Anda di halaman 1dari 10

A.

Alat-alat untuk mengukur Debit dan Kecepatan Aliran

1. Current Meter
Alat ukur kecepatan aliran. Alat ini paling umum digunakan karena dapat menghasilkan
ketelitian yang cukup baik. Prinsip kerja alat ukur ini adalah dengan mencari hubungan
antara kecepatan aliran dan kecepatan putaran baling-baling current meter tersebut.
Umumnya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:
V  an  b
2. Velocity Head Road
Alat untuk mengukur kecepatan aliran. Dengan alat ini hasil pengukuran yang didapat
juga tidak begitu teliti dan yang terukur adalah kecepatan aliran permukaan. Sebaiknya
digunakan pada pengukuran yang dikehendaki secara cepat pada kecepatan aliran yang
lebih besar dari 1m/detik. Cara pengukuran dapat dijelaskan sebagai berikut ini (lihat
gambar).

3. Pengukuran Kecepatan Arus dengan Pelampung (Float)


Pengukuran kecepatan aliran dengan menggunakan pelampung dapat dilakukan apabila
dikehendaki besaran kecepatan aliran dengan tingkat ketelitian yang relatif rendah. Cara
ini masih dapat digunakan untuk praktek dalam keadaan:
Untuk memperoleh gambaran kasar tentang kecepatan aliran,
karena kondisi sungai yang sangat sulit diukur, misal dalam keadaan banjir, sehingga
dapat membahayakan petugas pengukur.

Cara Pengukuran
Cara pengukuran adalah dengan prinsip mencari besarnya waktu yang diperlukan
untuk bergeraknya pelampung pada sepanjang jarak tertentu. Selanjutnya kecepatan
rerata arus didekati dengan nilai panjang jarak tersebut dibagi dengan waktu
tempuhnya. Pengukuran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut ini.
Tetapkan satu titik pada salah satu sisi sungai, misal ditandai dengan patok kayu atau
pohon dan satu titik yang lain di seberang sungai yang jika dihubungkan dua titik
tersebut akan berupa garis tegak lurus arah aliran.
Tentukan jarak L, misal 20 meter dari garis yang dibuat pada langkah pertama dan
buat garis yang sama (tegak lurus aliran) pada titik sejauh L tersebut.
Hanyutkan pelampung (dapat berupa sembarang benda yang dapat terapung, misal
bola ping-pong, gabus, kayu dll.) pada tempat di hulu garis pertama, pada saat
melewati garis pertama tekan tombol stopwatch dan ikuti terus pelampung tersebut.
Pada saat pelampung melewati garis kedua stopwatch ditekan kembali, sehingga
didapat waktu aliran pelampung yang diperlukan T.
Kecepatan arus dapat dihitung dengan L/T (m/det).

B. Alat-alat untuk mengukur Elevasi Sungai


Papan duga adalah alat untuk Mengukur Elevasi/Muka air di sungai secara manual.
Papan duga terbuat dari papan (batang) dengan diberi skala ukuran (cm) dipasang pada
tempat yang sudah dipilih. Papan duga di tanam/didirikan vertikal pada tepi sungai.
Penempatan dilakukan sedemikian hingga kedudukannya stabil. Posisi dari papan duga
ini juga diikat dengan suatu referensi misalnya bench mark (BM) terdekat atau bangunan
tetap lainnya yang telah diketahui posisinya.

Kelemahan :
Ketelitian tinggi sulit dicapai karena tergantung dari pengamatannya.
Interval waktu pengamatan muka air terlalu panjang kemungkinan akan banyak
informasi penting seperti puncak-puncak banjir, debit-debit terendah, tidak dapat
tercatat.

Ada dua metode dalam pengukuran tinggi muka air, yaitu : Secara Manual dengan
menggunakan papan duga biasa dan secara otomatik dengan AWLR (Automatic Water
Level Recorder).

1. Secara manual dengan menggunakan papan duga biasa


a. Papan duga (tegak) tunggal

b. Papan duga (tegak) Bertingkat

c. Papan duga Miring

2. Secara otomatik dengan AWLR (Automatic Water Level Recorder)

a. AWLR dengan Pelampung


Alat pengukur permukaan air ini harus dilindungi terhadap gelombang dan aliran
dengan sumur penenang (sumur pengamatan).
Pemasangan sumur pengamatan dapat dilakukan di sungai atau didaratan
b. AWLR Pneumatik Type (pneumatik water lever recorder)
Alat jenis ini sangat mudah pemakaiannya dan sangat mudah dipindah-pindah
(portable), namun secara umum ketelitiannya agak rendah. Oleh karena itu banyak
digunakan dalam penelitian- penelitian tingkat awal.

Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang terbawa oleh air, angin,
maupun gletser. Pengendapan ini bisa terjadi di darat, laut, maupun sungai. Material yang
terbawa merupakan material yang berasal dari pengikisan atau pelapukan. Pelapukan ini bisa
berasal dari pelapukan kimia, fisika, dan mekanik. Pengendapan yang berlangsung lama,
akan membentuk batuan sedimen. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses
sedimentasi. Sebagian besar batu di bumi adalah batuan sedimentasi.

Sedimentasi sendiri dibagi menjadi 2, yaitu berdasarkan tenaga pengangkutnya, yaitu air,
angin, dan gletser. Serta berdasarkan tempat terjadinya sedimentasi itu sendiri. Yaitu
sedimentasi fluvial, marine, glasial dan teristis. Berikut kita bahas proses sedimentasi
berdasarkan tenaga pengangkutnya.

1. Sedimentasi Aquatis

Proses Sedimentasi Aquaris


Sedimentasi Aquatis adalah sedimentasi yang dilakukan oleh air. Sedimentasi oleh air ini,
membawa materi melalui aliran air. Proses ini mengandalkan kekuatan aliran air. Disaat
aliran air kuat, maka materi akan terbawa, disaat aliran air melemah, maka materi akan
mengendap didasar.

. Sedimentasi aquatis dibagi menjadi dua, yaitu fluvial dan marine.

a. Sedimentasi Fluvial
Sedimentasi fluvial adalah proses sedimentasi yang dilakukan olah air sungai dan
berlokasi di sungai. Sedimentasi oleh air sungai, biasanya terjadi di dataran rendah, akibat
dari sifat air yang mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sedimentasi
ini, biasanya juga menghasilkan pendangkalan di muara sungai. Oleh karena itu, daerah
muara sungai lebih berpotensi banjir.

Sedimentasi fluvial, memiliki peran besar dalam memberi bentuk kepada sungai- sungai.
Sedimentasi fluvial dibagai ke dalam 5 kelompok. Pembagian ini terjadi karena
perbedaan lokasi pengendapan. Ke 6 bentuk sedimen ini adalah:

1) Alluvial
Alluvial atau alluvial fan adalah sebuah sungai yang mengalami perubahan kekuatan
arus secara cepat. Akibatnya, materi yang terbawa, terendap secara tiba- tiba di dasar.
Endapan ini biasanya berbentuk kerucut, akibat perubahan arus yang cepat. Alluvial
biasanya terjadi di sekitar lereng pegunungan maupun dasar lembah.
2) Meander
Meander adalah sungai yang berkelok- kelok. Kelokan- kelokan ini terjadi akibat
pengendapan yang terjadi di tikungan- tikungan sungai. Aliran sungai di sekitar
tikungan sungai memiliki arus yang lebih lemah dari pada aliran yang berada di luar
tikungan. Akibatnya, pengendapan terjadi di dalam tikungan, dan erosi terjadi di luar
tikungan, sehingga membentuk lekukan- lekukan sungai yang cantik.

3) Dataran Banjir
Dataran banjir atau disebut floodplain adalah dataran yang berada di sebelah kanan
dan kiri sungai. Dataran ini terus mendapat pengendapat materi yang dibawa oleh air
secara terus menerus. Akibatnya, sekitar bagian kanan dan kiri sungan lebih tinggi
dari daerah sekitarnya. Dataran ini disebut dataran banjir, karena saat volume air
sedang tinggi, dataran ini akan mengalami kebanjiran, dengan menyisakan sedikit sisa
dataran yang lebih tinggi. Tapi saat air mulai surut, dataran ini akan muncul kembali.
Saat air surut itulah, materi menjadi terendap di kanan dan kiri sungai

4) Danau Tapal Kuda


Danau tapal kuda atau oxbow adalah sungai yang terputus, akibat adanya
pengendapan terus menerus. Sungai ini, biasanya berbentuk seperti tapal kuda.
Pengendapan ini, menyebabkan salah satu dari tikungan yang ada di sungai terputus,
dan menyebabkan sungai baru yang tersendiri.

5) Delta
Delta adalah tanah luas yang berada disekitar muara. Delta terbentuk dari hasil
endapan material yang berlangsung secara terus menerus. Terjadinya delta, akibat dari
terendapnya pasir di dasar sungai, sedangkan lumpur dan batuan tetap terbawa hingga
ke laut. Untuk menjadi delta, dibutuhkan banyak materi sedimen yang dibawa oleh
air, muara memiliki arus yang tidak kencang dan dangkal.

b. Sedimentasi Marine

Sedimentasi marine adalah sedimentasi yang terjadi oleh air laut dan terjadi di laut.
Sedimentasi ini, terjadi akibat dari perubahan arus laut, yang mengendapkan materi
kedalam dasar laut. Sedimentasi ini juga terjadi akibat adanya air pasang dan air surut.
Air pasang membawa material, lalu saat surut, material itu mengendap. Pengendapan
yang terus bertumpuk, menyebabkan endapan ini naik ke permukaan laut. Sehingga
membentuk pulau- pulau atau dataran kecil yang indah. Ada 4 bentuk yang terjadi akibat
dari sedimentasi marine.

1) Spit – Spit adalah dataran panjang yang berada di sekitar pantai. Dataran ini terjadi
akibat arus pantai yang membawa materi endapan ke laut, dan mengendap di dasar
laut. Materi ini, berasal dari pasir di sekitar pesisir pantai. Spit dapat terus semakin
panjang, jika terus terjadi arus laut yang membawa materi endapan ke laut.
2) Tombolo – Tombolo adalah jembatan alami yang menghubungkan pulau besar
dengan pulau kecil di dekatnya. Proses terjadinya tombolo sama dengan spit.
Tombolo biasa dijadikan sebagai jembatan untuk menuju pulau di tengah laut oleh
masyarakat.
3) Penghalang Pantai – Penghalang pantai adalah, tanggul alami yang terbentuk akibat
sedimentasi. Penghalang pantai, pada dasarnya adalah spit yang terus memanjang, dan
mengitari bibir pantai. Sehingga seperti tanggul.
4) Gosong – Gosong adalah dataran kecil yang terbentuk di tengah- tengah laut. Gosong
terjadi akibat perubahan arus laut yang terjadi secara tiba- tiba. Berbeda dengan
alluvial yang biasanya berbentuk seperti kerucut, gosong berbentuk datar, rata, dan
lebar. Biasanya gosong memiliki bentuk- bentuk yang unik, dan beberapa kali
menjadi lokasi untuk iklan rokok.
5) Nehrung – Nehrung adalah bukit pasir yang berada di sekitar pantai. Air laut yang
menuju pantai, membawa materi, yang kemudian mengendapkannnya di pantai.

2. Sedimentasi Aeris

Proses Sedimentasi Aeris


Sedimentasi Aeris adalah sedimentasi yang dilakukan oleh angin. Angin membawa materi-
materi endapan, dan menjatuhkannya ke darat saat kekuatan dari angin itu melemah. Materi
yang dibawa oleh angin biasanya adalah tanah pasir. Endapan pasir yang terus bertumpuk,
makin lama akan menjadi gundukan.

Gundukan ini disebut sebagai bukit pasir. Gundukan ini juga bisa disebut sebagai Sand
Dune atau gumuk pasir. Gundukan pasir ini, mudah kita jumpai disekitar gurun maupun
disekitar pantai

Dilihat dari tempat, sedimentasi oleh angin ini termasuk dalam sedimentasi teristris.
Sedimentasi teristris adalah sedimentasi yang terjadi di darat.

3. Sedimentasi Gletser

Proses Sedimentasi Glasial


Sedimentasi glasial adalah sedimentasi yang dilakukan oleh es atau gletser. Sedimentasi ini
terjadi karena adanya moraine. Moraine adalah batu kerikil, pasir, dan materi lainnya yang
terbawa oleh es, dan mengendap. Sedimentasi oleh gletser juga mengelir dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah.

a. Oscar : Sedimen yang berbentuk punggung sempit dan panjang


b. Kame : Sedimen yang berbentuk dataran tinggi.
c. Drumlin : Sedimen yang berbentuk bukit kecil
d. Till Plain : Sedimen yang berbentuk dataran.
Tugas 2.1 Perubahan Bentuk karena Pemanfaatan Sungai

1. Scouring/Gerusan papa Pilar Jembatan


Gerusan adalah proses semakin dalamnya dasar sungai karena interaksi antara aliran
dengan dasar sungai. Pada Jembatan, gerusan sering terjadi pada pilar jembatan. Secara
umum Adanya gerusan dapat menjadi masalah yang bisa membahayakan kestabilan
struktur jembatan atau pun bangunan air lainnya. Jika didefinisikan secara umum,
Gerusan (scouring) merupakan suatu proses alamiah yang terjadi di sungai sebagai akibat
pengaruh morfologi sungai (dapat berupa tikungan atau bagian penyempitan aliran
sungai) atau adanya bangunan air ( hydraulic structur) seperti: jembatan, bendung, pintu
air, dan lain-lain.

Berikut ini adalah jenis – jenis scouring sebagai berikut.

a. Gerusan umum (general scour)


Gerusan umum ini merupakan suatu proses alami yang terjadi pada sungai sehingga
akan menimbulkan degradasi dasar. Gerusan Umum disebabkan oleh energi dari
aliran air. Gerusan akibat penyempitan di alur sungai (contraction scour)
b. Gerusan Lokal (Local Scour)
Gerusan lokal ini pada umumnya diakibatkan oleh adanya bangunan air, misal, tiang
atau pilar jembatan. Gerusan local disebabkan oleh sistem pusaran air (vortex
system) karena adanya gangguan pola aliran akibat rintangan. Ada dua macam
gerusan lokal yaitu:

1) Clear water scour

2) Live bed scour

c. Gerusan Total (Total Scour)


Merupakan kombinasi antara gerusan lokal (local scour) dan gerusan umum (general
scour). Bisa juga kombinasi antara gerusan lokal, gerusan umum dan gerusan
terlokalisir (localized scour/ constriction scour).

2. Erosi pada bagian bawah/hilir Bendung


Bendung adalah bangunan yang melintang disungai/saluran yang berfungsi untuk
menaikkan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sampai kepada taraf tertentu,
sehingga air yang dibendung dapat mengalir secara aliran gravitasi sampai ke areal
pertanian yang akan diairi. Bagian - bagian dari bendung antara lain: tubuh bendung
(terdiri dari mercu dan kolam olakan), lantai depan, lantai belakang, tembok sayap (depan
dan belakang), bangunan penangkap sedimen, saluran pembilas dan sebagainya.
Berdasarkan fungsi bendung untuk menaikkan muka air, akan menyebabkan perbedaan
elevasi muka air antara hulu dan hilir bendung menjadi tinggi. Perbedaan elevasi ini akan
menimbulkan limpasan atau terjunan yang mempunyai energi besar dan kecepatan yang
lebih tinggi dari aslinya, sehingga mengganggu keseimbangan aliran. Konsentrasi
kecepatan jatuh aliran yang besar dengan gradien tekanan ke tanah yang abnormal, serta
turbulensi aliran akan menyebabkan peluang besar terjadi erosi.
3. Garis Pembendungan karena adanya Pemanfaatan Bantaran Sungai

Tugas 2.2 Tampak Atas Sungai

Secara umum bentuk sungai dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) bentuk, antara lain
: meandering, lurus, dan brained.

1. Sungai Meandering
Sungai yang berbentuk meander adalah sungai yang mempunyai belokan yang secara
(kurang lebih) teratur membentuk fungsi sinus pada bidang datarannya. Biasanya terdiri
dari beberapa seri belokan yang dihubungkan oleh bagian yang lurus yang disebut
dengan "crossing".
Umumnya meander sungai akan mempunyai kemiringan dasar yang sangat landai. Dasar
sungai pada sisi luar belokan umumnya akan lebih dalam karena adanya kecepatan yang
lebih besar pada sisi luar belokan tersebut. Kemudian gaya centrifugal pada belokan akan
menyebabkan timbulnya arus melintang sungai yang selanjutnya bersama-sama dengan
aliran utama akan membentuk aliran helicoidal. Erosi pada sungai yang bermeander akan
terjadi pada sisi luar belokan dan pengendapan akan terjadi pada sisi dalam belokan.

2. Sungai Lurus (Straight)


Sungai yang lurus biasanya juga merupakan penghubung dari meander-
meander (crossing), sehingga seolah-olah merupakan bagian dari meander satu ke
meander berikutnya. Kedalaman air pada crossing relatif dangkal dibandingkan dengan
bagian yang dalam pada meander. Sebagian material hasil erosi pada sisi luar belokan
kadang juga terbawa ke crossing ini oleh arus melintang yang sesungguhnya belum
hilang ketika memsuki bagian yang lurus. Hal yang perlu dicatat bahwa arus melintang
(biasa juga disebut arus sekunder) dapat terjadi pada sembarang bentuk saluran/sungai.
3. Sungai Braided
Bentuk sungai ini adalah sedemikian kompleksnya, sehingga pada debit kecil alur
sungai kadang-kadang akan terdiri dari satu atau lebih alur sungai yang dipisahkan oleh
pulau-pulau kecil di dalam sungai itu. Sungai biasanya lebar, alur-alur kecil serta formasi
garis sedimen sering berubah dengan berubahnya besar debit yang lewat, dan sulit untuk
diramalkan. Sungai semacam ini biasanya mempunyai kemiringan yang relatif terjal
sehingga membawa sedimen dengan konsentrasi tinggi.

Diketahui : B1 ( Lebar Permukaan Aliran) = 5 meter


d1 ( Kedalaman air section 1) = 2 meter

I1 (Kemiringan di Section 1) = 0,5 %

I2 (Kemiringan di Section 2) = 1,0 %

τ1 (Tegangan Geser) = 5,5 N/m2

m (Rasio Tengan Geser) = 1,4

Tentukan : B2 dan d2 sehingga τ2 = 1,4. τ 2

Penyelesaian :

Langkah 1 :
Cari akar real dari persamaan kuadrat

𝐼2 1%
= 0,5% = 2 = D
𝐼1

Gambar Perubahan Kemiringan Memanjang


Langkah 2 :
Untuk hubungan antara tegangan geser , τ2 / τ1 = m, Persamaannya (3.12) Chapter 3
diubah menjadi Persamaan (3.15)

8𝐵1 𝑑1 6/13 𝐼2
[(𝐵 )2
] ≤
1 +2𝑑1 𝐼1

Diubah menjadi
6/13
8 𝑚8/3 𝐵1 .𝑑1 𝐼2
[ (𝐵 ] ≤
1 +2 𝑑1 )2 𝐼1
6
8 13
8 . 1,43 5 . 2 𝐼2
[ 2 ] ≤
(5+(2 .2)) 𝐼1
1,5 < 2 (Memenuhi)
Langkah 3 :
G = B1 . 𝐷1/6 = 5. 21/6 = 5,6123
F = (B1 + 2d1). 𝐷7/6 = (5 + (2.(2)). 27/6 = 20,2043

Langkah 4 :
Untuk hubungan antara tegangan geser , τ2 / τ1 = m, Persamaannya (3.10) Chapter 3
diubah menjadi Persamaan (3.13)
𝐹±(𝐹2 −8𝐺𝑑1 )1/2
d2 = 4

Diubah menjadi :
1 1 1 1/2
𝐹± [ 10/3 𝐹 2 − 8 2/3 𝐺.𝑑1]
𝑚2/3 𝑚 𝑚
d2 =
4
1/2
1 1 1
.20,2043± [ 20,20432 − 8 5,6123.(2)]
1,42/3 1,410/3 1,42/3
d2 = 4
11,532 ±7,8249
d2 = 4

d2’ = 4,8392 meter


d2’’ = 0,926 meter
Didapat ada dua akar persamaan, d2’ = 4,8392 meter dan d2’’ = 0,926 meter. Yang
diambil yang paling relevan adalah d2’’ = 0,926 meter.
Sehingga lebar permukaan air yang baru (B2) :

1 𝐼 1/6
B2 = 𝑚2/3 𝐵1 . 𝑑1 . [𝐼2 ]
1
1 1% 1/6
B2 = 1,42/3 5. (2). [0,5%]
B2 = 8,9691 meter ~ 9 meter

Jadi B2 = 9 meter dan d2 = 0,926 meter

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan
    Laporan
    Dokumen29 halaman
    Laporan
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Laporan Baja 2
    Laporan Baja 2
    Dokumen137 halaman
    Laporan Baja 2
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Tgs 2
    Tgs 2
    Dokumen12 halaman
    Tgs 2
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Laporan Baja 2
    Laporan Baja 2
    Dokumen137 halaman
    Laporan Baja 2
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Daftar Kue
    Daftar Kue
    Dokumen1 halaman
    Daftar Kue
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Malam Keakraban Raker Ragional Perkantas
    Malam Keakraban Raker Ragional Perkantas
    Dokumen2 halaman
    Malam Keakraban Raker Ragional Perkantas
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Daftar Kue
    Daftar Kue
    Dokumen1 halaman
    Daftar Kue
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Buletin Doa Oktober
    Buletin Doa Oktober
    Dokumen34 halaman
    Buletin Doa Oktober
    Friendsilia Jaglien
    Belum ada peringkat
  • Laporan Irigasi
    Laporan Irigasi
    Dokumen32 halaman
    Laporan Irigasi
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • DOAKAN
    DOAKAN
    Dokumen32 halaman
    DOAKAN
    Friendsilia Jaglien
    Belum ada peringkat
  • Laporan Baja 2
    Laporan Baja 2
    Dokumen11 halaman
    Laporan Baja 2
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Lampiran DDM
    Lampiran DDM
    Dokumen1 halaman
    Lampiran DDM
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Tugas Beton 1
    Tugas Beton 1
    Dokumen5 halaman
    Tugas Beton 1
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Tugas Beton 1
    Tugas Beton 1
    Dokumen5 halaman
    Tugas Beton 1
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • GEOMETRI RUNWAY
    GEOMETRI RUNWAY
    Dokumen86 halaman
    GEOMETRI RUNWAY
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Buletin Doa Oktober
    Buletin Doa Oktober
    Dokumen34 halaman
    Buletin Doa Oktober
    Friendsilia Jaglien
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1 ''Beton Bertulang II''
    Tugas 1 ''Beton Bertulang II''
    Dokumen13 halaman
    Tugas 1 ''Beton Bertulang II''
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Stabilitas Struktur (Frinsilia J. Liando)
    Stabilitas Struktur (Frinsilia J. Liando)
    Dokumen45 halaman
    Stabilitas Struktur (Frinsilia J. Liando)
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Detail Pondasi
    Detail Pondasi
    Dokumen1 halaman
    Detail Pondasi
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Kue Lontar Cokelat
    Kue Lontar Cokelat
    Dokumen6 halaman
    Kue Lontar Cokelat
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Jarak dan Sudut Jalan
    Jarak dan Sudut Jalan
    Dokumen48 halaman
    Jarak dan Sudut Jalan
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok 3
    Tugas Kelompok 3
    Dokumen11 halaman
    Tugas Kelompok 3
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Tgs 1 Sungai
    Tgs 1 Sungai
    Dokumen27 halaman
    Tgs 1 Sungai
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Tgs 1 Sungai
    Tgs 1 Sungai
    Dokumen27 halaman
    Tgs 1 Sungai
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Mei Bulet PDF
    Mei Bulet PDF
    Dokumen34 halaman
    Mei Bulet PDF
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • LEMBAR EVALUASI BP. DOA (Februari-Maret 2019)
    LEMBAR EVALUASI BP. DOA (Februari-Maret 2019)
    Dokumen5 halaman
    LEMBAR EVALUASI BP. DOA (Februari-Maret 2019)
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Doa untuk Kegiatan di Fakultas Teknik UNSRAT
    Doa untuk Kegiatan di Fakultas Teknik UNSRAT
    Dokumen32 halaman
    Doa untuk Kegiatan di Fakultas Teknik UNSRAT
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Doa Mei
    Doa Mei
    Dokumen1 halaman
    Doa Mei
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat