Anda di halaman 1dari 59

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

EKSPERIMEN FISIKA II
SEMESTER GENAP T.A. 2016/2017

Disusun Oleh:

NURUN NAYIROH, M.Si

LABORATORIUM TERMODINAMIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2017

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 1


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah senantiasa memberikan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen
Fisika II ini dapat terselesaikan dengan baik.

Diktat ini disusun sebagai buku panduan atau pegangan Praktikum


Eksperimen Fisika II di lingkungan Jurusan Fisika UIN MALIKI Malang dengan
materi yang telah disesuaikan dengan materi kuliah Gelombang, Listrik Magnet,
Fisika Modern, dan Termodiamika. Sebagian materi di dalam diktat ini
merupakan hasil penerjemahan dari buku penuntun eksperimen dari PHYWE
yang berbahasa Inggris ditambah dengan beberapa hal dari buku-buku bahan ajar
kuliah.

Tujuan penyusunan adalah bahwa diktat ini dapat membantu para asisten
dan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan praktikum dengan baik dan benar
sekaligus untuk menambah wawasan terhadap teori yang telah didapatkan dalam
perkuliahan serta membantu menambah ketrampilan mahasiswa dalam melakukan
kerja di laboratorium.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada seluruh Laboran dan Kepala


Laboratorium Fisika beserta seluruh pihak yang telah membantu penyusunan
diktat ini. Akhirnya, penyusun menyadari bahwa diktat ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk penyempurnaan diktat berikutnya.

Malang, Januari 2017


Penulis

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 2


TATA TERTIB PRAKTIKUM

Setiap praktikan yang melakukan praktikum Eksperimen Fisika II di


Laboratorium Jurusan Fisika, FSAINTEK, UIN MALIKI Malang diwajibkan
mematuhi tata tertib sebagai berikut:
1. Praktikan harus sudah siap menjalankan praktikum lima menit sebelum acara
praktikum dimulai.
2. Pada saat melakukan praktikum diharuskan memakai jas praktikum.
3. Setiap praktikan diharuskan membaca dengan teliti petunjuk praktikum yang
akan dilakukan dan membuat ringkasan cara kerja praktikum (password
masuk: Tujuan praktikum, landasan teori dan metode eksperimen) yang akan
dilaksanakan pada saat itu.
4. Sebelum praktikum dimulai pada setiap awal praktikum akan didakan pre-tes.
5. Laporan sementara dibuat pada saat praktikum dan pada saat praktikum akan
usai dimintakan persetujuan Asisten praktikum.
6. Setiap selesai praktikum akan diadakan post-test.
7. Laporan resmi praktikum dikumpulkan pada setiap awal praktikum berikutnya.
8. Setelah usai praktikum setiap kelompok bertanggung jawab terhadap keutuhan
dan kebersihan alat-alat dan fasilitas kemudian mengisi buku log penggunaan
alat-alat praktikum.
9. Bagi praktikan yang berhalangan hadir diharuskan membuat surat ijin dan
apabila sakit harus dilampiri surat keterangan dokter.
10. Ketentuan yang belum tercantum dalam tata tertib ini apabila perlu akan
ditentukan kemudian.

PJ.Praktikum Ekaperimen Fisika II

Nurun Nayiroh, M.Si


NIP. 19850312 201101 2 018

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 3


DAFTAR ISI
Halaman

1. Sampul 1

2. Kata Pengantar 2

3. Tata Tertib 3

4. Daftar Isi 4

Efek Hall pada Semikonduktor


5. EF II-1 5
p-Germanium
Medan Listrik dan Potensial pada Pelat
6. EF II-2 14
Kapasitor
Interferensi Gelombang Ultrasonik dengan
7. EF II-3 18
Cermin Lloyd
Kumparan pada Rangkaian AC dengan
8. EF II-4 23
Cobra3
Indeks Bias Larutan Menggunakan
9. EF II-5 29
Refraktometer Abbe

10. EF II-6 Efek Zeeman 34

11. EF II-7 Induksi Magnet dengan Cobra3 38

Interferensi Dua Transmiter Ultrasonik


12. EF II-8 44
yang Identik
13. Sistematika
54
Laporan
14. Laporan
55
Sementara

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 4


EF II 1

EFEK HALL PADA SEMIKONDUKTOR P-GERMANIUM

I. TUJUAN
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah:
1. Untuk mengukur tegangan Hall pada temperatur ruang dan medan magnet
konstan sebagai fungsi dari arus kontrol dan membuat plot pada sebuah
grafik (pengukuran tanpa kompensasi untuk tegangan cacat).
2. Untuk mengukur tegangan yang melintasi sampel pada temperatur ruang
dan arus kontrol konstan sebagai fungsi induksi magnet B.
3. Untuk mengukur tegangan yang melintasi sampel pada arus kontrol
konstan sebagai fungsi temperatur. Jarak pita germanium dihitung dari
pengukuran-pengukuran.
4. Untuk mengukur tegang Hall UH sebagai fungsi induksi magnet B, pada
temperatur ruang. Arah pembawa muatan dan konstanta Hall RH bersama-
sama dengan mobilitas Hall H dan konsentrasi pembawa muatan p
dihitung dari pengukuran-pengukuran.
5. Untuk mengukur tegangan Hall UH s ebagai fungsi temperatur pada
induksi magnet B konstan dan nilai-nilai yang diperoleh diplot pada
sebuah grafik.

II. DASAR TEORI


Efek Hall adalah peristiwa membeloknya arus listrik dalam pelat konduktor
karena adanya pengaruh medan magnet. Peristiwa ini pertama kali ditemukan
oleh ilmuwan Dr. Edwin Hall pada tahun 1879.
Jika arus I mengalir melalui kepingan konduksi persegi panjang dan jika
kepingan dilintasi oleh medan magnet pada sudut kanan arah arus, maka
tegangan yang dihasilkan di antara dua titik superposisi pada sisi yang
berlawanan dengan kepingan disebut juga dengan tegangan Hall.
Fenomena ini timbul dari gaya Lorentz: pembawa muatan yang memberikan
kenaikan arus yang mengalir melalui sampel dibelokkan oleh medan magnet
B sebagai fungsi arah dan kecepatannya v:
= ( )
(F = gaya yang bekerja pada pembawa muatan, e = muatan elementer).
Karena pembawa muatan negatif dan positif di dalam semikonduktor
bergerak berlawanan arah, maka mereka dibelokkan pada arah yang sama.
Pada daerah konduktivitas intrinsik, kita mempunyai

= . exp
2

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 5


di mana = konduktivitas, Eg = energi bandgap, k = konstanta Boltzmann, T
= temperatur absolut.
Jika logaritma konduktivitas diplot terhadap T-1, sebuah garis lurus diperoleh
dengan kemiringan:

=
2
di mana Eg dapat ditentukan.

Dari nilai-nilai terukur yang digunakan pada Gambar 5, kemiringan pada


garis regresi dari

ln = ln 0 + Eg/2k . T-1

adalah

b = - Eg/2k = - 4,18 . 103 K

dengan standar deviasi sb = 0,07 . 103 K.

(karena pengukuran-pengukurannya dibuat dengan arus yang konstan, maka


kita dapat mengatakan U-1, di mana U adalah tegangan yang melewati
sampel).

Karena k = 8,625 . 10-5 eV/K

maka kita peroleh Eg = b . 2k = (0,72 0,03) eV.

Dengan arah arus kontrol dan medan magnet yang ditunjukkan pada Gambar
2, pembawa muatan yang memberikan kenaikan arus pada sampel dibelokkan
maju di tepi depan sampel. Oleh karena itu, jika (dalam sebuah probe n-
doped) elektron-elektron adalah pembawa muatan utama, maka tepi depan
sampel akan menjadi negatif dan dengan konduksi hole pada sampel p-doped,
menjadi positif.
Konduktivitas 0, mobilitas pembawa muatan H, dan konsentrasi pembawa
muatan p dihubungkan melalui konstanta Hall RH:

= . , = .

1
=
.

Gambar 6 menunjukkan sebuah hubungan yang linear antara tegangan Hall


dan medan B. Dengan nila-nilai yang digunakan pada Gambar 6, garis regresi
dengan rumus

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 6


UH = U0 + b . B

Mempunyai kemiringan b = 0,125 VT-1 , dengan standar deviasi sb = 0,003


VT-1.

Berdasarkan pada persamaan:

= . = .

Di mana ketebalan sampel d = 1 . 10-3 m dan I = 0,030 A,

konstanta Hall RH ini menjadi

RH = 4,17 . 10-3 m3/As dengan standar deviasi sRH = 0,08 . 10-3 m3/As.

Konduktivitas pada temperatur ruang dihitung dari panjang sampel l, sampel


pada bagian A dan hambatan sampel R0 sebagai berikut:

=
.

Dengan nilai-nilai yang terukur l = 0,02 m, R0 = 35,0 , A = 1 . 10-5 m2

Kita peroleh 0 = 57,14 -1 m-1.

Sekarang mobilitas Hall pada pembawa muatan dapat ditentukan dari

H = RH . 0

Dengan menggunakan pengukuran-pengukuran yang diberikan di atas, kita


peroleh:

H = (0,238 0,005) m2/Vs.

Konsntrasi hole p pada sampel p-doped dihitung dari

1
=
.

Dengan menggunakan nilai muatan elementari e = 1,602 . 10-19 As,

kita peroleh p = 14,9 . 1020 m-3.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 7


III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Modul efek Hall, 11801.00 1
Papan semikonduktor, p-Ge, efek Hall 11805.01 1
Kumparan, 600 lilitan 06514.01 1
Inti besi, berbentuk-U, berlapis-lapis 06501.00 1
Potongan elektroda, bidang, 30x30x48 mm, 2 06489.00 1
Probe Hall, 13610.02 1
Power supply 0-12 V DC/6 V, 12 V AC 13505.93 1
Pangkalan kaki tiga-PASS- 02002.55 1
Batang pendukung -PASS-,segi empat,l=250mm 02025.55 1
Penjepit sudut kanan -PASS- 02040.55 1
Kabel penghubung, l = 500 mm, merah 07361.01 3
Kabel penghubung, l = 500 mm, biru 07361.04 2
Kabel penghubung, l = 750 mm, hitam 07362.05 2
Teslameter, digital 13610.93 1
Multimeter digital 7134.00 1

Gambar 1. Pengaturan alat percobaan.

B. Langkah Percobaan
1. Aturlah alat-alat percobaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Potongan uji pada papan harus diletakkan ke dalam modul efek Hall
melalui petunjuk alur. Modul secara langsung dihubungkan dengan
keluaran unit power supply 12 V~ di atas masukan AC pada samping
belakang modul.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 8


2. Masukkan pelat ke magnet dengan sangat hati-hati, sehingga tidak
sampai terjadi kerusakan kristal dalam partikel, hindari pelat
melengkung.
3. Ukurlah tegangan Hall dan tegangan yang melintasi sampel dengan
sebuah multimeter. Oleh karena itu, gunakan stopkontak-stopkontak
pada sisi depan modul. Arus dan temperatur dapat dibaca dengan
mudah pada display yang terintegrasi dengan modul.
4. Ukur medan magnet harus dengan teslameter melalui probe Hall, yang
mana dapat dimasukkan secara langsung ke dalam lubang alur pada
modul seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 sehingga anda dapat
meyakinkan bahwa fluks magnet dapat diukur secara langsung pada
sampel Germanium.

Langkah pengambilan data:

1. Atur medan magnet ke nilai 250 mT dengan mengubah tegangan dan


arus pada power supply. Hubungkan multimeter ke stopkontak
tegangan Hall (UH) pada sisi depan modul. Atur display pada modul
ke mode-arus. Tentukan tegangan Hall sebagai fungsi arus dari -30
mA sampai 30 mA pada step hampir 5 Am.
Anda akan memperoleh tipe pengukuran seperti pada Gambar 3.
2. Atur arus kontrol ke 30 mA. Hubungkan multimeter ke stopkontak
tegangan sampel pada sisi depan modul. Tentukan tegangan sampel
sebagai fungsi induksi magnet B positif sampai 300 mT. Anda akan
memperoleh tipe grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 2: Efek Hall pada sampel berbentuk persegi panjang. Tanda


polaritas tegangan Hall yang diberikan ditunjukkan ketika pembawa terisi
muatan negatif.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 9


Gambar 3: Tegangan Hall sebagai fungsi arus.
3. Yakinkan bahwa display bekerja pada mode temperatur selama
pengukuran.
Pada saat memulai, atur arus ke nilai 30 mA. Medan magnet akan
mati. Arus tetap mendekati konstan selama pengukuran, tetapi
tegangan berubah berdasarkan perubahan temperatur. Sekarang, atur
display pada mode temperatur. Mulailah pengukuran dengan
mengaktifkan kumparan panas dengan menekan tombol on/off pada
sisi belakang modul.
Tentukan perubahan tegangan yang bergantung pada perubahan
temperatur untuk rentang mulai temperatur ruang sampai temperatur
maksimu 170C.
Anda akan memperoleh sebuah tipe kurva seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 5.

Gambar 4: Perubahan hambatan sebagai fungsi induksi magnet.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 10


Gambar 5: Resiprok tegangan sampel yang diplot sebagai fungsi resiprok
temperatur absolut. (Karena I konstan selama pengukuran, maka U-1 dan
oleh karenanya grafik menjadi ekuivalen dengan plot konduktivitas terhadap
resiprok temperatur.

4. Atur arus ke nilai 30 mA. Hubungkan multimeter ke stopkontak


tegangan Hall (UH) pada sisi depan modul. Tentukan tegangan Hall
sebagai fungsi induksi magnet. Mulailah dengan -300 mT dengan cara
mengubah polaritas arus kumparan dan meningkatkan induksi magnet
pada step sekitar 20 mT. Pada titik nol, anda harus mengubah
polaritas. Sebuah tipe pengukuran ditunjukkan pada Gambar 6.
5. Atur arus ke nilai 30 mA dan induksi magnet ke nilai 300 mT.
Tentukan tegangan Hall sebagai fungsi temperatur.
Atur display pada mode temperatur. Mulailah pengukuran dengan
mengaktifkan kumparan panas dengan menekan tombol on/off pada
sisi belakang modul.
Anda akan memperoleh sebuah kurva seperti Gambar 7.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 11


Gambar 6: Tegangan Hall sebagai fungsi induksi magnet.

Gambar 7: Tegangan Hall sebagai fungsi temperatur.

C. Tabel Data Percobaan


Tabel tegangan Hall (UH) sebagai fungsi arus listrik (B=250 mT)
No. Ip (mA) UH (V)
1. -30
-25

dst... dst..

25
30

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 12


Tabel Tegangan sampel sebagai fungsi induksi magnet (Ip = 30 mA)
No. B (mT) Up (V)
1. 30

dst... dst..

300

Tabel Tegangan sampel sebagai fungsi temperatur (Ip=30 mA, B = 0)


No. T (C) Up (V)
1. 30
35

dst...

105

Tabel Tegangan hall sebagai fungsi induksi magnet (Ip=30 mA)


No. B (mT) UH (V)
1. -300
-280

dst... dst..

280
300

Tabel Tegangan hall sebagai fungsi temperatur (Ip=30 mA, B=300 mT)
No. T (C) UH (V)
1. 30

dst... dst...

105

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 13


EF II - 2
MEDAN LISTRIK DAN POTENSIAL PADA PELAT KAPASITOR

I. TUJUAN
1. Untuk mengamati hubungan antara tegangan dan kuat medan listrik,
dengan jarak antar pelatnya konstan.
2. Untuk mengamati hubungan antara kuat medan listrik dan jarak antar plat,
dengan tegangan konstan.

II. DASAR TEORI

Persamaan di atas adalah persamaan Maxwell untuk medan listrik E pada pelat
kapasitor.

Untuk kasus keadaan mantap (steady-state) dalam muatan kosong jarak antara
pelat-pelat,

=0 (1)

=0 (2)

Jika salah satu pelat ditempatkan pada bidang y-z dan pelat yang lain sejajar
dengan bidang itu pada jarak d, dan jika batas gangguan karena luasan yang
terbatas pada pelat-pelat diabaikan, maka persamaan (2) berikut menyatakan
bahwa E terletak pada arah x dan seragam. Oleh karena medan tidak berotasi (rot
E =0), maka dapat direpresentasikan sebagai gradien medan skalar :

= =

Sedangkan E, karena dia seragam, maka bisa juga direpresentasikan sebagai hasil
bagi dari diferensial

= = (3)

Dimana diferensial potensial sama dengan tegangan U yang diberikan dan d


adalah jarak antar plat-plat.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 14


III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Plat kapasitor, 283x283 mm 06233.02 2
Plat kapasitor dengan lubang d = 55 mm 11500.01 1
Electric field meter 11500.10 1
Prob Potensial 11501.00 1
Power supply, 0...600 VDC 13672.93 1
Resistor dengan nilai tinggi 10 Mohm 07160.00 1
Lampu Blow, butan cartridge, x2000 46930.00 1
Butane cartridge 47535.00 1
Pipa karet, i.d. 6 mm 39282.00 1
Digital multimeter 07134.00 2
Kabel penghubung, l = 100 mm,hijau-kuning 07359.15 1
Kabel penghubung, l = 750 mm, merah 07362.01 5
Kabel penghubung, l = 750 mm, biru 07362.04 5
Bangku profil optis, l = 60 cm 08283.00 1
Kaki untuk bangku profil optis, putaran 08284.00 2
Bantalan geser pada bangku profil optis, h=80mm 08286.02 2
Bantalan geser pada bangku profil optis, h=30mm 08286.01 1
Batang pendukung, baja stainless, 250 mm 02031.00 2
Batang pendukung, persegi, l = 250 mm 02025.55 1
Penjepit sudut kanan -PASS- 02040.55 4
Mistar, plastik, l = 200 mm 09937.01 1
Alas barel -PASS- 02006.55 1

Gambar 1: Susunan untuk pengukuran kuat medan listrik sebagai fungsi tegangan
dan jarak antar plat.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 15


B. Langkah percobaan
1. Pengaturan percobaan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.
2. Pertama kali medan listrik meter (electric field meter) harus dinolkan
dengan tegangn 0 V. Kemudian ukurlah medan listrik dengan tegangan
bervariasi pada beberapa jarak antar pelat ( 10 cm).
3. Ukurlah kuat medan listrik sebagai fungsi jarak antara dua pelat
kapasitor, pada rentang kira-kira 2 - 12 cm, dengan pengaturan tak
berubah, tetapi dengan tegangan konstan sebesar 200 V.
4. Pengaturan percobaan seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Antara plat-
plat memiliki jarak 10 cm; tegangan yang diberikan adalah 250 V.
5. Ukurlah potensial di antara plat-plat dengan probe pengukur potensial.
Untuk menghindari interferensi dari permukaan muatan, udara pada
ujung probe diionisasi, menggunakan sebuah nyala api sepanjang 3-5
mm. Probe sebaiknya selalu diletakkan sejajar dengan plat-plat
kapasitor.

C. Tabel Data Percobaan


d=10 cm

U (kV) Eeksp. (kV/m) Eteori (kV/m)


7
8
9
10
11
12

U=200 V

d (cm) Eeksp. (kV/m) Eteori (kV/m)


2
3

dst...

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 16


EF II - 3

INTERFERENSI GELOMBANG ULTRASONIK


DENGAN CERMIN LLOYD

I. Tujuan
Tujuan dilakukan percobaan ini, adalah:
1. Untuk merekam tegangan reflektor U pada setiap step percobaan. Alat
geser digunakan untuk menggerakkan layar reflektor yang diposisikan
sejajar dengan garis hubung antara transmitter dan receiver yang sejajar
terhadap dirinya dengan step (0,5 1) mm..
2. Untuk menentukan nilai d pada variasi maksimum dan minimum dari
grafik U = U(d) dan dibandingkan dengan nilai ekspektasi secara teoritis.

II. Dasar Teori


Gambar 4 menunjukkan bagian paket parsial dari gelombang suara yang
dipancarkan oleh transmitter yang mana berinterferensi antara yang satu
dengan yang lain pada receiver. Bagian gelombang itu mencapai receiver
secara langsung, dimana bagian yang kedua adalah yang pertama kali
direfleksikan oleh layar logam. Berdasarkan perbedaan panjang dua bagian
paket, maka akan terjadi interferensi baik konstruktif ataupun dekstruktif.
Dengan jarak yang konstan antara transmitter dan receiver, perbedaan
panjang (dan dengan kondisi interferensi ini) adalah fungsi dari jarak d
pada reflektor dari sumbu tengah (lihat Gambar 4).

Persamaan berikut ini adalah valid:

= 2( ) = 2 + (1)

Interferensi konstruktif (maksimum) akan terjadi ketika sama dengan


bilangan bulat panjang gelombang pada gelombang ultrasonik:

= =2 +

= + ; n = 0, 1, 2, 3,..... (2)

Interferensi destruktif akan terjadi ketika sama dengan bilangan ganjil


setengah panjang gelombang pada gelombang ultrasonik:

2 +1
= =2 +
2
= + ; n = 0, 1, 2, 3,.....(3)

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 17


Gambar 4: Diagram untuk perhitungan perbedaan panjang dua paket parsial (t
= transmitter - pemancar, r = receiver - penerima, sc = screen - layar).

III. METODE PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini, antara lain:
Unit ultrasonik 13900.00 1
Power supply untuk unit ultrasonik,5 VDC 13900.99 1
Transmitter ultrasonik pada batang 13901.00 1
Receiver ultrasonik pada batang 13902.00 1
Multimeter digital 07134.00 1
Bangku optik, l = 60 cm 08283.00 1
Pangkalan untuk bangku optik, putaran 08284.00 2
Bantalan geser untuk bangku optik, h = 80 mm 08286.02 2
Bantalan geser untuk bangku optik 08286.00 1
Alat penggeser, horisontal 08713.00 1
Lengan ayun 08256.00 1
Layar logam, 30x30 cm 08062.00 1
Pita pengukur, 2 m 09936.00 1
Kabel penghubung, l = 50 cm, merah 07361.01 1
Kabel penghubung, l = 50 cm, biru 07361.04 1

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 18


Gambar 1: Pengaturan percobaan.

Gambar 2: Diagram pengaturan percobaan (t = transmitter-pemancar, r =


receiver-penerima, sd = sliding device-alat penggeser, sa =
swinging arm-lengan ayun, sc = screen-layar).

B. Langkah Percobaan
1. Rangkailah alat percobaan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1,
merujuk pada diagram pada Gambar 2 untuk penjelasan yang lebih
detail.
2. Letakkan bantalan transmitter dan receiver ultrasonik pada bantalan
gesernya (h = 80 mm). Atur keduanya pada ketinggian yang sama,
kemudian arahkan mereka pada bangku optik sehingga sumbu
tengahnya sesuai dan lurus dengan bangku optik. Gunakan lengan

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 19


ayun untuk bantalan layar reflektor pada alat penggeser (horisontal)
dan yakinkan bahwa penggeser ini dikondisikan pada skala awal mula.
3. Pada saat memulai percobaan, luruskan layar reflektor sejajar dengan
bangku optik dan pada jarak 2 cm dari sumbu tengah pada transmitter
dan receiver. Guanakan alat penyetel ini dengan memutar lengan
ayun, tahan eflektor tetap sejajar dengan bangku optik ketika ikut
bergerak juga.
4. Yang terakhir gerakkan transmitter dan receiver hingga tepi depannya
simetri dengan pinggir layar dan dipisahkan pada jarak 29,4 cm (lihat
Gambar 2). Sebagai bagian yang bergerak pada kisi, jarak efektifknya
sekarang adalah 30 cm.
5. Sambungkan transmitter ke stopkontak dioda TR1 pada unit ultarsonik
dan operasikan unit itu pada mode kontinyu Con.
6. Sambungkan receiver ke stopkontak BNC yang kiri (utamakan ke
amplifier). Sambungkan sinyal receiver ke keluaran analog pada
multimeter digital agar mempunyai penguatan dan pembetulan.
7. Untuk meyakinkan kesesuaian antara sinyal masukan dan sinyal
keluaran analog, hindari pengoperasian amplifier pada rentang saturasi
(kondisi jenuh). Jika kasus demikian ini terjadi dan dioda OVL
menyala, maka kurangi amplitudo transmitter atau amplifikasi
masukan.
8. Untuk memulai, kontrol dan hindari overload, gunakan alat penggeser
untuk menggerakkan layar ke daerah maksimum pertama pada kurva
pengukuran.
9. Sekarang untuk merekam kurva pengukuran, gunakan alat penggeser
untuk menggerakkan layar menjauh dari sumbu tengah pada sistem
dengan step d = (0,5-1) mm, untuk mengukur tegangan penerima
ultrasonik U pada setiap step.
10. Hitunglah nilai-nilai d menggunakan persamaan (2) dan (3).
Nilai-nilai berikut digunakan untuk menghitung d:
x = 15,0 cm dan = 0,86 cm.
Sebagaimana transmitter mengemisikan pada frekuensi f = 40 Hz, nilai
frekunesi diperoleh dari c = . f (c = 343,4 m/s pada T = 200C) dimana
panjang gelombang ultrasonik adalah = 0,858 cm = 0,86 cm. Hanya
nilai-nilai d yang memiliki nilai ekstrim yang ditentukan pada
percobaan ini dan tidak ada inensitas yang absolut, faktor-faktor
seperti penyerapan oleh udara dan tipe gelombang (bidang atau bulat)
tidak perlu dianggap di sini (diabaikan).

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 20


C. Tabel Data Percobaan
No. d (cm) U (Volt)
1.

dst.

Puncak maksimum Puncak minimum


n deks. / cm dteori/cm deks. / cm dteori/cm
1.
2.
3.
dst.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 21


EF II 4

KUMPARAN PADA RANGKAIAN AC DENGAN COBRA3

I. TUJUAN
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah:
1. Untuk menentukan impedensi sebuah kumparan sebagai fungsi frekuensi.
2. Untuk menentukan induktansi kumparan.
3. Untuk menentukan perubahan fase di antara terminal tegangan dan arus
total, sebagai fungsi frekuensi pada rangkaian.
4. Untuk menentukan induktansi total pada kumparan yang disambungkan
secara paralel dan seri.

II. DASAR TEORI

Jika sebuah kumparan induktansi L dan sebuah resistor hambatan R


disambungkan pada sebuah rangkaian (lihat Gambar 2), jumlah tegangan yang
masuk pada elemen-elemen individu adalah sama dengan tegangan terminal U.

(1)
dimana I adalah arus.
Hambatan R dipilih sehingga hambatan DC pada kumparan, dengan nilai 0,2
dapa diabaikan. Jika tegangan bolak-balik U mempunyai frekuensi = 2f dan
bentuk gelombang

U = U0 cos t,
kemudian penyelesaiannya (2) adalah
I = I0 cos (t - )
dengan perubahan fase diberikan oleh
tan = L/R (2)
dan

(3)
Ini biasanya untuk menghilangkan impedensi komplek sebagai operator Ri:
Kumparan RL = iL,
Hambatan Ohm = R.
Dengan sambungan paralel,

Impedensi riil pada sebuah rangkaian adalah nilai absolut tot dan untuk
hubungan fase, analogi ke (2) adalah rasio bagian imajiner pada bagian riil tot.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 22


III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan bahan percobaan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain:
Cobra3 Basic Unit 12150.00 1
Power supply, 12 V 12151.99 2
Kabel data RS 232 14602.00 1
Software Cobra3 Universal writer 14504.61 1
Modul Cobra3 Function generator 12111.00 1
Kumparan, 300 lilitan 06513.01 1
Kumparan, 600 lilitan 06514.01 1
Resistor pada kotak steker 47 Ohm 39104.62 1
Resistor pada kotak steker 100 Ohm 39104.63 1
Resistor pada kotak steker 220 Ohm 39104.64 1
Kotak penghubung 06030.23 1
Kabel penghubung, l = 250 mm, merah 07360.01 2
Kabel penghubung, l = 250 mm, biru 07360.04 1
Kabel penghubung, l = 500 mm, merah 07361.01 2
Kabel penghubung, l = 500 mm, biru 07361.04 2

Gambar 1: Pengaturan percobaan untuk pengukuran impedensi kumparan.

Gambar 2a: Rangkaian untuk pengukuran impedensi kumparan.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 23


Gambar 2b: Rangkaian untuk pengukuran arus total dan tegangan total.

Gambar 3: Parameter-parameter pengukuran.

B. Langkah Percobaan
1. Rangkailah alat percobaan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1,
2a dan 2b.
2. Sambungkan Cobra3 Basic Unit ke port komputer COM1, COM2,
atau port USB (untuk port komputer USB gunakan USB ke konverter
RS232 14602.10).
3. Mulailah program measure dan pilih Cobra3 Gauge Universal
Writer.
4. Mulailah pengukuran dengan menggunakan parameter-parameter
yang diberikan pada Gambar 3.

C. Langkah pengambilan dan pengolahan data percobaan


Tugas 1
Untuk menentukan impedensi sebuah kumparan sebagai fungsi frekuensi,
sambungkan kumparan secara seri dengan hambatan yang nilainya sudah
diketahui. Frekuensi divariasi sampai ada tegangan yang sama yang
melewati kumparan sebagai lintasan hambatan (lihat Gambar 2a). Nilai
hambatan dan impedensi kemudian sama dengan:

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 24


R = L = 2f L (4)

Anda akan memperoleh data seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Tugas 2
Dengan garis regresi pada nilai-nilai yang terukur dari Gambar 4 dan
pernyataan linear (lihat persmaan (4))
y = a + bx
f = a + (1/2 L) R
Kita peroleh untuk induktansi:
L = 1/2 b
Nilai teoritis induktansi yang digunakan adalah L(300) = 2 mH, L(600) =
9 mH.

Gambar 4: Frekuensi terukur untuk kumparan 300 lilitan dan 600 lilitan dan
untuk resistor yang berbeda-beda ketika tegangan yang sama melewati
kumparan sebagai lintasan resistor.

Tugas 3
Perubahan fase di antara tegangan total dan arus total dapat diukur
dengan menggunakan sebuah rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar
2b. Gunakan Software Measure Survey Function sebagaimana yang
ditunjukkan pada Gambar 5 untuk pengukuran perubahan fase. Plot
perubahan fase (lihat Gambar 6) dan tangensial perubahan fase sebagai
fungsi frekuensi dari Cobra3 function generator (Lihat Gambar7).
Dari garis regresi pada nilai-nilai yang terukur pada Gambar 7 dan
pernyataan linear (Lihat persamaan (2))

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 25


y=a+bx
tan (phi) = a + (2L/R) f
Kita peroleh untuk induktansi:
L = bR/2

Gambar 5: pengukuran amplitudo arus dan tegangan dan perubahan fase dengan
menggunakan Survey Function.

Nilai teoritis induktansi yang digunakan adalah L (300) = 2 mH, L(600) =


9 mH.

Gambar 6: Perubahan fase di antara arus total dan tegangan total untuk 600
lilitan dan resistor 47 Ohm sebagai fungsi frekuensi.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 26


Gambar 7: Tangensial perubahan fase sebagai fungsi frekuensi untuk kumparan
600 lilitan.

Tugas 4
Ketika kumparan-kumparan disambungkan secara paralel atau seri,
ketelitian harus dilakukan untuk memastikan bahwa antar bagian mereka
cukup jauh, karena medan magnetnya mempengaruhi satu sama lain.
Seperti halnya tugas 3, gunakan Survey Function untuk pengukuran
perubahan fase dan plot tangensial perubahan fase sebagai fungsi
frekuensi (lihat Gambar 8).

Gambar 8: Perhitungan induktansi total kumparan yang disambungkan secara


paralel dan seri.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 27


Dari kemiringan garis lurus untuk kumparan yang disambungkan secara
paralel dan seri (lihat Gambar 8) akan diperoleh nilai induktansi L untuk
kumparan 300 lilitan dan 600 lilitan.
Nilai teoritis pada induktansi yang digunakan:
L(300 || 600) = 1,6 mH
L(300 + 600) = 11 mH.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 28


EF II - 5
INDEKS BIAS LARUTAN
MENGGUNAKAN REFRAKTOMETER ABBE

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah
1. Untuk menentukan indeks bias suatu larutan gula dengan variasi
konsentrasi (sampel standar).
2. Dapat menggunakan refraktometer dengan baik dan benar.
3. Mengetahui konsentrasi gula pada minuman-minuman soft drink dengan
metode refraktometer.

II. DASAR TEORI


Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/
konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dsb. Prinsip kerja
dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi
cahaya.
Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan
kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi untuk identifikasi
zat kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada suhu 20oC dan suhu tersebut
harus benar-benar diatur dan dipertahankan karena sangat mempengaruhi
indeks bias. Harga indeks bias dinyatakan dalam farmakope Indonesia edisi
empat dinyatakan garis (D) cahaya natrium pada panjang gelombang 589,0
nm dan 589,6 nm. Umumnya alat dirancang untuk digunakan dengan cahaya
putih. Alat yang digunakan untuk mengukur indeks bias adalah refraktometer
ABBE. Untuk mencapai kestabilan, alat harus dikalibrasi dengan
menggunakan plat glass standart.
Refraktometer Abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks bias
cairan, padatan dalam cairan atau serbuk dengan indeks bias dari 1,300
sampai 1,700 dan persentase padatan 0 sampai 95%, alat untuk menentukan
indeks bias minyak, lemak, gelas optis, larutan gula, dan sebagainnya, indeks
bias antara 1,300 dan 1,700 dapat dibaca langsung dengan ketelitian sampai
0,001 dan dapat diperkirakan sampai 0,0002 dari gelas skala di dalam.
Pengukurannya didasarkan atas prinsip bahwa cahaya yang masuk
melalui prisma-cahaya hanya bisa melewati bidang batas antara cairan dan
prisma kerja dengan suatu sudut yang terletak dalam batas-batas tertentu yang
ditentukan oleh sudut batas antara cairan dan alas.
Rumus : n = c/v

Di mana: n : indeks bias


c : kecepatan cahaya di udara
v : kecepatan cahaya dalam zat

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 29


Gambar 1. Alat Refraktometer Abbe.

III. METODE PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah:


Refraktometer Abbe 1 buah
Beaker glass 50 ml 10 buah
Beaker glass 100 ml 1 buah
Gelas ukur 50 ml 1 buah
Neraca digital 1 buah
Spatula 1 buah
Pengaduk kaca 1 buah
Sendok tanduk 1 buah
Botol semprot 1 buah
Pipet tetes 10 buah

Sedangkan bahan yang digunakan adalah:


Gula pasir 10 gram
Minuman soft drink dengan berbagai merk (buavita, kacang hijau
UHT, teh gelas, freso, teh botol sosro, dan ale-ale).
Aquades
Tissue
Kertas label

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 30


B. Langkah Kerja
a. Preparasi Sampel Standar
Pembuatan larutan gula dengan kosentrasi masing-masing 1%, 2%,
3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9% dan 10%.
Timbang gula pasir 0,1 g untuk pembuatan larutan rin dengan
konsentrasi 1%; 0,2 g : 2%; 0,3 g : 3%; 0,4 g : 4%; 0,5 g : 5%; 0,6
g : 6%; 0,7 g : 7%; 0,8 g : 8%; 0,9 g : 9%; dan 1 g untuk 10%.
Masukkan 10 ml air aquades ke dalam beaker glass 100 ml.
Larutkan gula pasir yang sudah ditimbang ke dalam 10 ml
aquades.
Aduk selama 1 menit sampai benar-benar gula terlarut
sempurna (homogen).
Masukkan larutan ke dalam beaker glass 50 ml dan diberi label.

b. Pengujian Sampel dengan Refraktometer Abbe


Sebelum dilakukan uji, lakukan kalibrasi dahulu alat
refraktometer dengan menggunakan cairan aquades.
Sampel standar larutan gula dengan konsentrasi tertentu masing-
masing diteteskan sebanyak 2-3 tetes pada prisma/tempat sampel
alat refraktometer.
Penutup kaca prisma ditutup dengan perlahan dan rapat. Pastikan
sampel tersebar merata di atas permukaan prisma.
Biarkan cahaya melewati larutan dan melalui prisma agar cahaya
pada layar dalam alat tersebut terbagi menjadi dua.
Geser tanda batas tersebut dengan memutar knop pengatur,
sehingga memotong titik perpotongan dua garis diagonal yang
saling berpotongan terlihat pada layar.
Mengamati dan membaca skala indeks bias yang ditunjukkan oleh
jarum layar skala melalui mikroskop.
Layar hasil dua warna yang telah diatur sedemikian sehingga
memberikan dua warna yang mempunyai warna yang jelas dan
tegas.
Diamati nilai indeks bias dan Brix-nya (%) kemudian dicatat
dalam sebuah tabel.
Data hasil pengamatan dibuat kurva hubungan antara indeks bias
dan konsentrasi larutan sebagai kurva standar kadar gula.
Lakukan langkah yang sama seperti di atas untuk mengamati
indeks bias pada sampel minuman soft drink (buavita, kacang
hijau UHT, teh gelas, freso, fresh tea, teh botol sosro, dan ale-
ale).

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 31


Untuk menentukan konsentrasi gula yang terkandung dalam
sampel minuman, nilai indeks bias yang terukur dibandingkan
dengan kurva standar larutan gula yang telah dibuat.

C. Tabel Data Percobaan


Tabel data sampel standar
No. Konsentrasi larutan gula Indeks Bias Temperatur
(C)
1. 1%
2. 2%
3. 3%
4. 4%
5. 5%
6. 6%
7. 7%
8. 8%
9. 9%
10. 10%

Tabel data sampel minuman


No. Jenis Minuman Indeks Bias Temperatur Konsentrasi
(C) gula
1. Buavita
2. Kacang hijau
UHT
3. Teh botol sosro
4. Freso
5. Teh gelas
6. Ale-ale
7. Fresh tea
8. Nu Tea
9. Teh Kotak

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 32


EF II 6
EFEK ZEEMAN

I. TUJUAN
1. Mengukur pecahan garis pusat menjadi dua garis dalam bilangan
gelombang sebagai fungsi densitas fluks magnet menggunakan
interferometer Fabry-Perot dan teleskop buatan sendiri.
2. Mengevaluasi nilai magneton Bohr dari hasil pada poin 1.
3. Mencari cahaya yang diemisikan dengan arah medan magnet secara
kualitatif.

II. DASAR TEORI


Efek zeeman merupakan terpecahnya garis spektrum atom pada medan
magnet. Secara sederhana, merupakan pemecahan dari satu spektrum garis
kedalaman 3 komponen yang disebut Efek Zeeman Normal. Efek zeeman
normal dipelajari dengan menggunakan spektrum logam kadmium sebagai
spesimennya. Untuk mengetahui keadaan Spektrum kadmium (643.8 nm)
tersebut, maka digunakan interferometer Fabry-Perot. Evaluasi dari hasil
eksperimen ini lebih tepat menggunakan nilai magneton Bohr.
Pada awal tahun 1862, faraday meneliti apakah spektrum dari sinar yang
berwarna dapat berubah dibawah pengaruh sebuah medan magnet, namun
belum ada hasilnya. Hingga pada tahun 1885, Fleves dapat membuktikan
sebuah efek namun dilupakan dan ditemukan kembali 11 tahun berikutnya oleh
Dutchman Zeeman, yang dipelajarinya bersama Lorentz.
Eksperimen yang mempunyai pengaruh penting dalam perkembangan
teori atom ini dapat dilakukan dengan peralatan modern pada laboratorium.
Pemecahan garis spektrum kadmium (Cd) dengan panjang gelombang =
643.8 nm kedalaman 3 garis, yang disebut dengan triplet Lorentz, terjadi ketika
atom-Cd menunjukkan sifat sebagian sistem yang tidak mempunyai spin (S=0).
Ketiadaan spin S pada medan magnet memungkinkan hanya akan terjadinya
transisi dari D-P yang mempunyai panjang gelombang 643.8 nm, sebagaimana
yang digambarkan pada Gambar 1.
Dengan adanya medan magnet menjadikan adanya hubungan tingkat
energi yang dipecah menjadi komponen 2L + 1. Transisi radiasi antara
komponen-komponen tersebut mungkin saja terjadi, asalkan memenuhi aturan
berikut:
ML = +1; ML = 0; ML = 1 (1)

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 33


Gambar 1. Pemecahan komponen-komponen dalam medan magnet
dan transisi yang diperbolehkan.

Oleh karena itu pada kasus ini ada 9 jenis transisi yang diperbolehkan. 9
transisi ini dapat dikelompokkan menjadi 3 grup dengan 1 grup masing-masing
3 transisi. Di mana semua transisi yang ada pada suatu grup mempunyai energi
yang sama dan akibatnya mempunyai panjang gelombang yang sama juga.
Oleh karena itu, hanya akan ada 3 garis saja yang tampak.
Grup pertama di mana = -1, memberikan sebuah garis yang
merupakan cahaya terpolarisasi vertikal terhadap medan magnet. Grup tengah,
dimana = 0 memberikan sebuah garis yang merupakan cahaya
terpolirasi vertikal terhadap medan magnet. Dan grup terakhir di mana
= +1 memberikan garis cahaya yang terpolarisasi lagi secara vertikal
terhadap medan magnet.
Dengan adanya suatu analiser, ketiga garis dapat terlihat secara simultan.
Masing-masing cincin yang diamati dalam sebuah medan magnet terpecah
menjadi 3 cincin ketika diberi medan magnet. Dengan menyisipkan analiser,
dua garis dapat diamati secara langsung jika analiser berada pada posisi
horisontal (efek zeeman transversal). Dengan memutar elektromagnet 90
cahaya datang dari lampu spektrum sejajar terhadap arah medan yang juga
dapat diamati ketika kutub magnet digerakkan. Hal tersebut juga menunjukkan
bahwa cahaya terpolarisasi melingkar. Bagaimanapun posisi analiser, setiap
cincin yang terlihat tanpa medan magnet adalah secara permanen terpecah
menjadi dua cincin dengan adanya medan magnet (efek zeeman Longitudinal).
Untuk lebih jelasnya, perhatikan Gambar 2.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 34


Gambar 2. Efek Zeeman transversal dan longitudinal.

Memutar balik Elektromagnetik untuk pengamatan dua garis pada efek


zeeman transversal itu akan mempermudah melihat bahwa ukuran pecahan
garis meningkat dengan meningkatnya kuat medan magnet. Untuk pengukuran
kuantitatif panjang gelombang dari hasil pecahan ini, digunakan
interferometer Fabry-Perot.
Etalon Fabry-Perot mempunyai resolusi sekitar 300.000 yang berarti
bahwa jika terjadi pergeseran panjang gelombang sekitar 0.002 nm akan
masih dapat dideteksi.
Etalon tersebut terdiri dari dua pelat kaca tipis paralel yang dilapisi dengan
layar refleksi secara parsial pada permukaan dalamnya. Anggaplah dua
permukaan transmisi (1) dan (2) pada Gambar 3 dipisahkan pada jarak t.
Seberkas cahaya datang membentuk sudut terhadap garis normal akan dipecah
menjadi sinar AB, CD, EF dll. Selisih garis antara gelombang depan dari dua
sinar, (misalnya, AB dan CD ) adalah :
= +
Dimana, BK normal terhadap CD, dengan:
CK = BC cos dan BC cos = t
Kita dapat menentukan:
= = (1 + 2 )=2 = 2 cos
dan untuk interferensi konstruktif yang terjadi:
= 2 cos
di mana n adalah intejer. Jika indek bias medium antara pelat adalah 1,
maka persamaan masih harus dimodifikasi dengan cara berikut:
n = 2t cos (1)

Gambar 3. Sinar refleksi dan transmisi pada permukaan sejajar (1) dan (2) terhadap
etalon. Jarak etalon adalah t.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 35


Persamaan (1) adalah persamaan interferometer dasar. Misalkan sinar B,
D, F dll dibawa ke fokus dengan menggunakan sebuah lensa dengan panjang
fokus f sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Memfokuskan cahaya yang memancar dari etalon Fabry-Perot. Cahaya yang
masuk etalon pada sudut difokuskan masuk ke sebuah cincin dengan jari-jari r = f
adalah panjang fokus lensa.

Kemudian ketika mengisi persamaan (1), cincin yang bercahaya akan


muncul pada bidang fokus, besar jari-jarinya adalah:
rn = f tan n = f n (2)

untuk nilai n yang kecil, misalnya sinar mendekati sejajar


terhadap sumbu optik.
Ketika

dengan

Akhirnya diperoleh:

atau (3)
Jika n sesuai dengan frinji yang terang, n harus intejer. Bagaimanapun,
no, yang mana memberi interferensi pada pusat (cos = 1 atau = 0 pada
persamaan 1), adalah pada umumnya bukan intejer. Jika n1 adalah orde
intereferensi cincin pertama, dengan jelas n1 < n0 ketika n1 = n0 cos n1.
Kita kemudian memisalkan
n1 = n0 ; 0 < < 1
di mana n1 adalah intejer tertutup terhadap n0 (lebih kecil dari pada n0).
Sehingga, kita mempunyai secara umum pola cincin ke-p, sebagaimana
terukur dari pusat luar,
np = (n0 ) (p 1) (4)
Menggabungkan persamaan (4) dengan persamaan (2) dan (3), kita
peroleh untuk jari-jari cincin, substitusi rp ke rn0,

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 36


(5)
Kita mencatat bahwa selisih antar kuadrat jari-jari pada cincin yang
berdekatan adalah konstan:

(6)
2
dapat ditentukan secara grafik dengan mengeplot rp versus p dan
memperhitungkan rp2 = 0.
Sekarang, jika ada dua komponen garis spektrum (pecahan satu
garis pusat menjadi dua komponen) dengan panjang gelombang a dan b,
yang mana saling menutup antara yang satu dengan lainnya, mereka akan
mempunyai orde fraksi pada pusat a dan b:

di mana n1,a, n1,b adalah orde interferensi pada cincin pertama. Oleh
karenanya, jika cincin-cincin tidak overlap dengan sebuah orde lengkap
n1,a = n1,b dan selisih bilangan gelombang antara dua komponen adalah
menjadi sederhana

(7)
Selanjutnya, menggunakan persamaan (5) dan (6), kita peroleh

(8)
Tampilan persamaan (8) untuk komponen a dan b, menghasilkan

dan
Dengan mensubstitusi orde fraksi ini ke dalam persamaan (7), kita peroleh
selisih bilangan gelombang berikut:

(9)
Dari persamaan (6) jelas bahwa selisih antara kuadrat jari-jari komponen a,

adalah sama dengan (dengan bagian yang sangat kecil) selisih untuk
komponen b yang sama.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 37


karena

berapapun nilai p yang mungkin. Demikian pula, semua nilai

Harus sama, tanpa menghiraukan p dan rata-ratanya dapat diambil


sebagaimana mungkin yang dilakukan pada selisih nilai . Dengan dan
sebagai nilai rata-rata yang kita peroleh untuk selisih bilangan
gelombang pada komponen a dan b, dengan = 1,

(10)
Persamaan (10) memberikan bukti nyata bahwa v tidak bergantung pada
dimensi yang digunakan dalam pengukuran sistem jari-jari cincin pada
penguatan pola interferensi.

III. METODE PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan
1. Interferometer Fabry-Perot 09050-20 1
2. Lampu Cadmium untuk efek Zeeman 09050-20 1
3. Electromagnet w/o pole shoes 06480-01 1
4. Pole pieces, drilled, conical 06480-03 1
5. Meja putar untuk beban berat 02077-00 1
6. Power supply untuk lampu spektrum 13662-97 1
7. Transformer variabel, 25 VAC/ 20 VDC, 12 A 13531-93 1
8. Capasitor, elektrolit.,2200 F 06211-00 1
9. DMM dengan termokopel NiCr-Ni 07122-00 1
10. Bangku optik, l=1000mm 08282-00 1
11. Alas untuk bangku optik, bisa diputar 08284-00 2
12. Bantalan geser untuk bangku optik, h = 30 mm 08286-01 5
13. Bantalan geser untuk bangku optik, h = 80 mm 08286-02 2
14. Pegangan lensa 08012-00 4
15. Lensa, mounted, f+50 mm 08020-01 2
16. Lensa, mounted, f+300 mm 08023-01 1
17. Diafragma iris 08045-00 1
18. Polarising filter, pada batang 08610-00 1
19. Polarization speciment, mica 08664-00 1
20. Kabel penghubung, 32 A, 250 mm, merah 07360-01 1
21. Kabel penghubung, 32 A, 250 mm, biru 07360-04 1
22. Kabel penghubung, 32 A, 500 mm, merah 07361-01 1
23. Kabel penghubung, 32 A, 500 mm, biru 07361-04 1
24. Kabel penghubung, 32 A, 700 mm, merah 07362-01 1
25. Kabel penghubung, 32 A, 1000 mm, merah 07363-01 1

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 38


26. Kabel penghubung, 32 A, 1000 mm, biru 07363-04 1
27. Sliding device, horizontal 08713-00 1
28. Plate holder with tension spring 08288-00 1
29. layar, dengan lubang dan skala 08340-00 1
30. Lengan ayun 08256-00 1
31. CCD-Camera untuk PC
Incl. Measurement sofware 88037.00 1
32. PC with USB interface
33. Bantalan geser untuk bangku optik 08286.00 1
34. Slide mount for opt, profile bench, h = 80 mm 08286.02 1

Gambar 5. Pengaturan alat percobaan untuk efek Zeeman.

Gambar 6. Susunan komponen optik.

B. Langkah Kerja
1. Rangkailah alat percobaan sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 5.
2. Lihatlah pengaturan jarak antar bagian pada bangku optik seperti pada
Gambar 6 dengan unsur-unsur sebagai berikut (posisi perkiraan dalam cm
diberikan dalam kurung):

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 39


(80) CDC-Camera
(73) L3 = +50 mm
(68) Layar dengan skala (hanya dalam versi klasik)
(45) Analiser
(39) L2 = +300 mm
(33) Etalon Fabry-Perot
(25) L1 = +50 mm
(20) Diafragma iris
(20) pole-shoes yang dibor
Lampu spektrum Cadmium pada meja putar
3. Pengaturan awal dilakukan dengan cara: meja putar dengan elektromagnet,
pole-shoes dan lampu cadmium sudah terpasang sesuai dengan Gambar 1
sehingga pusat lubang di pole-shoes terletak sekitar 28 cm di atas meja.
4. Pasanglah bangku optik dengan semua elemen (kecuali diafragma iris dan
CCD-camera), kemudian dekatkan elektromagnet sedemikian rupa
sehingga salah satu lubang keluaran pole-shoes bertepatan dengan posisi
sebelumnya diafragma iris.
5. L1 kemudian disesuaikan sehingga lubang keluaran berada dalam bidang
fokus itu.
6. Atur arus kumparan ke 8 A untuk beberapa waktu (tingkatkan intensitas
cahaya dari lampu Cd) dan amati pola interferensi cincin di arah aksial
melalui L3 oleh mata. Pola harus terpusat dan tajam yang akhirnya dicapai
oleh bagian terakhir, gerakan kecil dari etalon (ke kanan atau ke kiri) dan
oleh perpindahan dari L2 (vertikal dan horizontal).
7. Terakhir, letakkan CCD-kamera dengan terpasang lensa 8 mm ke bangku
optik dan sesuaikan posisi horisontal dan vertikal serta kemiringan dan
fokuskan hingga gambar pola cincin terlihat jelas di layar komputer.

Pengukuran:
1. Pola cincin yang telah terbentuk sebagaimana dijelaskan di bagian
pengaturan di atas, jari-jari cincin telah diukur pada densitas fluks
magnetik yang berbeda. Kemudian gunakan persamaan (10) untuk
menentukan selisih bilangan gelombang n yang sesuai.
2. Lanjutkan pengukuran dalam dua langkah berikut: (1) Ambil gambar
dari pola cincin pada arus kumparan/intensitas medan magnet yang
berbeda. (2) Ukurlah diameter cincin dalam gambar ini.
3. Untuk mendapatkan gambar yang terang dari kamera klik menu <File>
dan pilih entri <Capture Window>. Pada Capture Window pengaturan
mengenai misalnya, kontras, kecerahan dan saturasi gambar dapat
dioptimalkan melalui menu dengan cara memilih <Video Capture
Filter> dari menu <Option>.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 40


4. Ketika sudah puas dengan kualitas gambar dan sebuah arus kumparan
tertentu (medan magnet) ditentukan, gambar diambil dengan memilih
<Still Image> pada menu <Capture>. Aksi ini juga menutup Capture
Window dan gambar akan muncul di jendela utama aplikasi. Pada
tahap ini disarankan untuk menulis nilai dari arus kumparan di mana
gambar diambil ke dalamnya dengan menggunakan tool <Text>. Hal
ini untuk mencegah percampuran dengan data berikutnya.
5. Ulangi prosedur di atas dengan menggunakan berbagai variasi medan
magnetik misalnya, dengan arus kumparan dari 5 A, 6 A, 8 A dan 10 A.
6. Setelah foto-foto cincin terkumpul, lanjutkan untuk mengukur jari-jari
cincin dengan memilih <Circle> dari menu <Measure>. Dengan
menyeret mouse di gambar, gambarlah lingkaran. Cocokkan lingkaran
ini dalam ukuran dan posisi sebaik mungkin pada cincin terdalam.
7. Anda akan melihat bahwa jari-jari, daerah dan keliling lingkaran akan
ditampilkan dalam sebuah kotak kecil dan dalam tabel di bawah gambar
(Lihat Gambar 7).

Gambar 7. Screenshot dari software yang digunakan untuk mengukur


jari-jari cincin interferensi.
8. Apa yang kita buat pertama merupakan jari-jari lingkaran, yaitu r1,a.
Catatan bahwa satuan (m, mm, cm) tidak penting dalam percobaan ini,
itu berarti tidak ada kalibrasi kamera yang harus dilakukan.
9. Lanjutkan untuk membuat lingkaran dan cocokkan lingkaran sebanyak
set cincin seperti yang terlihat pada gambar, sehingga terdapat; r1,b; r2,a;
r2,b; r3, a ....
10. Lakukan hal yang sama dengan gambar-gambar cincin lainnya.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 41


C. Tabel Data Pengukuran

Komponen Jumlah Cincin


1 2 3 4
a
b

I (A) B (mT) v (m-1)


4
5
6
8
10

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 42


EF II 7
PRAKTIKUM
INDUKSI MAGNET DENGAN MENGGUNAKAN COBRA3

I. TUJUAN
Menentukan tegangan induksi sebagai fungsi:
1. kuat medan magnet,
2. frekuensi medan magnet,
3. jumlah lilitan kumparan induksi,
4. komponen kumparan induksi.

II. DASAR TEORI


Kumparan Induksi
Menurut Hukum kedua Maxwell, potensial listrik yang diinduksi oleh
sebuah perubahan fluks magnet (t) adalah tegangan U sepanjang integral
tertutup C

(1)

dengan (2)

adalah daerah yang tertutup oleh garis C.

Bagian dalam sepanjang kumparan medan, medan magnet (medan yang


diberikan untuk kumparan induksi) adalah ruang yang homogen dan hanya
sejumlah medan dapat berubah dalam waktu. Selanjutnya komponen daerah
pada kumparan induksi adalah bidang tegaklurus terhadap . Hubungan
(2) dapat ditulis sebagai

(t) = B (t) . A (3)

Memasukkan persamaan (3) ke (1) dan berlaku bahwa kumparan induksi


terdiri dari n loop konduktor sejajar memberikan

(4)

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 43


Kumparan medan

Hukum pertama Maxwell:

bersama dengan Hukum keempat Maxwell

dan

menghasilkan

(5)

untuk medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan medan. 0 = 1,26.10-6


Vs/Am adalah konstanta medan magnet, m adalah jumlah lilitan dan l
panjang kumparan medan. Arus yang mengalir melalui kumparan medan
dinotasikan dengan I(t).
Akhirnya kombinasi hasil untuk kumparan induksi (4), hasil untuk
kumparan medan (5) dan I (t) = I0 . sin (t) memberikan

(6)
atau untuk nilai-nilai efektif

(7)
Sehingga tegangan Ueff pada kumparan induksi harus proposional
dengan:
Jumlah lilitan n pada kumparan induksi
Daerah komponen A pada kumparan induksi
Jumlah lilitan m pada kumparan medan
Panjang l kumparan medan
Frekuensi pada arus yang melalui kumparan medan

Jumlah arus yang melalui kumparan medan.

Dari persamaan (7) berikut

untuk medan medan magnet konstan.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 44


iII. METODE PERCOBAAN
A. Bahan dan Alat:
Kumparan medan, 750 mm, 485 lilitan/m 11001-00 1
Kumparan induksi, 300 lilitan, diameter 40 mm 11006-01 1
Kumparan induksi, 300 lilitan, diameter 32 mm 11006-02 1
Kumparan induksi, 300 lilitan, diameter 25 mm 11006-03 1
Kumparan induksi, 200 lilitan, diameter 40 mm 11006-04 1
Kumparan induksi, 100 lilitan, diameter 40 mm 11006-05 1
Kumparan induksi, 150 lilitan, diameter 25 mm 11006-06 1
Kumparan induksi, 75 lilitan, diameter 25 mm 11006-07 1
Kabel penghubung, 32 A, 750 mm, merah 07362-01 2
Kabel penghubung, 32 A, 750 mm, biru 07362-04 1
Kabel penghubung, 32 A, 2000 mm, biru 07365-04 1
Cobra3 Basic Unit 12150-00 1
Power supply, 12 V 12151-99 2
Kabel data RS 232 14602-00 1
Software PowerGraph 14525-61 1
Modul Cobra3 Function generator 12111-00 1
PC, Windows 95 atau lebih tinggi 1

Gambar 1. Pengaturan Alat percobaan induksi magnet menggunakan Cobra3.

B. Langkah Kerja:
1. Rangkailah peralatan seperti yang terlihat pada Gambar 1.
2. Hubungkan kumparan yang menghasilkan medan ke modul functoin
generator dan letakkan kumparan-kumparan induksi ke dalam
kumparan penghasil medan lalu hubungkan ke Analog ln 2/S2,
paling baik hubungkan ke kedua stopkontak warna kuning ( + dan - )
dan bukan ke stopkontak ground.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 45


3. Hubungkan Cobra3 Basic Unit ke port komputer COM1, COM2, atau
ke port USB (untuk port komputer USB, gunakan USB ke konverter
RS232 14602-10).
4. Mulailah program measure. Pilih Gauge PowerGraph dan
pada diagram setup sekarang klik simbol function generator.
Gunakan function generator pada mode arus konstan kuat medan
yang dihasilkan bergantung pada kuat arus yang dihasilkan dan bukan
pada tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan medan.
5. Pertama gunakan function generator untuk menghasilkan suatu arus
landai (current ramp) pada frekuensi tetap. Atur perameter-parameter
seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 46


Gambar 2: Pengaturan modul function generator untuk amplitudo landai
(amplitude ramp).

Gambar 3. Tampilan jendela Analog ln 2/S2

6. Kemudian klik simbol Analog ln 2/S2 dan atur modul ke Burst


measurement seperti yang terlihat pada Gambar 3.
Diagram Settings dan Display pada PowerGraph sebaiknya kelihatan
seperti Gambar 4 dan Gambar 5.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 47


Gambar 4: Diagram Settings pada PowerGraph untuk amplitudo landai.

Gambar 5: Diagram Display pada PowerGraph.

7. Ambil pengukuran untuk setiap kumparan induksi. Mulailah


pengukuran dengan klik tombol Continue.
(Jika anda berencana untuk membuat plot algoritma, periksa hasil kurva
dengan mengurangi nilai pada arus I nol dari semua nilai dengan

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 48


menggunakan Analysis Channel modification.... dengan U2
sebagai Source channel. Nol offset terjadi karena kebisingan digital
dan tegangan induksi dari medan liar dan dapat dianggap sebagai
konstanta selama satu pengukuran tetapi dapat berubah sedikit dari
pengukuran ke pengukuran karena perbedaan susunan pada kabel anda.
Offset merusak plot logaritmik secara kuat tetapi tidak masalah dalam
plot yang normal.
Cacatan bawah garis kemiringan kurva dievaluasi dengan tool
Regression pada measure (pada plot linear).
8. Kemudian atur function generator dalam diagram Setup pada
PowerGraph untuk penyetelan frekuensi dari 100 sampai 1000 Hz
dengan kuat arus konstan, seperti halnya amplitudo medan magnet
konstan. Lihatlah Gambar 6 untuk pengaturan yang sesuai. Diagram
Settings pada PowerGraph sebaiknya kelihatan seperti Gambar 7.
9. Ambillah pengukuran lagi untuk setiap kumparan induksi.
(Perbaikan penggantian nol mungkin dilakukan dengan menggunakan tool
Re gression pada measure: kurangi nilai yang diberikan oleh fungsi
Regression sebagai pengganti nol dari data U2 dengan
menggunkan lagi Analysis Channel modification....).
Catatan bawah nilai-nilai garis kemiringan untuk evaluasi selanjutnya.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 49


Gambar 6: pengaturan modul untuk frekuensi landai (frequency ramp).

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 50


Gambar 7: Diagram Settings untuk frekuensi landai.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 51


EF II 8
INTERFERENSI
DUA TRANSMITER ULTRASONIK YANG IDENTIK

I. TUJUAN
1. Menentukan distribusi angular tekanan suara pada dua transmitter
ultrasonik yang bergetar dalam sefase.
2. Menentukan posisi angular interferensi minimum dan membandingkan
nilai yang ditemukan dengan secara teori yang diharapkan.
3. Ulangi pengukuran dengan dua transmitter ultrasonik yang bergetar di luar
fase.
4. Ulangi pengukuran pertama dengan ditambah menentukan distribusi
angular tekanan suara pada setiap tansmitter tunggal.

II. DASAR TEORI


Dua sumber suara S1 dan S2 yang identik berada pada jarak 2d satu sama
lain dan memancarkan gelombang dengan frekuensi yang sama dan fase tegak
lurus terhadap garis hubungnya (lihat Gambar 1). Ketika beda lintasan dari
dua gelombang di titik P adalah kelipatan genap dari panjang gelombang ,
maka gelombang itu mengalami interferensi konstruktif.
Seharusnya tidak kelipatan genap dari /2, bagaimanapun, mereka akan
mengalami interferensi secara destruktif satu sama lain.
Beda lintasan itu adalah:
= - (1)
Untuk kita memiliki (teorema cosinus):

(2)
Ketika r>>d, dalam akar dapat diabaikan.

(3)
Perkiraan kedua dalam persamaan (3) juga ada tujuan tertentu. Pada
pengkuadratan sisi kanan dalam persamaan (3), ditemukan bahwa kedua
bagian itu hanya kira-kira sama ketika ( 2 sin ) . Hal ini
terpenuhi berdasarkan kondisi yang diberikan
( = 55 , < 10 < 60 ) , secara analogi untuk :

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 52


= + sin (4)
Dengan demikian kita memiliki untuk beda lintasan:
| | =2 sin (5)
Dari sini kita temukan sudut maksimum:
= arcsin . ; n = 0,1,2,3..... (6)

III. METODE PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan
Goniometer dengan cermin pantul 13903.00 1
Power supply untuk goniometer 13903.99 1
Ultrasonic unit 13900.00 1
Power supply untuk ultrasonik unit, 5 VDC, 12 W 13900.99 1
Ultrasonik transmitter pada batang 13901.00 2
Ultrasonik receiver pada batang 13902.00 1
Barrel base PASS 02006.55 2
Kabel data RS 232 14602.00 1
Measuring tape, l = 2m 09936.00 1
Screened cable, BNC, l = 75 cm 07542.11 1
Adapter, BNC-socket/4 mm plug pair 07542.27 1
Software Measure Goniometer 14523.61 1
PC, Windows 95 atau lebih tinggi 1

Gambar 1. Pengaturan alat percobaan interferensi dua transmitter yang identil.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 53


Gambar 2. Diagram untuk menentukan bagian differensial dua gelombang
parsial pada pengukuran titik P.

B. Langkah Kerja

1. Aturlah peralatn percobaa seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.


2. Yang penting bahwa dua transmiter masing-masing diposisikan
sejajar pada tengah sumbu goniometer. Jarak antar keduanya adalah
6,5 cm. Jarak ini diberikan ketika dua barrel base dimana transmitter
ditancapkan menyentuh antara yang satu dengan lainnya. untuk
mencapai ini, pertama perlu menggerakkan pin dari pusat meja
goniometer.
3. Yakinkan bahwa ujung transmiter secara pasti di atas garis 900 pada
meja goniometer.
4. Receiver diposisikan pada pemberhentian akhir dari lengan ayun pada
ketinggian yang sama seperti transmiter.
5. Sambungkan transmiter ke stopkontak dioda unit ultrasonik yang
ditandai TR1 dan TR2, dan operasikan mereka pada mode kontinyus
Con.
6. Sambungkan receiver ke stopkontak BNC sebelah kiri (utamakan ke
amplifier).
7. Sambungkan keluaran analog unit ultrasonik dengan masukan unit
kontrol dengan kabel BNC, dan unit yang terakhir ke PC dengan kabel
data RS 232.
8. Untuk mengontrol goniometer, sambungkan stopkontak di bawah
pelat goniometer dengan unit kontrol.
9. Untuk meyakinkan secara proporsional antara sinyal masukan
transmiter dan keluaran analognya, hindari pengoperasian amplifier
unit ultrasonik pada rentang saturasi/jenuh. Misalnya terjadi kasus
dan dioda OVL menyala, kurangi amplitudo transmiternya atau

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 54


masukan penguatan. Tujuan ini untuk memutar amplifikasi ke posisi
nol pada receiver sehingga dioda OVL tidak menyala lebih lama.
10. Lima kurva direkam. Dengan menekan tombol Cal pada unit
kontrol, posisi lengan ayun akan berada pada posisi 00. Berikut
ini,cara menonaktifkan fungsi Cal.
11. Gunakan software untuk mengatur rentang gerak receiver ke
60.
Pengukuran pertama (Liahat Gambar 1):
Opreasikan dua transmiter dalam sefase, dengan tombol geser TR2
diatur pada 00.

Pengukuran kedua (Lihat Gambar 4):


Operasikan dua transmiter pada fase berlawanan, dengan tombol geser
TR2 di bawa ke posisi 1800.

Pengukuran ketiga sampai kelima:


Pertama gunakan sofware untuk mengatur ke dua pengukuran
berulang. Sekarang ulangi pengukuran pertama. Berikut ini,
pengukuran ini hanya dengan satu transmiter saja. Dan terakhir
pengukuran dengan transmiter yang lain. Dapatkan hasil dengan
mengeplot tiga kurva pengukuran sehingga puncak maksimumnya
mempunyai ketinggian yang sama. Untuk memperoleh skala yang
benar pada penyajian gambar 3 kurva pengukuran, aktifkan fungsi
Scale curves dan kemudian fungsi fit collectively (lihat Gambar
5).

Catatan:
Untuk menjaga agar interferensi pada medan pengukuran sekecil
mungkin, jangan lakukan percobaan dalam ruangan yang sangat
sempit atau dalam sekitar permukaan pantul secara langsung (dinding,
papan tulis, dsb.). direkomendaasikan bahwa alat-alat ukur dan power
supply dipasang sejauh mungkin dibelakang dua transmiter.
Selanjutnya, orang yang sedang melakukan percobaan sebaiknya tidak
juga berdiri sampai menutup medan pengukuran.

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 55


Gambar 3. Pola interferensi dua pemancar Gambar 4. Pola interferensi dua pemanca
ultrasonik yang beroperasi dalam ultrasonik yang beroperasi pada fase berlawanan.
sefase.

Gambar 5. Pola interfrensi dua pemancar ultrasonik yang beroperasi dalam sefase
dengan masing-masing secara terpisah diukur distribusi angular tekanan
suaranya pada sumber S1 dan S2 dan penyajian dari penjumlahan dan
diferensialnya.

Tabel Data Percobaan


S1 dan S2 dalam satu fase (Gambar 3)

Maxima Minima
n 2 (0) (mm) 0
2 ( ) (mm)
0
1
2
3
4
5
6

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 56


S1 dan S2 Fase berlawanan (Gambar 4)
Maxima Minima
0 0
n 2 ( ) (mm) 2 ( ) (mm)
0
1
2
3
4
5
6

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 57


Sistematika Laporan Praktikum

JUDUL PRAKTIKUM
BAB I PENDAHULUAN
BAB II DASAR TEORI
BAB III METODOLOGI
1.1 Alat dan Bahan
1.2 Gambar Percobaan
1.3 Langkah Percobaan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1.1 Data Hasil Percobaan


1.2 Perhitungan
1.3 Pembahasan

BAB V PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 58


Format lampiran laporan sementara

LAPORAN SEMENTARA
PRKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA II
Judul percobaan:

Berisi Tabel data hasil percobaan dan kesimpulan data sementara

Asisten Praktikum

( )

Buku Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II T.A 2016/2017 59

Anda mungkin juga menyukai