Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dunia bisnis yang semakin maju menuntut para pelaku
bisnis untuk dapat memanfaatkan teknologi informasi. Teknologi informasi ini
mampu membantu perusahaan agar dapat memenangkan persaingan bisnis.
Teknologi informasi bermanfaat dalam menciptakan agility (kelincahan),
membantu membuat keputusan lebih cepat, memfasilitasi komunikasi, dan
merespon dengan cepat, memfasilitasi komunikasi, dan merespon dengan
cepat perubahan yang terjadi dalam bisnis (Lucas and Olson, 1994). Teknologi
informasi akan mendukung dan meningkatkan strategi bisnis dan proses kerja
perusahaan (sambamurthy dan Zmud, 1997). Teknologi informasi juga dapat
menjadi competitive advantage (keunggulan bersaing) bagi perusahaan
(Bharadwaj 2000, Bhatt and Grover 2005, Mata et al 1995, Ross et al 1996)
serta dapat meberikan dampak yang signifikan terhadap fleksibilats organisasi
dalam memproses informasi dan memberikan respon yang cepat terhadap
perubahan pasar (Clark et al, 1997).
Perusahaan yang memiliki ratusan transaksi sudah seharusnya memiliki
atau didukung dengan sistem teknologi informasi yang memadai, salah
satunya yaitu sistem informasi yang terintegrasi. Sistem informasi terintegrasi
adalah sebuah pendekatan teknologi yang menggabungkan unsur-unsur inti
dari sistem manajemen data, gudang data, sistem manajemen konten, dan
aplikasi perusahaan lainnya yang menjadi platform umum (Roth, Wolfson,
Kleewein, and Nelin, 2002). Lee Siau dan Hong (2003) berpendapat bahwa
sistem terintegrasi dapat mengurangi siklus waktu dan biaya. Menurut Folmer
dan Verhoosel (2011) sistem yang terintegrasi merupakan cara yang paling
efektif dan menjanjikan untuk mengurangi biaya dan memfasilitasi
infrastruktur yang fleksibel. Menurut Thermistocleous dan Iran (2001) melalui
sistem yang terintegrasi ini akan memungkinkan perusahaan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan, produktivitas, dan meningkatkan kualitas
layanan yang ditawarkan kepada pelanggan mereka.
Enterprise Resource Planning (ERP) adalah salah satu sistem teknologi
informasi terintegrasi yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan. ERP telah
berkembang sebagai alat integrasi yang memiliki tujuan untuk
mengintegrasikan semua aplikasi perushaaan ke pusat penyimpanan data yang
mudah diakses oleh semua bagian yang membutuhkan. ERP dapat
mengintegrasikan semua aspek aktivitas organisasi seperti akuntansi,
keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, manufaktur, manajemen
persediaan kedalam suatu sistem (Romney dan Steinbart, 2013). Kemampuan
untuk mengintegrasikan proses bisnis disuatu perusahaan menjadi daya tarik
tersendiri bagi pihak manajemen untuk mengimplementasikan sistem ERP.
Kelebihan tersebutlah yang mendasari banyak perusahaan besar di Indonesia
mengimplementasikan sistem ERP. Adobsi dari ERP menunjukkan kinerja
yang lebih baik dalam hal penjualan, margin keuntungan, ROA, perputaran
persediaan, pemanfaatan asset, dan perputaran piutang (Hitt, Wu, & Zhou,
2002). Shang & Seddon (2002) menyatakan bahwa implementasi ERP dapat
mengurangi biaya, siklus waktu, dan meningkatkan produktivitas, kualitas,
dan layanan konsumen. Implementasi ERP juga dapat mengurangi biaya
produk, efisiensi operasional, manajemen sumber daya yang baik, manajemen
waktu yang baik, meningkatkan produktivitas, pengembangan sumber daya
manusia dan pengembangan keterampilan (Dantes & Hasibuan, 2011).
Pengimplementasian sistem ERP juga banyak dijumpai kegagalan,
penyebab kegagalannya dikarenakan sumber daya yang tidak memadai,
keterlibatan pengguna yang buruk, adanya resistensi pengguna untuk
mengubah, tingkat gesekan yang lebih tinggi dari anggota tim proyek,
kurangnya komitmen dari top manajemen, manajemen proyek yang buruk,
komposisi tim proyek yang tidak memadai, perubahan manajemen organisasi
yang tidak efektif, dan penjadwalan proyek yang juga memiliki dampak
terhadap implementasi ERP (Garg & Garg, 2013). Menurut Bailey (1999,
dalam Ragowsky & Somers, 2002) penyebab lainnya terletak pada sistem ERP
yang rumit, terlalu mahal, dan memiliki nilai yang buruk untuk hal fungsi
tambahan serta sistem ERP diterapkan tidak sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Menurut Otieno (2008) masalah lain yang disebabkan oleh
implementasi sistem ERP ini yaitu masalah integrasi dan pergantian staf, biaya
yang tinggi, manajemen perubahan yang buruk dan kegagalan untuk
mewujudkan manfaat ERP, kurang handalnya vendor dan rendahnya kualitas
dari beberapa sistem ERP, kurangnya keterampilan oleh pengguna dan
konsultan, kompleksitas sistem ERP.
Faktor yang mempengaruhi kesuksesan implementasi ERP dipengaruhi
oleh dukungan dari manajemen puncak, komposisi tim proyek, dan
manajemen proyek (Moohebat, Jazi, dan Asemi, 2010). Faktor lain menurut
Akkermans & Helden (2002) adalah kemampuan atau kompetensi tim proyek,
kerjasama antar departemen dalam perusahaan, tujuan dan sasaran yang jelas,
manajemen proyek, komunikasi antar departemen, harapan manajemen,
project champion, dukungan vendor, dan pemilihan paket yang hati-hati.
Salah satu perusahaan yang menyadari peran sistem informasi
terintegrasi adalah PT Molay Satrya Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada
tahun 2009 dan mulai menjadi Perseroan Terbatas (PT) pada tahun 2013.
Perusahaan ini merupakan perusahaan manufaktur yang menjual pakaian, tas,
dan aksesoris taktis yang ditujukan kepada operator militer, kepolisian
ataupun pihak yang membutuhkan fitur lebih seperti kekuatan, fungsi, dan
lainnya. Sejak mulai berdiri pada tahun 2009 omset perusahaan ini terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 omset perusahaan ini sebesar Rp.
6.000.000, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp.
70.000.000, pada tahun 2011 hingga 2014 terus mengalami peningkatan
masing- masing sebesar Rp. 280.000.000, Rp. 540.000.000, Rp.
1.400.000.000, dan Rp. 2.400.000.000. Peningkatan omset ini disebabkan oleh
banyaknya permintaan produk perusahaan ini yang berasal dari luar negeri
seperti Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jepang, Polandia, dan Norwegia.
Selain itu persaingan dibidang ini juga masih relatif sedikit di Indonesia,
sehingga prospek perusahaan ini kedepan sangatlah bagus.
Berdasarkan hasil wawancara dengan CFO PT Molay Satrya Indonesia,
terdapat beberapa masalah terkait dengan sistem informasi khususnya sistem
informasi akuntansi. Beberapa masalah tersebut yaitu informasi keuangan
tidak dapat disajikan dengan cepat dan tepat karena sistem yang ada belum
terintergrasi sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
mengumpulkan data dan memproses data hingga menjadi informasi. Sistem
inflow juga belum terintegrasi karena sistem tersebut dirancang secara umum
bukan sistem yang dirancang khusus sesuai dengan model bisnis yang
dijalankan oleh PT Molay sehingga menyebabkan informasi menjadi kurang
akurat. Sistem yang belum terintegrasi sering menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam estimasi persediaan ketika adanya pemesanan dan pembelian
dari konsumen.
Sistem informasi akuntansi terintegrasi dapat menjadi alternatif dalam
mengatasi permasalahan terkait dengan sistem informasi akuntansi pada PT
Molay Satrya Indonesia sehingga perusahaan dirasa perlu melakukan
pengembangan sistem informasi akuntansinya menjadi sistem yang
terintergrasi. Pengembangan ini diharapkan mampu menghasilkan informasi
yang cepat, tepat, dan akurat yang berguna dalam pengambilan keputusan dan
menjadi keunggulan tersendiri bagi perusahaan yang lagi bertumbuh agar
mampu memenangkan persaingan bisnis ketika jumlah kompetitornya
semakin bertambah.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah pokok dalam penelitian ini berkaitan dengan sistem informasi
akuntansi yang belum terintegrasi pada PT Molay Satrya Indonesia. Dari
informasi yang diperoleh, beberapa permasalahan yang dihadapi perusahaan
ini terkait dengan sistem informasi akuntansi yang belum terintegrasi adalah
informasi keuangan yang disajikan secara lambat dan tidak tepat karena
membutuhkan waktu yang relative lama untuk mengumpulkan data dan
memproses data hingga menjadi informasi. Sistem yang belum terintegrasi
juga menyebabkan sering terjadinya kesalahan dalam estimasi persediaan
ketika adanya pemesanan dan pembelian dari konsumen. Sebab itu, penelitian
ini melakukan pengembangan sistem informasi akuntansi terintegrasi dengan
metode Systems Development Life Cycle (SDLC) pada PT Molay Satrya
Indonesia.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di
kemukakan, maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana sistem informasi akuntansi pada PT Molay Satrya
Indonesia?
2. Apa langkah selanjutnya yang dibutuhkan untuk pengembangan sistem
informasi akuntansi terintegrasi pada PT Molay Satrya Indonesia
berdasarkan metode System Development Life Cycle (SDLC)?
3. Tantangan apa yang dihadapi PT Molay Satrya Indonesia dalam
pengembangan sistem informasi akuntansi terintegrasi berdasarkan
System Development Life Cycle (SDLC)?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan maka ada beberapa tujuan yang
ingin dicapai penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peneliti ingin memperoleh bukti gambaran sistem informasi akuntansi
dan permasalahan yang dihadapi oleh PT Molay Satrya Indonesia.
2. Peneliti ingin menganalisis langkah yang dibutuhkan untuk
pengembangan sistem informasi akuntansi terintegrasi di PT Molay
Satrya Indonesia berdasarkan metode Systems Development Life Cycle
(SDLC).
3. Peneliti ingin menganalisis mengenai tantangan yang mungkin akan
dihadapi dalam pengembangan sistem informasi akuntansi terintegrasi
berdasarkan metode Systems Development Life Cycle (SDLC).

1.5 Motivasi Penelitian


Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena melihat dari
perkembangan dari PT Molay Satrya Indonesia dari awal berdiri sampai
sekarang sangat pesat. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan omset dari
berdiri hingga sekarang, tetapi perusahaan ini belum memiliki sistem yang
terintegrasi sehingga banyak permasalahan yang dihadapin perusahaan ini.
dengan melakukan pengembangan terhadap sistem yang dimilikinya saat ini
diharapkan mampu menghasilkan informasi yang cepat dan tepat guna
pengambilan keputusan, serta akan tercipta efektif dan efisien pada perusahaan
tersebut.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan gambaran
yang lebih jelas mengenai pengembangan sistem informasi akuntansi.
2. Bagi perusahaan, untuk menjadi acuan dalam menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan dengan sistem informasi akuntansi
terintegrasi pada PT Molay Satrya Indonesia berdasarkan metode
systems development life cycle (SDLC).
3. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat menjadi referensi dan
pembanding untuk penelitian selanjutnya pengembangan sistem
informasi akuntansi pada perusahaan manufaktur

1.7 Batasan Masalah


Tujuan adanya pembatasan masalah dalam pengembangan sistem ini
yaitu agar ruang lingkup pegembangannya tidak terlalu luas untuk
menghindari kesalahan dan penyimpangan terhadap pokok permasalahan serta
tujuan yang hendak dicapai. Pada penelitian ini, peneliti hanya melakukan
pengembangan sistem informasi akuntansi pada tahap conceptual design
dengan menggunakan sistem Systems Development Liife Cycle (SDLC).
Alasan hanya sampai pada tahap conceptual design adalah untuk
menyesuaikan dengan output dari penelitian ini yaitu berupa evaluasi dan
rekomendasi pengembangan yang dapat dilakukan oleh PT Molay Satrya
Indonesia.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Pengantar
Pada bagian ini, penulis akan memaparkan metodologi yang
digunakan oleh peneliti. Metodologi berisi uraian tentang metode dari
sebuah penelitian yang akan dilakukan. Metode penelitian merupakan
cara yang dilakukan oleh seorang peneliti mulai dari pengumpulan data
sampai pada analisis data dalam rangka menjawab pertanyaan dan
tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Penelitian pada dasarnya
tergantung dari paradigma tertentu yang dianut oleh seorang peneliti.
Hal ini, selaras dengan pendapat Burrell dan Morgan (1979) yang
menjabarkan bahwa untuk memulai sebuah penelitian secara mendasar
bisa dilihat dari paradigma yang digunakan. Pandangan atau paradigma
tersebut mencakup konsep diri, ontologi, epistemologi, dan metodologi.
Triyuwono (2013) mengungkapkan bahwa untuk memulai sebuah
penelitian maka unsur pertama yang perlu diperhatikan adalah konsep
diri, karena dari konsep diri inilah yang nantinya akan membawa
peneliti pada kegiatan merancang metodologi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Paradigma yang
digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma non-mainstream (non-
positivistik). Paradigma ini lebih menekankan pada realitas yang ada,
bebas nilai, dan memberikan kebebasan berpikir bagi peneliti.
Paradigma non-mainstream (non-positivisme) digunakan ketika suatu
masalah tidak bisa dipecahkan dengan alat uji statistik. Karena tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah pemahaman akuntan
pendidik atas perannya dalam pembelajaran akuntansi, maka dirasa lebih
tepat jika menggunakan paradigma tersebut. Dengan paradigma ini
diharapkan akan diperoleh kedalaman tentang realitas yang ada. Untuk
memperoleh pemahaman yang mendalam maka pengumpulan data
dilakukan dengan menetapkan 7 informan kunci atau penting, yaitu
CEO, akuntan, beberapa manajer, dan staf pemasaran.
Pernyataan, kata-kata, gerakan tubuh, simbol, emosi, persepsi yang
dinyatakan oleh akuntan pendidik menjadi data utama pada penelitian
ini. Selain itu, untuk menambah keabsahan data penelitian, dokumentasi
dan transkrip hasil epoche disusun dan dilampirkan sebagai wujud
keilmiah-an penelitian. Hasil dari penelitian ini akan menekankan pada
subjektifitas peneliti dalam menginterpretasikan, menafsirkan, dan
memahami temuan data dari lapangan.

2.2 Paradigma Penelitian : Paradigma Interpretif


Dalam melakukan penelitian, langkah awal yang harus dilakukan
oleh peneliti yaitu memposisikan dirinya ke dalam sebuah paradigma
tertentu (Burrell dan Morgan 1979, Triyuwono 2013, Kamayanti 2016).
Menurut Johnson dan Christensen (2004) paradigma penelitian adalah
sebuah perspektif yang didasari oleh konsep, nilai, dan praktik yang
dipegang oleh kelompok peneliti. Dari kedua pernyataan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa paradigma adalah cara pandang peneliti terhadap
realitas tertentu melalui asumsi-asumsi fundamental.
Dalam paradigma interpretif realitas disampaikan dalam bentuk
simbol (Triyuwono, 2013). Simbol yang direpresentasikan mengandung
makna yang tidak nampak langsung secara jelas melainkan tersembunyi di
balik simbol. Tugas peneliti adalah menemukan makna yang tersembunyi,
selanjutnya memahami simbol yang direpresentasikan (Burrell dan
Morgan: 1979). Makna yang muncul dari paradigma ini bersifat majemuk
dan beragam. Inilah esensi dari paradigma interpretif, sehingga sangat
tepat jika dikatakan bahwa paradigma interpretif tidak bertujuan untuk
mencari generalisasi. Apabila peneliti mampu memposisikan diri pada
paradigma yang tepat maka manfaat yang dihasilkan antara lain: (a)
peneliti akan memahami peran dirinya dalam penelitian; (b) kebenaran
dalam memandang realitas; (c) terarahnya tujuan penelitian; dan (d) alat
analisis sesuai dengan klaim paradigma yang disebutkan. Tujuan dari
paradigma interpretif adalah untuk pemaknaan, pemahaman, interpretasi,
dan rekonstruksi pengetahuan sosial (Burrell dan Morgan 1979, Djamhuri
2003, Creswell 2007, Ludigdo 2013, Triyuwono 2013).
Peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian yang secara
langsung menganalisis simbol kemudian mencari makna yang
tersembunyi dibalik simbol. Penggalian pemahaman makna dibalik simbol
membutuhkan kehati-hatian dan konsentrasi. Simbol dan makna yang
diperoleh selanjutnya dirancang dan ditafsirkan sesuai subjektifitas
peneliti. Dalam menafsirkan data penelitian, peneliti lebih menekankan
pada makna yang bebas nilai. Dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan paradigma interpretif, maka peneliti bebas menafsirkan
dan menyajikan hasil tangkapan dari realitas yang diteliti.

2.3 Pendekatan Penelitian : Fenomenologi


Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dengan
paradigma interpretif. Terdapat beberapa pendekatan yang bisa dilakukan
dalam paradigma interpretif, seperti fenomenologi, etnometodologi,
etnografi, narasi, hermeunitik, interaksi simbolik, studi kasus, dan
grounded theory (Creswell 2007, Triyuwono 2013). Fenomenologi
merupakan sebuah penelitian kualitatif yang berusaha menggambarkan
objek tertentu, memiliki unsur kesengajaan, berfokus pada kesadaran dan
pengalaman seseorang, serta penggalian makna yang implisit (Moustakas
1994, Burrell dan Morgan 1979, Johnson dan Christensen 2004, Creswell
2007, Kamayanti 2016).

2.4 Penentuaan Situs dan Informan Penelitian


2.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah diri peneliti,
maksudnya peneliti menjadi perangkat atau instrument utama. Peneliti
menjadi instrument dalam penelitian ini karena peneliti bertindak dalam
pengumpulan data, analisis data dan penginterprestasian dari hasil temuan di
lapangan. Data akan diperoleh dari 7 informan penelitan berdasarkan proses
epoche. Instrumen tambahan yang digunakan untuk membantu peroleh data
adalah alat tulis, alat perekam dan media lain yang berguna untuk proses
pengambilan data.
2.6 Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
2.6.1 Observasi
2.6.2 Epoche Bracketing
2.6.3 Dokumentasi
2.7 Keabsahan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan
paradigm interpretif dengan fenomenologi sebagai pendekatannya, hal
tersebut mengindikasikan adanya keabsahan data. Kuswarno (2009)
menjelaskan bahwa dalam studi fenomenologi terdapat 4 kriteria yang dapat
digunakan untuk mengetahui keabsahan penelitian yaitu : (1) melakukan
konfirmasi kepada orang yang melakukan penelitian serupa; (2) melakukan
verifikasi kepada informan penelitian atas informasi yang telah ditulis oleh
peneliti; (3) peneliti melakukan analisis rasional atas deksripsi data hasil
temuan; (4) menggolongkan informasi yang cocok dan sesuai dengan tema.
Dalam penelitian ini keabsahan data terletak pada teknik pengumpulan
data yang dapat dibuktikan keterpercayaa, keterandalan dan pertanggung
jawabannya (Farida, 2017). Alat ukuran dan objektivitas pengukuran dalam
penelitian ini tidak terdapat keabsahan data, tetapi dari kejujuran dan
ketepaan deskripsi dari informan yang menjadi objek penelitian ini. Selain
itu, keterlibatan langsung peneliti dalam pencarian dan pengumpulan data di
lapangan merupakan pembuktian untuk keabsahan data.
Peneliti menetapkan teknik yang dirancang untuk keabsahan data yaitu :
(1) menetapkan pemahaman yang mendalam mengenai fenomena yang
terjadi dan konsistensi dalam mengerjakan observasi, epoche dan
dokumentasi dengan mengandalkan intelektual dan fakta yang ada ; (2)
melakukan pengamatan dan proses epoche yang lebih dari biasanya untuk
meningkatkan kualitas dari informasi agar sesuai dengan tujuan dari
penelitian ; (3) penggunaan reduksi yang sesuai, untuk menempatkan dan
membatasi objek agar sesuai dengan alur dan tujuan penelitian.

2.8 Analisis Data


2.9 Alur Penelitian
2.9.1 Tahap Perencanaan
2.9.2 Tahap Pengumpulan Data
2.9.3 Tahap Analisis Data
2.9.4 Tahap Penulisan dan Simpulan Temuan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai