Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum

Laboratorium Teknik Material 2

Modul E Proses Pengerjaan Permukaan (Surface Treatment)

oleh :

Kelompok : 9

Anggota (NIM) : Stevan Natanael (13714010)

Hutomo Tanoto (13714044)

M. Arif Hidayat (13714055)

Mutiara Monica (13714057)

Tanggal Praktikum : 18 November 2016

Tanggal Penyerahan : 23 November 2016

Nama Asisten (NIM) : Alvin Samuel (13712032)

Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material

Program Studi Teknik Material

Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara

Institut Teknologi Bandung

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pada dunia industri, banyak diproduksi jenis logam yang memiliki


ketahanan terhadap korosi maupun gesekan karena kekerasan permukaan yang
dimiliki. Namun, untuk memenuhi sifat tersebut, dibutuhkan material dengan
harga yang mahal baik dari bahan baku maupun proses produksinya. Selain,
untuk keperluan antikorosi dibutuhkan juga peningkatan kekerasan dan
pewarnaan lapisan yang biasanya digunakan untuk kepentingan dekoratif.

Teknik pelapisan logam merupakan suatu teknik untuk membuat suatu


lapisan yang melapisi permukaan logam agar tidak ada kotoran di permukaan
logam, mewarnai permukaan logam, memperkeras permukaan, maupun
meningkatkan ketahanan korosi. Salah satu teknik pelapisan yang berkembang
saat ini adalah anodisasi. Lapisan yang dihasilkan dari teknik pelapisan ini
berupa lapisan oksida yang dapat membuat logam memiliki nilai kekerasan
yang lebih tinggi, tidak mudah terkorosi dan dapat diwarnai. Logam-logam
yang dapat dilakukan proses anodisasi adalah alumunium, titanium, tantalum,
dan magnesium.

1.2.Tujuan

a. Menentukan perbedaan ketebalan antara spesimen yang mengalami proses


anodisasi dan tidak mengalami proses anodisasi

b. Menentukan perbedaan warna antara spesimen yang mengalami proses


anodisasi dan tidak mengalami proses anodisasi
BAB II

DASAR TEORI

Surface Treatment adalah jenis perlakuan pada permukaan yang umumnya


berfungsi untuk mengubah sifat fisik material. Macam – macam jenis surface
treatment adalah :

1. Elektroplating Sebuah metode membentuk lapisan logam (film plating)


pada permukaan logam subjek terendam dalam larutan yang mengandung
ion dengan memanfaatkan efek pengurangan listrik. Electoplating
digunakan dalam berbagai bidang dari komponen mikro ke produk besar
dalam peralatan informasi, mobil, dan peralatan rumah untuk plating hias,
plating anti-korosif, dan plating fungsional.
2. Electroless Plating Sebuah metode plating yang tidak menggunakan listrik.
Agen reduksi yang menggantikan listrik yang terkandung dalam larutan
plating. Dengan re-processing yang tepat, hampir semua bahan seperti
kertas, kain, plastik dan logam dapat berlapis, dan distribusi ketebalan film
yang lebih seragam, namun lebih lambat dari electroplating. Hal ini berbeda
dari plating kimia dengan reaksi substitusi.
3. (Chemical Coating) Proses menciptakan film tipis sulfida dan oksida film
dengan reaksi kimia seperti pos zinc plating perawatan kromat, fosfat
lapisan film (Parkerizing), perawatan oksida hitam pada besi dan baja, dan
pelapisan asam kromat pada aluminium. Hal ini digunakan untuk mewarnai
logam, perlindungan korosi, dan priming permukaan yang akan dicat untuk
meningkatkan adhesi cat.
4. Anodik Oksidasi Proses ini adalah perawatan permukaan untuk logam
ringan seperti aluminium dan titanium, dan film oksida dibentuk oleh
elektrolisis produk dibuat menjadi anoda dalam solusi elektrolit. Karena
lapisan (film anodizing) adalah berpori, pencelupan dan pewarnaan yang
diterapkan untuk digunakan sebagai bahan konstruksi seperti ikat pinggang,
dan kapal. Ada suhu rendah diperlakukan lapisan keras juga.
5. Hot Dipping Produk yang dicelupkan ke dalam terlarut timah, timbal, seng,
aluminium, dan solder untuk membentuk permukaan film logam. Hal ini
juga disebut Dobuzuke plating dan Tempura plating. Contoh akrab adalah
zinc plating pada menara baja.
6. Vacuum Plating gasifikasi atau terionisasi logam, oksida, dan nitrida di
ruang vakum yang disimpan uap dengan metode ini. Metode yang vakum
deposisi uap, sputtering, ion plating, ion nitriding, dan implantasi ion.
Titanium nitrida adalah warna emas.
7. Pengecetan Ada pengecatan semprot, pengecatan elektrostatik, pengecatan
elektrodeposisi, metode bubuk pengecatan, dan biasanya digunakan untuk
dekorasi permukaan, anti-karat dan anti-korosi. Baru-baru ini, pengecatan
fungsional seperti pengecatan elektro-konduktif, pengecatan non-perekat,
dan pelumas pengecatan dalam penggunaan aktif
8. Anodizing adalah proses pasivasi yang digunakan untuk meningkatkan
ketebalan lapisan oksida alami pada permukaan bagian permukaan logam.
Proses ini disebut anodizing karena bagian diperlakukan membentuk
elektroda anoda dari sebuah rangkaian listrik. Anodizing meningkatkan
ketahanan terhadap korosi dan keausan, dan menyediakan adhesi yang lebih
baik untuk primer cat dan lem daripada logam telanjang. film anodik juga
dapat digunakan untuk sejumlah efek kosmetik, baik dengan pelapis berpori
tebal yang dapat menyerap pewarna atau dengan lapisan transparan tipis
yang menambahkan efek interferensi cahaya yang dipantulkan.
Jenis – Jenis anodisasi : Anodisasi Asam chromic, Anodisasi Asam sulfur,
Anodisasi Asam organic, anodisasi asam phosphor, dan plasma
electrolyytic oxidation. Jenis – jenis logam yang digunakan pada proses
anodisasi Titanium, magnesium, zinc, niobium dan tantalum.
Electroplating juga merupakan proses surface treatment yang menggunakan
prinsip elektrokimia untuk melapisi logam dan juga membentuk lapisan oksida
seperti proses anodisasi. Namun, electroplating dan anodisasi mempunyai beberapa
perbedaaan yaitu:

Tabel 2.1 Perbedaan Anodisasi dengan Electoplating

No. Anodisasi Electroplating


1 Anoda: Benda Kerja Anoda : Bahan pelapis
2 Katoda: Logam inert Katoda: Benda Kerja
3 No deposition Electrodeposition
4 Ketebalan benda kerja tidak Ketebalan benda kerja bertambah
bertambah
5 Lapisan berasal dari benda kerja Lapisan berasal dari larutan atau
anoda

Gambar 2.1 Skema Electroplating [3]


Tujuan dari proses anodisasi adalah sebagai berikut :
1. Pewarnaan, dengan membentuk lapisan oksida tipis berpori dimana pori
tersebut dapat diisi dengan warna pada dasar dari pori tersebut.
2. Tahan korosi, membentuk lapisan oksida dengan sifat anti korosi pada
permukaan benda kerja.
3. Meningkatkan kekerasan permukaan benda kerja dengan adanya lapisan oksida
baru.
4. Meningkatkan ketahanan abrasi permukaan benda kerja.
5. Membentuk lapisan yang menjadi dasar untuk lapisan lainnya atau biasa disebut
elektroplatting.
6. Meningkatkan ketahanan listrik benda kerja dengan menurunkan konduktivitas
listriknya karena lapisan oksida tipis berfungsi sebagai isolator.

Struktur dari lapisan oksida yang terbentuk pada proses anodisasi adalah
heksagonal, karena Al2O3 struktur kristalnya adalah HCP. Struktur HCP
mempunyai 6 atom dalam 1 unit sel dan bilangan koordinasinya 12. Karena itulah
lapisan oksida yang terbentuk memiliki struktur heksagonal seperti gambar
dibawah ini.

Gambar 2.2 Struktur Kristal HCP [5]


Besar kecilnya pori bisa diatur dengan beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses anodisasi seperti waktu atau temperatur sesuai tujuan
yang ingin dicapai.

Gambar 2.3 Struktur Lapisan Oksida [6]

Untuk melakukan proses anodisasi diperlukan beberapa tahapan seperti:

1. Rinsing
Rinsing dilakukan untuk menghilangkan pengotor pada logam yang ingin
dianodisasi. Rinsing biasanya menggunakan air dan detergen.
2. Etching
Etching dilakukan untuk mengilangkan lapisan oksida alami dari Aluminium.
Lapisan oksida alami dari spesimen tersebut harus dihilangkan karena lapisan
alami tersebut tidak rata. Agar lapisan yang baru bisa membentuk lapisan yang
rata maka dilakukanlah proses etching. Tahapan ini dilakukan dengan
mencelupkan spesimen ke larutan asam atau basa.Dalam proses anodisasi,
larutan etching yang sering digunakan adalah natrium hidroksida ( NaOH)
Reaksi yang terjadi pada larutan etsa adalah [2] :
a. The etching reaction: 2Al + 2NaOH + 2H2O → 2NaAlO2 + 4H2
b. Dissolution of the aluminate: NaAlO2 + H2O → NaOH + Al (OH)3
c. Dehydration of the solid hydroxide: 2Al(OH)3 → Al2O3 + 3H2O
Laju etsa tergantung pada konsentrasi dari larutan NaOH, temperature, dan
konsentrasi ion aluminium yang keluar larutan. Pada saat konsentrasi ion
aluminium tinggi, larutan berkurang efektifitasnya. Adanya ion lain dari
komponen paduan juga dapat menyebabkan terganggunya proses etsa,
menyebabkan cacat muncul pada permukaan pengerjaan

3. Anodizing
Pada tahap ini lapisan oksida akan terbentuk dipermukaan Aluminium melalui
reaksi elektrokimia. Lapisan ini memiliki pori-pori pada bagian atas
permukaannya. Pada proses anodisasi diperlukan elektroda dan larutan
elektrolit. Larutan elektrolit merupakan senyawa yang bila dilarutkan dalam
pelarut akan menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Larutan elektrolit dibedakan menjadi elektrolit kuat dan elektrolit lemah.
Larutan elektrolit kuat antara lain: HCl,HBr,HI,H2SO4,HNO3,dll. Sedangkan
larutan elektrolit lemah antara lain: CH3COOH,Al(OH)3,AgCl,CaCO3, dll.
Larutan elektrolit yang sering digunakan pada proses anodisasi adalah H2SO4,
elektrolit yang larut dalam air akan terionisasi sebagai berikut : H2SO4 2H+ +
SO42-. Didalam larutan akan terbentuk ion positif H+ dan ion negatif SO42- ,
karena terbentuk ion tersebut maka dalam larutan akan timbul beda potensial
pada larutan H2SO4 sehingga arus listrik dapat mengalir dan membentuk lapisan
oksida.
4. Dyeing
Dyeing adalah proses pewarnaan spesimen dengan mencelupkan spesimen hasil
anodisasi ke dalam suatu zat pewarna yang dipanaskan. Zat pewarna akan
memasuki pori-pori yang terbentuk akibat anodisasi.
Gambar 2.4 Skema Proses Dyeing [4]

5. Sealing
Tahapan sealing dilakukan untuk menutup pori-pori pada lapisan oksida agar
zat pewarna tidak hilang. Sealing dilakukan dengan memasukkan spesimen ke
dalam air panas dengan waktu 15 hingga 20 menit . selama waktu tersebut air
bereaksi dengan aluminium oksida untuk membentuk mineral Boehmite :
Al2O3 + H2O → 2AlOOH.xH2O
Boehmite merupakan material yang keras dan transparan dengan volume yang
lebih besar daripada aluminium oksida. Dengan adanya volume yang lebih
besar tersebut, pori-pori dapat tertutup. Cara lain melakukan sealing adalah
dengan memasukkan spesimen ke dalam larutan air garam. Garam yang
terdapat pada larutan tersebut akan menutupi pori-pori.
Gambar 2.5 Skema Proses Sealing [1]

Prinsip dari anodisasi adalah pembentukan lapisan oksida pada logam


dengan elektrolisis. Elektrolisis dilakukan dengan menempatkan logam yang akan
dianodisasi (benda kerja) pada anoda dan unsur inert pada katoda dan dimasukkan
dalam larutan elektrolit. Kemudian anoda dihubungkan dengan kutub positif power
supply dan katoda dihubungkan dengan kutub negatif power supply lalu elektron
akan mengalir dari katoda ke anoda melalui power supply yang menghasilkan arus
listrik dengan arah berlawanan dengan arah aliran elektron. Pada larutan elektrolit,
arus listrik dibawa oleh ion menuju anoda. Pembentukan lapisan oksida pada benda
kerja dengan cara mereaksikan benda kerja dengan oksigen yang berasal dari reaksi
yang terjadi pada larutan elektrolit. Dari reaksi benda kerja dengan oksigen tersebut
akan terbentuk lapisan oksida tipis pada benda kerja yang akan melindungi benda
kerja tersebut. Fungsi dari lapisan oksida tipis tersebut merupakan tujuan dari
anodisasi. Berikut adalah peralatan yang digunakan untuk anodisasi beserta
keterangannya:
Gambar 2.6 Peralatan Anodisasi & Keterangannya [7]

Proses anodisasi mengubah permukaan benda kerja dengan membentuk


lapisan oksida tipis berpori yang memiliki berbagai fungsi. Anodisasi dapat
dilakukan berulang-ulang kali hingga fungsi lapisan oksida tipis memenuhi tujuan
dilakukannya anodisasi.

Reaksi-reaksi yang terjadi selama anodisasi yaitu :

1. Reaksi pada lapisan metal/oxide :


2Al + 3O2- Al2O3 + 6e
2. Reaksi pada lapisan oxide/elektrolit :
2Al3+ + 3H2O Al2O3 + 6H+
3. Total reaksi yang terjadi pada anoda :
2Al 2Al3+ + 6e
4. Reaksi pada katoda :
6H+ + 6e 3H2
5. Reaksi total yang terjadi selama anodisasi :
2Al + 3H2O Al2O3 + 3H2
6. Reaksi yang terjadi pada proses sealing :
Al2.O3 + 3H2O 2AlOOH.xH2O

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi anodisasi yaitu :


1. Jenis logam
Jenis logam akan memengaruhi sifat dan lapisan oksida yang berbeda-
beda.
2. Tegangan listrik
Semakin tinggi tegangan listrik yang diberikan saat proses anodisasi,
maka akan semakin mudah lapisan oksida terbentuk.
3. pH elektrolit
Lapisan oksida akan semakin mudah terbentuk ketika pH elektrolit
rendah.
4. Temperatur
Semakin rendah temperatur, semakin sulit asam beraktivitas (mengikat
ion oksigen) sehingga semakin mudah terbentuk lapisan oksdia.
5. Waktu pengerjaan
Semakin lama waktu pengerjaan maka semakin tebal lapisan oksida
yang terbentuk
6. Jenis elektrolit
Jenis elektrolit yang digunakan mempengaruhi kondisi lapisan yang
dihasilkan proses anodisasi.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Sampel pelat aluminium dicuci menggunakan air dengan


detergen (rinsing)

Sampel di etsa dengan menggunakan larutan NaOH


selama 5 menit

Dilakukan proses anodisasi dengan larutan elektrolit


H2SO4 selama 40 menit

Sampel diangkat dan dilakukan proses pewarnaan


(dyeing) selama 10 menit

Dilakukan sealing dengan mencelupkan sampel dalam air


panas selama 10 menit
BAB IV

DATA PENGAMATAN

Pelat 1 : Tebal awal : 1.00 mm

Tebal akhir : 0.897 mm

Arus :1A

Voltase : 13 V

Pelat 2 : Tebal awal : 1.00 mm

Tebal akhir : 1.00 mm

Waktu : Etsa : 5 menit

Anodizing : 40 menit

Dyeing : 15 menit (T = 100°C)

Sealing : 10 menit (T = 80°C)

Larutan : Etsa : NaOH (100mL air + 10 gram NaOH)

Elektrolit : H2SO4 (150mL air + 7 mL H2SO4)

Gambar 4.1 spesimen hasil proses anodisasi & pewarnaan (1) dan spesimen yang tidak
mengalami anodisasi & pewarnaan (2)
BAB VI
KESIMPULAN & SARAN

6.1.Kesimpulan
Perbedaan yang terjadi pada plat 1 dan plat 2 adalah :
Plat 1 Plat 2
Ketebalan Ketebalan berkurang, Ketebalan tetap, dari
dari ketebalan awal 1.00 ketebalan awal 1.00 mm
mm menjadi 0.897 mm menjadi 1.00 mm
Warna Terdapat warna hijau Tidak terjadi pewarnaan
pada permukaan plat 1 pada plat 2

6.2.Saran
a. Proses rinsing harus dilakukan dengan benar-benar bersih agar setelah
dianodisasi dapat membentuk lapisan aluminium oksida lebih maksimal
b. Gunakan sarung tangan saat membuat larutan H2SO4 maupun larutan
NaOH
c. Penempatan sampel untuk dianodisasi harus tepat agar elektroda tidak
ikut tercelup
DAFTAR PUSTAKA

1. TALAT (Training in Aluminium Application Technologies) Lecture 5203,


Anodizing of Aluminium. Jose L. Gazapo and J. Gea, INESPAL
Laminacion, Alicante.
2. http://nzic.org.nz/ChemProcesses/metals/8E.pdf (diakses tanggal 22
November 2016 pukul 08.36)
3. http://www.buzzle.com/articles/zinc-electroplating-process.html (diakses
tanggal 22 November 2016 pukul 09.02)
4. http://electro-polish.com/processes/aluminum-anodizing (diakses tanggal
22 November 2016 pukul 09.05)
5. http://1.bp.blogspot.com/-
UsNnkNwAS_E/UnFAQqF2k8I/AAAAAAAAAJ8/ioC22LVtPOQ/s1600/
sd.jpg (diakses tanggal 22 November 2016 pukul 22.24)
6. http://1.bp.blogspot.com/-P1Qa2-
Tn7gU/TcQV2GETOWI/AAAAAAAAAL8/6s-
q1z4SOqk/s1600/Struktur+anodizing.jpg (diakses tanggal 22 November
2016 pukul 22.24)
7. http://www.wartasaranamedia.com/pengertian-anodizing-anodisasi.html
(diakses pada tanggal 22 November pukul 23.16)
LAMPIRAN

Tugas Setelah Praktikum:

1. Apakah semua material dapat dilakukan proses anodisasi? Jelaskan apa


saja aplikasi dari proses anodisasi!
2. Apakah perbedaan dari surface treatment dengan surface hardening?
3. Jelaskan kelebihan aluminium yang telah dianodizing dibandingkan
dengan stainless steel!

Tugas Tambahan :

1. Apakah timbal masih dapat menjadi logam inert?


2. Apakah perbedaan chromic, sulfuric, hard anodizing?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi anodisasi?

Anda mungkin juga menyukai