Anda di halaman 1dari 29

PEDOMAN PELAYANAN I G D – Instalasi Gawat Darurat.

BAB I PENDAHULUAN.

A. Latar Belakang.

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.

Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan yang dapat memberikan tindakan yang cepat dan
tepat pada seorang atau kelompok orang agar dapat meminimalkan angka kematian dan
mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Upaya peningkatan gawat darurat ditujukan
untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat menanggulangi pasien gawat darurat baik
dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan bencana.

Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita gawat darurat, maka diperlukan peningkatan
pelayanan gawat darurat baik yang diselenggarakan ditempat kejadian, selama perjalanan ke
rumah sakit, maupaun di rumah sakit.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat standar pelayanan
yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang
diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD RS … khususnya.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat darurat di IGD
harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat RS Sumber Sejahtera.

B.Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi

1. Pasien dengan kasus True Emergency.


Yaitu pasien yang tiba – tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat) bila tidak
mendapat pertolonngan secepatnya.
2. Pasien dengan kasus False Emergency.
Yaitu pasien dengan :
– Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
– Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya.
– Keadaan tidak gawat dan tidak darurat.
C. Batasan Operasional

1. Instalasi Gawat Darurat.


Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama pada pasien
dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai
multidisiplin.
2. Triage.
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma / penyakit
serta kecepatan penanganan / pemindahannya.
3. Prioritas.
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan
yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
4. Survey Primer.
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa.
5. Survey Sekunder.
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan anatomi yang
akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital yang
ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat.
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak mendapat pertolongan
secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat.
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat misalnya
kanker stadium lanjut.
8. Pasien Darurat Tidak Gawat.
Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat.
Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya.
10. Kecelakaan ( Accident ).
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian :
 Kecelakaan lalu lintas.
 Kecelakaan di lingkungan rumah tangga.
 Kecelakaan di lingkungan pekerjaan.
 Kecelakaan di sekolah.
 Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat rekreasi,
perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
2. Mekanisme kejadian:
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
– Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
-Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
11. Cidera.
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
12. Bencana.
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu system / organ di bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat.
2. Pernafasan.
3. Kardiovaskuler.
4. Hati.
5. Ginjal.
6. Pancreas.

Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :

1. Trauma / cedera,
2. Infeksi,
3. Keracunan ( poisoning ),
4. Degerenerasi ( failure),
5. Asfiksi,
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of water and
electrolit ),
7. Dan lain-lain.

Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan hipoglikemia dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4 – 6 ), sedangkan kegagalan sistim/organ yang
lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.

Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam


mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :

1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat.


2. Kecepatan meminta pertolongan.
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan.
4. Ditempat kejadian.
5. Dalam perjalanan ke rumah sakit.
6. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit.

D. Landasan Hukum :

1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 0701 / YANMED / RSKS / GDE / VII / 1991
Tentang Pedoman Pelayanan Gawat Darurat
4. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
5. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

BAB 2 – STANDAR KETENAGAAN.

A. Kualifikasi SDM.

1. Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM IGD adalah :


Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan
SKp / SKM / Bersertifikat
1 As Men Pelayanan Keperawatan
Setingkat BLS/BTCLS/PPGD
Bersertifikat
2 Ka Ru IGD D III Keperawatan
BLS/BTCLS/PPGD
Bersertifikat ACLS/ATLS
3 Ka Instalasi Gawat Darurat Dokter Umum
Bersertifikat
4 Perawat Pelaksana IGD D III Keperawatan
BLS/BTCLS/PPGD
Bersertifikat ACLS/ATLS
5 Dokter IGD Dokter Umum

6 TPK SMU

B. Distribusi Ketenagaan

Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Gawat Darurat yaitu :

1. Untuk Dinas Pagi :yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal
bersertifikat BLS.
Kategori :
– 1 orang Ka Ru,
– 1 orang Pelaksana.
2. Untuk Dinas Sore :yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal
bersertifikat BLS.
Kategori :
– 1 orang Penanggung Jawab Shift.
– 1 orang Pelaksana.
3. Untuk Dinas Malam : yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal
bersertifikat BLS. Kategori :
– 1 orang Penanggung Jawab Shift.
– 1 orang Pelaksana

Pengaturan Jaga.

1. Pengaturan Jaga Perawat IGD.


o Pengaturan jadwal dinas perawat IGD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
Kepala Ruang (Karu) IGD dan disetujui oleh Asisten Manajer Pelayanan
Keperawatan.
o Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana IGD setiap satu bulan..
o Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
o Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat tentang kegawat daruratan.
o Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur
dan cuti.
o Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka perawat yang
bersangkutan harus memberitahu Karu IGD : 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam
sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Karu IGD,
diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, Apabila
perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka KaRu
IGD akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang hari itu libur atau
perawat IGD yang tinggal di asrama.
o Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka KaRu IGD akan mencari perawat pengganti
yang hari itu libur atau perawat IGD yang tinggal di asrama. Apabila perawat
pengganti tidak di dapatkan, maka perawat yang dinas pada shift sebelumnya
wajib untuk menggantikan.(Prosedur pengaturan jadwal dinas perawat IGD sesuai
SOP terlampir).
2. Pengaturan Jaga Dokter IGD
o Pengaturan jadwal dokter jaga IGD menjadi tanggung jawab Ka Instalasi Gawat
Darurat dan disetujui oleh Manajer Pelayanan.
o Jadwal dokter jaga IGD dibuat untuk jangka waktu 1 bulan serta sudah diedarkan
ke unit terkait dan dokter jaga yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di
mulai.
o Apabila dokter jaga IGD karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
1. Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan
ke Ka Instalasi Gawat Darurat paling lambat 3 hari sebelum tanggal jaga,
serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga
2. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat wajib untuk
mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang
pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter
jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib
untuk menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai
SOP terlampir).
3. Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus
menginformasikan ke Ka Instalasi Gawat Darurat dan di harapkan dokter
tersebut sudah menunjuk dokter jaga pengganti, apabila dokter jaga
pengganti tidak didapatkan, maka Ka Instalasi Gawat Darurat wajib untuk
mencarikan dokter jaga pengganti, yaitu digantikan oleh dokter jaga yang
pada saat itu libur atau dirangkap oleh dokter jaga ruangan. Apabila dokter
jaga pengganti tidak di dapatkan maka dokter jaga shift sebelumnya wajib
untuk menggantikan.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter IGD sesuai
SOP terlampir).

III. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen

 Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Manager Pelayanan.
 Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3 bulan serta sudah diedarkan ke
unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
 Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai dengan
jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat paling lambat 3 hari sebelum
tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen
pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan
ke Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat dan di harapkan dokter tersebut
sudah menunjuk dokter jaga konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti
tidak didapatkan, maka Manager Pelayanan wajib untuk mencarikan dokter jaga
konsulen pengganti.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter konsulen sesuai
SOP terlampir).

BAB III – STANDAR FASILITAS.


A. Denah Ruangan ( Buat Gambar Denah ).

B. Standar Fasilitas

1. Fasilitas & Sarana.


IGD RS Sumber Sejahtera berlokasi di lantai I gedung utama yang terdiri dari ruangan
Triase, ruang resusitasi , ruang tindakan bedah , ruangan tindakan non bedah dan
ruangan observasi.
Ruangan resusitasi terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur , ruangan tindakan bedah terdiri dari
satu (1 ) tempat tidur, ruangan tindakan non bedah terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur,
ruangan observasi terdiri dari 2 ( dua ) tempat tidur.
2. Peralatan.
Peralatan yang tersedia di IGD mengacu kepada buku pedoman pelayanan Gawat Darurat
Departermen Kesehatan RI untuk penunjang kegiatan pelayanan terhadap pasien Gawat
darurat.
Alat yang harus tersedia adalah bersifat life saving untuk kasus kegawatan jantung
seperti monitor dan defribrilator.

Alat – alat untuk ruang resusitasi :

1. Mesin suction ( 1 set ),


2. Oxigen lengkap dengan flowmeter ( 1 set ),
3. Laringoskope anak & dewasa ( 1 set ),
4. Spuit semua ukuran ( masing – masing 10 buah ).
5. Oropharingeal air way ( sesuai kebutuhan ).
6. Infus set / transfusi set ( 5 / 5 buah ).
7. Brandcard fungsional diatur posisi trendelenberg, ada gantungan infus & penghalang ( 1
buah ).
8. Gunting besar (1 buah ).
9. Defribrilator ( 1 buah ).
10. Monitor EKG ( 1 buah ).
11. Trolly Emergency yang berisi alat – alat untuk melakukan resusitasi ( 1 buah ).
12. Papan resusitasi ( 1 buah ).
13. Ambu bag ( 1 buah ).
14. Stetoskop ( 1 buah ).
15. Tensi meter ( 1 buah ).
16. Thermometer ( 1 buah ).
17. Tiang Infus ( 1 buah ).

Alat – alat untuk ruang tindakan bedah.

1. Bidai segala ukuran untuk tungkai, lengan, leher, tulang punggung (1 set ).
2. Verban segala ukuran :
– 4 x 5 em ( 5 buah ),
– 4 x10 em ( 5 buah ).
3. Vena seksi set ( 1 set ).
4. Extraksi kuku set ( 2 set ).
5. Hecting set ( 5 set ).
6. Benang – benang / jarum segala jenis dan ukuran:
– Cat gut 2/0 dan 3/0 ( 1 buah ),
– Silk Black 2/0 ( 1 buah ), 3/0 ( 1 buah ),
– Jarum ( 1 set ).
7. Lampu sorot ( 1 buah ).
8. Kassa ( 1 tromel ).
9. Cirkumsisi set ( 1 set ).
10. Ganti verban set ( 3 set ).
11. Stomach tube / NGT :
– Nomer 12 ( 3 buah );
– Nomer 16 ( 3 buah );
– Nomer 18 ( 2 buah )..
12. Spekulum hidung ( 2 buah ).
13. Spuit sesuai kebutuhan :
– 5 cc ( 5 buah ),
– 2.5 cc ( 5 buah ).
14. Infus set ( 1 buah ).
15. Dower Catheter segala ukuran : – Nomer 16 ( 2 buah ),- Nomer 18 ( 2 buah ).
16. Emergency lamp ( 1 buah ).
17. Stetoskop ( 1 buah )
18. Tensimeter ( 1 buah )
19. Thermometer ( 1 buah )
20. Elastis verban sesuai kebutuhan :- 6 inchi ( 1 buah ),- 4 inchi ( 2 buah ),- 3 inchi ( 1
buah ).
21. Tiang infus ( 2 buah )

Alat – alat untuk ruang tindakan non bedah :

9. Stomach tube / NGT : – Nomer 16 ( 2 buah ),- Nomer 18 ( 2 buah ),- Nomer 12 ( 3
buah ).
10. Urine bag ( 3 buah ).
11. Otoscope ( 1 buah )
12. Nebulizer ( 1 buah )
13. Mesin EKG ( 1 buah )
14. Infus set ( 1 buah )
15. IV catheter semua nomer ( 1 set )
16. Spuit sesuai kebutuhan :
– 1 cc ( 5 buah ),
– 2.5 cc ( 5 buah ),
– 5 cc ( 5 buah ),
– 10 cc ( 5 buah ),
– 20 cc ( 3 buah ),
– 50 cc ( 3 buah ),
17. Tensimeter ( 1 buah ).
18. Stetoskop ( 1 buah ).
19. Thermometer ( 1 buah ).
20. Tiang infus ( 1 buah ).

Alat – alat untuk ruang observasi :


1. Tensi meter ( 1 buah ).
2. Oxygen lengkap dengan flow meter ( 1 buah ).
3. Termometer ( 1 buah ).
4. Stetoskop ( 1 buah ).
5. Standar infus ( 1 buah ).
6. Infus set ( 1 set ).
7. IV catheter segala ukuran ( 1 set ).
8. Spuit sesuai kebutuhan :
– 1 cc ( 5 buah ),
– 2.5 cc ( 5 buah ),
– 5 cc ( 5 buah ),
– 10 cc ( 5 buah ),
– 20 cc ( 3 buah ),
– 50 cc ( 3 buah ).

Alat – alat dalam trolly emergency :

1. Obat Life saving ( terlampir pada standar obat IGD RS.


2. Obat penunjang ( terlampir pada standar obat IGD RS.

Alat – alat kesehatan.

1. Ambu bag / Air viva untuk dewasa & anak ( 1 buah / 1 buah ).
2. Oropharingeal airway : – Nomer 3 ( 2 buah ),- Nomer 4 ( 2 buah ).
3. Laringoscope dewasa & anak ( 1 set ).
4. Magyl forcep.
5. Face mask ( 1 buah )
6. Urine bag non steril ( 5 buah ).
7. Spuit semua ukuran.
8. Infus set ( 1 set).
9. Endotracheal tube ( dewasa & anak ) :
– Nomer 2.5 ( 1 buah ),
– Nomer 3 ( 1 buah ),
– Nomer 4 ( 1 buah ),
– Nomer 7 ( 1 buah ),
– Nomer 7.5 ( 1 buah ),
– Nomer 8 ( 1 buah ).
10. Slang oksigen sesuai kebutuhan
11. Stomach tube / NGT :
– Nomer 16 ( 2 buah ).
– Nomer 18 ( 2 buah ).
– Nomer 12 ( 3 buah ).

12. IV catheter sesuai kebutuhan :


– Nomer 18 Cath / Terumo ( 2 / 2 buah ).
– Nomer 20 Cath / Terumo ( 2 / 16 buah ).
– Nomer 22 Cathy / terumo ( 2 / 11 buah ).

13. Suction catheter segala ukuran :


– Nomer 10 ( 3 buah ).
– Nomer 12 ( 2 buah )

14. Neck collar Ukuran S / M ( 2 / 1 )

Ambulance

Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien RSSS saat ini memiliki 2 ( dua ) unit ambulance
yang kegiatannya berada dalam koordinasi IGD dan bagian umum.

Fasilitas & Sarana untuk Ambulance

1. Perlengkapan Ambulance
2. Ac
3. Sirine
4. Lampu rotater
5. Sabuk pengaman
6. Sumber listrik / stop kontak
7. Lemari untuk alat medis
8. Lampu ruangan
9. Wastafel
Alat & Obat untuk Ambulance.

1. Tabung Oksigen ( 1 buah )


2. Mesin suction ( 1 buah )
3. Monitor EKG 1 buah )
4. Stretcher ( 1 buah )
5. Scope ( 2 buah )
6. Piala ginjal ( 5 buah )
7. Tas Emergency yang berisi :
o Obat – obat untuk life saving (Cairan infus : RL, NaCL 0,9 % ( 5 / 10 kolf )

o Senter ( 2 buah )

o Stetoskop ( 3 buah )

o Tensimeter ( 1 buah )

o Piala ginjal ( 5 buah )

o Oropharingeal air way

o Gunting verban ( 2 buah )

o Tongue Spatel ( 1 buah )

o Reflex hummer ( 2 buah )

o Infus set ( 1 buah )

o IV chateter ( Nomer 20 , 18 : 2 : 2 )

o Spuit semua ukuran ( masing- masing 2 buah ).

Standar Obat IGD RS

OBAT LIVE SAVING

1. Injeksi
No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Oba
1. Adona AC 10 ml Ampul 6 Haemostatic
Anti asthmatic dan COPD
2. Alupent Ampul 2
preparations
Anti asmatic dan COPD
3. Aminophilin Ampul 14
preparations
4 Atropin sulfat Ampul 125 Anti spasmodics
5. Buscopan Ampul 14 Anti spasmodics
6 Catapres Ampul 3 Other Anti hypertensives
7 Cedation Ampul 5 Anti emetics
8 Cortidex Ampul 6 Corticosteroid Hormones
9 Diazepam Ampul 5 Minor Transquillizer
10 Dicynone Ampul 5 Haemostatics
11 Dormicum Asmpul Hypnotics dan sedatives
12 Ephinephrin Ampul 2 Asnastetic lokal & general
13 Lasik Ampul 16 Diuretics
14 Lidocain Ampul 94 Anastetic lokal
15 Metro clopramide Ampul 5 Anti emetik
16 Nicholin 250 mg Ampul 2 Neuroprotector
17 Nicholin 100 mg Ampul 2 Neoroprotector
18 Naotropil 1 gr Ampul 5 Neuroprotector
19 Novalgin Ampul 5 Analgetik
20 Orodexon Ampul 4 Anti inflamasi
21 Phenobarbital Ampul 2 Sedatif
22 Pethidine Ampul 2 Sedatif
23 Pulmicortn Naspv Ampul 8 Broncodilator
24 Ranitidine Ampul 5 Antacida
25 Remopain Ampul 5 Analgetik
26 Renatoc Ampul 2 Antacida
27 Toradol 50 mg Ampul 1 Analgetik
28 Panadol Ampul 5 Analgetik
29 Transamin Ampul 7 Haemostatics
30 Valium Ampul 14 Sedatif
31 Vit k Ampul 2 Anti perdarahan
32 Tramal 100 mg Ampul 1 Analgetik
33 ATS 1500 u Ampul 10 Anti tetanus
34 Vaksin Engerik B-In-1 Tube 3 Vaksinasi hepatitis
35 Vaccin Engerik o,5 ml Tube 2 Vaksinasi hepatitis
36 Kallium clorida Flacon 6 Elektrolit
37 Meylon 25 ml Flacon 9
38 Meylon 100 ml Flacon 1

1. Tablet

Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
Anti hypertensi/
1. Adalat 5 mg Tablet 10
Betabloker
Anti hypertensi /
2. Adalat 10 mg Tablet 10
Betabloker
3. Cedocard 5 mg Tablet 8 Anti anginal
4. Nitrobat Tablet 10 Nitrogliserida

c. Cairan Infus

Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
1. Asering Kolf 4
2. Dextrose 5 % 250 ml Kolf 2
3. Dextrose 5 % 500 ml Kolf 8
4 Dextrose 10 % 500ml Kolf 5
5. Dextrose In Saline 0,225 Kolf 2
6. Dextrose 0,5 Darrow Kolf 3
7. Kaen 3 B Kolf 1
8. Kaen 3 A Kolf 1
9. Larutan 2 A Kolf 7
10. Manitol 250 cc Kolf 2
11. Nacl 0,9 % 250 ml Kolf 1
12. Nacl 0,9 % 500 ml Kolh 5
13. Nacl 3 % Kolf 1
14. Ringer Dextrose Kolf 6
15 Ringer Lactat Kolf 13
16. Ringer Solution Kolf 2
17. Dex 40 % 25 ml Flalon 6
# Suppositoria

Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
1. Amicain Supp Supp 2 Anti emetik
2. Primperan sup Child Supp 3 Anti emetik
3. Primperan Sup Adult Supp 1 Anti emetik
Anti piretik,
4. Paracetamol Sup Supp 1
Analgetik
Anti piretik,
5. Propyretic 160 mg Supp 1
Analgetik
Anti piretik ,
6. Proris Sup Supp 6
Analgetik
7. Stesolid 5 mg rect Tube 5 Sedatif
8. Stesolid 10 mg rect Tube 7 Sedatif

2. OBAT PENUNJANG
3. Injeksi

No Nama Obat Satuan Jumlah Jenis Obat


1. Cedantron Ampul 5 Antiemetik
2. Calsium gluconas Ampul 3 Vitamin (elektrolit)
3. Zantadin Ampul 5 Antasida
4. Lanoxin Ampul 2 Cardiac drugs
5. Neurobion 5000 Ampul 5 Vitamin
6. Papaverin Ampul 12 Anti spasmudics
7. Sotatik Ampul 8 Anti emetik
8 Cortison Asetat Flacon 4 Anti inflamasi
9. Kanamycin 1 gr Flacon 10 Antibiotik
10. Procain Penicillin Flacon 2 Antibiotik
1. Obat tablet

Jenis Obat
No Nama Obat Satuan Jumlah
Anti coagulans, anti
1. Aspilet Tablet 7
trombotics
2. Inderal Tablet 5 Beta –Blockers
3. Inopamil Tablet 5
4. Isorbid Tablet 2 Cardiac drugs
5. Merislon Tablet 2 Anti vertigo
6. Propanolol Tablet 3 Beta Blockers
7. Strocain Tablet 5 Antacid& Antiulcerant
8. Norit Tablet 15
9. Ponstan Tablet 2 Analgetic& Antipiretic

BAB IV – TATA LAKSANA PELAYANAN.

#TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN

Petugas Penanggung Jawab

1.
o Perawat IGD

o Petugas Admission
2. Perangkat Kerja
o Status Medis

 Tata Laksana Pendaftaran Pasien IGD


1. Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga dibagian
admission ( SPO – IGD – 002 )
2. Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan securiti untuk mencari
identitas pasien
3. Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan
status untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.
4. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan
pendaftaran di bagian admission

# TATA LAKSANA SISTIM KOMUNIKASI IGD

 Petugas Penanggung Jawab


o Petugas Operator

o Dokter / perawat IGD

 Perangkat Kerja
o Pesawat telpon

o Hand phone

III. Tata Laksana Sistim Komunikasi IGD

1. Antara IGD dengan unit lain dalam RS Sumber Sejahtera adalah dengan nomor extension
masing-masing unit ( SPO – IGD – 026 )
2. Antara IGD dengan dokter konsulen / rumah sakit lain / yang terkait dengan pelayanan
diluar rumah sakit adalah menggunakan pesawat telephone langsung dari IGD dengan
menggunakan kode PIN yang dimiliki oleh dokter jaga atau melalui bagian operator
( SPO – IGD – 027 )
3. Antara IGD dengan petugas ambulan yang berada dilapangan menggunakan pesawat
telephone dan handphone ( SPO – IGD – 025 )
4. Dari luar RS Sumber Sejahtera dapat langsung melalui operator

#TATA LAKSANA PELAYANAN TRIASE

–Petugas Penanggung Jawab

– Dokter jaga IGD

–Perangkat Kerja

– Stetoscope

– Tensimeter

– Status medis

# Tata Laksana Pelayanan Triase IGD

1. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission ( SPO – IGD – 002 )


2. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan menentukan
prioritas penanganan.
3. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa / mengancam fungsi
vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi
4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi vital, bila
tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat
terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah / non bedah
5. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan biasa, tidak
perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan diruang
non bedah
D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT

 Petugas Penangung Jawab

– Dokter jaga IGD

 Perangkat Kerja

– Formulir Persetujuan Tindakan

 Tata Laksana Informed Consent


 Dokter IGD yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed consent
pada pasien / keluarga pasien ( SPO – IGD – 009 )disaksikan oleh perawat
 pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh perawat.
 Setelah diisi dimasukkan dalam status medik pasien.

# TATA LAKSANA TRANSPORTASI PASIEN

 Petugas Penanggung Jawab

– Perawat IGD

– Supir Ambulan

 Perangkat Kerja

– Ambulan

– Alat Tulis

# Tata Laksana Transportasi Pasien IGD

1. Bagi pasien yang memerlukan penggunaan ambulan RS Sumber Sejahtera sebagai


transportasi, maka perawat unit terkait menghubungi IGD ( SPO- IGD – 022 )
2. Perawat IGD menuliskan data-data / penggunaan ambulan (nama pasien ruang rawat
inap, waktu penggunaan & tujuan penggunaan
3. Perawat IGD menghubungi bagian / supir ambulan untuk menyiapkan kendaraan
4. Perawat IGD menyiapkan alat medis sesuai dengan kondisi pasien.

# TATA LAKSANA PELAYANAN FALSE EMERGENCY

 Petugas Penanggung Jawab


o Perawat Admission

o Dokter jaga IGD

 Perangkat Kerja
o Stetoscope

o Tensi meter

o Alat Tulis

# Tata Laksana Pelayanan False Emergency

1. Pasien / keluarga pasien mendaftar dibagian admission ( SPO – IGD – 002 )


2. Dilakukan triase untuk penempatan pasien diruang non bedah
3. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD
4. Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab
5. Bila perlu dirawat / observasi pasien dianjurkan kebagian admission.
6. Bila tidak perlu dirawat pasien diberikan resep dan bisa langsung pulang
7. Pasien dianjurkan untuk kontrol kembali sesuai dengan saran dokter

# TATA LAKSANA PELAYANAN VISUM ET REPERTUM

1. Petugas Penanggung Jawab


 Petugas Rekam Medis
 Dokter jaga IGD

1. Perangkat Kerja
o Formulir Visum Et Repertum IGD

#. Tata Laksana Pelayanan Visum Et Repertum

1. Petugas IGD menerima surat permintaan visum et repertum dari pihak kepolisian
( SPO – IGD – 030 )
2. Surat permintaan visum et repertum diserahkan kebagian rekam medik
3. Petugas rekam medik menyerahkan status medis pasien kepada dokter jaga yang
menangani pasien terkait
4. Setelah visum et repertum diselesaikan oleh rekam medik maka lembar yang asli
diberikan pada pihak kepolisian

#TATALAKSANA PELAYANAN DEATH ON ARRIVAL ( DOA )

Petugas Penanggung Jawab

 Dokter jaga IGD


 Petugas Satpam

 Perangkat Kerja

1.
o Senter

o Stetoscope

o EKG

o Surat Kematian

# Tata Laksana Death On Arrival IGD ( DOA )

1. Pasien dilakukan triase dan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD ( SPO – IGD – 029 )
2. Bila dokter sudah menyatakan meninggal, maka dilakukan perawatan jenazah
3. Dokter jaga IGD membuat surat keterangan meninggal
4. Jenazah dipindahkan / diserah terimakan di ruangan jenazah dengan bagian umum /
keamanan

# LAKSANA SISTIM INFORMASI PELAYANAN PRA RUMAH SAKIT

– Petugas Penanggung Jawab

 Perawat IGD

1. Perangkat Kerja
o Ambulan

o Handphone

# Tata Laksana Sistim Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit

1. Perawat yang mendampingi pasien memberikan informasi mengenai kondisi pasien yang
akan dibawa, kepada perawat IGD RS Sumber Sejahtera.
2. Isi informasi mencakup :
o Keadaan umum ( kesadaran dan tanda – tanda vital )

o Peralatan yang diperlukan di IGD ( suction, monitor, defibrillator )

o Kemungkinan untuk dirawat di unit intensive care ( SPO – IGD – 024 )

o Perawat IGD melaporkan pada dokter jaga IGD & PJ Shift serta menyiapkan hal-
hal yang diperlukan sesuai dengan laporan yang diterima dari petugas ambulan.
o #TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN

Petugas Penanggung Jawab

 Dokter IGD
 Perawat IGD

1. Perangkat Kerja
o Ambulan
o Formulir persetujuan tindakan

o Formulir rujukan

III. Tata Laksana Sistim Rujukan IGD

1. Alih Rawat
o Perawat IGD menghubungi rumah sakit yang akan dirujuk

o Dokter jaga IGD memberikan informasi pada dokter jaga rumah sakit rujukan
mengenai keadaan umum pasein ( SPO – IGD – 020 )
o Bila tempat telah tersedia di rumah sakit rujukan, perawat IGD menghubungi RS
Sumber Sejahtera / ambulan 118 sesuai kondisi pasien
2. Pemeriksaan Diagnostik

 Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh dokter jaga mengenai tujuan pemeriksaan
diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi informed consent
 Perawat IGD menghubungi rumah sakit rujukan
 Perawat IGD menghubungi petugas ambulan RS Sumber Sejahtera

3. Spesimen

 Pasien / keluarga pasien dijelaskan mengenai tujuan pemeriksaan specimen


 Bila keluarga setuju maka harus mengisi inform consent
 Dokter jaga mengisi formulir pemeriksan, dan diserahkan kepetugas laboratorium
 Petugas laboratorium melakukan rujukan ke laboratorium yang dituju

BAB V – LOGISTIK

BAB VI – KESELAMATAN PASIEN.

# Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )

Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

Sistem tersebut meliputi :

 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

Tujuan

 Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit


 Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
 Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

STANDAR KESELAMATAN PASIEN

1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )

ADVERSE EVENT :

Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan
medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah

Unpreventable Adverse Event :

Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )

Near Miss :

Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi
cedera serius tidak terjadi :

 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS

Medical Errors:

Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL

Sentinel Event :

Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada
bagian tubuh yang salah.

Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada
kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya
masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

1. TATA LAKSANA

1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Melaporkan pada dokter jaga IGD
3. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter jaga
4. Mengobservasi keadaan umum pasien
5. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir “ Pelaporan Insiden Keselamatan”

BAB VII – KESELAMATAN KERJA.

A. Pendahuluan

HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi
karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15
tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 – 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru
25% terjadi di Negara – negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat
bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke
masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada
pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan
hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan
hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering
tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk


mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran
infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau
“Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan
pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi,
oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko
tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

B. Tujuan

1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko
tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan
paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

 Tindakan yang beresiko terpajan


o Cuci tangan yang kurang benar.

o Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.

o Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.

o Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.

o Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.

o Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

C. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga
higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut
dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII – PENGENDALIAN MUTU;

Idikator mutu yang digunakan di RS Sumber Sejahtera dalam memberikan pelayanan adalah
angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan dengan varibel jumlah penderita yang
dilayani > 5 menit berbanding dengan jumlah penderita gawat darurat hari yang sama.

Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap bulan pada panitia mutu dan direktur pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai