Anda di halaman 1dari 15

Analisis Tipologi Klassen

ANALISIS TIPOLOGI KLASSEN KABUPATEN ACEH


UTARA TAHUN 2008-2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang

pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen

pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan

ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata -rata

pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita

sebagai sumbu horizontal,daerah yang diamati dapat dibedakan menjadi empat

klasifikasi,yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high

income) , d a e r a h m a j u t a p i t e r t e k a n ( high income but low growth),daerah berkembang

cepat ( high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal( low growth and low income)

(Syafrizal, 1997: 27-38; Kuncoro, 1993; Hil,1989) (Kuncoro,2002).

K r i t e r i a ya n g d i gu n a k a n u n t u k m e m b a gi d a e r a h k e c a m a t a n d a l a m

p e n e l i t i a n i n i adalah sebagai berikut:

1. D a e r a h c e p a t m a j u d a n c e p a t t u m b u h , y a i t u d a e r a h y a n g m e m i l i k i

t i n g k a t pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dibanding

rata-ratakabupaten.

2. Daerah maju tapi tertekan, yaitu daerah yang memiliki pendapatan perkapita

lebihtinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding dengan

rata-rata kabupaten.
3. Daerah berkembang adalah yaitu daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi,tetapi tingkat

pendapatan perkapita lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten.

4. Daerah relatif tertinggal yaitu adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan dan
pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding dengan rata-rata kabupaten
B. Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum perencanaan dan pengembangan wilayah

adalah untuk mengetahui cara penetapan Analisis Tipologi Klassen dan menentukan daerah

cepat-maju dan cepat-tumbuh, daerah maju tapi tertekan, daerah berkembang cepat dan daerah

relatif tertinggal Kabupaten Aceh Utara di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.

C. Kegunaan Praktikum

Kegunaan yang ingin dicapai dalam praktikum perencanaan dan pengembangan wilayah

adalah untuk menambah ilmu pengetahuan tentang cara penetapan Analisis Tipologi Klassen dan

pengambilan kebijakan kepada pemerintah Kabupaten Aceh Utara di Provinsi Nangroe Aceh

Darussalam sebagai daerah yang lebih maju dan berkembang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Analisis Tipologi Klassen


Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator

utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.

Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi

yang berbeda, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income),

daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth
but income), dan daerah relatif tertinggal (low growth and low income) (Kuncoro dan Aswandi,

2002: 27-45) dan (Radianto, 2003: 479-499).

PDRB Perkapita (y)


Laju Y1> y Y1< y
Pertumbuhan
PDRB (r)
Daerah cepat maju Daerah Berkembang
R1> r dan cepat tumbuh Cepat

Daerah Maju Tapi Daerah Relatif


R1< r Tertekan Tertinggal

B. Pertumbuhan Ekonomi Daerah


Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator yang penting dalam

menganalisis pembangunan ekonomi yang dilaksanakan. Pertumbuhan harus berjalan secara

berdampingan dan terencana dalam upaya terciptanya pemerataan

kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan. Dengan demikian maka suatu daerah yang

kurang produktif akan menjadi lebih produktif dan berkembang yang pada akhirnya dapat

mempercepat proses pertumbuhan itu sendiri.

Todaro dan Smith (2006) mengatakan bahwa ada tiga faktor atau komponen utama

dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, akumulasi modal yang meliputi semua bentuk dan jenis

investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan sumberdaya manusia. Kedua,
pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun selanjutnya dengan sendirinya membawa

pertumbuhan angkatan kerja dan ketiga adalah kemajuan teknologi.

Menurut Tarigan (2007), pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan

masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu adanya kenaikan seluruh nilai tambah yang

terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan menggambarkan pertambahan balas jasa

bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di wilayah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja, dan

teknologi) dimana pendapatan tersebut diukur dalam nilai riil (dinyatakan dalam harga konstan).

Hal ini juga dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu

wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh

besaran transfer-payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat

aliran dana dari luar wilayah.

B.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada

periode tertentu adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku

maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan nilai tambah (value added)

yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang

berlaku pada setiap tahun, sedang PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukkan nilai

tambah barang dan jasa yang dihitung dengan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu

sebagai tahun dasar (Adisasmita, 2005).


Perkembangan PDRB ADHB dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan yang

disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan

perubahan dalam tingkat harganya dan menunjukkan pendapatan yang dapat dinikmati oleh

penduduk suatu daerah serta menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung

menggunakan harga pada setiap tahun.

PDRB ADHB ini digunakan untuk melihat struktur ekonomi pada suatu tahun. Oleh

karenanya untuk dapat mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan produktivitas

secara nyata, faktor pengaruh atas perubahan harga perlu dihilangkan dengan cara menghitung

PDRB ADHK.

Penghitungan atas dasar harga konstan ini berguna antara lain dalam perencanaan

ekonomi, proyeksi dan untuk menilai pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan maupun

sektoral. PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan apabila dikaitkan dengan data

mengenai tenaga kerja dan barang modal yang dipakai dalam proses produksi, dapat memberikan

gambaran tentang tingkat produktivitas dan kapasitas produksi dari masing-masing lapangan

usaha tersebut Penghitungan PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, antara lain

(Adisasmita, 2005).

Menurut Gilis et al (2004), Produk Nasional Bruto (PNB) adalah penjumlahan nilai produk

akhir barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun)

tanpa menghitung nilai produk antara

C. Pertumbuhan Ekonomi Perkapita


PDRB per kapita merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masing-

masing penduduk akibat dari adanya aktivitas produksi. Nilai PDRB per kapita didapatkan dari

hasil bagi antara total PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB per kapita
sering digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Apabila data

tersebut disajikan secara berkala akan menunjukkan adanya perubahan kemakmuran.

Menurut Jhingan (2010), kenaikan pendapatan per kapita dapat tidak menaikkan standar

hidup riil masyarakat apabila pendapatan per kapita meningkat akan tetapi konsumsi per kapita

turun. Hal ini disebabkan kenaikan pendapatan tersebut hanya dinikmati oleh beberapa orang kaya

dan tidak oleh banyak orang miskin. Di samping itu, rakyat mungkin meningkatkan tingkat tabungan

mereka atau bahkan pemerintah sendiri menghabiskan pendapatan yang meningkat itu untuk

keperluan militer atau keperluan lain.


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari sabtu tanggal 24 Mei 2013, pukul 08:00 WITA sampai

selesai. Bertempat di Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo Kendari.

B. Data Yang Digunakan


Data yang digunakan pada praktikum ini adalah Data Pendapatan Regional Bruto

(PDRB) Perkapita dan pertumbuhan Pendapatan Regional Bruto Kabupaten Aceh Utara.

C. Metode Analisis
Analisis yang digunakan pada praktikum ini adalah Analisis Tipologi Klassen yaitu

analisis yang digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur

pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah.

PDRB Perkapita (y)


Laju Y1> y Y1< y
Pertumbuhan
PDRB (r)
Daerah cepat maju Daerah Berkembang
R1> r dan cepat tumbuh Cepat

Daerah Maju Tapi Daerah Relatif


R1< r Tertekan Tertinggal

IV. PEMBAHASAN

A. Letak Geografis
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki letak yang sangat strategis baik dari sudut

ekonomi, politik, maupun geografis. Posisi geografis wilayah yang terletak diantara Selat Malaka

dan Samudera Hindia memiliki nilai yang sangat strategis dari sudut geografis,

politik/pertahanan, dan ekonomis. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki wilayah seluas
57.365,57 Km2, yang terdiri atas kawasan hutan lindung 26.440,81 Km2, kawasan hutan

budidaya 30.924,76 Km2 dan ekosistem Gunung Leuser seluas 17.900 Km2, dengan puncak

tertinggi pada 4.446 m diatas permukaan laut.

Batas-batas wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sebelah utara dengan Laut

Andaman, Sebelah timur dengan Selat Melaka, Sebelah selatan dengan Provinsi Sumatera Utara,

Sebelah barat dengan Samudra Hindia. Daerah Melingkupi : 119 Pulau, 35 Gunung, 73 Sungai

Banyaknya Dati II, 21 Kabupaten, Banyaknya Kecamatan : 228, Mukim : 642, Kelurahan :

111dan Desa : 5947.

Aceh Utara berada pada jalur yang sangat strategis yang merupakan titik tengah antara

Banda Aceh sebagai Ibukota Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan Medan sebagai

ibukota Sumatera Utara. Disamping itu Kabupaten Aceh Utara mempunyai daerah penyangga

yang cukup luas yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Timur

dan Kabupaten Pidie. LetakKabupaten

Aceh Utara pada pesisir aceh bagian utara juga mempunyai hubungan perdagangan

dengan Malaysia dan Thailand. Dukungan yang paling strategis adanya sarana dan prasarana

perhubungan laut yang relatif memadai dibandingkan dengan kabupaten yang lain dalam

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

B. Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah


B.1. Komponen Air Bersih

Jumlah kapasitas pasang dari data produksi air yang didapat adalah 435 lt/dt, jumlah

ini melebihi kapasitas desain dan kapasitas produksi. Untuk jumlah sambungan air yang ada

adalah sebanyak 19.042 unit.


Asumsi kebocoran yang diperbolehkan untuk Kota Sedang sebesar 15%, dan

kebutuhan ideal adalah 100 liter/orang/hari, maka kebutuhan air bersih untuk Kota Banda Aceh.

Kota Banda Aceh dengan jumlah penduduk 264.091 jiwa, membutuhkan air bersih sebesar

26.409.100 liter/hari. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 100 liter/orang/hari. Namun

PDAM Kota Banda Aceh baru dapat memproduksi sebanyak 25.056.00 liter/hari. Sehingga

masih dibutuhkan kapasitas produksi sebanyak 1.353.100 liter/hari, atau 15,6 liter/detik.

B.2.Komponen Persampahan

Data persampahan di kota ini tidak cukup banyak, terutama pada data peralatan TPA

dan sarana transportasi yang digunakan dalam pengoperasian pengolahan sampah. Untuk jumlah

biaya operasional dan pemeliharaan adalah Rp 218.087.500,00. Dengan asumsi timbulan sampah

untuk kota sedang sebesar 3 liter/orang/hari, maka kebutuhan komponen persampahan Kota

Banda Aceh. Sesuai dengan standar kota sedang, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3

liter/orang/hari, Kota Banda Aceh dengan jumlah penduduk 264.091 jiwa, menghasilkan 792,27

m3/hr timbulan sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah

penduduk x 3/1000. Namun tidak diketahui data sampah yang terangkut, sehingga tidak dapat

diketahui selisih antara jumlah sampah yang terangkut dengan perkiran timbulan sampah di Kota

Banda Aceh.

B.3. Komponen Jalan

Tersedianya Prasarana jalan dan jembatan merupakan persyaratan utama untuk

kelancaran arus barang dan jasa dalam rangka peningkatan ekonomi daerah. Kondisi jalan dalam

Kabupaten Dati II Aceh Utara umumnya relatif baik, terutama Jalan Nasional dan Jalan Porinsi.

Upaya peningkatan mutu jalan terus ditingkatkan setiap tahunnya. Peningkatan jalan Kabupaten

di lakukan melalui dana PAD dan IPJK. Peningkatan kondisi jalan tidak saja ditujukan pada
peningkatan kualitas tetapi juga perluasan jaringan jalan terus dilakukan terutama jalan-jalan

yang menghubungkan antara daerah-daerah, sentera produksi dan daerah terisolir yang potensial

namun belum terjamah. Jumlah armada angkutan jalan raya (darat) yang terbanyak adalah

kendaraan truk, sedangkan untuksarana transportasi dalam kota (labi-labi) sejumlah 839 unit.

C. Hasil Pengamatan Dan Pembahasan


C.1. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Utara
Menurut Kecamatan, 2008-2011 (%)
Tahun Rata-
Kecamatan
No rata
2009 2010 2011
2008
1 Meuraxa 3,48 3,36 2,59 3,88 3,32

2 Baiturrahman 0,46 2,43 3,27 3,08 2,31

3 Kuta Alam 4,70 4,51 3,68 3,58 4,11

4 Syiah Kuala 3,05 3,79 2,89 3,54 3,31

Bandah Aceh 2,92 3,52 3,1 3,5 3,26

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh (diolah)

Tabel 2. PDRB Perkapita Kabupaten Aceh Utara


Menurut Kecamatan, 2008-2011
Tahun
Kecamatan Rata-rata
No
2009 2010 2011
2008
1 Meuraxa 2.246.027 2.289.975 2.320.124 2.263.946 2.268.001

2 Baiturrahman 1.854.570 1.893.522 1.923.955 1.956.165 1.874.046


3 Kuta Alam 2.276.993 2.344.959 2.392.143 2.380.492 2.310.976

4 Syiah Kuala 2.852.150 2.871.953 2.890.637 3.276.079 2.862.051

Bandah Aceh 2.307.435 2.350.102 2.381.714 2.469.170 2.328.768

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh(diolah)

C.2. Pembahasan

Berdasarkan data pada kedua tabel di atas, kita dapat membagi Kecamatan di

kabupaten/kota Bandah Aceh Utara menjadi 4 klasifikasi sesuai dengan Tipologi Klassen (lihat

Tabel 3). Kecamatan Syiah Kuala termasuk dalam klasifikasi daerah cepat maju dan cepat

tumbuh. Dua daerah lainnya masuk dalam klasifikasi daerah berkembang cepat, masing-masing

Kecamatan Meuraxa dan Kuta Alam. Sedangkan satu daerah lainnya masuk dalam klasifikasi

daerah relatif tertinggal, yaitu Kecamatan Baiturrahman, Kecamatan ini memiliki tingkat

pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding dengan rata-rata Kabupaten.

L a m b a n d a n k u r a n g b e r k e m b a n g n ya k e c a m a t a n d i k a b u p a t e n

A c e h U t a r a , k a r e n a kurangnya perhatian baik pemerintah maupun masyarakatnya untuk

mengembangkan sektor-s e k t o r ya n g s e b e n a r n ya b e r p o t e n s i . S e p e r t i s e k t o r

p a r i w i s a t a ya n g k u r a n g b e r k e m b a n g padahal sektor ini ikut andil dalam

menyumbang PAD misalnya pantai kebanggan kota Bandah Aceh (Marhayanie, 2003).

K a b u p a t e n A c e h U t a r a s e b e n a r n ya c u k u p m e m p u n ya i p o t e n s i

u n t u k m e m b a n g u n dirinya, namun sejauh ini hasil yang dicapai ternyata: kualitas

sumberdaya manusia (masih kurang memadai, angka pengangguran terbuka cukup

tinggi dan persentase kepala k e l u a r g a ( K K ) m i s k i n m a s i h t i n g g i H a l i n i

m e n g i n d i k a s i k a n b a h w a m a s i h t e r d a p a t kekurang berhasilan dalam upaya

pembangunan selama ini, sehingga masyarakat Kabupaten tersebut pada umumnya belum cukup
berdaya atau belum mampu memberdayakan dirinya. Sementara itu, dari keempat klasifikasi

tersebut di atas tidak ada satupun Kecamatan yang termasuk dalam kategori daerah maju tapi

tertekan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak satupun Kecamatan yang memiliki pendapatan per

kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata

Kabupaten Bandah Aceh.

Tabel 3. Klasifikasi Kecamatan Di Kabupaten Aceh Utara Menurut Tipologi

Klassen, 2008-2011

PDRB Perkapita (y)


Laju Y1> y Y1< y
Pertumbuhan
PDRB (r)
Daerah cepat maju Daerah Berkembang
dan cepat tumbuh Cepat
R1> r  Syiah Kuala  Meuraxa

 Kuta Alam

Daerah Maju Tapi Daerah Relatif


R1< r Tertekan Tertinggal
 Baiturrahman

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Potensi Kabupaten Aceh Utara sebenarnya cukup besar untuk diberdayakan dan

dieksplor lebih lagi. Pemerintah bisa menganalisis dengan menggunakan Tipologi

Klaassen untuk mengetahui bagaimana keadaan pertumbuhan PDRB wilayah tersebut.

Kemudian dikembangkan dengan melihat potensi dari m asing-masing

wilayah.Kekurangan metode ini adalah tidak adanya spesifikasi masing -masing

sektor yang mana yang masih lambat pertumbuhannya seperti Kecamatan Baiturrahman).

Kecamatan Syiah Kuala termasuk dalam klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh.

Dua daerah lainnya masuk dalam klasifikasi daerah berkembang cepat, masing-masing

Kecamatan Meuraxa dan Kuta Alam. Sedangkan satu daerah lainnya masuk dalam klasifikasi

daerah relatif tertinggal, yaitu Kecamatan Baiturrahman, Kecamatan ini memiliki tingkat

pertumbuhan dan pendapatan perkapita yang lebih rendah dibanding dengan rata-rata Kabupaten.

Analisis ini hanya melihatkeadaan wilayah secara umum.Jika masing-masing sector

mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dan pendapatan kabupaten pemalang juga

akan meningkat dan keadaan wilayah pasti akn berubah serta memberikan dampak yang positif

untuk Indonesia

B. Saran
K ebijakan yang diambil dilihat dari potensi dan sumberdaya alam yang

dimiliki, mengarah ke pengembangan sector pariwisata Kabupaten Aceh Utara

yang potensial di berdayakan dan ditingkatkan potensi pariwisata. Pantai kebanggan kota
Bandah Aceh Utara potensial untuk di eksplorasi kebermanfaatannya

untuk penduduk sekitar, guna mengurangi tingkat pengangguran yang tinggi terjadi di

Kabupaten Aceh Utara.

program PNPM yang dilakukan oleh pemerintah guna menekan tingkat penganggurandan

meningkatkan pendapatan daerah kabupaten Pemalang. Dana swadaya masyarakat l e b i h

b a n ya k d i g u n a k a n u n t u k p e l a t i h a n - p e l a t i h a n ya n g k e d e p a n n ya a k a n

mengembangkan potensi masyarakatnya. Pelatihan yang menjdai sakah satu

arahkebijakan pemerintah setempat misalnya adalah kegiatan pelatihan pembuatan VCO yang

d i l a k s a n a k a n o l e h K S M B i n a U s a h a K a b u p a t e n Aceh Utara tersebut mampu

menggugah kelompok masyarakat lainnya untuk memanfatkan potensi yang ada

disekitarnya. Saatnya kita kembali ke potensi alam untuk mengembalikan fitrah

negara indonesia sebagai negara agraris yang disegani oleh negara-negara lain. P r e s t a s i

dibidang industri dan perdagangan yang telah diraih

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R, 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta.


Aswandi, H, & Kuncoro, M, 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan : Studi Empiris di
Kalimantan Selatan 1993-1999. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 17(1), 27-45.
Badan Pusat Statistik, 2012. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
2008-2011

________________.2008. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Aceh Utara Tahun 2000-
2007. BPS NAD. Banda Aceh.

Badan Pusat Statistik, 2008. Aceh Utara dalam Angka 2008.


Gilis, 2004. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional, Terjemahan Paul Sitohang, Edisi Revisi, Lembaga
Penerbit FE UI, Jakarta

Jhingan, 2010. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Terjemahan D. Guritno. Rajawali, Jakarta.

Marhayanie, 2003. .Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam Perencanaan Pembangunan Kota
Medan.. Tesis. Program Pascasarjana USU, Medan.

Tarigan, Robinson, 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, PT. Bumi Aksara, Cetakan
Keempat, Jakarta.

Todaro dan Smith, 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Penerbit


Erlangga, Edisi Keenam, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai