Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Beams merupakan struktur yang penting dalam konstruksi


bangunan, biasanya beams didesain berdasarkan kemampuannya untuk
menahan tegangan bending (bending stress).3 Untuk itu, dalam
pembangunan dan industri diperlukan metode untuk memprediksi
fenomena tegangan bending pada material agar produk yang dihasilkan
lebih menguntungkan & efisien.
Dalam kehidupan engineering, uji bending digunakan untuk
mengamati fenomena yang terjadi akibat pembebanan pada suatu benda
yang menimbulkan tekukan atau bending. Biasanya hal ini terjadi pada
jembatan, sayap pada pesawat, mesin, dan lain – lain.
Dalam pengujian bending ini kita akan mendapatkan kekuatan
lentur dan modulus elastisitas dari material yang diuji. Modulus lentur
(modulus elastisitas) adalah kombinasi dari arah modulus tarik dan tekan
Pada bending, biasanya diikuti oleh direct stress, transverse shear, serta
torsional shear.

2. Tujuan

a. Menentukan kekuatan lentur (flexural strength) material ST-37


b. Menentukan modulus elastisitas material ST-37
c. Mengetahui distribusi momen dan tegangan yang terjadi ketika
pembebanan pada metode 3 –point bending

1
BAB II

TEORI DASAR

Pengujian kekuatan lentur dan modulus elastisitas dilakukan untuk material yang
tegangan utamanya dalam bentuk lentur. Modulus elastisitas lentur adalah
kombinasi dari modulus arah tarik dan tekan.

Gambar diatas menunjukkan pengaruh pembebanan lengkung terhadap spesimen.


Dapat terlihat bahwa defleksi yang terjadi disebkan karena pembebanan.
Pembebanan dan defleksi tersebut nantinya digunakan untuk mencari nilai
modulus elastisitas material suatu material.

Flexural Strength adalah tegangan maksimal sampai material mengalami


kegagalan atau patah. Flexural Strength dapat dinyatakan dalam persmaan :

Keterangan : σ = tegangan normal


M = momen lentur di penampang melintang yang ditinjau
c = jarak dari sumbu netral ke elemen yang ditinjau
I = momen inersia

2
Modulus Elastisitas adalah kekakuan suatu material sebelum material mengalami
deformasi plastis. Modulus elastisitas dapat ditentukan dari persamaan :

Keterangan : E = modulus elastisitas bahan spesimen

P = beban yang bekerja


L = panjang spesimen
= defleksi
I = modulus inersia penampang

y = mx+c

3
Pada kurva tersebut dapat diketahui bahwa y = mx + c

Gradien = m =

m=

m=

Pada persamaan E = , diubah menjadi m

Maka,

E =

Distribusi tegangan pada permukaan spesimen yang diuji

Metode pengujian bending menurut ASTM 855 ada tiga yaitu cantilever beam
bending, 3-point bending, dan 4- point bending.1

4
 Cantilever Beam Bending
Adalah metode pengujian bending dengan menggunakan satu tumpuan
saja.

 3- Point Bending
Adalah metode pengujian bending dengan menggunakan dua tumpuan
dengan beban terletak di tengah- tengah spesimen.

 4- Point Bending
Adalah metode pengujian bending dengan menggunakan dua tumpuan
dengan beban terletak pada L/3 dan 2L/3.

5
Perbandingan antara metode 3-point bending dan 4-point bending :

 3- Point Bending

Tinjau sisi bagian kiri

N M

-M + ( ) 0

6
M=( )

masukkan batas ,

M (0) = ( )=0

M( )=( )  maksimum

Tinjau sisi bagian kanan

(L-x)

M N

M+( ) 0

M 0

M=

masukkan batas ,

M( )= =  maksimum

M (L) = =0

7
 4-Point Bending

Tinjau sisi bagian kiri

N M

-M + 0

M=

masukkan batas ,

M (0) = =0

M( )=( )  maksimum

Tinjau sisi bagian kiri

N M

V
x
P 𝑳
(x+ 𝟑

8
M + Px + ( ) 0

M 0

M=  maksimum

Tinjau sisi bagian kanan

(L-x)

M N

-M + 0

-M 0

M=

masukkan batas ,

M( )= =  Maksimum

M (L) = =0

9
BAB III

DATA PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA

1. Data Percobaan

Material : ST – 37
Panjang (L) : 300.55 mm
Lebar (b) : 19.02 mm
Tebal (h) : 19.05 mm
Kekerasan Awal : 29 HRA
Kekerasan Akhir : 37 HRA
Jarak Tumpuan : 150 mm
Beban Maksimum : 30200 N
Mesin Uji : Tarno Grocki
Deflektometer : Mitutayo

Tabel hubungan antara beban dan defleksi :

No. Beban (N) Defleksi (mm)

1 0 0
2 1000 0.07
3 2000 0.11
4 3000 0.18
5 4000 0.2
6 5000 0.25
7 6000 0.28
8 7000 0.33
9 8000 0.38
10 9000 0.42
11 10000 0.46
12 11000 0.51
13 12000 0.54
14 13000 0.59
15 14000 0.64
16 15000 0.78
17 16000 1.64

10
Flexural strength dapat ditentukan dari persamaan:

Grafik hubungan antara beban dan defleksi :

Hubungan P dan δ
25000
y = 11388x + 3056.3
20000
Beban (N)

15000

10000 Series1
Linear (Series1)
5000

0
0 0.5 1 1.5 2
Defleksi (mm)

Dari grafik hubungan beban dan defleksi diatas kita dapat mengetahui
daerah elastis dan daerah plastisnya. Daerah elastis ditunjukkan pada pembebanan
sampai dengan 14000 N, sedangkan pada pembebanan 15000 N keatas
menunjukkan daerah plastisnya (material telah terdeformasi plastis).

11
Grafik hubungan beban dan defleksi pada daerah elastis:

Hubungan P dan δ (Elastis)


16000
14000
y = 22722x - 513.3
12000
10000
Beban (N)

8000
Series1
6000
Linear (Series1)
4000
2000
0
-2000 0 0.2 0.4 0.6 0.8
Defleksi (mm)

Dari grafik hubungan beban dan defleksi pada daerah elastis kita dapat
mengetahui persamaannya yaitu y = 22722x - 513.3

Dapat diketahui bahwa, m = 22722 Sedangkan, m = . Maka, 22722 = .

Sedangkan momen inersianya I = =

= 10957.57

Modulus elastisitasnya dapat ditentukan dari persamaan

E=

E=

E=

E = 145802.46 Mpa

E = 145.8 GPa

12
BAB IV

ANALISIS DATA

Pengujian bending pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan


metode 3-point bending. 3- point bending digunakan karena lebih simple dalam
peletakan pembebananya yaitu pada tengah - tengah spesimen. Sebenarnya 4 -
point bending lebih akurat dan presisi karena momen maksimumnya terdapat pada
sepanjang jarak antara beban pertama dan beban kedua (hasil lebih merata dan
daerah pengamatan pengujian lebih panjang). Sedangkan 3-point bending, momen
maksimumnya hanya terdapat pada satu titik saja yaitu pada titik pembeban.
Metode 4 - point bending tidak digunakan pada praktikum ini karena cenderung
sulit untuk menentukan point pembebannanya dan harus memperhatikan
peletakan pembebannya yaitu harus bersamaan, jika tidak maka rumusnya yang
digunakan akan berubah dan dapat mempengaruhi hasilnya.

Sebelum dilakukan pengujian bending, spesimen yang akan diuji diukur


dimensinya dan nilai kekerasannya. Nilai kekerasan sebelum diuji bending dan
setelah duji bending berubah yaitu dari 29 HRA menjadi 37 HRA. Peningkatan
nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi fenomena strain
hardening. Strain hardening adalah fenomena yang terjadi ketika material ulet
menjadi lebih keras dan lebih kuat saat terdeformasi plastis. Kerapatan dislokasi
pada logam meningkat dengan adanya deformasi tersebut. Hal ini disebabkan
karena dislokasi berlipat ganda atau pembentukan dislokasi baru. Sehingga jarak
rata- rata antar dislokasi menurun, yang berarti dislokasi menjadi berdekatan2. Hal
ini menyebabkan terjadinya penumpukkan dislokasi4. Oleh karena itu, dibutuhkan
energi atau gaya yang lebih besar untuk menggerakan atom-atom pada material
tersebut. Dengan adanya strain hardening pada spesimen ini maka dapat
disimpulkan bahwa material ini adalah material ulet.

13
Setelah dilakukan uji bending, spesimen mengalami kenaikan temperature.
Hal tersebut disebabkan oleh gesekan- gesekan yang terjadi pada saat pergeseran
atom- atom dalam spesimen.

Saat pengujian bending spesimen ini, sentroid spesimen turun pada titik
pembebanan. Ini menyebabkan daerah yang terkena tarik menjadi lebih luas
dibanding daerah yang terkena tekan akibat pembebanan.

Nilai kekuatan lentur (flexural strength) dapat ditentukan dengan


menggunakan dimensi spesimen yang telah diukur dan beban maksimum dari
pengujian ini. Nilai kekuatan lentur yang didapatkan dari pengujian bending
praktikum ini adalah =

Nilai modulus elastisitas dapat ditentukan dari grafik antara beban dan
defleksi pada daerah elastis. Pada grafik didapatkan persamaan dan gradiennya.
Setelah mendapatkan gradien, dapat dimasukkan ke dalam rumus modulus
elastisitas. Nilai Modulus Elastisitas ST-37 menurut literatur adalah 210 GPa
namun dari pengujian ini didapatkan nilai E = 145.8 GPa. Perbedaan nilai
modulus elastisitas ini dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :

14
1. Pengunaan metode 3 point bending kurang akurat dan presisi
dibandingkan dengan metode 4 point bending.
2. Kesalahan dalam pembacaan defleksi terhadap beban yang digunakan
karena perubahannya sangat cepat.
3. Penempatan deflektometer dan pembebanan yang kurang tepat
4. Perbedaan kondisi lingkungan seperti temperatur dan tekanan udara pada
literatur dan pada saat praktikum.
5. Adanya lapisan karat pada permukaan spesimen akibat reaksi kimia
(oksidasi) yang menyebabkan ikatan antar atom mejadi lebih kecil
sehingga nilai modulus elastisitasnya juga menjadi lebih kecil.

6. Perbedaan kondisi material pada literatur dengan percobaan yang


dilakukan (adanya impurities atau material tidak homogen).

15
BAB V

KESIMPULAN & SARAN

a. Kekuatan lentur (frexural strength) material ST-37 adalah =


b. Modulus elastisitas material ST-37 adalah E = 145.8 GPa
c. Distribusi momen dan tegangan yang terjadi ketika pembebanan pada
metode 3-point bending :

 Distribusi Momen

 Distribusi Tegangan

16
DAFTAR PUSTAKA

1. ASTM E 855

2. Callister, William D. Materials Science And Engineering An Introduction,

8th Edition, New York: John Wiley & Sons, Inc. Page 215-218 & 485-486

3. Hibbeler, R. C. 2011. Mechanics of Materials. 7th edition. USA: Pearson

Prentice Hall. Page 270 – 312

4. Dieter, G. E. 1988. Mechanical Metallurgy. SI Metric Edition. UK: Mc


Graw-Hill Book Co. Page 139-144

17
LAMPIRAN

A. Tugas Setelah Praktikum

1. Mengapa Uji Lentur tidak cocok digunakan untuk menentukan Modulus


Elastisitas material ulet?
2. Bandingkan harga Modulus Elastisitas yang diperoleh dari literature dan
percobaan, bila ada perbedaan jelaskan mengapa hal itu bisa terjadi!
3. Bandingkan keadaan kekerasan akhir (setelah diuji bending pada daerah
yang terdeformasi plastis) dengan kekerasan awal (sebelum diuji bending)
dan jelaskan!

Jawab :

1. Karena material ulet mempunyai daerah plastis yang kecil. Selain itu,
butuh energi dan gaya lebih banyak untuk defleksi sampai patah. Uji
lentur biasanya digunakan untuk mencari modulus elastisitas material
getas karena susah dilakukan di uji tarik ( langsung patah). Material
ulet bisa menggunakan uji tarik untuk mencari modulus elastisitas.
2. Modulus elastisitas yang diperoleh dari literatur adalah 210 GPa.
Modulus elastisitas yang didapatkan dari percobaan adalah 145.8 GPa .
Perbedaan nilai modulus elastisitas dapat terjadi karena orientasi
spesimen, besar butir, tegangan sisa, sejarah regangam sebelumnya,
persiapan spesimen dan dimensinya, orientasi butir terdeformasi
terhadap arah dari tegangan normal. Kondisi pengujian seperti
temperature, tekanan, peralatan pengujian dan standar pengujian juga
dapat mempengaruhi hasil.
3. Nilai kekerasan sebelum diuji bending adalah 29 HRA dan setelah
diuji bending meningkat menjadi 37 HRA. Peningkatan nilai
kekerasan menunjukkan bahwa telah terjadi fenomena strain
hardening. Strain hardening adalah fenomena yang terjadi ketika

18
material ulet menjadi lebih keras dan lebih kuat saat terdeformasi
plastis. Kerapatan dislokasi pada logam meningkat dengan adanya
deformasi tersebut. Hal ini disebabkan karena dislokasi berlipat ganda
atau pembentukan dislokasi baru. Sehingga jarak rata- rata antar
dislokasi menurun, yang berarti dislokasi menjadi berdekatan2. Hal ini
menyebabkan terjadinya penumpukkan dislokasi4. Oleh karena itu,
dibutuhkan energi atau gaya yang lebih besar untuk menggerakan
atom-atom pada material tersebut. Dengan adanya strain hardening
pada spesimen ini maka dapat disimpulkan bahwa material ini adalah
material ulet.

B. Tugas Tambahan

1. Apakah kelebihan dari metode 3-point bending ?


2. Apakah yang dimaksud dengan strain hardening ?

Jawab :

1. Kelebihan 3-Point Bending dibandingkan dengan 4-Point Bending adalah :

 Kemudahan persiapan spesimen


 Pembuatan point lebih mudah (pada tengah- tengah spesimen)
 Lebih simple, jika dibandingkan dengan 4-point bending yang penekanan
bebanannya harus bersamaan (jika tidak, maka rumus yang digunakan
akan berubah dan dapat mempengaruhi hasilnya)

19
2. Strain hardening adalah fenomena yang terjadi ketika material ulet
menjadi lebih keras dan lebih kuat saat terdeformasi plastis. Kerapatan
dislokasi pada logam meningkat dengan adanya deformasi tersebut. Hal ini
disebabkan karena dislokasi berlipat ganda atau pembentukan dislokasi
baru. Sehingga jarak rata- rata antar dislokasi menurun, yang berarti
dislokasi menjadi berdekatan2. Hal ini menyebabkan terjadinya
penumpukkan dislokasi4. Oleh karena itu, dibutuhkan energi atau gaya
yang lebih besar untuk menggerakan atom-atom pada material tersebut.

C. Rangkuman Praktikum

Uji bending pada percobaan ini dilakukan untuk mencari kekuatan lentur
dan modulus elastisitas material. Uji bending biasanya digunakan untuk
mencari modulus elastisitas material getas karena susah dilakukan pada uji
tarik (langsung patah). Fenomena yang terjadi pada uji bending adalah
deformasi, strain hardening, dan peningkatan temperatur.

20
Three-point bending dan four-point bending merupakan jenis-jenis uji
bending. 3-point bending menggunakan satu pembebanan sedangan 4-
point bending menggunakan dua titik pembebanan. 4-point bending
merupakan metode yang lebih presisi karena tegangan maximum berada di
daerah yang lebih luas dibanding 3-point bending (hanya satu titik).
Diagram tegangan dan momen 3-point bending dan 4-point bending
adalah sebagai berikut :

21

Anda mungkin juga menyukai