Abstrak: Kinerja Keuangan Industri Kreatif di Yogyakarta Pasca ACFTA dan AIFTA.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan ditinjau dari tingkat penjualan
dan tingkat laba. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat
penjualan dan tingkat laba sebelum dan setelah adanya ASEAN-China Free Trade Area
(ACFTA) dan ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA) pada UMKM industri kreatif yang
ada di Yogyakarta.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi penelitian ini
adalah UMKM anggota Dekranas Kota Yogyakarta. Sampel penelitian ini sebanyak 69
UMKM diambil dengan teknik random sampling. Data dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis uji beda.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan tingkat penjualan UMKM industri kreatif di
Yogyakarta sebelum dan setelah adanya ACFTA dan AIFTA yang ditunjukkan dengan nilai
T hitung sebesar -3,230 dengan signifikansi 0,002; dan (2) Tidak terdapat perbedaan tingkat
laba UMKM industri kreatif di Yogyakarta sebelum dan setelah adanya ACFTA dan AIFTA
yang ditunjukkan dengan nilai T hitung sebesar -1,589 dengan signifikansi 0,117.
120
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
121
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
122
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
alam dan daerah wisata memunculkan diidentifikasi produk-produk apa saja yang
peluang-peluang usaha kreatif yang dapat terpengaruh oleh ACFTA dan produk-
dijadikan salah satu sumber pendapatan bagi produk apa saja yang terpengaruh oleh
masyarakat Yogyakarta. Beberapa usaha AIFTA.
kreatif yang ada di Yogyakarta antara lain
batik, perak, gerabah, kulit, kayu, maupun Rumusan Masalah
kerajinan-kerajinan yang berasal dari Rumusan masalah yang diajukan adalah
sumber daya lokal yang diolah agar sebagai berikut:
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sumber 1. Bagaimana tingkat penjualan industri
daya manusia yang berasal dari Yogyakarta kreatif di Yogyakarta sebelum dan
memiliki tingkat kreativitas yang cukup setelah adanya ACFTA dan AIFTA?
tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya 2. Bagaimana tingkat laba industri kreatif di
produk-produk kreatif yang dihasilkan oleh Yogyakarta sebelum dan setelah adanya
masyarakat yang ada di Yogyakarta. Barang ACFTA dan AIFTA?
atau benda yang tadinya tidak diminati
bahkan tidak dilirik oleh orang, diubah ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)
menjadi produk kreatif dan memiliki nilai ASEAN-China Free Trade Area
ekonomi yang memiliki nilai jual. (ACFTA) merupakan kesepakatan antara
Kreativitas inilah pada akhirnya dapat negara-negara anggota ASEAN dengan
menarik keinginan seseorang untuk China untuk mewujudkan kawasan
membeli produk yang dihasilkan. perdagangan bebas dengan menghilangkan
Banyaknya produk kreatif dari Yogyakarta, atau mengurangi hambatan-hambatan
dapat dijumpai di berbagai objek wisata perdagangan barang baik tarif ataupun non
yang ada di Yogyakarta. Selain itu, tarif, peningkatan akses pasar jasa,
beberapa produk ini juga diekspor ke peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus
berbagai negara. Dari berbagai jenis industri peningkatan aspek kerjasama ekonomi
kreatif tersebut, dengan adanya ACFTA dan untuk mendorong hubungan perekonomian
AIFTA tidak jarang beberapa diantaranya para pihak ACFTA dalam rangka
mengalami penurunan penjualan produk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
kreatifnya. Namun, di sisi lain, ada pula ASEAN dan China.
industri kreatif yang tidak terpengaruh Beberapa tujuan dari perjanjian
adanya perjanjian ACFTA dan AIFTA. ACFTA, antara lain adalah sebaagai berikut:
Penurunan atau peningkatan penjualan di (1) Memperkuat dan meningkatkan
sektor industri kreatif sulit untuk kerjasama ekonomi, perdagangan, dan
123
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
investasi antara negara-negara anggota; (2) pasar ekspor Indonesia ke China pada
Meliberalisasi secara progresif dan tahun 2005 yang mendapatkan tambahan
meningkatkan perdagangan barang dan jasa 40% dari Normal Track (± 1880 pos tarif),
serta menciptakan suatu sistem yang yang diturunkan tingkat tarifnya menjadi 0-
transparan dan untuk mempermudah 5%; (3) Terbukanya akses pasar ekspor
investasi; (3) Menggali bidang-bidang Indonesia ke China pada tahun 2007
kerjasama yang baru dan mengembangkan yang mendapatkan tambahan 20% dari
kebijaksanaan yang tepat dalam rangka Normal Track (± 940 pos tarif), yang
kerjasama ekonomi antara negara-negara diturunkan tingkat tarifnya menjadi 0-5%,
anggota; dan (4) Memfasilitasi integrasi (4) Pada tahun 2010, Indonesia akan
ekonomi yang lebih efektif dari anggota memperoleh tambahan akses pasar ekspor
ASEAN baru (Cambodia, Laos, Myanmar, ke China sebagai akibat penghapusan
dan Vietnam) dan menjembatani seluruh pos tarif dalam Normal Track
kesenjangan pembangunan ekonomi di China; dan (5) Sampai dengan tahun 2010
antara negara-negara anggota. Indonesia akan menghapuskan 93,39% pos
Peluang adanya perjanjian ACFTA, tarif (6.683 pos tarif dari total 7.156 pos
antara lain adalah sebagai berikut: (1) tarif yang berada di Normal Track ), dan
Meningkatnya akses pasar ekspor ke China 100% pada tahun 2012.
dengan tingkat tarif yang lebih rendah bagi Selain manfaat yang ada dalam
produk-produk nasional; (2) ACFTA, terdapat tantangan yang dihadapi
Meningkatkanya kerjasama antara pelaku dengan adanya perjanjian ACFTA, yaitu:
bisnis di kedua negara melalui (1) Indonesia harus dapat meningkatkan
pembentukan “Aliansi Strategis”; (3) efisiensi dan efektifitas produksi sehingga
Meningkatnya akses pasar jasa di China dapat bersaing dengan produk-produk
bagi penyedia jasa nasional; (4) China; (2) Menciptakan iklim usaha yang
Meningkatnya arus investasi asing asal kondusif dalam rangka meningkatkan daya
China ke Indonesia; dan (5) Terbukanya saing, (3) Menerapkan ketentuan dan
transfer teknologi antara pelaku bisnis di peraturan investasi yang transparan,
kedua negara. efisien dan ramah dunia usaha; dan (4)
Di sisi lain, manfaat adanya perjanjian Meningkatkan kemampuan dalam
ACFTA, antara lain adalah: (1) Terbukanya penguasaan teknologi informasi dan
akses pasar produk pertanian (Chapter 01 komunikasi termasuk promosi pemasaran
s/d 08 menjadi 0%) Indonesia ke China dan lobby.
pada tahun 2004; (2) Terbukanya akses
124
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
125
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
otomotif dan komponen, elektronik dan bahwa “industri abad kedua puluh satu akan
produk elektronik, furnitur, aneka karya tergantung pada produksi pengetahuan
seni dan berbagai barang buatan pabrik. melalui kreativitas dan inovasi.Berbagai
pihak memberikan definisi yang berbeda-
Industri Kreatif beda mengenai kegiatan-kegiatan yang
Industri kreatif dapat diartikan sebagai termasuk dalam industri kreatif. Bahkan
kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait penamaannya sendiri pun menjadi isu yang
dengan penciptaan atau penggunaan diperdebatkan dengan adanya perbedaan
pengetahuan dan informasi. Industri kreatif yang signifikan sekaligus tumpang tindih
juga dikenal dengan nama lain Industri antara istilah industri kreatif, industri
Budaya (terutama di Eropa) atau juga budaya, dan ekonomi kreatif.
Ekonomi Kreatif. Kementerian Perdagangan Sub-sektor yang merupakan industri
Indonesia menyatakan bahwa Industri berbasis kreativitas di Indonesia
kreatif adalah industri yang berasal dari berdasarkan pemetaan industri kreatif yang
pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta telah dilakukan oleh Departemen
bakat individu untuk menciptakan Perdagangan Republik Indonesia adalah
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan periklanan, arsitektur, pasar barang seni,
dengan menghasilkan dan mengeksploitasi kerajinan, desain, fesyen, video, film dan
daya kreasi dan daya cipta individu fotografi, permainan interaktif, musik, seni
tersebut.Menurut Howkins, Ekonomi pertunjukan, penerbitan dan percetakan,
Kreatif terdiri dari periklanan, arsitektur, layanan komputer dan piranti lunak, televisi
seni, kerajinan. desain, fashion, film, musik, dan radio, riset dan pengembangan, serta
seni pertunjukkan, penerbitan, Penelitian kuliner.
dan Pengembangan (R&D), perangkat
lunak, mainan dan permainan, Televisi dan Kinerja Keuangan
Radio, dan Permainan Video). Muncul pula Kinerja keuangan perusahaan
definisi yang berbeda-beda mengenai sektor merupakan faktor internal atau bersifat
ini. Namun sejauh ini penjelasan Howkins mikro. Peristiwa yang terjadi di dalam
masih belum diakui secara internasional. perusahaan hanya akan mempengaruhi
Industri kreatif dipandang semakin perusahaan atau industri tertentu, tidak
penting dalam mendukung kesejahteraan berpengaruh pada perusahaan atau industri
dalam perekonomian, berbagai pihak lain, sehingga peristiwa yang terjadi dapat
berpendapat bahwa "kreativitas manusia dikendalikan perusahaan. Kinerja
adalah sumber daya ekonomi utama" dan perusahaan biasanya diukur dari laporan
126
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
keuangan yang dikeluarkan secara periodik, penjualan dan laba yang didapatkan oleh
yang memberikan suatu gambaran tentang perusahaan.
posisi keuangan perusahaan. Untuk menilai Penjualan adalah suatu usaha yang
prestasi dan kondisi suatu perusahaan terpadu untuk mengembangkan rencana-
diperlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran rencana strategis yang diarahkan pada usaha
yang sering kali digunakan adalah rasio, pemuasan kebutuhan dan keinginan
yang menunjukkan hubungan antara dua pembeli, guna mendapatkan penjualan yang
data keuangan. Analisis rasio bertujuan menghasilkan laba (Marwan, 1991).
untuk menilai keefektifan keputusan yang Penjualan merupakan sumber hidup suatu
telah diambil perusahaan dalam rangka perusahaan, karena dari penjualan dapat
menjalankan aktivitas usahanya (Munawir, diperoleh laba serta suatu usaha memikat
2001). Analisis rasio ini sendiri memiliki konsumen yang diusahakan untuk
berbagai keterbatasan, beberapa contohnya mengetahui daya tarik mereka sehingga
antara lain banyak perusahaan dapat mengetahui hasil produk yang
menggunakan teknik “window dressing” dihasilkan. Menurut Winardi (1982),
yaitu teknik untuk mempercantik laporan penjualan adalah suatu transfer hak atas
keuangan sehingga laporannya terlihat lebih benda-benda. Dari penjelasan tersebut
baik, perbedaan praktek operasi dan dalam memindahkan atau mentransfer
akuntansi bisa menyebabkan adanya distorsi barang dan jasa diperlukan orang-orang
dalam perbandingan, kesulitan menentukan yang bekerja di bidang penjualan seperti
apakah suatu rasio “baik” atau “buruk” pelaksana dagang, agen, wakil pelayanan
karena belum tentu rasio yang baik dan wakil pemasaran.
mencerminkan semua elemen penyusunnya Pada dasarnya laba usaha merupakan
adalah baik, dan biasanya suatu perusahaan pendapatan perusahaan dikurangi biaya
bisa mempunyai sejumlah rasio yang eksplisit atau biaya akuntansi perusahaan
kelihatan “baik” sedangkan rasio lainnya (Salvatore, 2005). Laba usaha berbeda
“jelek” sehingga sulit untuk mengatakan dengan laba ekonomi, yaitu pendapatan
apakah secara keseluruhan perusahaan ini perusahaan dikurangi dengan biaya eksplisit
baik atau buruk (Helfert, 1996). Analisis dan biaya implisit. Dalam akuntansi, laba
rasio ini memang bermanfaat tetapi harus kotor adalah keuntungan penjualan adalah
disesuaikan dengan kebutuhan penilaian perbedaan antara pendapatan dengan biaya
perusahaan dan aspek apa yang akan dinilai. untuk membuat suatu produk atau
Kinerja keuangan dapat dilihat dari tingkat penyediaan jasa sebelum dikurangi biaya
overhead, gaji, pajak dan pembayaran
127
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
Uji
Beda
128
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
129
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
130
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
Tabel 5. Hasil Uji Paired Samples T Test pada Penjualan dan Laba
Kinerja Paired Samples T Test Kesimpulan
Mean T hitung Sig (2-tailed) sd
Penjualan -2,990 -3,230 0,002 7,689 Didukung
Laba -4814492,754 -1,589 0,117 2,517 Tidak didukung
Peningkatan -5,257 -5,720 0,000 6,690 Didukung
Penjualan
Penurunan 4,519 3,074 0,008 5,880 Didukung
Penjualan
Peningkatan -1,430 -5,385 0,000 1,821 Didukung
Laba
Penurunan 1,546 2,754 0,012 2,632 Didukung
Laba
penjualan sebelum adanya ACFTA dan
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui AIFTA lebih kecil dibandingkan dengan
bahwa nilai T hitung untuk penjualan penjualan sesudah adanya ACFTA dan
sebesar -3,230 dengan signifikansi sebesar AIFTA. Dengan kata lain UMKM
0,002. Nilai T hitung negatif berarti mengalami peningkatan penjualan apabila
131
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
dibandingkan dengan sebelum adanya perioda 2009 dan prioda 2010 tidak berbeda
ACFTA dan AIFTA. Sedangkan nilai secara signifikan. Berdasarkan hasil analisis
signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka hipotesis kedua yang menyatakan terdapat
kesimpulan yang dapat diambil adalah perbedaan tingkat laba industri kreatif di
terdapat perbedaan signifikan antara tingkat Yogyakarta sebelum dan sesudah ACFTA
penjualan sebelum dan sesudah ACFTA dan dan AIFTA tidak didukung.
AIFTA. Perbedaan tingkat penjualan dalam Dari tabel 5, dapat dilihat juga hasil
hal ini adalah tingkat penjualan UMKM pengujian Paired Samples T Test pada
setelah adanya ACFTA dan AIFTA, yaitu masing-masing penjualan dan laba yang
tingkat penjualan selama perioda 2010 lebih mengalami peningkatan atau penurunan
besar dibandingkan tingkat penjualan pada secara terpisah. Pengujian ini digunakan
perioda 2009. Dengan demikian, hipotesis untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan
pertama yang menyatakan bahwa terdapat tingkat penjualan dan tingkat laba sebelum
perbedaan tingkat penjualan industri kreatif dan setelah adanya ACFTA dan AIFTA
di Yogyakarta sebelum dan sesudah pada UMKM yang mengalami peningkatan
ACFTA dan AIFTA dapat didukung. atau penurunan penjualan saja dan UMKM
Pada data tentang tingkat laba diperoleh yang mengalami peningkatan atau
informasi bahwa nilai T hitung sebesar - penurunan laba saja. Berdasarkan pengujian
1,589 dengan signifikansi 0,117. Nilai T tersebut dapat diketahui bahwa pada
hitung negatif berarti laba sebelum adanya UMKM yang mengalami peningkatan
ACFTA dan AIFTA lebih kecil penjualan diperoleh nilai T hitung sebesar -
dibandingkan dengan laba sesudah adanya 5,720 dengan signifikansi 0,000. Nilai T
ACFTA dan AIFTA. Dengan kata lain hitung negatif berarti penjualan sebelum
UMKM mengalami peningkatan laba adanya ACFTA dan AIFTA lebih kecil
apabila dibandingkan dengan sebelum dibandingkan dengan penjualan sesudah
adanya ACFTA dan AIFTA. Sedangkan adanya ACFTA dan AIFTA. Sedangkan
nilai signifikansi sebesar 0,117. Oleh karena nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena
signifikansi sebesar 0,117 > 0,05, maka signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak kesimpulan yang dapat diambil adalah
terdapat perbedaan signifikan antara tingkat terdapat perbedaan signifikan antara tingkat
laba sebelum dan sesudah ACFTA dan penjualan sebelum dan sesudah ACFTA dan
AIFTA. Hal ini berarti bahwa sebenarnya AIFTA pada UMKM yang mengalami
tingkat laba yang diperoleh UMKM pada peningkatan penjualan.
132
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
133
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
tidak bersaing dengan China dan India ringan. Berdasarkan hasil penelitian, setelah
antara lain adalah UMKM yang adanya ACFTA dan AIFTA sebagian besar
memproduksi barang dengan bahan baku UMKM yaitu sebesar 76,81% mengalami
yang hanya ada di Yogyakarta atau peningkatan penjualan dengan rata-rata
memproduksi barang dengan ciri khas peningkatan sebesar 21,17% daripada
Yogyakarta. sebelum adanya ACFTA dan AIFTA. Selain
Beberapa UMKM industri kreatif yang itu, sebagian besar UMKM yaitu sebesar
ada di Yogyakarta juga telah melakukan 68,12% juga mengalami peningkatan laba
transaksi dengan China dan India. Beberapa setelah adanya ACFTA dan AIFTA dengan
UMKM menyatakan bahwa adanya ACFTA rata-rata peningkatan sebesar 20,30%.
dan AIFTA memberikan dampak bagi usaha Banyaknya UMKM yang mengalami
yang mereka jalankan, namun sebagian peningkatan baik penjualan maupun laba
besar UMKM industri kreatif, yaitu sebesar menunjukkan bahwa terdapat dua hal yang
57,97% menyatakan bahwa ACFTA tidak dapat disimpulkan, yaitu UMKM merespon
berdampak bagi UMKM dan sebesar positif ACFTA dan AIFTA atau UMKM
78,26% menyatakan bahwa AIFTA tidak sama sekali tidak merespon adanya ACFTA
berdampak bagi usaha yang mereka dan AIFTA.
jalankan. Berdasarkan analisis data yang
Di sisi lain, adanya ACFTA dan AIFTA dilakukan pada tingkat penjualan dan
sebenarnya membuka peluang bagi UMKM tingkat laba, baik secara terpisah pada
untuk meningkatkan potensi penjualan dan penjualan yang mengalami peningkatan
potensi pemasaran bagi UMKM industri maupun penjualan yang mengalami
kreatif. Banyaknya wisatawan asing di penurunan, serta penjualan secara
Yogyakarta yang berasal dari berbagai keseluruhan atau laba yang mengalami
negara memberikan peluang bagi UMKM peningkatan maupun laba yang mengalami
untuk melakukan ekspor pasif. Adanya penurunan, serta laba secara keseluruhan
ekspor pasif dari UMKM ke luar negeri menunjukkan bahwa dengan adanya
melalui wisatawan dapat membuka peluang ACFTA dan AIFTA menimbulkan
bagi UMKM untuk memasuki bisnis perbedaan secara signifikan pada tingkat
internasional. Adanya ACFTA dan AIFTA penjualan, baik secara keseluruhan atau
akan mempermudah UMKM dalam hal terpisah. Pada analisis laba secara
finansial karena beberapa tarif akan menjadi keseluruhan, adanya ACFTA dan AIFTA
nol sehingga biaya yang dikeluarkan untuk tidak menimbulkan perbedaan yang
melakukan ekspor aktif menjadi lebih signifikan, namun secara terpisah ACFTA
134
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
dan AIFTA menimbulkan perbedaan yang tingkat laba yang dihasilkan oleh UMKM.
signifikan. Namun, di sisi lain, perbedaan ini juga
Penjualan yang mengalami penurunan tergantung pada UMKM itu sendiri.
setelah adanya ACFTA dan AIFTA dinilai Khususnya bagi UMKM industri kreatif,
masih wajar, hal ini tentunya dikarenakan produk-produk mereka dapat bersaing
persaingan dengan produk-produk dari dengan produk dari China dan India. Hal ini
China dan India dengan harga yang relatif juga terlihat dari hasil angket yang
lebih murah. Namun, UMKM yang didapatkan bahwa sebagian besar pemilik
mengalami penurunan jumlahnya lebih UMKM industri kreatif memberikan
sedikit jika dibandingkan dengan UMKM pernyataan bahwa adanya ACFTA dan
yang mengalami peningkatan laba setelah AIFTA tidak mempengaruhi UMKM yang
adanya ACFTA dan AIFTA. Hal ini mereka jalankan.
memberikan gambaran bahwa usaha kreatif Perbedaan antara hasil analisis terhadap
tetap mampu meningkatkan penjualannya tingkat penjualan dan tingkat laba dengan
setelah adanya ACFTA dan AIFTA. pernyataan dari pemilik UMKM tentunya
Berdasarkan hasil analisis data, laba menimbulkan tanda tanya, apakah
secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan perbedaan tingkat penjualan dan tingkat
antara sebelum dan sesudah adanya ACFTA laba yang didapatkan UMKM terjadi setelah
dan AIFTA. Peningkatan dan penurunan adanya ACFTA dan AIFTA. Terlebih bagi
laba usaha tidak hanya dipengaruhi UMKM industri kreatif yang memiliki ciri
penjualan saja. Peningkatan penjualan tidak khusus yang dapat membedakan UMKM
selalu diiringi dengan peningkatan laba. tersebut dengan para pelaku bisnis yang lain
Beberapa hal yang mempengaruhi laba di luar negeri, tentunya adanya ACFTA dan
selain tingkat penjualan adalah biaya-biaya AIFTA dapat membuka peluang mereka
yang dikeluarkan oleh UMKM untuk untuk memasuki pasar internasional. Jika
memperoleh pendapatan dari penjualan UMKM mampu memanfaatkan adanya
yang dilakukan. Peningkatan penjualan ACFTA dan AIFTA, sangat dimungkinkan
yang tidak diiringi dengan peningkatan laba tingkat penjualan dan tingkat laba UMKM
atau bahkan penurunan, menunjukkan dapat meningkat.
UMKM mengalami masalah dalam hal
efisiensi. SIMPULAN DAN SARAN
Adanya ACFTA dan AIFTA pada Kesimpulan
dasarnya sedikit banyak memberikan Berdasarkan hasil penelitian dan
perbedaan bagi tingkat penjualan dan analisis data mengenai tingkat penjualan
135
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
136
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
137