Anda di halaman 1dari 18

JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

KINERJA KEUANGAN INDUSTRI KREATIF DI YOGYAKARTA


PASCA ACFTA DAN AIFTA

Endra Murti Sagoro


Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
endra_ms@uny.ac.id

Abstrak: Kinerja Keuangan Industri Kreatif di Yogyakarta Pasca ACFTA dan AIFTA.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan ditinjau dari tingkat penjualan
dan tingkat laba. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat
penjualan dan tingkat laba sebelum dan setelah adanya ASEAN-China Free Trade Area
(ACFTA) dan ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA) pada UMKM industri kreatif yang
ada di Yogyakarta.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi penelitian ini
adalah UMKM anggota Dekranas Kota Yogyakarta. Sampel penelitian ini sebanyak 69
UMKM diambil dengan teknik random sampling. Data dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis uji beda.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan tingkat penjualan UMKM industri kreatif di
Yogyakarta sebelum dan setelah adanya ACFTA dan AIFTA yang ditunjukkan dengan nilai
T hitung sebesar -3,230 dengan signifikansi 0,002; dan (2) Tidak terdapat perbedaan tingkat
laba UMKM industri kreatif di Yogyakarta sebelum dan setelah adanya ACFTA dan AIFTA
yang ditunjukkan dengan nilai T hitung sebesar -1,589 dengan signifikansi 0,117.

Kata kunci: ACFTA, AIFTA, Penjualan, Laba

PENDAHULUAN telah terlibat dalam enam skema FTA, yaitu:


Perjanjian Free Trade Area (FTA) yang ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN
dilakukan negara-negara di kawasan Asia China Free Trade Area (ACFTA), ASEAN-
Tenggara dengan negara di luar kawasan Korea Free Trade Area (AKFTA),
tersebut bertujuan untuk memperluas Indonesia-Japan Economic Partnership
pemasaran dan peningkatan penjualan Agreement (IJEPA), ASEAN India Free
produk-produk yang dihasilkan oleh setiap Trade Area (AIFTA), dan ASEAN-
negara yang turut serta dalam perjanjian Australia-New Zealand (AANZ).Adanya
tersebut. Indonesia merupakan salah satu FTA memberikan dampak, baik positif
negara di Asia Tenggara juga mengadakan maupun negatif bagi negara-negara di
perjanjian dengan beberapa negara dalam kawasan ASEAN, termasuk Indonesia.
hal perdagangan bebas. Indonesia Banyak perusahaan, khususnya Usaha Kecil
mengadakan perjanjian internasional dengan Mikro Menengah (UMKM)
banyak negara yang berasal tidak hanya dari Pemanufakturan di Indonesia yang akan
kawasan Asia. Pada Mei 2012 Indonesia menghadapi tantangan dengan adanya

120
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

perjanjian perdagangan bebas khususnya sebagai ancaman, khususnya bagi pihak


ASEAN-China FTA (ACFTA), dengan yang kontra terhadap pemberlakuan
ribuan pos tarif produk manufaktur menjadi ACFTA. ACFTA dianggap berpotensi
nol persen per 1 Januari 2010. Dengan membangkrutkan banyak perusahaan dalam
adanya pengurangan tarif, bahkan nol negeri, khususnya UMKM. Pelaku UMKM
persen, produk-produk dari negara di dihadapkan dengan berbagai produk massal
kawasan ASEAN dan China akan lebih dari China dengan harga yang relatif lebih
mudah masuk ke Indonesia dengan harga murah. Dengan adanya perjanjian ini,
yang lebih murah. Di sisi lain, produk- UMKM di Indonesia harus berani bersaing
produk dari Indonesia juga memiliki dengan produk-produk dari China dalam hal
kesempatan yang sama untuk memasuki kualitas dan harga. Jika tidak mampu
pasar di negara kawasan ASEAN dan bersaing, UMKM yang ada di Indonesia
China. khususnya UMKM Pemanufakturan akan
Terdapat pro dan kontra terhadap berubah menjadi UMKM Dagang yang
pemberlakuan ACFTA. Bagi pihak yang dirasa lebih menguntungkan. Namun,
pro, menganggap bahwa pemberlakuan terdapat kemungkinan UMKM akan
ACFTA sebagai kesempatan, tetapi bagi mengalami kebangkrutan. Banyaknya
pihak yang kontra dipandang sebagai potensi kebangkrutan dari UMKM maka
ancaman. Beberapa keuntungan dari tenaga kerja lokal akan tercam
ACFTA, antara lain Indonesia akan diberhentikan sehingga akan memunculkan
memiliki pemasukan tambahan dari PPN banyak pengangguran di Indonesia.
produk-produk baru yang masuk ke Salah satu UMKM Pemanufakturan di
Indonesia. Semakin banyak produk China Indonesia adalah industri atau usaha kreatif.
yang masuk ke Indonesia, makin banyak Industri kreatif ini memproduksi produk-
pula objek pajak sehingga dinilai berpotensi produk kreatif yang akan dikonsumsi oleh
besar mendatangkan pendapatan pajak bagi konsumen lokal maupun asing. Pemasaran
pemerintah. Selain itu, adanya ACFTA akan dari produk ini adalah pasar dalam negeri
memunculkan persaingan usaha yang dan luar negeri. Tantangan bagi industri
diharapkan memicu persaingan harga yang kreatif ini adalah produk-produk serupa
sehat dan kompetitif sehingga pada akhirnya yang berasal dari negara China. Kualitas
konsumen yang ada di Indonesia akan yang dihasilkan minimal sepadan dengan
diuntungkan, karena barang yang harga yang dapat bersaing dengan pasar
dibutuhkan relatif terjangkau.Selain China. Namun, tidak semua industri kreatif
keuntungan, adanya ACFTA dianggap memiliki pesaing dari China. Terdapat

121
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

beberapa produk, khususnya produk yang (Vivanews, 4 Januari 2010). Berbeda


berbahan baku dari sumber daya alam lokal dengan China yang unggul dengan produksi
hanya dihasilkan oleh beberapa daerah massalnya, India unggul di bidang teknologi
tertentu. Selain itu, produk yang dihasilkan dan informasi. Begitu pun kondisi industri
berdasar pada budaya lokal tentunya di India, masih sama-sama mengalami
pesaingnya sedikit atau bahkan tidak ada. kendala serupa di Indonesia, seperti di
Produk seperti ini tentunya dapat bersaing di sektor perbankan. Dengan demikian, potensi
dunia internasional, dengan catatan industri ancaman bagi industri-industri yang ada di
kreatif ini dikelola dengan baik. tidak Indonesia dalam hal produk tidak terlalu
adanya pengelolaan yang baik, akan signifikan. Namun, penguasaan teknologi
menimbulkan ancaman bagi dan informasi yang lebih baik dapat menjadi
keberlangsungan industri kreatif tersebut, ancaman, khususnya dalam peningkatan
karena bukan tidak mungkin China dapat kualitas produk sejenis dan jaringan
membuat produk kreatif yang sama bahkan pemasaran. Adanya AIFTA, dinilai belum
dengan harga yang lebih murah. akan mengancam industri kreatif yang ada
Di sisi lain, pada tanggal yang sama (1 di Indonesia, namun hal ini belum dapat
Januari 2010), Indonesia juga menghadapi dijamin 100% dikarenakan perkembangan
ASEAN-India FTA (AIFTA). Melalui bisnis tentunya tidak lepas dari teknologi
AIFTA, lebih dari 80 persen pos tarif akan dan informasi. Jika sumber daya manusia
diliberalisasi, termasuk produk khusus yang mengelola industri kreatif di Indonesia
seperti minyak sawit mentah, kopi, teh, dan tidak mampu menguasai teknologi dan
lada. Sekitar empat ribu pos tarif akan mengakses informasi-informasi penting,
dieliminasi bertahap pada 2013 hingga maka ada kemungkinan pasar industri
2016. Tarif untuk sensitif produk akan kreatif baik di Indonesia maupun ASEAN
berkurang hingga lima persen pada 2016 akan mulai dimasukki oleh India, khususnya
dan sebanyak 489 pos tarif produk sangat produk yang berbahan kayu dan kulit.
sensitif akan menyusul. Produk-produk Yogyakarta merupakan salah satu
yang mengalami penurunan tarif antara lain propinsi di Indonesia yang memiliki sumber
produk kayu (plywood), alas kaki, produk daya alam luar biasa dan kebudayaan yang
kulit, dan produk bahan kimia. Menanggapi kuat. Selain itu, Yogyakarta juga memiliki
pemberlakuan efektif AIFTA, Menteri daerah wisata yang cukup banyak dan sering
Perindustrian menilai perjanjian tersebut dikunjungi oleh wisatawan baik yang
tidak akan berpotensi mengancam industri berasal dari dalam negeri maupun luar
dalam negeri, seperti halnya pada AIFTA negeri. Banyaknya potensi sumber daya

122
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

alam dan daerah wisata memunculkan diidentifikasi produk-produk apa saja yang
peluang-peluang usaha kreatif yang dapat terpengaruh oleh ACFTA dan produk-
dijadikan salah satu sumber pendapatan bagi produk apa saja yang terpengaruh oleh
masyarakat Yogyakarta. Beberapa usaha AIFTA.
kreatif yang ada di Yogyakarta antara lain
batik, perak, gerabah, kulit, kayu, maupun Rumusan Masalah
kerajinan-kerajinan yang berasal dari Rumusan masalah yang diajukan adalah
sumber daya lokal yang diolah agar sebagai berikut:
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sumber 1. Bagaimana tingkat penjualan industri
daya manusia yang berasal dari Yogyakarta kreatif di Yogyakarta sebelum dan
memiliki tingkat kreativitas yang cukup setelah adanya ACFTA dan AIFTA?
tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya 2. Bagaimana tingkat laba industri kreatif di
produk-produk kreatif yang dihasilkan oleh Yogyakarta sebelum dan setelah adanya
masyarakat yang ada di Yogyakarta. Barang ACFTA dan AIFTA?
atau benda yang tadinya tidak diminati
bahkan tidak dilirik oleh orang, diubah ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)
menjadi produk kreatif dan memiliki nilai ASEAN-China Free Trade Area
ekonomi yang memiliki nilai jual. (ACFTA) merupakan kesepakatan antara
Kreativitas inilah pada akhirnya dapat negara-negara anggota ASEAN dengan
menarik keinginan seseorang untuk China untuk mewujudkan kawasan
membeli produk yang dihasilkan. perdagangan bebas dengan menghilangkan
Banyaknya produk kreatif dari Yogyakarta, atau mengurangi hambatan-hambatan
dapat dijumpai di berbagai objek wisata perdagangan barang baik tarif ataupun non
yang ada di Yogyakarta. Selain itu, tarif, peningkatan akses pasar jasa,
beberapa produk ini juga diekspor ke peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus
berbagai negara. Dari berbagai jenis industri peningkatan aspek kerjasama ekonomi
kreatif tersebut, dengan adanya ACFTA dan untuk mendorong hubungan perekonomian
AIFTA tidak jarang beberapa diantaranya para pihak ACFTA dalam rangka
mengalami penurunan penjualan produk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
kreatifnya. Namun, di sisi lain, ada pula ASEAN dan China.
industri kreatif yang tidak terpengaruh Beberapa tujuan dari perjanjian
adanya perjanjian ACFTA dan AIFTA. ACFTA, antara lain adalah sebaagai berikut:
Penurunan atau peningkatan penjualan di (1) Memperkuat dan meningkatkan
sektor industri kreatif sulit untuk kerjasama ekonomi, perdagangan, dan

123
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

investasi antara negara-negara anggota; (2) pasar ekspor Indonesia ke China pada
Meliberalisasi secara progresif dan tahun 2005 yang mendapatkan tambahan
meningkatkan perdagangan barang dan jasa 40% dari Normal Track (± 1880 pos tarif),
serta menciptakan suatu sistem yang yang diturunkan tingkat tarifnya menjadi 0-
transparan dan untuk mempermudah 5%; (3) Terbukanya akses pasar ekspor
investasi; (3) Menggali bidang-bidang Indonesia ke China pada tahun 2007
kerjasama yang baru dan mengembangkan yang mendapatkan tambahan 20% dari
kebijaksanaan yang tepat dalam rangka Normal Track (± 940 pos tarif), yang
kerjasama ekonomi antara negara-negara diturunkan tingkat tarifnya menjadi 0-5%,
anggota; dan (4) Memfasilitasi integrasi (4) Pada tahun 2010, Indonesia akan
ekonomi yang lebih efektif dari anggota memperoleh tambahan akses pasar ekspor
ASEAN baru (Cambodia, Laos, Myanmar, ke China sebagai akibat penghapusan
dan Vietnam) dan menjembatani seluruh pos tarif dalam Normal Track
kesenjangan pembangunan ekonomi di China; dan (5) Sampai dengan tahun 2010
antara negara-negara anggota. Indonesia akan menghapuskan 93,39% pos
Peluang adanya perjanjian ACFTA, tarif (6.683 pos tarif dari total 7.156 pos
antara lain adalah sebagai berikut: (1) tarif yang berada di Normal Track ), dan
Meningkatnya akses pasar ekspor ke China 100% pada tahun 2012.
dengan tingkat tarif yang lebih rendah bagi Selain manfaat yang ada dalam
produk-produk nasional; (2) ACFTA, terdapat tantangan yang dihadapi
Meningkatkanya kerjasama antara pelaku dengan adanya perjanjian ACFTA, yaitu:
bisnis di kedua negara melalui (1) Indonesia harus dapat meningkatkan
pembentukan “Aliansi Strategis”; (3) efisiensi dan efektifitas produksi sehingga
Meningkatnya akses pasar jasa di China dapat bersaing dengan produk-produk
bagi penyedia jasa nasional; (4) China; (2) Menciptakan iklim usaha yang
Meningkatnya arus investasi asing asal kondusif dalam rangka meningkatkan daya
China ke Indonesia; dan (5) Terbukanya saing, (3) Menerapkan ketentuan dan
transfer teknologi antara pelaku bisnis di peraturan investasi yang transparan,
kedua negara. efisien dan ramah dunia usaha; dan (4)
Di sisi lain, manfaat adanya perjanjian Meningkatkan kemampuan dalam
ACFTA, antara lain adalah: (1) Terbukanya penguasaan teknologi informasi dan
akses pasar produk pertanian (Chapter 01 komunikasi termasuk promosi pemasaran
s/d 08 menjadi 0%) Indonesia ke China dan lobby.
pada tahun 2004; (2) Terbukanya akses

124
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA) memberikan perlindungan cukup signifikan


India merupakan salah satu mitra bagi industri nasional karena hanya
dagang utama Indonesia dalam beberapa 46,17% pos tarip Indonesia yang akan
tahun terakhir. Perdagangan bilateral dihapuskan pada tahun 2016 (meskipun
meningkat tajam, dari US$ 2,8 miliar di sesuai kesepakatan akan di-review
tahun 2005 menjadi US$ 4,9 miliar di tahun bersama secara timbal-balik); (6) Jumlah
2007, atau meningkat 28,8%. Pengusaha penduduk India yang besar + 1 milyar jiwa
India melakukan investasi di beberapa merupakan potensi pasar yang besar bagi
sektor penting di Indonesia, seperti tekstil, produk Indonesia; (7) Penguasaan
automotive, kimia dan petro-kimia, serta teknologi informasi dan bidang farmasi
sektor jasa-jasa.Beberapa manfaat adanya dari India dapat dimanfaatkan sebagai
perjanjian AIFTA bagi Indonesia antara lain proses transfer teknologi bagi para pelaku
adalah sebagai berikut: (1) Indonesia akan bisnis; dan (8) Akan memacu pelaku bisnis
menikmati penghapusan bea masuk atas pesaing Indonesia dalam memasuki pasar
70,14% pos tarip India (3.666 tariff lines) India.
pada tahun 2013 dan meningkat menjadi Adanya AIFTA memberikan beberapa
79,35% pos tarif (4.145 tariff lines) pada peluangproduk ekspor indonesia yang akan
tahun 2016; (2) 94,75% dari ekspor menikmati tarif 0% di India, antara lain: (1)
Indonesia ke India (US$ 2.6 milyar) Produk Pertanian: binatang hidup, daging
akan menikmati peningkatan akses pasar hewan, kacang mede, produk perikanan,
dalam 10 tahun ke depan, termasuk CPO susu, mentega, telur,produk hewani, pohon
dan RPO yang merupakan komoditas utama hidup dan bunga potong, sayuran, buah-
Indonesia ke pasar India; (3) India secara buahan, kopi, teh, rempah, biji-bijian, getah-
bertahap akan menurunkan bea masuk atas getahan, karet, lemak dan minyak nabati,
CPO dan RPO masing-masing dari 80% dan produk daging dan ikan, gula dan kembang
90% menjadi 37,5% dan 45% selama gula, coklat, dan sebagainya; dan (2) Produk
periode 2009-2018. Hal ini merupakan Industri: produk agro dan kimia,produk
keuntungan bagi Indonesia mengingat kedua farmasi, pupuk, bahan samak dan celup,
produk andalan Indonesia tersebut akan produk fotografi, plastik dan produk plastik,
memperoleh actual market access sampai karet dan produk karet, kulit dan produk
dengan tahun 2018; (4) Komoditas utama kulit, kayu dan produk kayu, jerami dan
Indonesia ke pasar India—batubara—juga produk anyaman, kertas dan produk kertas,
akan menikmati bea masuk 0%; (5) tekstil dan produk tekstil, keramik dan kaca,
Sebaliknya komitmen Indonesia besi dan logam, perkakas dan mesin,

125
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

otomotif dan komponen, elektronik dan bahwa “industri abad kedua puluh satu akan
produk elektronik, furnitur, aneka karya tergantung pada produksi pengetahuan
seni dan berbagai barang buatan pabrik. melalui kreativitas dan inovasi.Berbagai
pihak memberikan definisi yang berbeda-
Industri Kreatif beda mengenai kegiatan-kegiatan yang
Industri kreatif dapat diartikan sebagai termasuk dalam industri kreatif. Bahkan
kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait penamaannya sendiri pun menjadi isu yang
dengan penciptaan atau penggunaan diperdebatkan dengan adanya perbedaan
pengetahuan dan informasi. Industri kreatif yang signifikan sekaligus tumpang tindih
juga dikenal dengan nama lain Industri antara istilah industri kreatif, industri
Budaya (terutama di Eropa) atau juga budaya, dan ekonomi kreatif.
Ekonomi Kreatif. Kementerian Perdagangan Sub-sektor yang merupakan industri
Indonesia menyatakan bahwa Industri berbasis kreativitas di Indonesia
kreatif adalah industri yang berasal dari berdasarkan pemetaan industri kreatif yang
pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta telah dilakukan oleh Departemen
bakat individu untuk menciptakan Perdagangan Republik Indonesia adalah
kesejahteraan serta lapangan pekerjaan periklanan, arsitektur, pasar barang seni,
dengan menghasilkan dan mengeksploitasi kerajinan, desain, fesyen, video, film dan
daya kreasi dan daya cipta individu fotografi, permainan interaktif, musik, seni
tersebut.Menurut Howkins, Ekonomi pertunjukan, penerbitan dan percetakan,
Kreatif terdiri dari periklanan, arsitektur, layanan komputer dan piranti lunak, televisi
seni, kerajinan. desain, fashion, film, musik, dan radio, riset dan pengembangan, serta
seni pertunjukkan, penerbitan, Penelitian kuliner.
dan Pengembangan (R&D), perangkat
lunak, mainan dan permainan, Televisi dan Kinerja Keuangan
Radio, dan Permainan Video). Muncul pula Kinerja keuangan perusahaan
definisi yang berbeda-beda mengenai sektor merupakan faktor internal atau bersifat
ini. Namun sejauh ini penjelasan Howkins mikro. Peristiwa yang terjadi di dalam
masih belum diakui secara internasional. perusahaan hanya akan mempengaruhi
Industri kreatif dipandang semakin perusahaan atau industri tertentu, tidak
penting dalam mendukung kesejahteraan berpengaruh pada perusahaan atau industri
dalam perekonomian, berbagai pihak lain, sehingga peristiwa yang terjadi dapat
berpendapat bahwa "kreativitas manusia dikendalikan perusahaan. Kinerja
adalah sumber daya ekonomi utama" dan perusahaan biasanya diukur dari laporan

126
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

keuangan yang dikeluarkan secara periodik, penjualan dan laba yang didapatkan oleh
yang memberikan suatu gambaran tentang perusahaan.
posisi keuangan perusahaan. Untuk menilai Penjualan adalah suatu usaha yang
prestasi dan kondisi suatu perusahaan terpadu untuk mengembangkan rencana-
diperlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran rencana strategis yang diarahkan pada usaha
yang sering kali digunakan adalah rasio, pemuasan kebutuhan dan keinginan
yang menunjukkan hubungan antara dua pembeli, guna mendapatkan penjualan yang
data keuangan. Analisis rasio bertujuan menghasilkan laba (Marwan, 1991).
untuk menilai keefektifan keputusan yang Penjualan merupakan sumber hidup suatu
telah diambil perusahaan dalam rangka perusahaan, karena dari penjualan dapat
menjalankan aktivitas usahanya (Munawir, diperoleh laba serta suatu usaha memikat
2001). Analisis rasio ini sendiri memiliki konsumen yang diusahakan untuk
berbagai keterbatasan, beberapa contohnya mengetahui daya tarik mereka sehingga
antara lain banyak perusahaan dapat mengetahui hasil produk yang
menggunakan teknik “window dressing” dihasilkan. Menurut Winardi (1982),
yaitu teknik untuk mempercantik laporan penjualan adalah suatu transfer hak atas
keuangan sehingga laporannya terlihat lebih benda-benda. Dari penjelasan tersebut
baik, perbedaan praktek operasi dan dalam memindahkan atau mentransfer
akuntansi bisa menyebabkan adanya distorsi barang dan jasa diperlukan orang-orang
dalam perbandingan, kesulitan menentukan yang bekerja di bidang penjualan seperti
apakah suatu rasio “baik” atau “buruk” pelaksana dagang, agen, wakil pelayanan
karena belum tentu rasio yang baik dan wakil pemasaran.
mencerminkan semua elemen penyusunnya Pada dasarnya laba usaha merupakan
adalah baik, dan biasanya suatu perusahaan pendapatan perusahaan dikurangi biaya
bisa mempunyai sejumlah rasio yang eksplisit atau biaya akuntansi perusahaan
kelihatan “baik” sedangkan rasio lainnya (Salvatore, 2005). Laba usaha berbeda
“jelek” sehingga sulit untuk mengatakan dengan laba ekonomi, yaitu pendapatan
apakah secara keseluruhan perusahaan ini perusahaan dikurangi dengan biaya eksplisit
baik atau buruk (Helfert, 1996). Analisis dan biaya implisit. Dalam akuntansi, laba
rasio ini memang bermanfaat tetapi harus kotor adalah keuntungan penjualan adalah
disesuaikan dengan kebutuhan penilaian perbedaan antara pendapatan dengan biaya
perusahaan dan aspek apa yang akan dinilai. untuk membuat suatu produk atau
Kinerja keuangan dapat dilihat dari tingkat penyediaan jasa sebelum dikurangi biaya
overhead, gaji, pajak dan pembayaran

127
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

bunga. Perhatikan bahwa ini berbeda dari


laba usaha (laba sebelum bunga dan pajak). Kerangka Pemikiran
Penjualan bersih didapatkan dengan cara Kerangkan pemikiran dalam penelitian
mengurangi penjualan kotor dengan retur ini digambarkan sebagai berikut:
penjualan dan diskun penjualan.

Tingkat Penjualan dan Pelaksanaan Tingkat Penjualan dan


Tingkat Laba sebelum ACFTA dan AIFTA Tingkat Laba setelah
ACFTA dan AIFTA (1 Januari 2010) ACFTA dan AIFTA
(perioda 2009) (perioda 2010)

Uji
Beda

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Hipotesis Penelitian UMKM yang menjadi sampel ditinjau


Hipotesis yang diajukan dalam dari tingkat penjualan dan tingkat laba
penelitian ini adalah sebagai berikut: sebelum dan setelah pelaksanaan perjanjian
H1: Terdapat perbedaan tingkat penjualan ACFTA dan AIFTA.Populasi dalam
industri kreatif di Yogyakarta sebelum dan penelitian ini adalah seluruh UMKM
sesudah ACFTA dan AIFTA. anggota Dekranas Kota Yogyakarta
H2: Terdapat perbedaan tingkat laba sebanyak 222 anggota yang berasal dari
industri kreatif di Yogyakarta sebelum dan berbagai macam industri
sesudah ACFTA dan AIFTA. kreatif.Penghitungan sampel pada penelitian
ini menggunakan penghitungan Slovin
METODA PENELITIAN dengan menggunakan nilai kelonggaran
Penelitian ini didesain sebagai ketidaktelitian (e²) sebesar 10% diperoleh
penelitian kuantitatif dengan metoda survei jumlah sampel sebesar 68,94 atau 69
terhadap pelaku UMKM khususnya industri UMKM. Data yang diperoleh dari penelitian
kreatif di Yogyakarta. Adapun variabel yang ini berupa hasil dokumentasi atas tingkat
akan diteliti adalah kinerja keuangan di penjualan dan tingkat laba. Analisis yang
pertama adalah menganalisis tingkat
penjualan dan tingkat laba untuk
mengetahui dampak perjanjian ACFTA dan
AIFTA. Penjualan dan laba sebelum dan

128
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

setelah dilaksanakannya ACFTA dan alternatifnya didukung. Paired Samples T


AIFTA dihitung kenaikan atau Test atau uji T sampel berpasangan
penurunannya. Hasil perhitungan kenaikan merupakan uji parametrik yang digunakan
atau penurunan penjualan dan laba untuk menguji hipotesis sama atau tidak
digunakan sebagai data dalam pengujian berbeda (Ho) di antara dua variabel. Data
statistik. berasal dari dua pengukuran atau dua
Pengujian statistik dilakukan dengan periode pengamatan yang berbeda yang
menguji tingkat penjualan sebelum dan diambil dari subjek yang dipasangkan.
sesudah ACFTA dan AIFTA, dan hasil
pengujian ini diharapkan dapat mengetahui HASIL PENELITIAN DAN
apakah ada perbedaan yang nyata pada PEMBAHASAN
kinerja keuangan yang dilihat melalui Hasil Penelitian
penjualan antara sebelum dan sesudah Penelitian dilakukan di 69 UMKM
ACFTA dan AIFTA. Tahap-tahap pengujian yang telah terpilih menjadi responden. Data
menggunakan pengujian parsial untuk didapatkan melalui angket dan dokumentasi.
variabel penelitian dengan Paired Samples Angket digunakan untuk memperoleh
T Test. Tingkat signifikansi atau nilai alfa informasi mengenai gambaran umum
pada penelitian ini ditetapkan adalah sebesar UMKM yang menjadi subjek penelitian,
0,05 atau 5%. Pengujian hipotesis ini seperti jenis usaha, pengetahuan tentang
menggunakan uji Paired Samples T Test ACFTA dan AIFTA, persaingan dengan
karena model uji beda tersebut populer China dan India, transaksi dengan China
digunakan untuk model penelitian pre-post dan India, pengaruh ACFTA dan AIFTA,
atau sebelum-sesudah. Uji beda digunakan serta peningkatan atau penurunan penjualan
untuk mengevaluasi perlakuan (treatment) dan laba setelah adanya ACFTA dan
tertentu pada satu sampel yang sama pada AIFTA. Dokumentasi digunakan untuk
dua periode pengamatan yang berbeda yaitu mengungkapkan penjualan dan laba
sebelum dan sesudah adanya treatment. sebelum dan sesudah adanya ACFTA dan
Treatment tertentu pada penelitian ini AIFTA. Berdasarkan angket yang telah
adalah peristiwa perjanjian ACFTA dan terisi, informasi yang didapatkan tersaji
AIFTA. Jika treatment tersebut tidak dalam tabel 1 sampai dengan tabel 4 berikut.
berpengaruh pada subjek, maka nilai rata-
rata pengukurannya adalah sama dengan
atau dianggap nol dan hipotesis nol (Ho)nya
tidak didukung, yang berarti hipotesis

129
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

Tabel 1. Jenis Usaha UMKM


Klasifikasi Jenis Usaha UMKM Jumlah Persentase (%)
Kerajinan Perak 4 5,80
Kerajinan Batik 8 11,59
Kerajinan Gerabah 5 7,25
Kerajinan Bambu 2 2,90
Kerajinan Kulit 4 5,80
Kerajinan Serat Alam 1 1,45
Kreasi Asesoris 19 27,54
Kreasi Souvenir 26 37,68
Total 69 100,00

Tabel 2. UMKM, ACFTA, dan AIFTA


Tahu Tahu Bersaing Bersaing Transaksi Transaksi
ACFTA AIFTA dengan dengan dengan dengan
produk China produk India China India
Jumlah 69 44 46 16 14 11
Persentase 100,00 63,77 66,67 23,19 20,29 15,94

Tabel 3. Pengaruh ACFTA dan AIFTA bagi UMKM


ACFTA ACFTA ACFTA AIFTA AIFTA AIFTA
(positif) (negatif) (netral) (positif) (negatif) (netral)
Jumlah 4 25 40 5 10 54
Persentase 5,80 36,23 57,97 7,25 14,49 78,26

Tabel 4. Kenaikan atau Penurunan Penjualan dan Laba


Keterangan Jumlah Minimal Maksimal Rata-rata
UMKM (%) (%) (%)
Peningkatan penjualan 53 3,20 60,00 21,17
Penurunan penjualan 16 5,00 41,67 19,39
Peningkatan laba 47 5,00 66,67 20,30
Penurunan laba 22 2,08 42,86 20,42

130
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

Analisis Data Hipotesis satu dan dua untuk menguji


Pengujian yang dilakukan adalah dengan tingkat penjualan dan tingkat laba.
pengujian statistik parametrik dengan Digunakan uji Paired Samples T Test untuk
menggunakan Paired Samples T Test. Uji menguji apakah ada perbedaan tingkat
ini digunakan untuk mengetahui apakah ada penjualan dan tingkat laba yaitu yang
perbedaan rata-rata dua sample yang mengarah pada peningkatan atau penurunan
berhubungan. Dengan sampel tetap yang sesudah dilaksanakannya ACFTA dan
sama hanya perbedaanya adalah kasus AIFTA. Hasil analisis data untuk uji Paired
sebelum dan sesudah yaitu sebelum dan Samples T Test dapat dilihat pada tabel 5
sesudah adanya ACFTA dan AIFTA (per 1 berikut.
Januari 2010) khususnya penjualan dan laba
yang didapatkan UMKM untuk perioda
2009 dan 2010.

Tabel 5. Hasil Uji Paired Samples T Test pada Penjualan dan Laba
Kinerja Paired Samples T Test Kesimpulan
Mean T hitung Sig (2-tailed) sd
Penjualan -2,990 -3,230 0,002 7,689 Didukung
Laba -4814492,754 -1,589 0,117 2,517 Tidak didukung
Peningkatan -5,257 -5,720 0,000 6,690 Didukung
Penjualan
Penurunan 4,519 3,074 0,008 5,880 Didukung
Penjualan
Peningkatan -1,430 -5,385 0,000 1,821 Didukung
Laba
Penurunan 1,546 2,754 0,012 2,632 Didukung
Laba
penjualan sebelum adanya ACFTA dan
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui AIFTA lebih kecil dibandingkan dengan
bahwa nilai T hitung untuk penjualan penjualan sesudah adanya ACFTA dan
sebesar -3,230 dengan signifikansi sebesar AIFTA. Dengan kata lain UMKM
0,002. Nilai T hitung negatif berarti mengalami peningkatan penjualan apabila

131
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

dibandingkan dengan sebelum adanya perioda 2009 dan prioda 2010 tidak berbeda
ACFTA dan AIFTA. Sedangkan nilai secara signifikan. Berdasarkan hasil analisis
signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka hipotesis kedua yang menyatakan terdapat
kesimpulan yang dapat diambil adalah perbedaan tingkat laba industri kreatif di
terdapat perbedaan signifikan antara tingkat Yogyakarta sebelum dan sesudah ACFTA
penjualan sebelum dan sesudah ACFTA dan dan AIFTA tidak didukung.
AIFTA. Perbedaan tingkat penjualan dalam Dari tabel 5, dapat dilihat juga hasil
hal ini adalah tingkat penjualan UMKM pengujian Paired Samples T Test pada
setelah adanya ACFTA dan AIFTA, yaitu masing-masing penjualan dan laba yang
tingkat penjualan selama perioda 2010 lebih mengalami peningkatan atau penurunan
besar dibandingkan tingkat penjualan pada secara terpisah. Pengujian ini digunakan
perioda 2009. Dengan demikian, hipotesis untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan
pertama yang menyatakan bahwa terdapat tingkat penjualan dan tingkat laba sebelum
perbedaan tingkat penjualan industri kreatif dan setelah adanya ACFTA dan AIFTA
di Yogyakarta sebelum dan sesudah pada UMKM yang mengalami peningkatan
ACFTA dan AIFTA dapat didukung. atau penurunan penjualan saja dan UMKM
Pada data tentang tingkat laba diperoleh yang mengalami peningkatan atau
informasi bahwa nilai T hitung sebesar - penurunan laba saja. Berdasarkan pengujian
1,589 dengan signifikansi 0,117. Nilai T tersebut dapat diketahui bahwa pada
hitung negatif berarti laba sebelum adanya UMKM yang mengalami peningkatan
ACFTA dan AIFTA lebih kecil penjualan diperoleh nilai T hitung sebesar -
dibandingkan dengan laba sesudah adanya 5,720 dengan signifikansi 0,000. Nilai T
ACFTA dan AIFTA. Dengan kata lain hitung negatif berarti penjualan sebelum
UMKM mengalami peningkatan laba adanya ACFTA dan AIFTA lebih kecil
apabila dibandingkan dengan sebelum dibandingkan dengan penjualan sesudah
adanya ACFTA dan AIFTA. Sedangkan adanya ACFTA dan AIFTA. Sedangkan
nilai signifikansi sebesar 0,117. Oleh karena nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena
signifikansi sebesar 0,117 > 0,05, maka signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak kesimpulan yang dapat diambil adalah
terdapat perbedaan signifikan antara tingkat terdapat perbedaan signifikan antara tingkat
laba sebelum dan sesudah ACFTA dan penjualan sebelum dan sesudah ACFTA dan
AIFTA. Hal ini berarti bahwa sebenarnya AIFTA pada UMKM yang mengalami
tingkat laba yang diperoleh UMKM pada peningkatan penjualan.

132
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

Pada UMKM yang mengalami dibandingkan dengan laba sesudah adanya


penurunan penjualan diperoleh nilai T ACFTA dan AIFTA. Sedangkan nilai
hitung sebesar 3,074 dengan signifikansi signifikansi sebesar 0,012. Oleh karena
0,008. Nilai T hitung positif berarti signifikansi sebesar 0,012 < 0,05, maka
penjualan sebelum adanya ACFTA dan kesimpulan yang dapat diambil adalah
AIFTA lebih besar dibandingkan dengan terdapat perbedaan signifikan antara tingkat
penjualan sesudah adanya ACFTA dan laba sebelum dan sesudah ACFTA dan
AIFTA. Sedangkan nilai signifikansi AIFTA pada UMKM yang mengalami
sebesar 0,008. Oleh karena signifikansi penurunan laba.
sebesar 0,008 < 0,05, maka kesimpulan
yang dapat diambil adalah terdapat Pembahasan
perbedaan signifikan antara tingkat Berdasarkan hasil penelitian yang telah
penjualan sebelum dan sesudah ACFTA dan dilakukan pada UMKM yang menjadi
AIFTA pada UMKM yang mengalami subjek penelitian diperoleh data bahwa
penurunan penjualan. sebagian besar UMKM khususnya industri
Pada UMKM yang mengalami kreatif yang ada di Yogyakarta bergerak di
peningkatan laba diperoleh nilai T hitung bidang kreasi souvenir. Hal ini tentunya
sebesar -5,385 dengan signifikansi 0,000. tidak terlepas dari peluang yang ada di
Nilai T hitung negatif berarti laba sebelum Yogyakarta yang merupakan salah satu kota
adanya ACFTA dan AIFTA lebih kecil tujuan wisata sehingga banyak pelaku
dibandingkan dengan laba sesudah adanya UMKM yang memproduksi beraneka ragam
ACFTA dan AIFTA. Sedangkan nilai souvenir yang bisa dijadikan oleh-oleh bagi
signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena para wisatawan. UMKM industri kreatif
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, maka yang ada di Yogyakarta sebagian
kesimpulan yang dapat diambil adalah mengetahui adanya ACFTA dan AIFTA
terdapat perbedaan signifikan antara tingkat yang telah disepakati pada tanggal 1 Januari
laba sebelum dan sesudah ACFTA dan 2010. Terdapat berbagai tanggapan
AIFTA pada UMKM yang mengalami mengenai adanya ACFTA dan AIFTA.
peningkatan laba. Beberapa UMKM menyatakan bahwa
Pada UMKM yang mengalami mereka harus bersaing dengan produk yang
penurunan laba diperoleh nilai T hitung berasal dari China dan India, namun
sebesar 1,546 dengan signifikansi 0,012. sebagian UMKM juga menyatakan bahwa
Nilai T hitung positif berarti laba sebelum mereka tidak bersaing dengan produk dari
adanya ACFTA dan AIFTA lebih besar China dan India. UMKM yang menyatakan

133
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

tidak bersaing dengan China dan India ringan. Berdasarkan hasil penelitian, setelah
antara lain adalah UMKM yang adanya ACFTA dan AIFTA sebagian besar
memproduksi barang dengan bahan baku UMKM yaitu sebesar 76,81% mengalami
yang hanya ada di Yogyakarta atau peningkatan penjualan dengan rata-rata
memproduksi barang dengan ciri khas peningkatan sebesar 21,17% daripada
Yogyakarta. sebelum adanya ACFTA dan AIFTA. Selain
Beberapa UMKM industri kreatif yang itu, sebagian besar UMKM yaitu sebesar
ada di Yogyakarta juga telah melakukan 68,12% juga mengalami peningkatan laba
transaksi dengan China dan India. Beberapa setelah adanya ACFTA dan AIFTA dengan
UMKM menyatakan bahwa adanya ACFTA rata-rata peningkatan sebesar 20,30%.
dan AIFTA memberikan dampak bagi usaha Banyaknya UMKM yang mengalami
yang mereka jalankan, namun sebagian peningkatan baik penjualan maupun laba
besar UMKM industri kreatif, yaitu sebesar menunjukkan bahwa terdapat dua hal yang
57,97% menyatakan bahwa ACFTA tidak dapat disimpulkan, yaitu UMKM merespon
berdampak bagi UMKM dan sebesar positif ACFTA dan AIFTA atau UMKM
78,26% menyatakan bahwa AIFTA tidak sama sekali tidak merespon adanya ACFTA
berdampak bagi usaha yang mereka dan AIFTA.
jalankan. Berdasarkan analisis data yang
Di sisi lain, adanya ACFTA dan AIFTA dilakukan pada tingkat penjualan dan
sebenarnya membuka peluang bagi UMKM tingkat laba, baik secara terpisah pada
untuk meningkatkan potensi penjualan dan penjualan yang mengalami peningkatan
potensi pemasaran bagi UMKM industri maupun penjualan yang mengalami
kreatif. Banyaknya wisatawan asing di penurunan, serta penjualan secara
Yogyakarta yang berasal dari berbagai keseluruhan atau laba yang mengalami
negara memberikan peluang bagi UMKM peningkatan maupun laba yang mengalami
untuk melakukan ekspor pasif. Adanya penurunan, serta laba secara keseluruhan
ekspor pasif dari UMKM ke luar negeri menunjukkan bahwa dengan adanya
melalui wisatawan dapat membuka peluang ACFTA dan AIFTA menimbulkan
bagi UMKM untuk memasuki bisnis perbedaan secara signifikan pada tingkat
internasional. Adanya ACFTA dan AIFTA penjualan, baik secara keseluruhan atau
akan mempermudah UMKM dalam hal terpisah. Pada analisis laba secara
finansial karena beberapa tarif akan menjadi keseluruhan, adanya ACFTA dan AIFTA
nol sehingga biaya yang dikeluarkan untuk tidak menimbulkan perbedaan yang
melakukan ekspor aktif menjadi lebih signifikan, namun secara terpisah ACFTA

134
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

dan AIFTA menimbulkan perbedaan yang tingkat laba yang dihasilkan oleh UMKM.
signifikan. Namun, di sisi lain, perbedaan ini juga
Penjualan yang mengalami penurunan tergantung pada UMKM itu sendiri.
setelah adanya ACFTA dan AIFTA dinilai Khususnya bagi UMKM industri kreatif,
masih wajar, hal ini tentunya dikarenakan produk-produk mereka dapat bersaing
persaingan dengan produk-produk dari dengan produk dari China dan India. Hal ini
China dan India dengan harga yang relatif juga terlihat dari hasil angket yang
lebih murah. Namun, UMKM yang didapatkan bahwa sebagian besar pemilik
mengalami penurunan jumlahnya lebih UMKM industri kreatif memberikan
sedikit jika dibandingkan dengan UMKM pernyataan bahwa adanya ACFTA dan
yang mengalami peningkatan laba setelah AIFTA tidak mempengaruhi UMKM yang
adanya ACFTA dan AIFTA. Hal ini mereka jalankan.
memberikan gambaran bahwa usaha kreatif Perbedaan antara hasil analisis terhadap
tetap mampu meningkatkan penjualannya tingkat penjualan dan tingkat laba dengan
setelah adanya ACFTA dan AIFTA. pernyataan dari pemilik UMKM tentunya
Berdasarkan hasil analisis data, laba menimbulkan tanda tanya, apakah
secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan perbedaan tingkat penjualan dan tingkat
antara sebelum dan sesudah adanya ACFTA laba yang didapatkan UMKM terjadi setelah
dan AIFTA. Peningkatan dan penurunan adanya ACFTA dan AIFTA. Terlebih bagi
laba usaha tidak hanya dipengaruhi UMKM industri kreatif yang memiliki ciri
penjualan saja. Peningkatan penjualan tidak khusus yang dapat membedakan UMKM
selalu diiringi dengan peningkatan laba. tersebut dengan para pelaku bisnis yang lain
Beberapa hal yang mempengaruhi laba di luar negeri, tentunya adanya ACFTA dan
selain tingkat penjualan adalah biaya-biaya AIFTA dapat membuka peluang mereka
yang dikeluarkan oleh UMKM untuk untuk memasuki pasar internasional. Jika
memperoleh pendapatan dari penjualan UMKM mampu memanfaatkan adanya
yang dilakukan. Peningkatan penjualan ACFTA dan AIFTA, sangat dimungkinkan
yang tidak diiringi dengan peningkatan laba tingkat penjualan dan tingkat laba UMKM
atau bahkan penurunan, menunjukkan dapat meningkat.
UMKM mengalami masalah dalam hal
efisiensi. SIMPULAN DAN SARAN
Adanya ACFTA dan AIFTA pada Kesimpulan
dasarnya sedikit banyak memberikan Berdasarkan hasil penelitian dan
perbedaan bagi tingkat penjualan dan analisis data mengenai tingkat penjualan

135
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

dan tingkat laba sebelum dan setelah adanya DAFTAR PUSTAKA


ACFTA dan AIFTA, maka dapat diambil Dewitari, Sai’o. R., R. A., Erika,
kesimpulan: Andriyanto.T. 2009.“ASEAN-China
1. Terdapat perbedaan tingkat penjualan Free Trade Area (ACFTA) Agreement
UMKM industri kreatif di Yogyakarta as an International Regime: The Impact
sebelum dan setelah adanya ACFTA Analysis on ASEAN” .Artikel tidak
dan AIFTA. Hal ini ditunjukkan dengan dipublikasikan. Department Of
nilai T hitung sebesar -3,230 dengan International Relations Faculty osf
signifikansi 0,002. Political and Social Science University
2. Tidak terdapat perbedaan tingkat laba of Indonesia.
UMKM industri kreatif di Yogyakarta Direktorat Kerjasama Regional, Ditjen
sebelum dan setelah adanya ACFTA Kerjasama Perdagangan Internasional.
dan AIFTA. Hal ini ditunjukkan dengan 2010. ASEAN-China Free Trade Area.
nilai T hitung sebesar -1,589 dengan Direktorat Kerjasama Regional, Ditjen
signifikansi 0,117. Kerjasama Perdagangan Internasional.
2010. ASEAN-India Free Trade Area.
Saran Helfert, Erich A. 1996. Financial
Berdasarkan hasil penelitian ini, Management. Jakarta: Erlangga.
beberapa saran yang dapat diajukan antara Indriantoro, N dan Supomo, B. 1999.
lain adalah: Metodologi Penelitian Bisnis, untuk
1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih Akuntansidan Manajemen.Edisi
lanjut khususnya bagi UMKM yang Pertama. Yogyakarta: BPFE.
telah melakukan ekspor aktif ke Kountur, Ronny. 2004. Metode Penelitian
kawasan ASEAN, China, dan India. untuk Penulisan Skripsi. Jakarta: PPM.
2. Sebaiknya UMKM industri kreatif Laksana, 2002, ”AFTA: Globalisasi
memanfaatkan adanya ACFTA dan Ekonomi Regional dan Implikasinya”,
AIFTA untuk meningkatkan penjualan JPI,Vol.1,pp.10-18.
dan memperluas pangsa pasar Mulyadi.1997. Akuntansi Manajemen:
khususnya di tingkat internasional Konsep, Manfaat dan Rekayasa.
karena banyak UMKM yang Cetakan II. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
menyatakan produk industri kreatif Ilmu Ekonomi YKPN.
tidak bersaing dengan produk dari Munawir. 2001. Analisa Laporan
China dan India. Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta:
Liberty.

136
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014

Santoso. Singgih.2000. Buku Latihan SPSS:


Statistik Parametrik. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Salvatore, Dominick. 2005. Ekonomi
Manajerial dalam Perekonomian
Global. Jakarta: Salemba Empat.
Sekaran.Uma.2006. Research MethodsFor
Business (Metodologi Penelitian untuk
Bisnis). Cetakan IV.Jakarta: Salemba
Empat.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,
EdisiRevisi IVJakarta: Rhineka Cipta.
Vivanews. 2010. Indonesia Juga Hadapi
FTA Asean-India. http://bisnis.news.
viva.co.id/news/read/118420-
indonesia_juga_hadapi_fta_asean_india.
(diakses pada 14 Maret 2013).
Wikipedia. 2010. Industri Kreatif.
http://id.wikipedia.org/wiki/Industri_kre
atif. (diakses pada 16 Maret 2013).

137

Anda mungkin juga menyukai