Anda di halaman 1dari 9

1.

Pengertian Resiko

Sejatinya, risiko melekat pada semua aspek kehidupan dan aktivitas


manusia, dari urusan pribadi sampai perusahaan, dari urusan gaya hidup
sampai pola penyakit, dari bangun sampai tidur malam , dan masih banyak lagi.
Para pakar manajemen risiko di dalam dan luar negeri memiliki banyak
definisi mengenai apa itu risiko dan manajemen risiko. Namun demikian,
secara umum risiko dapat didefinisikan dengan berbagai cara, misalnya
risiko didefinisikan sebagai kejadian yang merugikan, atau risiko adalah bagi
analis investasi dan, risiko adalah penyimpangan hasil yang diperoleh dari
yang diharapkan. Apapun definisi risiko, setidaknya mencakup dua aspek
penting, yaitu aspek probabilitas/kemungkinan dan aspek kerugian/dampak.
Beberapa definisi akan dijelaskan dibawah ini beserta penjelasannya. Perlu
diperingaykan bahwa subjek risiko begitu kompleks terdapat dalam berbagai
bidang yang berbeda, sehingga tak mengherankan jika terdapat berbagai
pengertian yang berbeda pula. Karena itu sebelum kita dapat menangani sesuatu
risiko maka terlebih dahulu kita harus mengetahui dengan tepat apa yang
dimaksudkan dengan risiko dalam kasus yang ditangani itu.
Vaughan (1978) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagaimana dapat
kita berikut ini:
• Risk is the chance of loss (Risiko adalah kans kerugian) Chance of loss biasanya
dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan di mana terdapat suatu
keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian.
Sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam Statistik, maka
”chance” sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan
munculnya situasi tertentu.
• Risk is Uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)Istilah “possibility” berarti
bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Definisi ini
barangkali sangat mendekati dengan pengertian risiko yang dipakai sehari-hari.
Akan tetapi definisi ini agak longgar, tidak cocok dipakai dalam analisis secara
kuantitatif
• Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian) Tampaknya
ada kesepakatan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian (uncertainty)
yaitu adanya risiko karena adanya ketidakpastian.
Risiko dapat didefinisikan dalam berbagai cara dan masing-masing
definisi itu mengandung kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Jadi,
masing-masing definisi itu dapat saling mengisi satu sama lain. Oleh karena itu
kita di sini tidak akan membentuk definisi baru, tetapi cukup kiranya kita
memahaminya melalui pengertian yang terkandung di dalamnya.

2. Profitabilitas dan Dampak Resiko

Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk
memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga pada
tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya
nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi
perencanaan manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah
menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak
selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak
severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil.
Setelah mengetahui probabilitas dan dampak dari suatu risiko, maka kita
dapat mengetahui potensi suatu risiko. Untuk mengukur bobot risiko kita dapat
menggunakan skala dari 1-5, sebagaimana terlihat pada Tabel

Tabel Skala Risiko Berdasarkan Dampaknya

Skala Probabilitas Dampak


Sangat Hampir tidak mungkin Dampak kecil
rendah Terjadi
Rendah Kadang terjadi Dampak kecil pada biaya, waktu dan
Kualitas
Sedang Mungkin tidak terjadi Dampak sedang pada biaya, waktu dan
Kualitas
Tinggi Sangat mungkin terjadi Dampak substansial pada biaya, waktu
dan kualitas
Sangat Hampir pasti terjadi Mengancam kesuksesan proyek
tinggi
Status Risiko = Probabilitas x Dampak

Tabel Pemetaan Risiko

Strategi Penanganan Risiko


 High Probability, High Impact : Resiko jenis ini umumnya dihindari
ataupun ditransfer
 Low Probability, High Impact : Respon paling tepat untuk tipe risiko ini
adalah dihindari. Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi resiko
serta kembangkan contingency plan
 High probability, Low Impact: Mitigasi risiko dan kembangkan
contingency plan
 Low Probability, Low Impact : Efek dari risiko ini dapat dikurangi, namun
biayanya dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini
mungkin lebih baik untuk menerima efek dari risiko tersebut.
 Contingency plan: Untuk risiko yang mungkin terjadi maka perlu
dipersiapkan contingency plan seandainya benar-benar terjadi.
Contingency plan haruslah sesuai dan proporsional terhadap dampak risiko
tersebut. Dalam banyak kasus seringkali lebih efisien untuk
mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk mengurangi risiko
dibandingkan mengembangkan contingency plan yang jika
diimplementasikan akan lebih mahal. Namun beberapa scenario memang
membutuhkan full contingency plan, tergantung pada proyeknya. Namun
jangan sampai tertukar antara contingency planning dengan re-planning
normal yang memang dibutuhkan karena adanya perubahan dalam proyek
yang berjalan.
Kasus : STRATEGI PENANGANAN RISIKO OPERASIONAL PEMASARAN
PRODUK TEH CELUP HIJAU WALINI PADA INDUSTRI HILIR TEH PT
PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, BANDUNG, JAWA BARAT

Salah satu perusahaan perkebunan yang memiliki industri hilir teh adalah
PT Perkebunan Nusantara VIII yaitu Teh Walini yang merupakan satu produk
merek terkenal untuk perusahaan ini. Industri hilir pengembangan teh PTPN VIII
dihadapkan dengan belum mencapai penjualan yang diharapkan. Jumlah
pemasaran operasional biaya dan penjualan ditunjukkan dari risiko operasional.
Setelah dilakukannya identifikasi, terdapat 3 kategori masalah yang bersumber
dari:

1. SDM (Sumber Daya Manusia)

Sumberdaya manusia dapat menjadi sebuah risiko yang menyebabkan


terjadinya kerugian bagi perusahaan. Identifikasi mengenai risiko operasional
pada sumberdaya manusia unit pemasaran IHT PTPN VIII dapat dilihat sebagai
berikut

Sumber Risiko Indikator Risiko Kejadian yang


merugikan

SDM Kinerja Pegawai Intensitas Karyawan


Harian Lepas (KHL)
salesman yang keluar
cukup tinggi

Kelalaian dalam
melakukan promosi sosial
media. Penurunan
penjualan pada modern
outlet dan traditional
outlet

Kesalahan dalam memilih


distributor

2. Kerjasama

Risiko sistem Kerjasama merupakan potensi penyimpangan dari hasil yang


diharapkan pada kegiatan pemasaran di IHT PTPN VIII.Identifikasi risiko sistem
kerjasama produk teh celup hijau Walini terdapat pada table berikut.

Sumber Risiko Indikator Risiko Kejadian yang


merugikan
Sistem Kerjasama Kerjasama Distributor Distributor telat
melakukan pembayaran

Retur Barang

Penumpukan sisa Teh


Celup Hijau Walini di
gudang

3. Proses Penjualan

Risiko proses penjualan adalah risiko mengenai potensi penyimpangan dari


hasil yang diharapkan pada proses Penjualan karena adanya penyimpangan atau
kesalahan dalam kombinasi risiko (SDM dan sistem) dan eksternal perusahaan.
Berikut identifikasi pada risiko operasional yang terdapat pada proses penjualan
pada table berikut.

Sumber Risiko Indikator Risiko Kejadian yang


merugikan

Proses Penjualan Kegagalan Target Faktur PO yang tertukar


Stagnasi pada penjualan
di beberapa market

Kurangnya informasi
penyajian teh pada saat
pameran

Terbatasnya kendaraan
distribusi yang dimiliki
IHT

Setelah dilakukankan analisis kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif


dan analisis kuantitatif dengan menggunakan metode Z-Score dan mtode Value at
Risk maka diperoleh hasil sebagai berikut ini.

Perhitungan Status Risiko Operasional Pemasaran Berdasarkan Per


Kejadian

No. Risiko Probabilitas Dampak Status


(Kejaadian (%) (Rp)
yang
Merugikan
Risiko
Sumberdaya
Manusia
1 Kelalaian 6.70 69,115,676 463,075,028
Penjualan
2 Kelalaian 36.30 127,458,211 4,626,733,050
Promosi
3 Kesalahan 13.60 203,448,914 2,766,905,227
memilih
distributor
Risiko Sistem
Kerjasama
4 Distributor 31.90 161,928,496 5,181,711,868
terlambat
melakukan
pembayaran
hutang
5 Pengembalian 47.20 113,984,158 5,380,052,276
produk
Risiko Proses
Penjualan
6 Kurangnya 39.00 69,222,999 2,699,696,962
informasi
penyajian teh
7 Stagnasi 48.80 80 3,157,565,659
Produk 64,704,214
8 Terbatasnya 34.50 69,998,022 2,414,931,765
kendaraan

Status risiko tertinggi terdapat pada risiko sistem kerjasama yaitu pada
risiko pengembalian produk dengan nilai sebesar Rp 5,380,052,276 kemudian
disusul oleh risiko distributor yang terlambat melakukan pembayaran yang
memiliki status terbesar Rp 5,181,711,868. Posisi ketiga status risiko ditempati
oleh kelalaian promosi yang memiliki status sebesar Rp 4,626,733,050.
Pengembalian produk, distributor telat melakukan pembayaran, dan kelalaian
promosi memiliki nilai status tinggi disebabkan oleh nilai probabilitas dan
dampak yang besar.

Berikut adalah diagram pemetaan risiko


KUADRAN I KUADRAN II

Kurangnya informasi penyajian teh Kelalaian Promosi

Stagnasi Produk Distributor terlambat melakukan


pembayaran hutang
Terbatasnya kendaraan
Pengembalian produk
KUADRAN III KUADRAN IV

Kelalaian Penjualan Kesalahan memilih distributor

Strategi Penanganan Risiko Operasional Pemasaran

Penanganan risiko yang paling tepat berdasarkan hasil pemetaan sumber


risiko untuk dilaksanakan, yaitu : strategi preventif dan mitigasi.

 Strategi Preventif

Strategi preventif untuk pemetaan pada kuadran I ntara lain :

a). meningkatkan awareness produk terutama diwilayah Jawa Barat dan


Jabodetabek melalui kegiatan Sales Promo, Sponsorship, kegiatan Below The
Line, serta promo di berbagai media cetak, radio, dan brosur,

b). Menambah listing produk dibeberapa market sesuai anggaran yang tersedia
(Giant, Lottemart, Carrefour, HariHari, Rajawali Mart, Pertamina Bright,
Watson).

c). Promosi sendiri harus lebih digencarkan melalui website khusus untuk teh
Walini, media sosial, seperti facebook, twitter, instagram dan path, penggunaan
media tersebut harus dilakukan setiap hari dan jangan hanya sesekali saja.

d) Meningkatkan kerjasama dengan moda transportasi massal (Cipaganti Travel).


Sedangkan pada kuadran II dapat dilakukan dengan penanganan membuat sistem
pengorganisasian dalam pembuatan program promosi yang bermula dari
rekrutmen tenaga promosi yang memiliki keahlian dalam desain komunikasi
visual, pembuatan program deadline dari tiap program dan dibutuhkan
penghargaan bagi promotor yang dapat menjual produk teh celup hijau Walini
melampaui dari target yang ditentukan. Pencatatan akuntansi sangat penting untuk
membuat grafik penjualan pada setiap penjualan konsinyasi, agar dikemudian hari
tidak terjadi pengembalian barang yang begitu besar. Barang yang telah kembali
bisa juga dimanfaatkan dalam bentuk penjualan dengan memberikan potongan
harga 20-25 persen dari harga normal.

 Strategi Mitigasi

Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani sumber risiko operasional pemasaran


yang berada di kuadran II dan IV. Strategi mitigasi yang dilakukan untuk
menangani kelalaian promosi bisa dilakukan dengan cara Socialpreneur
merupakan suatu konsep kewirausahaan yang menggabungkan nilai-nilai sosial
untuk meningkatkan keuntungan tidak hanya yang didapat perusahaan, melainkan
orang banyak. Detect dan monitor terhadap kinerja pegawai dengan proporsional
dan tidak berlebihan. Sumberdaya manusia pada unit pemasaran teh celup hijau
Walini dilakukan dengan melakukan sistem kontrak (outsourcing) untuk posisi
promosi. Kontrak yang dilakukan sesuai kesepakatan pihak IHT PTPN VIII dan
tenaga outsourcing. Penambahan personil juga diperlukan untuk manajer
pemasaran, tenaga promosi dan team spreading. untuk menangani distributor yang
telat melakukan pembayaran dengan membuat bank garansi. Bank garansi
merupakan suatu bentuk jaminan berupa pembayaran uang oleh distributor kepada
suatu bank, berdasarkan kesepakatan antara pihak distributor dan IHT PTPN VIII.
Dana jaminan ini dapat diambil oleh IHT PTPN VIII, jika distributor tidak
membayar uang atas pengambilan barang berupa teh celup hijau Walini. Strategi
mitigasi yang dilakukan untuk kesalahan dalam memilih distributor ialah melalui
selective hedging atau suatu transaksi atas dasar fakta di pasar yang pernah
dilakukan sebelumnya dan pada masa akan datang akan yang memiliki variasi
pada volume dan eksekusi order. Bentuk diversifikasi usaha bisa dilakukan
dengan membuka outlet secara merata dengan kepemilikan sendiri dan tidak
terikat dengan kepemilikan orang lain. Sehingga dengan usaha seperti itu, akan
memperkecil biaya operasional dan kontrol terhadap produk dapat berjalan
dengan baik.
Referensi:

Hanafi, Mamduh M. 2006. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Loosemore, Raftery, Reilly, Higgon, (2006). Risk Management in Projects


(http://ilerning.com)

Vaughan, Emmet. Fundamental of risk and insurance. 2nd, Jhon Willey, 1978

Anda mungkin juga menyukai