Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN TUGAS PEMILIHAN MATERIAL DAN

PEMROSESAN PRODUK (MT4002)

“Pengaruh Konsentrasi Larutan Asam Kromat dan Durasi Pelapisan terhadap


Kekerasan dan Ketebalan Lapisan Hard Chromium Plating pada Besi Cor
Nodular FCD 700”

Oleh :
Mutiara Monica
13714057

PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL


FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
ABSTRAK

Hard Chromium plating banyak diaplikasikan pada komponen otomotif karena ketahanan
ausnya yang tinggi sehingga dapat meningkatkan umur pakai komponen. Pada percobaan ini
dilakukan pelapisan menggunakan metode hard chromium plating dengan variasi konsentrasi asam
kromat (200, 250 dan 300 g/L) dan variasi durasi pelapisan (0,5; 1 dan 1,5 jam). Parameter-
parameter lain seperti rapat arus, temperature, penambahan katalis dan kecepatan agitasi dibuat
sama. Komponen-komponen yang digunakan pada percobaan ini antara lain: pelat besi cor nodular
yang berperan sebagai katoda dengan luas area yang di lapis 1,4 cm x 0,6 cm, Pb sebagai anoda,
larutan elektrolit mengandung CrO3, H2SO4 (katalis) dan aqua DM. Proses pelapisan dilakukan
dalam gelas kimia dengan temperatur larutan 45-50 oC, rapat arus diatur sebesar 0.67 A/cm2 dan
magnetic stirrer untuk proses agitasi diatur kecepatannya sekitar 120 rpm. Dari hasil pengujian
didapatkan lapisan dengan kekerasan maksimal sebesar 1189 VHN dan ketebalan lapisan
maksimal sebesar 132,64 µm yang dicapai pada kondisi konsentrasi asam kromat 300 g/L dengan
durasi pelapisan 1,5 jam

Kata kunci: hard chromium plating, konsentrasi, durasi

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, kebutuhan masyarakat terhadap kendaraan bermotor sangatlah tinggi.


Untuk peningkatan kualitas produk kendaraan bermotor, perusahaan dapat melakukan
peningkatan kualitas komponen-komponen mesin dalam kendaraan bermotor misalnya
ring piston. Ring piston adalah komponen mesin yang terletak diantara silinder dan piston.
Ring piston memiliki fungsi utama yaitu untuk menyekat silinder sehingga pembakaran
gas yang dihasilkan pada saat pengapian tidak bocor di celah antara piston dan silinder.
Jika kebocoran gas bakar terjadi, mesin tidak dapat mengeluarkan tenaga yang cukup
sehingga akan meningkatkan konsumsi bahan bakar yang tentunya merugikan dari sisi
ekonomi maupun lingkungan.
Ring piston bekerja pada sistem tegangan kompleks di bawah pembebanan mekanis
dan tribologis yang dinamis. Dengan pembebanan tersebut, maka diperlukan penggunaan
material dengan karakteristik keausan yang baik. Terjadinya keausan pada ring piston
dapat menyebabkan menurunya efisiensi dalam pembakaran gas buang dan bahan bakar.
Hal ini dapat diatasi dengan pemilihan material memiliki ketahanan aus tinggi. Selain itu
untuk meningkatkan sifat ketahanan ausnya dapat dilakukan coating, salah satu contohnya
adalah hard chromium plating yang bersifat keras.

1.2 Tujuan

a. Mempelajari proses hard chromium pada besi cor nodular FCD 700
b. Menentukan pengaruh variasi konsentrasi larutan asam kromat dan variasi durasi
pelapisan terhadap kekerasan dan ketebalan lapisan yang terbentuk pada proses hard
chromium plating
c. Mengkarakterisasi produk ring piston yang ada di pasaran sebagai perbandingan

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Elektroplating

Elektroplating atau proses yang disebut juga dengan electrodeposition adalah


proses pelapisan logam pada permukaan substrat melalui proses elektrokimia yaitu dengan
melewatkan arus listrik ke logam melalui larutan logam, proses tersebut mengurangi kation
logam terlarut sehingga membentuk endapan lapisan logam koheren pada elektroda.
Logam yang akan dilapisi ini disebut sebagai katoda.

2.2 Chomium Plating

Chromium plating dibedakan menjadi dua berdasarkan fungsinya yaitu: decorative


chromium plating dan hard chromium plating.

a. Decorative Chromium Plating


Decorative Chromium Plating adalah pelapisan kromium yang dilakukan untuk
menghasilkan tampilan dekoratif biru-putih yang baik dan reflektif. Tampilan ini dapat
dicapai karena kromium dapat menahan noda, bahan kimia dan goresan. Kromium
dekoratif diaplikasikan pada undercoats, seperti nikel atau tembaga-nikel, yang
memberikan tampilan kromium bright, semibright atau satin. Kebanyakan pelapisan
kromium dekoratif diterapkan dengan menggunakan proses kromium heksavalen yang
didasarkan pada anhidrida kromat. Namun, sejak tahun 1975, telah digunakan kromium
trivalen karena lebih baik untuk kesehatan lingkungan.

b. Hard Chromium Plating


Hard Chromium Plating dihasilkan oleh elektrodeposisi dari larutan yang
mengandung asam kromat (CrO3) dan anion katalitik (misal: SO42-) pada proporsi yang
tepat. Logam yang dihasilkan sangat keras dan tahan korosi. Proses ini digunakan untuk

3
aplikasi ketahanan aus dan korosi yang sangat baik. Produk hasil proses ini antara lain
ring piston, peredam kejut, liner silinder, batang hidrolik, dll.

Perbedaan hard chromium plating dengan decorative chromium plating yaitu:


 Endapan hard chromium digunakan untuk meningkatkan masa pakai komponen
fungsional dengan menghasilkan permukaan dengan koefisien gesekan yang
rendah yang mencegah galling, keausan dan korosi. Sedangkan lapisan krom
dekoratif hanya untuk menghasilkan penampilan yang baik.
 Hard chromium biasanya diendapkan hingga ketebalan 2,5-500 μm (0,1-20
mil), sedangkan lapisan krom dekoratif jarang melebihi ketebalan 1,3 μm (0,05
mil).
 Hard chromium diterapkan langsung ke logam dasar, sedangkan kromium
dekoratif diaplikasikan di atas undercoat nikel atau tembaga dan nikel.

Reaksi kimia yang terjadi di elektroda pada proses hard chromium plating adalah
sebagai berikut:

Katoda:
 Deposisi chromium : 2 CrO3 + 2 H2O → 2 H2CrO4 → H2Cr2O7 + H2O
(Cr2O7) 2- + 14 H+ +12 e- → 2 Cr + 7 H2O
 Evolusi hydrogen : 2 H+ + 2 e- → H2
 Reduksi kromium (VI) menjadi kromium (III):
(Cr2O7)2- + 14 H+ + 6 e- → 2 Cr3+ + 7 H2O

Anoda
 Evolusi oksigen : 2 H2O → O2 + 4 H+ + 4 e-
 Oksidasi ion krom : Cr3+ + 3 H2O → 2 CrO3 + 6 H+ + 3 e-
 Produksi lead dioxide pada anoda: Pb + 2H2O → PbO2 + 4 H+ + 4 e-

4
Gambar 2.1 Skema Reaksi Kimia yang Terjadi di Elektroda pada Proses Hard Chromium
Plating (Sumber: https://www.scribd.com/document/39573672/Chromium-Plating)

Chromium hydride terbentuk ketika proses hard chromium plating. Bentuk


chromium hydride yang paling stabil adalah struktur α-chromium body centered cubic
(BCC) yang menyebabkan lapisan hard chromium plating bersifat keras. Awalnya,
chromium hydride diendapkan dalam kisi kristal heksagonal (HCP) lalu menata ulang
diri menjadi struktur body centered cubic (BCC) yang lebih rapat dan membebaskan
H2 yang terbentuk. Transformasi dari HCP ke BCC ini, menyebabkan penyusutan
sehingga menghasilkan microcracks pada lapisannya. Adanya microcracks ini
bermanfaat untuk proses pelumasan pada komponen tahan aus.

Gambar 2.2 Skema Terbentuknya Mikrocracks pada Hasil Hard Chromium Plating
(Sumber: https://www.scribd.com/document/39573672/Chromium-Plating)

5
2.3 Parameter-Parameter Elektroplating

a. Temperatur
Temperatur larutan mempengaruhi arus yang dibutuhkan dalam proses.
Temperatur larutan mempengaruhi arus yang dibutuhkan dalam proses. Secara umum,
temperature yang rendah akan menurunkan arus yang dibutuhan dalam proses dan
sebaliknya temperature yang tinggi akan meningkatkan arus yang dibutuhan dalam
proses. Misalnya: pada temperatur 43-49 °C , kerapatan arus yang diperlukan sekitar
8-30 A/dm2. Sedangkan pada temperatur 60-66 °C diperlukan kerapatan arus sekitar
45- 60 A/dm2.
Pengontrolan temperatur larutan ke dalam range yang sempit perlu
dilakukan karena adanya pengaruh temperatur terhadap laju deposisi dan kualitas
deposit. Misalnya, peningkatan temperatur larutan sekitar 2 °C dari kondisi rata-rata,
dapat menyebabkan reduksi 5% atau lebih dari ketebalan lapisan kromium rata-rata,

b. Rapat Arus dan Durasi Pelapisan


Secara umum, ketebalan plating meningkat secara langsung berbanding
lurus dengan waktu dan arus plating. Menurut Hukum Faraday

𝑴×𝑰×𝒕
𝒎=
𝒏×𝑭

Keterangan:

m = massa terendap (g)


I = arus yang digunakan (A atau C/s)
M = berat molekul kromium = 52 g/mol
t = waktu pelapisan (detik)
F = konstanta Faraday = 96500
n = jumlah elektron yang terlibat pada reaksi elektro kimia = 6

6
𝑴×𝑰×𝒕
𝒅=
𝒏×𝑭×𝝆×𝑨

Keterangan:
d = ketebalan lapisan yang terbentuk (cm)
𝜌 = massa jenis kromium = 7.19 g/cm³
A = luas permukaan logam yang dilapis (cm2)

𝒋
𝑰=
𝑨

Keterangan:
I = arus yang digunakan (A atau C/s)
j = rapat arus (A/ cm2)
A= luas permukaan logam yang dilapis (cm2)

c. Konsentrasi Larutan
Secara umum dalam proses electrodeposition, konsentrasi larutan
memainkan peran penting dalam performa plating. Dalam kondisi plating normal,
kenaikan konsentrasi larutan akan meningkatkan konsentrasi ion logam dalam larutan.
Oleh karena itu akan meningkatkan laju pengendapan (deposisi) pada proses plating.

d. Agitasi
Sistem agitasi dapat meningkatkan performa plating karena menyediakan
pencampuran metal salt untuk larutan plating, jika parameter lain dalam larutan
dikontrol dengan baik. Selain itu agitasi dapat meningkatkan keseragaman temperature
dalam larutan.

7
2.4 Cacat-Cacat Hard Chomium Plating
Cacat-cacat yang terjadi pada hasil proses hard chromium plating adalah sebagai
berikut:

No. Cacat Penyebab Solusi

1 Dull Deposit a. Rasio asam kromat/asam a. Penambahan asam


(Lapisan yang sulfat tinggi sulfat
terbentuk b. Kontak listrik tidak stabil b. Pemeriksaan
tampilannya c. Temperatur terlalu tinggi sambungan listrik
buram) d. Permukaan substrat kasar c. Temperatur
diturunkan
d. Grinding sampel
hingga permukaannya
halus
2 Laju Pelapisan a. Rasio asam kromat/asam a. Penambahan asam
Rendah sulfat tinggi sulfat
b. Rapat arus terlalu rendah b. Peningkatan rapat
c. Adanya kerak pada arus
anoda c. Pembersihan anoda
d. Temperatur terlalu tinggi d. Temperatur
e. Kontak listrik tidak stabil diturunkan
e. Pemeriksaan
sambungan listrik
3 Rough/ Noduar a. Kandungan asam kromat a. Pengurangan
Deposits (Lapisan terlalu tinggi konsentrasi asam
yang terbentuk b. Rendahnya kandungan kromat dalam larutan
kasar atau asam sulfat b. Penambahan asam
berbintik-bintik) c. Temperatur terlalu sulfat
rendah c. Temperatur dinaikkan
d. Preparasi permukaan d. Grinding sampel
kurang hingga permukaannya
e. Rapat arus terlalu tinggi halus
e. Pengurangan rapat
arus
4 Burned Deposits a. Rasio asam kromat/asam a. Penambahan asam
(Lapisan sulfat tinggi sulfat
terbakar) b. Area anoda yang b. merancang bentuk dan
berlebih terhadap bagian ukuran anoda yang
yang dilapisi sesuai untuk

8
c. Rapat arus terlalu tinggi meminimalkan
d. Temperatur terlalu kerapatan arus
rendah c. Pengurangan rapat
arus
d. Temperatur dinaikkan

5 Poor Adhesion a. Adanya kontaminan di a. Pembersihan


(Daya lekat permukaan kontaminan di
lapisan buruk) b. Proses etsa sebelum permukaan logam
pelapisan tidak sempurna b. Penambahan waktu
c. Kontak listrik tidak stabil etsa
c. Pemeriksaan
sambungan listrik
6 Poor Coverage a. Kandungan asam kromat a. Penambahan asam
(Lapisan yang rendah kromat
terbentuk tidak b. Rasio asam kromat/asam b. Presipitasi sulfat atau
sempurna sulfat rendah barium karbonat (jika
melapisi substrat) c. Rapat arus terlalu rendah terlalu tinggi)
d. Adanya kerak pada c. Rapat arus dinaikkan
anoda d. Pembersihan anoda
e. Temperatur terlalu tinggi e. Temperatur
f. Adanya gas yang diturunkan
terperangkap mencegah f. Peningkatan proses
larutan plating agitasi
menjangkau beberapa
bagian

9
BAB III
METODOLOGI

3.1 Diagram Alir Penelitian

Mulai: Penentuan Topik

Studi Literatur

Metalografi Ring Piston untuk Menentukan


Material Base Metal

Sampel: Besi
Cor Nodular
FCD 700
Preparasi Sampel dan Preparasi Larutan Asam
Kromat & Katalis Serta Pemasangan Komponen-
Komponen pada Proses Elektroplating dan
Dilakukan Eksperimen

Pengujian Kekerasan Lapisan Hard Chromium


Plating dengan Microvickers dan Pengukuran
Ketebalan Lapisan Hard Chromium Plating
melalui Pengamatan Mikroskop Optik

10
3.2 Metalografi Ring Piston

Gambar 3.1 Struktur Mikro Base Metal Ring Piston

Dari metalografi ring piston motor Yamaha Jupiter Z dapat diketahui base metal
yang digunakan adalah besi cor nodular. Kekerasan base metal dan kekerasan lapisan
diukur dengan microvickers, didapatkan hasil kekerasan rata-rata base metal sekitar 348
HV dan kekerasan lapisan sekitar 788 HV. Sedangkan pengukuran ketebalan lapisan
dilakukan menggunakan mikroskop optik dan didapatkan ketebalan lapisan rata-rata
sekitar 45,47 µm

11
Gambar 3.2 Ketebalan Lapisan Ring Piston

3.3 Preparasi Sampel


 Sampel besi cor nodular FCD 700 dipotong dengan ukuran 2 cm x 1,4 cm
 Seluruh permukaan sampel di grinding dengan kertas amplas dari grit kasar hingga
halus (120, 360, 600, 800, 1000, 1500, 2000)
 Setelah di grinding, sampel dikeringkan
 Bagian yang tidak di plating ditutup dengan lakban agar tidak terlapis
 Area yang dilapis berukuran 0,6 cm x 1,4 cm

3.4 Preparasi Larutan Asam Kromat & Katalis


 Untuk membuat larutan Asam Kromat 250g/L, disiapkan serbuk Asam Kromat CrO3
sebanyak 50 g,
 Ditambahkan aqua DM hingga 200 mL,
 Sebelum aqua DM dituangkan seluruhnya, ditambahkan katalis Asam Sulfat H2SO4
sebanyak 0,5 g.

12
3.5 Pemasangan Komponen Elektroplating

Gambar 3.1 Skema Proses Elektroplating


(Sumber: https://www.researchgate.net/figure/309398204_fig9_Figure-29-Schematic-of-a-Typical
Electroplating-System)

Katoda ( - ) : Besi Cor Nodular (FCD 700)


Anoda ( + ) : Timbal (Pb)
Larutan : Asam Kromat (CrO3)
Katalis : Asam Sulfat (H2SO4)
Temperatur : 40-50℃
Rapat Arus : 0.67 A/cm2
Kecepatan stirrer : 120 rpm

13
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN

4.1 Data kekerasan dan ketebalan lapisan hasil plating dengan variasi durasi pelapisan

Tabel 4.1 Data Hasil Pelapisan Variasi Konsentrasi Larutan

Kondisi: konsentrasi larutan= 250 g/L; T= 40-


Durasi Pelapisan 50 °C; j= 0,67 A/cm2
No.
(jam) Kekerasan Rata-Rata Ketebalan Lapisan
(HV) Coating Rata-Rata (µm)
1 0.5 908 48,04
2 1 1100 81,07
3 1.5 1183 102,60

Grafik Pengaruh Durasi Pelapisan terhadap Kekerasan


Coating
1400
1200
1000
Kekerasan (HV)

800
600
400
200
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
Waktu (Jam)

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Durasi Pelapisan terhadap Kekerasan Coating

14
Grafik Pengaruh Durasi Pelapisan terhadap Ketebalan
Lapisan Coating
120.00
Ketebalan Lapisan (µm) 100.00

80.00

60.00

40.00

20.00

0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6
Waktu (Jam)

Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Durasi Pelapisan terhadap Ketebalan Lapisan Coating

4.2 Data kekerasan dan ketebalan lapisan hasil plating dengan variasi konsentrasi larutan
CrO3

Tabel 4.2 Data Hasil Pelapisan Variasi Konsentrasi Larutan CrO3

Kondisi: t= 1,5 jam; T= 40-50 °C; j= 0,67 A/cm2


Konsentrasi
No. Kekerasan Rata-Rata Ketebalan Lapisan
Larutan CrO3 (g/L)
(HV) Coating Rata-Rata (µm)
1 200 1059 89,60
2 250 1183 102,60
3 300 1189 132,64

15
Grafik Pengaruh Konsentrasi Larutan CrO3 terhadap
Kekerasan Coating
1200

1150
Kekerasan (HV)

1100

1050

1000

950
200g/L 250g/L 300g/L
Konsentrasi Larutan CrO3

Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Konsentrasi Larutan CrO 3 terhadap Kekerasan Coating

Grafik Pengaruh Konsentrasi Larutan CrO3 terhadap


Ketebalan Lapisan Coating
140.00
120.00
Ketebalan Lapisan (µm)

100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
200 g/L 250 g/L 300 g/L
Konsentrasi Larutan CrO3

Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Konsentrasi Larutan CrO 3 terhadap Ketebalan Lapisan Coating

16
4.3 Tampilan Permukaan Hasil Pelapisan

Gambar 4.5 Tampilan Permukaan Hasil Pelapisan

4.4 Data Pengukuran Ketebalan Lapisan


a. 250 g/L CrO3 0,5 Jam

Gambar 4.6 Ketebalan Lapisan (250 g/L CrO3 ; 0,5 Jam)

17
b. 250 g/L CrO3 1 Jam

Gambar 4.7 Ketebalan Lapisan (250 g/L CrO3 ; 1 Jam)

c. 250 g/L CrO3 1,5 Jam

Gambar 4.8 Ketebalan Lapisan (250 g/L CrO3 ; 1,5 Jam)

18
d. 200 g/L CrO3 1,5 Jam

Gambar 4.9 Ketebalan Lapisan (200 g/L CrO3 ; 1,5 Jam)

e. 300 g/L CrO3 1,5 Jam

Gambar 4.10 Ketebalan Lapisan (300 g/L CrO3 ; 1,5 Jam)

19
BAB V
ANALISIS

Dari metalografi dan pengukuran kekerasan, dapat diketahui bahwa material ring piston
motor Yamaha Jupiter Z adalah besi cor nodular yang memiliki kekerasan rata-rata sebesar 348
HV. Oleh karena itu dipilih material untuk base metal yang mempunyai kekerasan yang tidak jauh
berbeda yaitu besi cor nodular FCD 700. Berdasarkan literatur, besi cor nodular FCD 700 memiliki
kekerasan sekitar 339-438 HV. Sedangkan besi cor nodular FCD 700 yang digunakan untuk
percobaan memiliki kekerasan rata-rata sebesar 355 HV. Besi cor nodular adalah besi cor yang
memiliki grafit berbentuk spheroidal atau nodular atau bulat sehingga bersifat ulet dibandingkan
jenis besi cor yang memiliki grafit berbentuk flake (serpih). Karena bersifat ulet, maka besi cor
nodular memiliki ketahanan impak dan fatigue yang lebih baik. Pembentukan grafit nodular ini
dicapai dengan menambahkan nodulizing elements yaitu magnesium dan cerium sebelum proses
pengecoran.
Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa kekerasan dan ketebalan lapisan mengalami
peningkatan dengan bertambahnya durasi pelapisan dan bertambahnya konsentrasi larutan asam
kromat. Hal ini sesuai dengan Hukum Faraday yaitu semakin lama durasi pelapisan maka massa
kromium keras yang terendap pada permukaan substrat semakin banyak. Sedangkan dari pengaruh
konsentrasi asam kromat, hal tersebut sesuai dengan teori yaitu semakin meningkatnya konsentrasi
larutan, akan meningkatkan konsentrasi ion logam dalam larutan sehingga akan meningkatkan
pengendapan (deposisi) pada proses plating.
Namun, pada pelapisan dengan konsentrasi asam kromat 300 g/L durasi 1,5 jam
peningkatan kekerasan yang terjadi tidak signifikan dari kondisi pelapisan dengan konsentrasi
asam kromat 250 g/L durasi 1,5 jam yaitu dari 1183 HV menjadi 1189 HV. Hal tersebut dapat
disebabkan karena kelarutan asam kromat sudah mencapai titik jenuh sehingga tidak memberikan
efek yang signifikan terhadap kekerasan lapisan.
Dari pengamatan metalografi dapat diketahui bahwa lapisan coating yang terbentuk pada
ring piston memiliki ketebalan yang lebih rendah daripada hasil percobaan. Meskipun demikian,
dapat dilihat pada gambar 3.2 dan gambar 4.8 lapisan coating yang terbentuk pada ring piston lebih
seragam dibandingkan hasil percobaan. Pelapisan dengan ketebalan yang seragam dapat dicapai

20
melalui peningkatan 'throwing power dengan penambahan aditif tertentu pada larutan. Throwing
power adalah kemampuan pelapisan dengan ketebalan yang sama di bagian dengan kerapatan arus
rendah maupun pada bagian kerapatan arus yang lebih tinggi.
Cacat yang terjadi pada tampilan hasil hasil chromium plating dapat dilihat pada gambar
4.5 yaitu pelapisan dengan konsentrasi larutan asam kromat 250 g/L dengan durasi 1 jam yang
memiliki tampilan yang dull atau buram pada bagian pinggir. Cacat tersebut dapat disebabkan oleh
rasio asam kromat/asam sulfat tinggi, kontak listrik tidak stabil, temperatur terlalu tinggi dan
permukaan substrat kasar. Kondisi-kondisi tersebut dapat diatasi dengan penambahan asam sulfat
(karena mudah menguap), pemeriksaan sambungan listrik, menurunkan temperatur larutan dan
memastikan seluruh permukaan sampel digrinding hingga halus. Selain itu cacat hasil hard
chromium plating dapat dilihat pada lampiran. Cacat yang terjadi adalah rough or noduar deposits
yaitu lapisan yang terbentuk kasar atau berbintik-bintik yang disebabkan oleh kandungan asam
kromat terlalu tinggi, rendahnya kandungan asam sulfat, temperatur terlalu rendah, preparasi
permukaan kurang dan rapat arus terlalu tinggi. Selain itu, dapat dilihat bahwa lapisan yang
terbentuk memiliki daya lekat yang buruk sehingga lapisan mudah mengelupas, hal tersebut dapat
disebabkan adanya kontaminan pada permukaan sampel.
Jika dibandingkan dengan produk ring piston, hasil percobaan menggunakan metoda hard
chromium plating menujukkan sifat yang jauh lebih baik. Kekerasan hasil chromium plating : 908-
1189 HV, sedangkan kekerasan lapisan coating ring piston sekitar 788 HV. Selain itu ketebalan
lapisan hasil hard chromium plating: 48,04-132,64 µm, sedangkan ketebalan lapisan coating ring
piston sekitar 45,5 µm. Jadi hard chromium plating dapat diaplikasikan pada ring piston karena
dapat meningkatkan ketahanan aus ring piston secara signifikan.

21
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Proses pelapisan hard chromium plating pada besi cor nodular telah dipelajari
melalui praktikum yang dilakukan di laboratorium metalurgi dan teknik material. Selain
itu telah dilakukan karakterisasi produk ring piston yang ada di pasaran sebagai
perbandingan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
peningkatan konsentrasi larutan asam kromat dan peningkatan durasi pelapisan berbanding
lurus dengan peningkatan kekerasan dan ketebalan lapisan hasil proses hard chromium
plating.

a. Kekerasan lapisan hasil proses hard chromium plating pada besi cor nodular FCD 700

No. Kondisi Kekerasan Lapisan (HV)


1 250 g/L CrO3 ; 0,5 Jam 908
2 250 g/L CrO3 ; 1 Jam 1100
3 250 g/L CrO3 ; 1,5 Jam 1183
4 200 g/L CrO3 ; 1,5 Jam 1059
5 300 g/L CrO3 ; 1,5 Jam 1189

b. Ketebalan lapisan hasil proses hard chromium plating pada besi cor nodular FCD 700

No. Kondisi Ketebalan Lapisan (µm)


1 250 g/L CrO3 ; 0,5 Jam 48,04
2 250 g/L CrO3 ; 1 Jam 81,07
3 250 g/L CrO3 ; 1,5 Jam 102,60
4 200 g/L CrO3 ; 1,5 Jam 89,60
5 300 g/L CrO3 ; 1,5 Jam 132,64

22
6.2 Saran

a. Pada saat melakukan percobaan harus memakai alat pelindung diri lengkap seperti jas
lab, masker dan sarung tangan karena zat-zat yang digunakan sangat berbahaya jika
terhirup dan terkena tangan. Selain itu perlu untuk mengetahui MSDS zat kimia yang
digunakan.
b. Dilakukan preparasi permukaan dengan baik sebelum pelapisan. Karena permukaan
yang kasar dan adanya kontaminan dapat mempengaruhi hasil percobaan
c. Selama proses pelapisan, gelas kimia harus ditutup dengan plastic wrap agar larutan
asam kromat dan katalis asam sulfat tidak menguap.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Reidenbach F, Cotell CM, Sparague JA, Smidt FA.“ASM Handbook Volume 5: Surface
Engineering 9th ed”. ASM International: 1994
2. Davis, J.R. “ASM Specialty Handbook: Cast Irons”. ASM International:1996
3. https://www.researchgate.net/figure/309398204_fig9_Figure-29-Schematic-of-a-Typical
Electroplating-System
4. http://inpressco.com/wp-content/uploads/2015/03/Paper18700-703.pdf
5. https://etd.ohiolink.edu/rws_etd/document/get/ucin983464816/inline
6. http://www.substech.com/dokuwiki/doku.php?id=hard_chromium_electroplating
7. http://chemistry.tutorvista.com/physical-chemistry/electroplating.html#electroplating-
definition
8. http://www.tpr.co.jp/tp_e/products/pistonring/about.html
9. http://korihandbook.federalmogul.com/en/section_41.htm
10. https://www.ductile.org/didata/Section12/12intro.htm
11. http://www.electrolytics.org/faradaysLaw.html
12. https://www.scribd.com/document/39573672/Chromium-Plating
13. http://www.nichro.dk/pdf/haardkrom_UK.pdf
14. MSDS Kromium Trioksida: http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923475
15. MSDS Asam Sulfat: http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925146

24
LAMPIRAN

1. Sifat Mekanik FCD 700


(https://www.ductile.org/didata/Section12/12intro.htm)

25
2. Konversi Satuan Kekerasan Brinel-Vickers (Davis, J.R. “ASM Specialty Handbook: Cast
Irons”. ASM International:1996)

Dari data tersebut dimasukkan kedalam ms.excel dan ditentukan persamaan


linearnya

Konversi HB -HV
700

600

500
y = 0.8246x + 190.85
400
HV

300

200

100

0
0 100 200 300 400 500 600
HB

y = 0.8246x + 190.85

Rentang kekerasan besi cor nodular FCD700 adalah 180-300 HB


y = 0.8246(180) + 190.85 ≈ 339 HV
y = 0.8246(300) + 190.85 ≈ 438 HV
Jadi, rentang kekerasan besi cor nodular FCD700 adalah 339-438 HV

26
3. Dokumentasi

a. Ring Piston Yamaha Jupiter Z

b. Penimbangan Kromium Trioksida

27
c. Proses Elektroplating

28
d. Hasil Pelapisan yang Gagal

29
4. MSDS Kromium Trioksida (http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9923475)

30
31
32
33
34
35
36
5. MSDS Asam Sulfat (http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925146)

37
38
39
40
41
42
43

Anda mungkin juga menyukai