapan kalorimeter
Dasar teori
Alat untuk mengukur perubahan panas disebut kalorimeter. Setiap kalorimeter mempunyai sifat khas dalam
mengukur panas. Ini dapat terjadi karena kalorimeter sendiri (baik gelas, politena maupun logam) menyerap panas,
sehingga tidak semua panas terukur. Untuk itu perlu ditentukan berapa banyak panas yang diserap oleh kalorimeter
beserta termometer dan pengaduknya..
Tujuan percobaan
Menentukan hambatan dalam sebuah sel, mengukur arus, kalibrasi ampermeter dan kalibrasi voltmeter
Dasar teori
1. Penentuan hambatan dalam sebuah sel
Sebuah sel Daniell memiliki e.m.f sebesar E dan hambatan dalam
sebesar r. Pada saat k2 terbuka, titik kesetimbangan pada C1 dengan AC1
= L1 cm, sehingga:
E p.d AC L1 (1)
1
Jika arus sirkuit tertutup adalah I Ampere, maka beda potensial antara Gambar L-1.1
kutub-kutub sel adalah:
E ER
IR L2
R , maka (3)
Rr Rr
Dengan mensubtitusikan persamaan (1) ke (3) diperoleh
Rr L1 L1 L2
, maka r R (4)
R L2 L2
Gambar L-1.2
Gambar L-1.3
Cara kerja
Penentuan hambatan dalam sebuah sel
1. Susun rangkaian seperti pada gambar L.1.1
2. Tutup saklar k1 dan saklar k2 dibiarkan terbuka
3. Geser pena sehingga terjadi kesetimbangan, panjang AC1 sebagai L1 dan catat L1
4. Tutup saklar k1 dan k2
5. Geser pena sehingga terjadi kesetimbangan, panjang AC2 sebagai L2 dan catat L2
6. Ulangi dengan mengganti L1 dengan R
Kalibrasi Voltmeter
1. Susun rangkaian seperti gambar L.1.3
2. Kalibrasi voltmeter sesuai dengan petunjuk dasar teori
Tujuan percobaan
Menentukan hubungan antara tenaga listrik dengan tenaga panas (kalor) dan menentukan tara kalor listrik
Dasar teori
Energi listrik dapat berubah menjadi panad, misalnya pada kawat elemen pemanas jika dialiri arus listrik akan
timbul panas. Jika panas dari kawat tersebut dialirkan pada cairan maka akan timbul perpindahan panas dari kawat
ke cairan. Menurut asa Black jumlah kalor yang ditimbulkan oleh arus listrik sama dengan jumlah kalor yang
diserap oleh cairan beserta tempat dan perlengkapannya.
Menurut hukum Joule, jumlah kalor yang ditimbulkan oleh arus listrik adalah:
Q I Rt Joule
2
(1)
Dengan Q adalah kalor yang ditimbulkan oleh arus listrik, I adalah arus listrik, R adalah hambatan kawat pemanas
dan t adalah waktu pemanasan.
Sedangkan panas yang diserap oleh air, kalorimeter dan pengaduknya adalah
Q M H Ta Tm kalori (2)
Dengan M adalah massa air, H adalah harga air kalorimeter, pemanas dan pengaduknya, Ta adalah suhu akhir dan
Tm adalah suhu mula-mula
Dengan menyamakan persamaan (1) dan (2) diperoleh
Q I Rt Joule M H Ta Tm Kalori
2
(3)
Atau
M H T Tm
1 Joule
a
2
kalori (4)
I Rt
Persamaan (3) tersebut sebagai angka kesetaraan kalor mekanik – listrik.
Gambar L-2.1.
Cara kerja
1. Timbang kalorimeter kosong
2. Isi kalorimeter dengan air hingga elemen pemanas tercelup dan timbang kembali kalorimeter
3. Dinginkan air beserta kalorimeter hingga di bawah suhu kamar
4. Atur arus dengan hambatan geser sehingga arus listrik yang mengalir kira-kira 2 A
Laboratorium Fisika Dasar – FSM UNDIP 43
5. Mulai percobaan dengan mencatat suhu mula-mula Tm dan catatlah kenaikan suhu setiap waktu tertentu
6. Setelah sampai pada suhu akhir Ta yang dikehendaki tercapai, matikan arus listrik.
Tujuan percobaan
1. Memahami hukum Ohm dalam lampu pijar dan membuat intepretasi bagan listrik
2. Membuat intepretasi grafik hubungan antar tegangan terpasang vs arus yang mengalir, tegangan terpasang vs
hambatan dalam dan tegangan terpasang vs daya yang diserap
Dasar teori
Beda potensial antara kedua ujung dari suatu penghantar sebanding dengan kuat arus yang mengalir dan besar
hambatan penghantar tersebut. Hal ini dikenal sebagai hukum Ohm dan secara matematis dituliskan
V IR (1)
Dengan V adalah beda potensial, I adalah kuat arus dan R adalah hambatan penghantar.
Suatu kawat penghantar R yang dilalui arus listrik I maka terdapat energi listrik yang hilang (terdissipasi) pada
penghantar tersebut. Besar tenaga yang terdissipasi setiap detik disebut daya listrik, dirumuskan sebagai:
P VI I R
2
(2)
Dengan P adalah daya listrik
Untuk mengetahui watak lampu pijar dari hukum Ohm diperoleh dengan melakukan pengukuran V dan I
secara serempak. Pengukuran V dan I dengan menggunakan voltmeter dan amperemeter secara serempak dilakukan
ndengan dua kemungkinan seperti pada bagan (1) dan bagan (2).
X A X A
V V
Bagan 1
Pada bagan ini terdapat kesalahan pada amperemeter karena arus listrik yang terukur adalah jumlah arus yang
melalui lampu dan voltmeter. Besarnya kesalahan dirumuskan sebagai:
RL
100% (3)
RV
Dengan RL adalah hambatan lampu dan RV adalah hambatan voltmeter
Bagan 2
Pada bagan ini terdapat kesalahan voltmeter karena tegangan yang terukur adalah jumlah dari tegangan lampu
dan tegangan amperemeter. Besarnya kesalahan dirumuskan sebagai:
RA
100% (4)
RL
Dengan RA adalah hambatan amperemeter
Karena dari dua kemungkinan pengukuran semua memiliki kesalahan, maka peerlu dipilih bagan yang
memiliki kesalahan terkecil.
RL RA RL RA
Jika maka dipilih bagan (1), tetapi jika maka dipilih bagan (2). Dengan menganggap tahanan
RV RL RV RL
dalam sumber dapat diabaikan maka didapatkan rumus:
Laboratorium Fisika Dasar – FSM UNDIP 45
RL V I 1 RA V "/ I "
atau (5)
RV V ' I' RL V / I V V ' / I '
Dengan V adalah tegangan sumber tanpa beban, V’ adalah tegangan pada bagan (1), V” adalah tegangan pada bagan
(2), I adalah arus tanpa voltmeter, I’ adalah arus pada bagan (1) dan I” adalah arus pada bagan (2).
Cara kerja
1. Rangkai bagan (1) dan aktifkan transfoemator setelah mendapatkan persetujuan dari asisten
2. Catat tegangan transformator, tegangan voltmeter dan arus pada amperemeter untuk setiap perubahan tegangan
3. Ulangi percobaan dengan memutar variac turun dari tegangan tinggi ke rendah.
4. Gantilah rangkaian dengan bagan (2) dan lakukan hal yang sama dengan bagan (1)
5. Ulangi percobaan di atas untuk daya lampu yang berbeda-beda.
Tujuan percobaan
Menyelidiki hubungan antara arus yang melewati lampu filament tungsten dan potensial yang dipakai
Dasar teori
Hubungan antara arus I yang diperoleh dan tegangan yang dipakai V diberikan dengan persamaan:
I kV
n
(1)
Dengan k adalah sebuah konstanta dan n adalah konstanta dari lampu
Gambar. L-4.1
Cara kerja
1. Susun rangkaian seperti pada gambar L.4.1
2. Geserlah tahanan sehingga didapat nilai V dan I dari voltmeter dan amperemeter yang terbaca
3. Catat kenaikan dari V dan I
4. Ulangi percobaan di atas dengan lampu filament yang berbeda.
Tujuan percobaan
Menentukan tara kimia listrik tembaga
Dasar teori
Larutan trusi apabila dialiri arus listrik searah akan mengalami elektrolisa yang reaksinya
CuSO 4 Cu +SO 4
2+ 2-
SO 4 SO 4 +2e
2-
Pada anoda :
SO 4 +Cu CuSO 4
Cu + 2e Cu
2+
Pada katoda:
Cu + Cu tidak bereaksi
Cu anoda Cu katoda
Suatau larutan elektrolit jika dialiri listrik arus searah akan terurai menjadi ion-ion negative dan positif
(terelektrolisa). Begitu juga larutan CuSO4 dielektrolisa dengan menggunakan elektroda negative. Selain itu akan
terjadi pengurangan dan penambahan massa pada elektroda Cu tersebut. Jumlah penambahan massa elektroda Cu
tersebut dinyatakan dengan rumus:
M zit (1)
Dengan z adalah tara kimia listrik , i adalah kuat arus dan t adalah waktu dan M adaah massa.
Cara kerja
1. Gosok kedua elektroda dengan amplas sampai bersihkemudian cuci dengan air lalu siram dengan alcohol dan
bakar sampai kering dan timbanglah masing-masing elektroda.
2. Setelah didinginkan sampai pada suhu kamar dibuat rangkaian seri yang terdiri atas sumber arus DC, tahanan
geser, amperemeter, dan elektroda Cu yang dimasukkan pada larutan CuSO4
3. Nyalakan dan aturlah besarnya arus yang mengalir setelah mendapatkan persetujuan asisten
4. Catat arus yang mengalir setiap waktu tertentu (ditentukan asisten) selama ½ jam
5. Keringkan elektroda hasil elektrolisa dan timbang massa masing-masing
Tujuan percobaan
Menentukan ggl (gaya gerak listrik) suatu elemen dan nilai hambatan dalamnya
Dasar teori
Pengukuran dengan metode potensiometer adalah pengukuran dengan mengimbangi tegangan yang diukur
dengan tegangan sumber dari bangku potensiometer yang besarnya dapat diatur. Hasil pengukuran kemudian
dibandingkan dengan hasil pengukuran pada tegangan standar.
Gambar L-6.1.
Jika VAB=VCD maka G menunjukkan nol. VCD diatur agar sama dengan VAB dengan menggeser kontak D.
tegangan yang akan diukur maupun tegangan standar sebagai pembanding dipasang pada AB dari potensiometer.
Percobaan I
Ex adalah elemen diukur ggl-nya dan EN adalah ggl pembanding yang nilainya telah diketahui. Pengukurannya
terdiri atas dua langkah:
Langkah I : Mengimbangi tegangan yang akan diukur
A dan B dihubungkan dengan P dan Q, misalkan galvanometer (G) menunjukkan nol bila kontak geser D
berada di titik D’. sehingga VAB=VCD. Karena elemen Ex tidak ditarik arusnya (G menunjukkan nol), maka VAB
adalah ggl dari elemen tersebut. Jika arus yang melalui CD’ adalah I, maka VCD = IRCD’ atau
Ex IRCD ' (1)
Langkah II : Mengimbangi tegangan standar
A dan B dihubungkan dengan R dan S. dimisalkan galvanometer (G) menunjukkan angka nol bila kontak
geser D berada di D”. sehingga VAB = VCD”. Karena elemen EN tidak ditarik arusnya (G menunjukkan nol), maka
VAB adalah ggl dari EN. Jika arus yang melalui CD” tetap sama dengan I karena tahanan total rangkaian tetap, maka
VCD” = IRCD” sehingga
E N IRCD " (2)
Selanjutnya apabila (1) disubtitusikan pada (2) dan dengan menganggap kawat CD homogeny maka sebanding
tahanannya dengan panjangnya sehingga diperoleh:
Lx
Ex EN (3)
LN
Dengan Lx adalah panjang CD’ , LN adalah panjang CD” , EN adalah tegangan standar Weston dan Ex adalah
tegangan yang dicari.
Gambar L-6.2.
Cara kerja:
1. Sambungkan batu bateray yang diselidiki pada terminal Ex, elemen normal Weston pada EN dan sumber arus 5
Volt DC pada bateray dari bangku kompensasi potensiometer dan galvanometer pada terminal G.
2. Sambil menghubungkan kontak AB berwarna merah dengan terminal Ex, putarlah tombol-tombol pengatur
kontak geser D sampai galvanometer menunjukkan angka nol. Catat kedudukan tersebut.
Tujuan percobaan
1. Mampu menerangkan secara fisis prinsip kerja osiloskop dan generator isyarat
2. Mampu menggunakan osiloskop untuk mengukur tegangan AC, tegangan DC dan frekuensi gelombang listrik
3. Mampu menggunakan osiloskop untuk menganalisa berbagai bentuk sinyal listrik
Dasar teori
Osiloskop adalah sebuah alat untuk menampilkan tingkah laku dan besaran listrik yang berubah-ubah
terhadap waktu yang hendak dianalisa. Osiloskop sering disebut juga CRO (Catoda Ray Oscilloscope) karena
komponen utama di dalamnya adalah tabung sinar katoda untuk visualisasi dari gejala listrik yang diukur. Tabung
sinar katoda tersebut terdiri atas: tabung vakum, senapan elektron, lensa fokus, keeping pembelok, layar pendar.
Selain itu juga dilengkapi dengan seperangkat peralatan elektronk antara lain: penguat, tegangan, unit sumber
tegangan tinggi, switch pemutus / pengatur.
Dalam analisa terhadap perilaku suatu rangkaian, osiloskop ini dilengkapi dengan generator isyarat. Alat ini
memiliki spesifikasi yaitu: jenis tegangan AC, frekuensi dapat divariasi, variasi diatenuasi (Pelemahan) sinyal, dan
dapat menampilkan bentuk gelombang persegi, kotak, maupun gigi gergaji. Untuk mengoperasikan osiloskop harus
mengetahui panel-panel yang ada dan fungsinya. Panel-panel yang ada pada CRO antara lain:
1. Power.
Digunakan untuk menghidupkan dan mematikan osiloskop dengan memutus sumber catu daya.
2. Time/div.
Tombol ini berfungsi menentukan besarnya waktu tiap skala horizontal dari gambar yang ditampilkan layar,
sehingga jika dilakukan pengubahan skala ini, maka yang akan berubah hanya panjang gelombangnya,
sedangkan amplitudonya tetap.
3. Volt/div.
Berfungsi untuk menentukan besar tegangan setiap skala vertikal. Jika dilakukan pengubahan pada skala ini,
maka yang berubah adalah amplitude gelombang, sedangkan panjang gelombangnya tetap.
4. Mode.
Switch ini digunakan untuk memilih masukan pada osiloskop.
CH 1 : Masukan adalah Chanel 1
CH 2 : Masukan adalah chanel 2
ADD : Masukan adalah penjumlahan Chanael 1 dan Chanel 2
DUAL : Kedua masukan ditampilkan bersama-sama
5. AC-GND-DC
Switch ini digunakan untuk memilih jenis sinyal yang diukur AC atau DC. Sedangkan GND (Ground) adalah
membawa ke kondisi awal (Nol)
6. Position
Knop ini berfungsi untuk mengeser posisi gambar ke arah sumbu x
7. Position
Knop ini berfungsi untuk menggeser posisi gambar ke arah sumbu y
8. Inten
Knop ini berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang menumbuk layar
9. Fokus
Berfungsi untuk memfokuskan gambar
10. Cal 2VP-P
Merupakan fasilitas untuk melakukan kalibrasi. Jika input dihubungkan ke panel ini harus menghasilkan
tegangan 2 Volt dari puncak ke puncak, jika tidak sesuai harus dilakukan kalibrasi CRO sampai bisa digunakan.
11. Trace rotation
Lubang ini digunakan untuk membenarkan posisi gambar jika miring dengan menggunakan obeng.
Laboratorium Fisika Dasar – FSM UNDIP 51
Gambar L-7.1. Bagian dari panel osiloskop
Panel –panel Generator Isyarat
Bagian-bagian dari generator isyarat antara lain:
1. Power
Skala untuk menghidupkan dan mematikan generator
2. Wave form
Berfungsi sebagai switch pemilih bentuk gelombang (Kotak, Segitiga, Sinusoidal)
3. Variator frequency
Knop yang berfungsi untuk memilih frekuensi keluaran sesuai skala yang ditunjukkan
4. Frequency range
Switch yang berfungsi sebagai pelipat frekuensi dari skala yang ditunjukkan oleh variator frequency
5. Attenuator (dB)
Knop ini berfungsi untuk memperlemah sinyal yang dikeluarkan oleh generator pada skala dB
6. Amplitude
Berfungsi untuk mengatur tegangan keluaran dari generator isyarat.
Perlu diketahui bahwa setiap instrument baik osiloskop maupun generator isyarat memiliki spesifikasi
konfigurasi panel yang berlainan untuk merek dagang yang berbeda.
Mengukur tegangan AC
1. Hidupkan trasformator
2. Hubungkan input CRO ke keluaran transformator
3. Switch AC-GND-DC ke pilihan GND dan garis yang ditampilkan digeser ke tengah sumbu dengan position Y
dan dikembalikan lagi ke AC
4. Hitung skala amplitudonya dengan Volt/div yang ditunjukkan
5. Lakukan juga pengukuran tegangan dengan voltmeter
6. Ulangi untuk keluaran transformator yang lain
Mengukur Frekuensi
Cara Langsung
Cara pengukuran frekuensi ini sama dengan mengukur tegangan AC hanya yang dicatat adalah panjang 1
gelombang dan time/div nya untuk mendapatkan nilai Tperiode.
Cara Lissajous
1. Masukkan generator isyarat pada chanel dua pada tegangan yang besarnya kira-kira sama dengan tegangan
transformator dan transformator masih tetap terhubung seperti di atas.
2. Pilih switch mode ke DUAL dan switch volt/div dari CH1 dan CH2 pada tegangan yang sama
3. Putarlah tombol time/div pada x-y
4. Carilah gambar yang sesuai dengan bentuk di bawah ini dengan mengubah-ubah frekuensi keluaran generator
isyarat dan bacalah frekuensi generator isyarat tersebut. Frekuensi generator isyarat merupakan frekuensi
standar.
Tujuan percobaan
Menetukan nilai suatu tahanan yang tidak diketahui, dan menentukan koreksi ujung jembatan Wheatstone
Dasar teori
Menentukan nilai suatu tahanan yang tidak diketahui
ABCD adalah diagram rangkaian jembatan wheatstone. Pada titik kesetimbangan, G akan menunjukkan
angka nol, maka arus pada rangkaian ditunjukkan sebagai berikut.
I 1 R1 I 2 R3 dan I1 R2 I 2 R4 (1)
Dari persamaan (1) didapatkan
R1 R3
(2)
R2 R4
R3 adalah hambatan pada kawat yang panjangnya L1 dan R4 adalah hambatan pada kawat yang panjangnya L2.
Karena besar hambatan sebanding dengan panjang kawat, maka:
R1 L1
(3)
R2 L2
Gambar L-8.2
L2 L1 x
R S SL RL2
1
(6)
S R R S
Maka
x
1
R
S
L2 1
S
R
L1
RL2 SL1
(7)
S R SR
R S
Dan
SL2 RL1
x 100 (8)
SR
Berdasarkan persamaan (7) dan (8) maka nilai koreksi dari jembatan Wheatstone adalah x dan y.
Cara kerja
Menentukan nilai suatu tahanan
Geserlah pena logam sepanjang kawat sampai didapatkan titik kesetimbangan di D (G=0), ukur panjang L1
dan L2, baliklah R dan S tentukan titik kesetimbangan baru, ukur L1 dan L2, rata-rata L1 dan L2, serta L2 dan L1
Tujuan Percobaan :
Menentukan focus dan kekuatan lensa
Dasar Teori :
Kaitan antara jarak antar benda v dan jarak bayangan b dinyatakan oleh persamaan :
1 1 1
(1)
f b v
Dengan mengamati batas-batas B1 dan B2 dapat diperoleh kedudukan titik B. dengan mempergunakan persamaan
(2) dapat ditentukan nilai focus dan kuat lensa (P).
Disamping cara di atas fokus lensa dapat dicari melalui dua macam kedudukan lensa yang mungkin diantara
benda dan bayangan yang terbentuk
Gambar O-1.1b. Dua macam kedudukan lensa yang mungkin dalam daerah d
f (3)
4d
Untuk lensa negatif, maka untuk memperoleh bayangan sejati pada layar, bendanya haruslah berupa benda
maya. Benda maya ini dapat diperoleh dengan pertolongan lensa positif yaitu bayangan sejati oleh lensa positiff
akan menjadi bayangan maya untuk lensa negative.
Cara Kerja :
1. Lensa Positif
Cara Grafik
1. Atur kedudukan benda, lensa dan layar pada posisi garis lurus diatas bangku optic beskala dimana posisi
benda dan lensa tetap.
2. Geser layar sehingga diperoleh bayangan yang tajam yang berada pada kedudukan b1 dan b2.
3. Dengan mengamati bayangan yang terjadi untuk berbagai harga v akan diperoleh harga b yang bervariasi
sehingga dapat dibuat grafiknya.
Menggunakan Persamaan (3)
1. Atur jarak benda dan layar (d) dibuat lebih besar 4kali titik fokus lensa.
2. Dengan mencari dua macam kedudukan lensa yang dapat membentuk tajam diperbesar dan diperkecil maka
dapat ditentukan jarak kedua macam kedudukan lensa (cara) sehingga nilai f dan p dapat dihitung.
b. Lensa Negatif
Cara Grafik
1. Untuk memperoleh bayangan sejati dari lensa negatif diperlukan benda maya yang diperoleh dari bayangan
sejati lensa positif
2. Dengan mengetahui jarak antara lensa positif dan negatif serta bayangan sejati dan lensa positif dapat
ditentukan jarak benda maya lensa negatif.
3. Dengan menggeser layar diperoleh bayangan tajam yang merupakan bayangan sejatilensa negatif. (catatan:
lensa negatif mempunyai f dan b negatif).
Pertanyaan :
1. Dari hasil eksperimen berapa sudut kemiringan grafiknya.
2. Secara teoritis anda mengharap berapa besar kemiringan garafiknya.
R1 R2
Masing-masing sisi sensor dari sensor (VU Display) diterangi oleh sumber P 1 dan P2. Diatur kedudukan sensor (VU)
sampai terjadi kesetimbangan dari jarum penunjuk (jarum penunjuk berada tepat ditengah-tengah skala VU) dan
diukur jarak sumber 1 dan 2 sampai sensor (R1 dan R2). Karena sama terang pada kedua sisi sensor tersebut, maka :
E1 E2 (1)
Dengan : E1= kuat cahaya sumber 1, E2 = kuat penerangan sumber 2
Akibat berlakunya persamaan (1), maka diperoleh :
2
I1 I2 I1 R1
2
2
atau 2
(2)
R1 R2 I2 R2
Dengan : I1= kuat cahaya sumber 1, I2 = kuat cahaya sumber 2
Bila kuat cahaya salah satu diketahui, maka kuat sumber cahaya yang lain dapat dihitung berdasarkan persamaan
(2). Sedangkan efisiensi didefinisikan sebagai erbandingan diantara fluks cahaya (E), dengan fluks radiasi (P), yang
dapat dituliskan sebagai berikut :
Efisiensi = E/P
Satuan dari efisiensi adalah lumen/watt dan satuan dari kuat cahaya adalah lumen/steradial atau lilin. Di bawah ini
beberapa pengertian yang ada hubungannya dengan cahaya :
F
= Source : Kuat cahaya / Lumenous Intensity (I) I lilin
R1 VU R2
Gambar O-2.2. Skema alat Fotometer
Cara Kerja ;
1. Atur lampu standar, lampu yang akan dicari dan fotometer segaris di atas bangku optic berskala, dengan
ketentuan kedua lampu dibuat tetap sedangkan fotometer digeser-geser.
2. Geser-geserlah fotometer sehingga diperoleh keadaan yang setimbang (jarum menunjukkan di tengah-ditengah
skala) sensor, maka dapat diperoleh jarak R1 dan R2.
3. Ulangi percobaan untuk kedudukan lampu standar pada 0⁰, 30⁰, 60⁰, dan 90⁰ dari garis vertikal, sedangkan
lampu yang tidak diketahui kuat cahayanya pada posisi vertikal (untuk kedudukan lampu yang berbeda-beda
akan diperoleh berbagai harga R1 dan R2, sehingga dapat diperoleh kuat cahaya secara grafik berdasarkan
persamaan (2)).
Tujuan percobaan :
Menentukan besar sudut puncak prisma, sudut deviasi dan sudut deviasi minimum
Dasar Teori :
Prisma
Kolimator
Teropong
Sumber Cahaya
Gambar O-3.1. Susunan Spektrometer
Cara Kerja :
a. Penyetelan
1. Fokuskan teropong pada suatu benda yang jauh melalui jendela terbuka.
2. Aturlah okuler terhadap benang silang, sedemikian hingga tidak terdapat paralaks (bayangan dan benang
silang) tidak bergerak satu terhadap yang lainnya jika mata diubah kedudukannya.
3. Pasang teropong pada tempatnya dan putarlah teropong segaris dengan kolimator dan amatilah
4. Setelah teropong difokuskan jangan diubah lagi.
5. Aturlah tabung kolimator yang dapat ditarik keluar atau didorong, masuk sampai tampak bayangan yang
tajam dari celah.
Prisma
φ = 2α
δ = Sudut deviasi
Prisma
Kolimator
II
Sumber Cahaya
Gambar O-3.3. Besar sudut deviasi dan deviasi minimum
Tujuan percobaan
Memahami cahaya terpolarisasi dan menetukan sudut putar jenis (α0) larutan gula
Dasar teori
Apabila suatu berkas cahaya yang terpolarisasi linier (bidang) melalui suatu larutan gula atau larutan lain yang
mempunyai sifat optis aktif, maka bidang polarisasi dari sinar itu akan terputar melalui sudut tertentu α. Besarnya
sudut α tergantung pada: panjangnya cairan yang dilalui sinar, kadar larutan, panjang gelombang sinar, suhu. Untuk
mengukur sudut α dipakai polarimeter Laurent atau polarimeter setengah bayangan. Pada alat-alat ini terdapat:
Polarisator, Lempeng ½ λ dari Laurent, tabung tempat larutan, analisator yang dapat diputar dan teropong.
Keterangan gambar
KL = Bidang polarisasi sinar yang keluar dari polarisator
MN = Bidang polarisasi sinar yang keluar dari lempeng ½ λ
AB = Sumbu optic lempeng ½ λ
PQ = Kedudukan sumbu optik analisator pada kesamaan sama gelap untuk aquades.
P’Q’ = Kedudukan sumbu optik analisator pada kesamaan sama gelap untuk larutan gula
K’L’ dan M’N’ adalah sama dengan KL dan MN setelah melalui larutan gula.
Zat optis aktif memutar bidang polarisasi, besar sudut putar berbanding lururs dengan kadar larutan dan
panjang jalan yang dilalui cahaya dalam larutan dan bergantung pada jenis zat yang disebut dengan sudut putar
jenis.
cL
0 (1)
100
Dengan c adalah jumlah gram zat dalam 100 cc larutan, α0 adalah sudut putar jenis, α adalah sudut putar dan L
adalah panjang jalan zat dalam dm
Tujuan percobaan
Menentukan perbesaran total mikroskop dan mengatur panjang dari suatu benda kecil
Dasar teori
Mikroskop adalah alat untuk melihat benda kecil. Pada dasarnya terdiri dari lensa objektif dan okuler yang
sesungguhnya masing-masing adalah suatu susunan lensa. Benda yang dilihat diletakkan pada jarak yang sedikit
lebih jauh dari titik api lensa objektif. Bila mata tidak berakomodasi maka letak benda ini harus sedemikian
sehingga bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif jatuh tepat di titik api pertama dari lensa okuler.
y’
y F’2
F’1 F2
F1
Obyektif Okuler
Percobaan II
Mengukur tebal rambut dengan pertolongan micrometer okuler. Lensa okuler sesungguhnya adalah suatu
susunan lensa yang terdiri dari lensa positif. Yang di depan dinamakan lensa medan dan yang dibelakang
dinamakan lensa mata. Bila mempergunakan micrometer okuler, mikrometer ini harus diletakkan di antara kedua
lensa tadi tepat di titik fokus dari lensa belakang sehingga selalu tampak jelas untuk mata tak berakomodasi.
Harga skala micrometer okuler:
jumlah bagian skala objektif
×0.001cm
jumlah bagian skala okuler
Tebal benda yang diukur = Jumlah bagian yang skala yang menyilang x harga skala mikrometer okuler.
Percobaan II
1. Seperti dalam percobaan I, lepaskan susunan lensa okuler, pasanglah micrometer okuler pada tempatnya di
antara lensa depan dan lensa belakang. Pasanglah lagi susunan lensa tadi.
2. Putar lensa okuler sehingga bayangan micrometer okuler sejajar dengan bayangan micrometer objektif.
Geserlah micrometer objektif sehingga skalanya berdampingan dengan skala micrometer okuler
3. Hitung jumlah skala okuler dan jumlah skala micrometer objektif yang saling berhimpitan
4. Gantilah micrometer objektif dengan sehelai rambut. Putarlah lensa okuler sehingga bayangan micrometer
okuler kelihatan bersilangan tegak lurus dengan bayangan rambut. Hitunglah jumlah skala micrometer okuler
yang menyilang rambut.
Tujuan Percobaan
Menentukan indeks bias zat cair
Dasar teori
Indeks bias medium didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan cahaya diruang hampa dan
kecepatan cahaya dalam medium tersebut, secara matematis indeks bias dituliskan sebagai:
c
n (1)
v
Dengan c adalah kecepatan cahaya dalam ruang hampa (3 108 ms-1), v adalah kecepatan cahaya pada medium dan n
adalah indeks bias medium. Penulisan indeks bias biasanya disertai dengan panjang gelombangnya, jika tanpa
disertai penulisan panjang gelombang maka indeks bias yang dimaksud adalah indeks bias dari panjang gelombang
sinar uap natrium 5890 Å.
Jika cahaya datang dari medium 1 dengan indeks bias n1 dan kecepatan cahaya v1 menuju ke medium 2
dengan indeks bias n2 dan kecepatan cahaya v2 maka berlaku:
n1 c v1 v2
n2 c v2 v1
(2)
Menurut hukum snelius tentang pembiasan:
sin 1 v1
(3)
sin 2 v2
akibatnya berlaku:
n1 sin 1 n2 sin 2 (4)
1
Cara Kerja
1. Mengarahkan alat dengan kotak tempat prisma menjauhi pengamat dan arahkan ke sumber.
2. Membuka kotak prisma dengan melepaskan pengunci pada sisi kanan kotak prisma, kemudian diberi beberapa
tetes zat yang akan diselidiki ke dalam kotak prisma.
3. Mengamati teropong T1 sambil memutar prisma akromatik dengan pemutar P1 hingga didapatkan cahaya putih
tanpa mengalami dispersi.
4. Setelah didapatkan cahaya putih dilanjutkan dengan menentukan sudut kritis zat dengan menggunakan pemutar
P2 hingga batas antara gelap dan terang berapa pada perpotongan garis silang yang terdapat pada teropong T1.
5. Mengamati besarnya indeks bias zat yang ditunjukkan oleh teropong T2.
6. Setelah selesai bersihkan permukaan prisma yang ditetesi zat dengan menggunakan kertas tisue hingga bersih,
dan ulangi percobaan dengan bahan yang berbeda.
JUDUL PERCOBAAN
Nama / NIM : Anggota :
Jurusan : Nama / NIM :
Kelompok : Nama / NIM :
Hari / Tanggal : Waktu :
DATA
Semarang, ……………….
Asisten Praktikan
Nama Nama
NIM NIM
Semarang, ……………….
Asisten Praktikan
Nama Nama
NIM NIM