Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM STATIKA

KESETIMBANGAN GAYA

KELOMPOK

Alif Fauzan Al Fattah (1806202815)

Amiril Muqsithin Pambayu (1806203130)

Ghuffron Yusuf (1806202935)

Miftahil Alawiyah (1806149904)

Sylvia Putri Larasati (1806202941)

Tanggal Praktikum : 23 September 2019

Asisten Praktikum : Rizki Anugrah

Tanggal Pengumpulan : 28 September 2019

Nilai :

Paraf Asisten :

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2019
I. NAMA PRAKTIKUM
Poligon Gaya

II. TUJUAN
Untuk menguji bahwa beberapa gaya yang berada dalam kondisi seimbang memenuhi
persamaan :

Σ Px = Σ Py = Σ M

dan gaya-gaya tersebut dapat digambarkan dalam polygon gaya tertutup dimana sisi-sisi
polygon tersebut mewaikili gaya-gaya, termasuk besar dan arahnya.

III. TEORI
Desain suatu struktur benda didasarkan atas berat dari struktur itu sendiri dan gaya-gaya
yang bekerja pada struktur serta gerakan yang mempengaruhi struktur tersebut.
Umumnya pada desain struktur tidak terdapat gerakan dan struktur berada pada
keseimbangan statik.

Maka, gaya-gaya dalam keseimbangan harus memenuhi dua persamaan, yaitu resultan
dari semua gaya harus nol (0) dan momen di semua titik harus nol (0). Dalam persamaan
matematis kondisi ini dapat digambarkan sebagai :

Σ Px = 0 Σ Py = 0 Σ Pz = 0
Σ Mx = 0 Σ My = 0 Σ Mz = 0

Jika gaya-gaya berlaku pada satu bidang, maka :

Σ Px = 0 Σ Py = 0 Σ Mz = 0

Serangkaian percobaan yang dilakukan UI memberikan pengertian yang jelas tentang


semua aspek dari keseimbangan dan aplikasinya pada gaya-gaya dalam ruang dan
diagram gaya bebas
TEORI TAMBAHAN

Dalam percobaan ini kita akan belajar lebih banyak tentang keseimbangan gaya dalam
bidang vertikal, dan kita akan pertimbangkan dua persamaan kesetimbangan, dan kita akan
belajar bagaimana mengatur sistem gaya dalam kondisi kesetimbangan dengan cukup
mengubah bobot yang dibawa oleh string dan sudut antara string secara eksperimental.
Dan di sini ulasan yang sangat singkat tentang hukum pertama Newton, hukum pertama
keseimbangan dan vektor. Gaya adalah dorongan atau tarikan yang diberikan satu objek
pada objek lain. Yang penting sifat-sifat gaya dirangkum dalam tiga hukum gerak Newton.

Hukum pertama Newton menyatakan bahwa objek diam, atau bergerak dengan gerakan
konstan, akan tetap diam, atau bergerak dengan gerakan konstan kecuali ditindaklanjuti
oleh kekuatan eksternal. Satu konsekuensi dari hukum pertama Newton adalah bahwa jika
suatu objek diam, total gaya di atasnya harus nol.

Hukum Kesetimbangan Pertama: Seperangkat gaya yang bekerja pada suatu benda akan
menahan benda itu dalam kesetimbangan asalkan jumlah vektor dari gaya-gaya itu
bertambah menjadi nol, yaitu, asalkan vektor-vektor yang mewakili gaya-gaya tersebut
membentuk poligon tertutup ketika ditempatkan dari kepala ke ekor.

Setiap dua vektor (seperti yang ditunjukkan pada gambar (a) di bawah) dapat ditambahkan
oleh apa yang disebut "Hukum Paralelogram" untuk membentuk satu vektor yang
dihasilkan (gambar (b)). Dengan demikian, agar keseimbangan ada, vektor ketiga harus
sama (dalam besaran), berlawanan (dalam arah) dan collinear dengan resultan ini (gambar
(c)).

Bagian utama peralatan untuk percobaan ini adalah tabel gaya, yaitu, bidang vertical katrol
dapat dijepit ke tepi pesawat pada posisi yang diinginkan. Tali, terhubung ke cincin di
tengah papan, melewati katrol. Untuk memberikan kekuatan dalam kesetimbangan, massa
standar digantung dari ujung string. Gaya yang bekerja pada cincin adalah ketegangan
pada senar. Kapan cincin itu dalam kesetimbangan, setiap tegangan sama dengan berat,
mg, massa yang tergantung dari tali.

IV. PERALATAN
1. Papan gaya
2. Katrol tunggal
3. Katrol ganda
4. Tali
5. Penggantung beban
6. Selotip / isolasi
7. 2 (dua) cincin yang dihubungkan dengan tali

V. CARA KERJA
V.1. Gaya Konkuren
1. Melubangi pusat kertas A1 (perpotongan diagonal) dengan diameter lubang 6
mm.
2. Melepas centre peg (pasak) dan memasang kertas pada papan bidang gaya dan
memasang kembali centre peg (pasak) melalui lubang yang telah tersedia.
3. Menggunakan cincin tunggal dan 6 tali beban kemudian memasang masing-
masing tali pada katrol-katrol 3 tali pada katrol sebelah kiri dan lainnya pada
katrol di sebelah kanan.
4. Menggantungkan penggantung beban pada tali.
5. Menambahkan beban pada panggantung dan memperhatikan bagaimana tali-tali
tersebut bergerak membentuk keseimbangan baru setiap kali beban ditambah.
6. Setelah didapat kesetimbangan, menggambar posisi gaya-gaya tersebut pada
kertas gambar dan menulis besar bebannya (termasuk berat penggantung).

V.2. Gaya Non Konkuren


1. Sekarang menggunakan sepasang cincin yang dihubungkan dengan tali dan
mengikat 6 tali sehingga 3 tali terikat pada masing-masing cincin.
2. Kemudian menggantung beban pada tiap tali, setelah itu menggambar tali-tali
tersebut pada kertas gambar dan mencatat beban yang digantung pada setiap tali.

VI. PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA


VI.1. Pengamatan dan Pengolahan Data Gaya Konkuren

Gambar 1. Data Gaya Konkuren

 Contoh Perhitungan:
P1
Beban = 0,7 N
Kuadran =I
Sudut = 47o
Px = P1.cosα
= P1.cos47o
= 0.7 N.0,681 = 0,477 N
Py = P1.sinα
= P1.sin47o
= 0,7.0,73
= 0,511 N
Pn Beban (N) Kuadran Sudut (o) Px (N) Py (N)

P1 0,7 I 47 0,477 0,511

P2 0,7 II 77 -0,202 0,876

P3 1,8 III 70 -1,691 -0,015

P4 1,9 IV 75 1,835 -0,491

Ʃ 0,419 0,881

 Kesalahan Relatif
Kesalahan relatif Px = |0-ƩPx| x 100%
= |0-0,419| x 100 % = 41,9%
Kesalahan relatif Py = |0-ƩPy| x 100%
= |0-0,881| x 100% = 88,1%
VI.2. Pengamatan dan Pengolahan Data Gaya Non Konkuren

Gambar 2. Data Gaya Non Konkuren

 Contoh Perhitungan:
P1
Beban = 0,5 N
Kuadran =I
Sudut = 55o
Px = P1.cosα
= 0,5 N.cos55o
= 0,287 N
Py = P1.sinα
= 0,5 N.sin55o
= 0,409 N

 Momen di A

Gambar 3. Momen di Titik A

ƩMA = - P1y(0,13) + P1x(0) + P4x (0) + P4y.(0,13)


= - 0,409(0,13) + 0 + 0 + 0,322 (0,13) = - 0,05317 + 0,04186 = -0,01131 Nm
 Momen di B

Gambar 4. Momen di Titik B


ƩMB = - P3y(0,13) + P3x(0) + P2x (0) + P2y.(0,13)
= - 0,468(0,13) + 0 + 0 + 0,301 (0,13) = - 0,06084 + 0,03913 = -0,02171 Nm

Pn Beban (N) Kuadran Sudut (o) Px (N) Py (N) LAB (m) MA (Nm) MB (Nm)

P1 0,5 I 55 0,287 0,409 0,13


P2 0,5 II 57 -0,272 0,301 0,13
-0,01131 -0,02171
P3 1,2 III 23 -1,104 -0,468 0,13
P4 1,1 IV 17 1,051 -0,322 0,13
Ʃ -0,038 -0,08

 Kesalahan Relatif
Kesalahan relatif MA = |0-ƩMA| x 100%
= |0-(-0,01131)| x 100% = 1,131%
Kesalahan relatif MB = |0-ƩMB| x 100%
= |0-(-0,02171)| x 100% = 2,171%

VII. ANALISA PRAKTIKUM


VII.1. Analisis Percobaan

Percobaan in bertujuan untuk menguji beberapa gaya yang berada dalam kondisi
seimbang denan menggunakan poligon gaya. Dalam percobaan ini terdapat dua model yaitu
gaya konkuren dan gaya non konkuren. Kami menggunakan perangkat yang merupakan
papan gaya yang terdiri dari papan vertikal dengan cincin di tengah cincin ini diikat dengan
string yang masing-masing tali membawa gaya tarik yang dapat dihitung dengan mudah
dengan menyimpulkan beban yang digantung di setiap gantungan pada akhir senar, katrol
mengarahkan kekuatan sehingga empat gaya menarik cincin pusat ke arah yang berbeda.
Mengetahui arah akan memungkinkan Anda menghitung komponen x- dan y-gaya.

VII.1.1. Gaya Konkuren


Untuk mencari gaya konkuren, dapat dilakukan percobaan sebagai
berikut. Pertama, praktikan memasang kertas pada papan gaya sebagai sarana mencatat
arah gaya. Kedua, praktikan menggantungkan beberapa tali yag salah satu ujungnya
dikaitkan ke satu cincin yang sama masing-masing dibagi menjadi 2 bagian yaitu 2 tali
di sebelah kanan cincin dan 2 tali di sebelah kiri cincin dan ujung lainnya digantung
melalui katrol yang berbeda dan diberi penggantung beban pada ujung lainnya.
Kemudian untuk penambah beban untuk memetakan cincin ke tengah kertas. Setelah
cincin berada di tengah kertas, praktikan menggambar arah-arah gaya dan besar tiap gaya
pada kertas.
VII.1.2. Gaya Non Konkuren
Praktikum selanjutnya mengenai gaya non konkuren, kurang lebih
memiliki langkah yang sama seperti praktikum yang pertama, namun dalam praktikum ini
praktikan menggunakan cincin ganda. Kami memasang cincin ganda dengan
menggunakan 4 buah tali dan disambungkan dengan katrol yang tersedia dengan
pembagian yang sama seperti praktikum gaya konkuren. Cincin ganda tersebut berfungsi
sebagai pusat gaya.
Praktikan lalu menambahkan beban pada katrol sehingga kedua cincin
membentuk garis lurus tepat berada di atas lubang yang telah dibuat pada kertas A1 sama
seperti sebelumnya. Lalu, setelah stabil, praktikan menggambar tali-tali sebagai arah gaya-
gaya tersebut pada kertas A1 dan mencatat beban yang digunakan untuk menyeimbangkan
tali-tali tersebut serta mencatat gaya berat yang bekerja pada masing-masing tali.

VII.2. Analisis Data dan Hasil


VII.2.1.Gaya Konkuren
Pada percobaan pertama didapatkan data berupa komponen gaya-gaya yang
bekerja pada setiap garis yaitu F1= 0,7 N; F2= 0,9 N; F3= 1,8 N; F4=1,9 dengan
masing-masing sudut θ1=47, θ2=77, θ3= 70 ,θ4=75. Dari hasil penghitungan didapatkan
nilai ΣPx = 0,419 N dan Σpy = 0,881 N. Nilai Σ Fx= 0,7cos47+0,9cos77-1,8cos70-
1,9cos75=? 0. -0,42 ≠ 0 (karena ada beberapa sumber kesalahan ).
ΣFy= 0,7sin47+0,9sin77-1,8 sin 70-1,9 sin 75=? 0. -2,13 not ≠ 0 (karena ada beberapa
sumber kesalahan ).
Setelah itu gaya-gaya konkruen yang telah didapat disketsa menjadi poligon,
praktikan dapat melihat bahwa polygon yang terbentuk bukanlah polygon tertutup seperti
bagaimana seharusnya bentuk polygon pada saat setimbang. Maka, praktikan
menyimpulkan bahwa percobaan kali ini tidak membuktikan teori kesetimbangan dalam
polygon gaya.
Gambar 5. Sketsa poligon

Pada teorinya, seharusnya pada kesetimbangan titik, penjumlahan dari


seluruh gaya dengan mempertimbangkan besar dan arahnya memiliki nilai 0 karena gaya
yang bekerja pada cincin saat kondisi setimbang adalah statis atau diam. Tetapi, setelah
praktikan mengolah data yang ada, didapatkan jumlah gaya yang berkerja pada sumbu-x
adalah sebesar -0,038 N dan pada sumbu-y -0,08 N, bukan 0. Ini menunjukan adanya
kesalahan relatif yang terjadi pada praktikum ini sehingga teori kesetimbangan belum
dapat dibuktikan.

VII.2.2.Gaya Non-Konkruen

Pada percobaan gaya non-konkuren, terdapat dua titik yang bekerja


pada satu sistem sehingga menghasilkan momen di setiap titik. Maka yang digunakan
untuk membuktikan teori kesetimbangan adalah jumlah momen di kedua titik. Bila
sebuah titik setimbang, maka jumlah momen yang terdapat di titik tersebut adalah 0
(𝛴𝑀 = 0). Karena kedua titik sejajar, maka yang menghasilkan momen hanyalah gaya
dalam arah sumbu-y pada gaya.

Pada data-data yang didapat komponen gaya-gaya yang bekerja pada


setiap titik adalah 0,7 N, 0,9 N, 1,8 N, dan 1,9 N dengan sudut 470, 770, 700 dan 750.
Setelah dibuat sketsa dari polygon gaya dari gaya-gaya non-konkruen yang ada, praktikan
dapat melihat bahwa polygon gaya yang terbentuk adalah polygon gaya yang tidak
tertutup. Hal ini menyatakan bahwa teori kesetimbangan gaya pada polygon tertutup tidak
berhasil dibuktikan. Setelah diolah, didapatkan 𝛴𝑀 di kedua titik, yaitu pada titik A
sebesar -0,01131 Nm dan pada titik B yaitu sebesar -0,02171 Nm . Pada akhirnya, teori
kesetimbangan tidak dapat dibuktikan karena seharusnya jumlah momen pada kedua titik
adalah 0.
VIII. Analisis Kesalahan
VIII.1. Gaya Konkueren
Dalam penentuan kesalahan relatif dengan persamaan Kr Px = |0-ƩP| x 100%
diperoleh kesalahan relatif untuk gaya-gaya yang bekerja pada sumbu x (Px) sebesar
41,9% dan gaya-gaya yang bekerja pada sumbu y (Py) sebesar 88,1%. Kesalahan
relatif tersebut dapat terjadi karena beberapa kesalahan:
1. Kesalahan Praktikan
Pada saat melakukan praktikum ada beberapa kesalahan yang terjadi seperti
praktikan kurang teliti dalam pengamatan dan pengambilan data yaitu pada
penentuan titik setimbang serta dalam pengamatan sudut sehingga data yang
dihasilkan kurang valid.
2. Alat Praktikum
Alat yang digunakan dalam praktikum tidak terlalu akurat sehingga
mempengaruhi kinerja dan keakuratan dari alat tersebut. Hal ini secara tidak
langsung dapat mempengaruhi hasil yang didapat.

VIII.2. Gaya Non konkuruen


Untuk kesalahan relative pada penentuan gaya non konkuren menggunakan
persamaan Kr M = |0-ƩM| x 100 didapatkan hasil sebesar 1,131 % pada titik A dan
2,171% pada titik B. Penyebab adanya kesalahan relatif karena ada beberapa
kekeliruan dalam pengambilan data serta dari alat yang kurang akurat sehingga
menimbulkan error yang dapat berpengaruh pada data yang didapatkan. Serta pada
saat pengambila data yaitu pada saat penentuan garis gaya-gaya terdapat kesalahan
pada saat tali diplot ke kertas menyebabkan adanya kesalahan paralaks kesalahan
paralaks.

IX. KESIMPULAN
1. Gaya-gaya yang setimbang memenuhi persyaratan ƩPx = ƩPy= ƩM 0
2. Kesalahan relatif pada praktikum Gaya Konkuren yaitu, Px = 41,9% dan
Py = 88,1 %
3. Kesalahan relatif pada praktikum Gaya Nonkonkuren yaitu, Ma = 1,131 % dan
Mb= 2,171%
4. Teori kesetimbangan pada praktikum dengan menggunakan cincin tunggal dan
cincin ganda belum terbukti dan dapat dilihat dari kesalahan relatif yang cukup
besar sehingga dapat dikatakan penentuan gaya-gaya yang bekerja menujukkan
pusat tidak statis.

MODUL 2

I. NAMA PRAKTIKUM
Gaya-Gaya Sejajar dan Tegak Lurus

II. TUJUAN
Untuk memeriksa apakah keseimbangan dapat terwujud ketika gaya-gaya paralel bekerja
pada struktur.

III. TEORI
Pada pelajaran mengenai keseimbangan terdapat 2 kasus khusus yang harus diperhatikan.
Kasus pertama sangat umum terjadi dimana semua gaya bekerja paralel dan tidak
membentuk poligon gaya. Sebuah meja dengan 3 gaya ke bawah akan diimbangi oleh 3
(tiga) reaksi ke atas oleh kaki-kaki meja. Keadaan ini dinyatakan dengan satu persamaan
yaitu Σ Pv = 0 dan persamaan lebih lanjut bergantung pada panggunaan keseimbangan
momen.

Kasus kedua terjadi ketika 2 (dua) buah gaya paralel, sama besar tetapi berlawanan arah
bekerja pada struktur yang beratnya dapat diabaikan.

Kasus ini memenuhi keseimbangan gaya-gaya vertikal (Σ Pv = 0) tetapi struktur akan


berputar kecuali jika diberikan momen tambahan seperti pada gambar (a). Momen
tambahan ini diberikan dengan cara yang ditunjukkan pada gambar (b), dimana sepasang
gaya sejajar Pb, sama besar dan berlawanan arah bekerja pada struktur
TEORI TAMBAHAN
Momen gaya terhadap suatu titik didefinisikan sebagai putaran akibat gaya yang
mempunyai jarak terhadap sumbu putarnya. Dalam kasus momen bidang (2D), besar
momen adalah hasil kali antara gaya dengan jaraknya ke titik putar/ sumbu. Yang
dirumuskan dengan: Mo = F.d
Salah satu dari prinsip mekanika yang cukup penting adalah Teori Varignon atau prinsip
resultan momen yang menyatakan bahwa: “Momen sebuah gaya terhadap sebuah titik
sama dengan jumlah momen dari komponenkomponen gaya tersebut terhadap titik yang
sama”. Momen kopel yang didefinisikan sebagai momen akibat adanya dua buah gaya
yang sejajar dengan besar sama tetapi arahnya berlawanan yang dipisahkan oleh jarak d
adalah jarak tegak lurus (perpendicular). Jika pada sebuah benda bekerja kopel-kopel
sebidang momen kopelnya dapat dinyatakan :

MR = ΣM

Sifat-Sifat Momen Kopel

1) Sebuah kopel dapat diganti dengan kopel yang lain yang arah dan besarnya sama.
2) Jumlah momen kopel dari kopel-kopel yang sebidang sama dengan jumlah aljabar
momen kopel dari kopel itu.

Resultan sebuah gaya dan sebuah kopel adalah gaya yang besarnya sama dengan gaya
𝑀
mula-mula dan letaknya bergeser sejauh : d = 𝐹

IV. PERALATAN
IV.1. Alat 1

1. Papan gaya
2. Pasak tengah
3. Pembuat garis
4. Katrol tunggal
5. Katrol ganda
6. Tali
7. Penggantung beban
8. Klip papan
9. Cincin
10. Cincin ganda

IV.2 Alat 2

1. Rangka batang Warrer dan pengimbang


2. Reaksi batang N dan pengimbang
3. Reaksi circular dan pengimbang
4. Tempat pengait tali sambungan

V. CARA KERJA
V.1. Gaya-Gaya Paralel
1. Melubangi pusat kertas A1 (perpotongan diagonal) dengan diameter
lubang 6 mm.
2. Melepas centre peg (pasak) dan pasang kertas pada papan bidang gaya dan
memasang kembali centre peg (pasak) melalui lubang yang tersedia.
3. Mengambil salah satu rangka batang dan meletakkan lubang pusat
gravitasi di atas pasak tengah papan gaya.
4. Memasang tali di lokasi reaksi perletakan pada katrol.
5. Menggunakan dua katrol ganda secara vertical di atas setiap ujung rangka
batang untuk mengetahui reaksi dan gantung beban langsung dari bawah
rangka batang pada lubang yang telah tersedia. Penggantung beban ikut
dihitung sebagai bagian dari keseluruhan beban sedangkan tali
penggantung diabaikan beratnya.
6. Menggantungkan beban ke rangka batang dan menambahkan beban ke
setiap tali pengimbang reaksi sehingga : (a) Rangka batang horizontal. (b)
Lubang pusat gravitasi tepat di tengah pasak tengah / centre peg. Pada
kondisi ini rangka batang akan seimbang, mengambang bebas akibat reaksi
vertikal dan gaya yang bekerja padanya.
7. Membaca dan mencatat beban total termasuk penggantung dan reaksinya.
8. Mengulangi percobaan dengan beban berbeda diletakkan di lubang
sambungan yang berbeda atau dengan rangka batang lainnya.

V.2. Gaya-Gaya Pararel yang Mengakibatkan Momen Kopel


1. Mengganti kertas gambar pada papan gaya dan pasang kembali pasak
tengah / centre peg.
2. Memasang lempengan bulat dengan lubang tengahnya di atas pasak
tengah dan pasang pengimbang dengan pengait sambungan yang tersedia.
Pilih 2 (dua) pasang lubang yang segaris dan berlawanan arah pada
lempeng dan pasang pengait pada kedua lubang tersebut.
3. Memasang katrol tunggal untuk pasangan beban pertama yang berlawanan
arah, contoh : A2 dan A2.
4. Memasang penstabil untuk menahan lempeng.
5. Mencatat arah dari gerakan lempeng dan putuskan arah untuk pasangan
beban yang sama besar dan berlawanan arah seperti B1 dan B2. Awalnya
gaya-gaya A vertikal dan gaya-gaya B horizontal.
6. Menambahkan beban yang sama beberapa Newton ke penggantung
beban vertikal.
7. Kemudian menyeimbangkan lempeng dengan menambah beban-beban
yang sama ke penggantung beban horizontal. Lempeng akan
menggantung bebas di sekitar pasak tengah dan stabil ketika
kesetimbangan tercapai.
8. Menglangi percobaan menggunakan posisi beban yang berbeda dan
variasi lebih lanjut.
9. Akhirnya dengan beban-beban A vertikal, menggerakkan katrol untuk B1
dan B2 ke atas dan ke bawah dengan jarak yang sama. Hal ini akan
menghasilkan perputaran yang seimbang untuk beban B yang menjaganya
agar tetap paralel.
10. Mengulangi usaha menyeimbangkan rangka batang untuk mencapai
keseimbangan dan mencatat beban dan garis kerja gayanya.
11. Menggambar garis kerja gaya di kertas gambar.
VI. PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

Gambar 5. Data Gaya MetodePotongan


0,8 0,8

0,8 0,8

 Hasil Percobaan: F1= 0,8 N


F2= 0,6 N
 Hasil Teoritis: = 0
F1.10 + F2.20-Vb.30= 0
0,8.10 + 0,6.20= 30 Vb
8 + 12 = 30 Vb
20 = 30 Vb
 Vb = 0,67 N
-F1.20-F2.10+30Va= 0
30 Va = F1.20 + F2.10
30 Va = 0,8.20 + 0,6.10
30 Va = 16 + 6
30 Va = 22
 Va = 0,73 N
 (Va+Vb) - (F1+F2) = 0
(0,73N + 0,67N) – (0,8N + 0.6N) = 0
1,4 N – 1,4 N = 0 (benar)
𝑉𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡𝑖𝑠−𝑉𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛
Kesalahan Relatif = | |
𝑉𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑡𝑖𝑠
0,67−0,8
Kesalahan Relatif Vb = | | x 100% = 19,4%
0,67
0,73−0,6
Kesalahan Relatif Va = | | x 100% = 17,8%
0,73
VII. ANALISA PRAKTIKUM
VII.1. Analisis Percobaan

Pada percobaan gaya-gaya sejajar dan tegak lurus, secara umum sama dengan
percobaan polygon gaya, yaitu mencari keseimbangan dari suatu sistem gaya.
Bedanya, pada percobaan ini digunakan alat tambahan berupa rangka batang. Jadi,
praktikan akan membandingkan gaya yang diperoleh dari praktikum dengan besar
gaya berdasarkan perhitungan/analitis.
Pertama, praktikan menggantungkan rangka batang di pasak pada papan gaya.
Kemudian dengan menggunakan tali, praktikan menghubungkan setiap ujung rangka
batang dengan katrol yang terdapat pada papan gaya. Setelah itu, praktikan
merekayasa hingga rangka batang berada dalam keadaan setimbang. Keadaan
setimbang diperoleh ketika lubang pada rangka batang yang dihubungkan ke pasak
berada pada posisi melayang/berada di tengah-tengah pasak dan sisi alas rangka
batang membentuk garis lurus horizontal. Setelah tercapai kondisi setimbang,
praktikan mencatat berat dari masing-masing beban yang diberikan pada rangka
batang tersebut. secara grafis.

VII.2. Analisis Data dan Hasil


Pada percobaan ini, diperoleh besarnya gaya-gaya luar yang terdapat pada rangka
batang. Pada percobaan gaya yang bekerja pada rangka batang berlaku persamaan
keseimbangan gaya yang bekerja pada arah vertikal dan horizontal. Gaya-gaya yang
bekerja menuju atas memiliki nilai gaya yang sama yaitu 0,6 N sehingga
menimbulkan gaya reaksi akibat adanya gaya kebawah yang kedua-duanya memiliki
gaya sebesar 0,8 N. Setelah memperoleh gaya-gaya tersebut, kemudian praktikan
mencoba mencari gaya reaksi di titik A dan titik B secara analitis. Setelah melalui
pengolahan data, didapatkanlah jumlah Fx sebesar 0,08 dan Fy sebesar 0,323. Tentu
saja hal ini menyatakan bahwa rangka batang yang praktikan teliti tidak statis dan
tidak berada pada kondisi setimbang layaknya asumsi awal.

Untuk mencari gaya reaksi tersebut, praktikan menggunakan formula ΣMa=0 untuk
mencari besarnya reaksi perletakan di B (Vb) dan ΣMb=0 untuk mencari besarnya
reaksi perletakan di A (Va) dan asumsi momen searah jarum jam bernilai negatif dan
momen berlawanan jarum jam bernilai positif. Secara analitis, Va sebesar 0,73 N dan
Vb sebesar 0.67 N. sedangkan saat praktikum, diperoleh Va sebesar 0,8 N dan Vb
sebesar 0,6 N. Perbedaan nilai Va dan Vb teoritis dengan percobaan yang cukup jauh
menunjukan adanya kesalahan relatif yang cukup signifikan pada percobaan kali ini.
Maka dari itu, teori kesetimbangan tidak dapat dibuktikan pada praktikum kali ini.

VII.3. Analisis Kesalahan


Setelah melakukan langkah-langkah analitis dan praktikum mengindikasikan adanya
kesalahan yang terjadi selama praktikum berlangsung. Hal tersebut secra teoritis
dapat dibuktikan dengan adanya nilai kesalahan relatif yaitu sebesar 17,8 % pada Va
dan Vb sebesar 19,4%.
Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kesalahan pada praktikum:
1. Kesalahan Praktikan
Kesalahan yang masih terjadi selama praktikum yang disebabkan oleh adanya
ketidak telitian praktikan dalam menentukan kondisi setimbang dari rangka batang
atau dalam penentuan ketepatan rangka batang terhadap lubang acuan pusat gaya
tersebut, sehingga mengurangi keakuratan dari hasil yang diperoleh. Selain itu,
kesalahan lain yang disebabkan oleh praktikan yaitu kekurang telitian dalam
mencatat gaya-gaya yang bekerja pada sistem rangka batang tersebut.

2. Kesalahan Alat

Kesalahan praktikum yang disebabkan karena alat diantaranya alat yang sudah tua
dan digunakan berkali-kali, sehingga mengurangi kinerja dan keakuratan dari hasil
yang didapatkan.
3. Kesalahan Paralaks
Kesalahan paralaks yang masih terjadi seperti ketidak telitian praktikan dalam
menghitung dan mencatat besarnya gaya yang terjadi pada rangka batang tersebut
serta pada saat pengamatan sudut yang dibentuk.

VIII. KESIMPULAN

 Besarnya reaksi perletakan di A (Va) secara analitis sebesar 0,73 N dan saat
praktikum diperoleh sebesar 0,8 N.

 Besarnya reaksi perletakan di B (Vb) secara analitis sebesar 0,67 N dan saat
praktikum diperoleh sebesar 0,6 N.
 Kesalahan relatif yang terjadi pada perletakan A (Va) sebesar 17,8 % dan pada
perletakan B (Vb) sebesar 19,4%.

 Besar Va dan Vb secara analitis terbukti benar karena saat diakumulasikan dengan
gaya luar lainnya yang bekerja pada rangka batang tersebut, memenuhi persamaan
kesetimbangan (ΣV=0).
 Teori kesetimbangan pada praktikum dengan menggunakan rangka batang belum
terbukti.

IX. REFERENSI
http://staffnew.uny.ac.id/upload/198504072010121006/pendidikan/6.+Modul_Pembe
lajaran_MEKTEK+II.pdf
https://www.academia.edu/29577439/LAPORAN_PRAKTIKUM_MEKANIKA_BE
NDA_PADAT_MODUL_A
https://www.academia.edu/32094639/Modul_MEK

X. LAMPIRAN

Gambar5. Proses penambahan beban

Sumber :Dokumentasi Penulis, 2019


Gambar6. Proses penentuan kesetimbangan

Sumber :Dokumentasi Penulis, 2019

Gambar7. Proses penentuan kestimbangan papan gaya

Sumber :Dokumentasi Penulis, 2019


Gambar8. Proses sketsa garis gaya

Sumber :Dokumentasi Penulis, 2019

Anda mungkin juga menyukai