Anda di halaman 1dari 27

UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI

FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

A. Alat-alat untuk mengukur Debit dan Kecepatan Aliran

1. Current Meter
Alat ukur kecepatan aliran. Alat ini paling umum digunakan karena dapat menghasilkan
ketelitian yang cukup baik. Prinsip kerja alat ukur ini adalah dengan mencari hubungan
antara kecepatan aliran dan kecepatan putaran baling-baling current meter tersebut.
Umumnya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:
V  an  b
macam, yaitu current meter dengan sumbu mendatar dan dengan sumbu tegak seperti terlihat
pada gambar di bawah. Bagian-bagian alat ini terdiri dari:
Baling-baling sebagai sensor terhadap kecepatan, terbuat dari streamline styling yang
dilengkapi deng
dengan: V = kecepatan aliran, n = jumlah putaran tiap waktu tertentu, a,b = tetapan yang
ditentukan dengan kalibrasi alat di laboratorium.

Alat ini ada dua an propeler, generator, sirip pengarah dan kabel-kabel,
Contact box, merupakan bagian pengubah putaran menjadi signal elektrik yang berupa
suara atau gerakan jarum pada kotak monitor berskala, kadang juga dalam bentuk
digital,
Head phone yang digunakan untuk mengetahui jumlah putaran baling-baling (dengan
suara “klik”), kadang bagian ini diganti dengan monitor box yang memiliki jendela
penunjuk kecepatan aliran secara langsung.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

2. Velocity Head Road


Alat untuk mengukur kecepatan aliran. Dengan alat ini hasil pengukuran yang didapat juga
tidak begitu teliti dan yang terukur adalah kecepatan aliran permukaan. Sebaiknya digunakan
pada pengukuran yang dikehendaki secara cepat pada kecepatan aliran yang lebih besar dari
1m/detik. Cara pengukuran dapat dijelaskan sebagai berikut ini (lihat gambar).

Letakkan alat pada tempat yang akan diukur dengan posisi sejajar dengan arus aliran. 
Setelah aliran kembali tenang, baca ketinggian muka air aliran (H1).  Putar alat 90o ,
sehingga tegak lurus aliran, kemudian baca tinggi muka air yang terjadi (H2).  Kecepatan
arus aliran dapat didekati dengan:

3. Pengukuran Kecepatan Arus dengan Pelampung (Float)


Pengukuran kecepatan aliran dengan menggunakan pelampung dapat dilakukan apabila
dikehendaki besaran kecepatan aliran dengan tingkat ketelitian yang relatif rendah. Cara ini
masih dapat digunakan untuk praktek dalam keadaan:
Untuk memperoleh gambaran kasar tentang kecepatan aliran,
karena kondisi sungai yang sangat sulit diukur, misal dalam keadaan banjir, sehingga
dapat membahayakan petugas pengukur.

Cara Pengukuran
Cara pengukuran adalah dengan prinsip mencari besarnya waktu yang diperlukan untuk
bergeraknya pelampung pada sepanjang jarak tertentu. Selanjutnya kecepatan rerata arus
didekati dengan nilai panjang jarak tersebut dibagi dengan waktu tempuhnya.
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut ini.
Tetapkan satu titik pada salah satu sisi sungai, misal ditandai dengan patok kayu atau
pohon dan satu titik yang lain di seberang sungai yang jika dihubungkan dua titik
tersebut akan berupa garis tegak lurus arah aliran.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Tentukan jarak L, misal 20 meter dari garis yang dibuat pada langkah pertama dan buat
garis yang sama (tegak lurus aliran) pada titik sejauh L tersebut.
Hanyutkan pelampung (dapat berupa sembarang benda yang dapat terapung, misal bola
ping-pong, gabus, kayu dll.) pada tempat di hulu garis pertama, pada saat melewati garis
pertama tekan tombol stopwatch dan ikuti terus pelampung tersebut. Pada saat
pelampung melewati garis kedua stopwatch ditekan kembali, sehingga didapat waktu
aliran pelampung yang diperlukan T.
Kecepatan arus dapat dihitung dengan L/T (m/det).

4. Pengukuran Kecepatan Arus dengan Pitot Meter


Terdiri dari pipa bengkok yang dimasukkan ke dalam air. Merupakan alat pengukur
kecepatan air pada model- model di Laboratorium.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

5. Pengukuran Kecepatan Arus dengan Trupp’s Ripple Meter


Bila alat dimasukkan kedalam air, di hilir batang terbentuk gelombang-gelombang kecil
yang membentuk sudut, makin besar kecepatan mekin kecil sudut yang terben- tuk. Alat ini
digunakan untuk kecepatan > 1 m/dt.

V = C + XL
Dengan:
V = kecepatan permukaan (m/dt atau ft/dt)
C = tetapan 0,40
X = variabel yang besarnya tergantung W

6. Ambang lebar

Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), untuk ini tinggi energi hulu
lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola aliran di atas alat ukur ambang lebar dapat ditangani
dengan teori hidrolika yang sudah ada sekarang, maka bangunan ini bias mempunyai bentuk
yang berbeda-beda, sementara debitnya tetap serupa.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

a. Cara Kerja
Alat ukur ambang lebar dan flum leher panjang adalah bangunan-bangunan pengukur debit
yang dipakai di saluran di mana kehilangan
tinggi energi merupakan hal pokok yang menjadi bahan pertimbangan. Bangunan ini biasanya
ditempatkan di awal saluran primer, pada
titik cabang saluran besar dan tepat di hilir pintu sorong pada titik masuk petak tersier.
Dalam kondisi kenyataan di lapangan, ambang ini berguna untuk meninggikan muka air di
sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi areal persawahan yang luas. Selain itu,
ambang juga dapat digunakan mengukur debit air yang mengalir pada saluran terbuka.

b. Sketsa Aliran Melalui Ambang Lebar

Keterangan:
Q = debit aliran (m3/s)
H = tinggi tekanan total hulu ambang = Yo+ (V2/2g)
P = tinggi ambang (m)
Yo = kedalaman hulu ambang (m)
Yc = tinggi muka air di atas hulu ambang (m)
Yt = tinggi muka air setelah hulu ambang (m)
hu = tinggi muka air di atas hilir ambang = Yo – P (m)

Dengan adanya ambang, akan terjadi efek pembendungan di sebelah hulu ambang. Efek ini
dapat dilihat dari naiknya permukaan air bila dibandingkan dengan sebelum dipasang ambang.
Pada saat melewati ambang biasanya aliran akan berperilaku sebagai aliran kritik, selanjutnya
aliran akan mencari posisi stabil. Pada kondisi tertentu misalkan dengan adanya terjunan atau
kemiringan saluran yang cukup besar , setelah melewati ambang aliran dapat pula berlaku
sebagai aliran super kritik.

c. Rumus Untuk Menghitung Debit (QR)

Q = Cd . 2/3 . . b .H1,5

Keterangan :
Cd = koef.debit (1,03 untk ambang lebar)
g = Percepatan Gravitasi (9,81 m/s2)
b = lebar ambang (m)

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

H = Tinggi Air dari atas ambang sampai permukaan air (m)


Q = Debit (m3 /s)

d. Kekurangan dan Kelebihan Ambang Lebar


Kelebihan-kelebihan yang dimiliki alat ukur ambang lebar :
Bentuk hidrolis luwes dan sederhana
Konstruksi kuat, sederhana dan tidak mahal
Benda-benda hanyut bisa dilewatkan dengan mudah

Kelemahan-kelemahan yang dimiliki alat ukur ambang lebar adalah :


Bangunan ini hanya dapat dipakai sebagai bangunan pengukur saja
Agar pengukuran teliti, aliran tidak boleh tenggelam

7. Parshal Flume

Alat ukur ini adalah alat ukur yang telah diuji secara laboratoris untuk mengukur aliran
dalam saluran terbuka.
Parshall flume terdiri dari tiga bagian utama, yakni:
Bagian penyempitan (converging / contracting section)
Bagian leher (trhoat section)
Bagian pelebaran (diverging / expanding section)

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Gambar Bagian-bagian Parshal Flume

a. Cara Kerja
Alat ini bekerja dengan cara membuat aliran kritis yang dapat dilihat dengan terjadinya
loncatan air (hydraulic jump) pada bagian leher (throat section) dimana nilai bilangan Fraude
(F) = 1. Alat ini memungkinkan dua kondisi pengaliran, yakni kondisi aliran bebas (free
flow) dan kondisi aliran tenggelam (submerged flow).

Aliran yang mengalir melalui parshall flume dikatakan aliran bebas (free flow) ketika
debit aliran yang melalui leher saluran tidak dipengaruhi oleh aliran dihilir saluran (Hb).
Dalam kondisi ini, loncatan hidrolik dapat terlihat pada leher parshall flume. Apabila muka
air dihilir lebih tinggi daripada muka air dihulu, maka loncatan hidrolik tidak terlihat,
sehingga kondisi aliran ini dikatakan sebagai aliran tenggelam (submerged flow).

b. Persamaan parshall flume pada kondisi tenggelam (submerged flow)


Apabila terjadi kondisi aliran tenggelam (submerged flow) yang dapat dilihat dengan
mengecilnya loncatan air pada bagian leher, maka perlu diadakan koreksi debit yang diukur.
Besarnya debit yang melalui leher ditulis dengan persamaan:
Q = C.Han – Qkoreksi
Dimana:
Q = debit yang melewati saluran (ft3/detik)
C = Konstanta yang diberikan dari lebar leher
Ha = tinggi muka air pada hulu saluran (ft)
n = konstanta yang diberikan dari lebar leher

c. Kelebihan penggunaan bangunan ukur parshall

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Adapun kelebihan bangunan ukur ini adalah sebagai berikut:


Dapat mengukur pembagian dan penyadapan air pada tinggi tekan yang kecil.
Dapat membersihkan endapan di depan alat ukur dengan sendirinya karena kecepatan
aliran di leher diakibatkan elevasi dasar leher.
Tidak mudah diubah pembagian airnya oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Mampu mengukur debit dengan kehilangan tinggi energi yang relatif kecil.
Tak mudah diubah-ubah oleh petani untuk mendapatkan air diluar jatah.

d. Kekurangan penggunaan bangunan ukur parshall


Adapun kekurangan yang dimiliki bangunan ukur ini adalah:
Tidak dapat digunakan pada kombinasi bangunan dengan jarak dekat,karena alat ukur ini
memerlukan aliran masuk yang seragam dan muka air yang relatif tenang.
Biaya pembangunan lebih besar dibandingkan alat ukur lainnnya.
Proses pembuatannya memerlukan ketelitian yang ekstra.

8. Romijn

Alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan (naik/turun) untuk mengatur dan mengukur
debit di dalam jaringan saluran irigasi. Terbuat dari pelat baja. Alat ukur Romijn ini
digunakan di depan bangunan intake saluran.

a. Cara Kerja
Alat ukur Romijn ini digunakan di depan bangunan intake saluran. Dilihat penyempitan
lingkaran tunggal adalah serupa dengan alat ukur ambang lebar, maka persamaan antara
tinggi dan debitnya adalah:

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

b. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan:
Bangunan bisa mengukur dan mengatur.
Dapat membilas sedimen halus.
Ketelitiannya cukup baik.
Kekurangan:
Pembuatannya rumit dan mahal.
Bangunan ini membutuhkan muka air yang tinggi di saluran.
Biaya pemelihannya relatif mahal.

9. Crump de Gruyter
Alat ukur ini menggunakan prinsip hidrolika aliran yang melalui bukaan pada bawah pintu,
Bagian bawah pintu dibuat dengan sistem bulat sedemikian rupa sehingga mengurangi
hambatan pada aliran.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

a. Cara Kerja
Alat ukur crump de gryter dapat dipakai dengan berhasil jika keadaan muka air disalurkan
selalu mengalami fluktuasi atau jika orifice harus bekerja pada keadaan muka air rendah
disalurkan. Alat ukur ini mempunyai kehilangan tinggi energi yang lebih besar dari pada alat
ukur romijn. Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, pemeliharaannya tidak
sulit dibandingkan dengan bangunan-bangunan lainnya yang serupa.

b. Kelebihan dan Kelemahan


Kelebihan-kelebihan alat ukur Crump de gruyter :
Bangunan ini dapat mengukur dan mengukur sekaligus.
Bangunan ini tidak mempuyai masalah dengan sedimentasi.
Eksloitasi mudah, pengukuran teliti.
Bangunan kuat.

Kelemahan kelemahan alat ukur Crump de Gruyter:

Pembuatan rumit dan mahal.


Biaya pemeliharaan mahal.
Kehilangan tinggi energi besar.
Bangunan ini mempunyai masalah dengan benda.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

10. Constant Head Orifice


Alat ukur orifis dengan tinggi energi tetap (CHO = Constant Head Orifice) adalah kombinasi
pintu pengukur dan pengatur dalam satu bangunan. CHO dikembangkan olehU.S. Bureau of
Reclemation, dan disebut demikian karena eksploitasinya didasarkan pada penyetelan dan
mempertahankan beda tinggi energi (biasanya Δh = 0,06 m untukQ < 0,6 m3/dt dan Δ = 0,12
m untuk 0,6 < Q<1,5 m3/dt) diseberang bukaan pintu orifishulu dengan cara menyesuaikan
pintu pengatur sebelah hilir.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

a. Cara Kerja

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

B. Alat-alat untuk mengukur Elevasi Sungai


Papan duga adalah alat untuk Mengukur Elevasi/Muka air di sungai secara manual.
Papan duga terbuat dari papan (batang) dengan diberi skala ukuran (cm) dipasang pada
tempat yang sudah dipilih. Papan duga di tanam/didirikan vertikal pada tepi sungai.
Penempatan dilakukan sedemikian hingga kedudukannya stabil. Posisi dari papan duga ini
juga diikat dengan suatu referensi misalnya bench mark (BM) terdekat atau bangunan tetap
lainnya yang telah diketahui posisinya.

Kelemahan :
Ketelitian tinggi sulit dicapai karena tergantung dari pengamatannya.
Interval waktu pengamatan muka air terlalu panjang kemungkinan akan banyak
informasi penting seperti puncak-puncak banjir, debit-debit terendah, tidak dapat
tercatat.

Ada dua metode dalam pengukuran tinggi muka air, yaitu : Secara Manual dengan
menggunakan papan duga biasa dan secara otomatik dengan AWLR (Automatic Water Level
Recorder).

1. Secara manual dengan menggunakan papan duga biasa


a. Papan duga (tegak) tunggal

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

b. Papan duga (tegak) Bertingkat

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

c. Papan duga (tegak) Miring

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

2. Secara otomatik dengan AWLR (Automatic Water Level Recorder)

a. AWLR dengan Pelampung


Alat pengukur permukaan air ini harus dilindungi terhadap gelombang dan aliran
dengan sumur penenang (sumur pengamatan).
Pemasangan sumur pengamatan dapat dilakukan di sungai atau didaratan

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

b. AWLR Pneumatik Type (pneumatik water lever recorder)


Alat jenis ini sangat mudah pemakaiannya dan sangat mudah dipindah-pindah
(portable), namun secara umum ketelitiannya agak rendah. Oleh karena itu banyak
digunakan dalam penelitian- penelitian tingkat awal.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang terbawa oleh air, angin, maupun
gletser. Pengendapan ini bisa terjadi di darat, laut, maupun sungai. Material yang terbawa
merupakan material yang berasal dari pengikisan atau pelapukan. Pelapukan ini bisa berasal
dari pelapukan kimia, fisika, dan mekanik. Pengendapan yang berlangsung lama, akan
membentuk batuan sedimen. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses
sedimentasi. Sebagian besar batu di bumi adalah batuan sedimentasi.
Sedimentasi yang dilakukan oleh air, angin, maupun gletser memiliki hasil yang berbeda.
Tergantung dari lokasi materi itu berada. Selain batuan sedimen, sedimentasi juga salah satu
penyebab terbentuknya permukaan bumi. Permukaan bumi yang memiliki banyak bentuk, akibat
adanya pengendapan yang berlangsung lama. Hal ini menyebabkan setiap sedimentasi
membentuk sesuatu yang unik, dan mempercantik bentuk permukaan bumi
Sedimentasi sendiri dibagi menjadi 2, yaitu berdasarkan tenaga pengangkutnya, yaitu air,
angin, dan gletser. Serta berdasarkan tempat terjadinya sedimentasi itu sendiri. Yaitu sedimentasi
fluvial, marine, glasial dan teristis. Berikut kita bahas proses sedimentasi berdasarkan tenaga
pengangkutnya.

1. Sedimentasi Aquatis

Proses Sedimentasi Aquaris


Sedimentasi Aquatis adalah sedimentasi yang dilakukan oleh air. Sedimentasi oleh air ini,
membawa materi melalui aliran air. Proses ini mengandalkan kekuatan aliran air. Disaat aliran
air kuat, maka materi akan terbawa, disaat aliran air melemah, maka materi akan mengendap
didasar.

Hal ini bisa kita umpamakan saat sedang meminum kopi atau teh. Saat kita mengaduk gelas,
terjadi putaran pada air, yang menyebabkan ampas kopi dan teh naik ke atas. Saat kita diamkan,
dan pusaran air mulai melemah, maka ampas kopi dan teh perlahan akan mengendap ke bawah.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Hal inilah yang terjadi pada proses sedimentasi oleh air. Sedimentasi aquatis dibagi menjadi dua,
yaitu fluvial dan marine.

a. Sedimentasi Fluvial
Sedimentasi fluvial adalah proses sedimentasi yang dilakukan olah air sungai dan berlokasi
di sungai. Sedimentasi oleh air sungai, biasanya terjadi di dataran rendah, akibat dari sifat air
yang mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sedimentasi ini, biasanya juga
menghasilkan pendangkalan di muara sungai. Oleh karena itu, daerah muara sungai lebih
berpotensi banjir.

Sedimentasi fluvial, memiliki peran besar dalam memberi bentuk kepada sungai- sungai.
Sedimentasi fluvial dibagai ke dalam 5 kelompok. Pembagian ini terjadi karena perbedaan
lokasi pengendapan. Ke 6 bentuk sedimen ini adalah:
1) Alluvial
Alluvial atau alluvial fan adalah sebuah sungai yang mengalami perubahan kekuatan arus
secara cepat. Akibatnya, materi yang terbawa, terendap secara tiba- tiba di dasar.
Endapan ini biasanya berbentuk kerucut, akibat perubahan arus yang cepat. Alluvial
biasanya terjadi di sekitar lereng pegunungan maupun dasar lembah.

2) Meander
Meander adalah sungai yang berkelok- kelok. Kelokan- kelokan ini terjadi akibat
pengendapan yang terjadi di tikungan- tikungan sungai. Aliran sungai di sekitar tikungan
sungai memiliki arus yang lebih lemah dari pada aliran yang berada di luar tikungan.
Akibatnya, pengendapan terjadi di dalam tikungan, dan erosi terjadi di luar tikungan,
sehingga membentuk lekukan- lekukan sungai yang cantik.

3) Dataran Banjir
Dataran banjir atau disebut floodplain adalah dataran yang berada di sebelah kanan dan
kiri sungai. Dataran ini terus mendapat pengendapat materi yang dibawa oleh air secara
terus menerus. Akibatnya, sekitar bagian kanan dan kiri sungan lebih tinggi dari daerah
sekitarnya. Dataran ini disebut dataran banjir, karena saat volume air sedang tinggi,
dataran ini akan mengalami kebanjiran, dengan menyisakan sedikit sisa dataran yang
lebih tinggi. Tapi saat air mulai surut, dataran ini akan muncul kembali. Saat air surut
itulah, materi menjadi terendap di kanan dan kiri sungai

4) Danau Tapal Kuda


Danau tapal kuda atau oxbow adalah sungai yang terputus, akibat adanya pengendapan
terus menerus. Sungai ini, biasanya berbentuk seperti tapal kuda. Pengendapan ini,
menyebabkan salah satu dari tikungan yang ada di sungai terputus, dan menyebabkan
sungai baru yang tersendiri.

5) Delta
Delta adalah tanah luas yang berada disekitar muara. Delta terbentuk dari hasil endapan
material yang berlangsung secara terus menerus. Terjadinya delta, akibat dari
terendapnya pasir di dasar sungai, sedangkan lumpur dan batuan tetap terbawa hingga ke
laut. Untuk menjadi delta, dibutuhkan banyak materi sedimen yang dibawa oleh air,
muara memiliki arus yang tidak kencang dan dangkal.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

b. Sedimentasi Marine

Sedimentasi marine adalah sedimentasi yang terjadi oleh air laut dan terjadi di laut.
Sedimentasi ini, terjadi akibat dari perubahan arus laut, yang mengendapkan materi kedalam
dasar laut. Sedimentasi ini juga terjadi akibat adanya air pasang dan air surut. Air pasang
membawa material, lalu saat surut, material itu mengendap. Pengendapan yang terus
bertumpuk, menyebabkan endapan ini naik ke permukaan laut. Sehingga membentuk pulau-
pulau atau dataran kecil yang indah. Ada 4 bentuk yang terjadi akibat dari sedimentasi
marine.

1) Spit – Spit adalah dataran panjang yang berada di sekitar pantai. Dataran ini terjadi
akibat arus pantai yang membawa materi endapan ke laut, dan mengendap di dasar laut.
Materi ini, berasal dari pasir di sekitar pesisir pantai. Spit dapat terus semakin panjang,
jika terus terjadi arus laut yang membawa materi endapan ke laut.
2) Tombolo – Tombolo adalah jembatan alami yang menghubungkan pulau besar dengan
pulau kecil di dekatnya. Proses terjadinya tombolo sama dengan spit. Tombolo biasa
dijadikan sebagai jembatan untuk menuju pulau di tengah laut oleh masyarakat.
3) Penghalang Pantai – Penghalang pantai adalah, tanggul alami yang terbentuk akibat
sedimentasi. Penghalang pantai, pada dasarnya adalah spit yang terus memanjang, dan
mengitari bibir pantai. Sehingga seperti tanggul.
4) Gosong – Gosong adalah dataran kecil yang terbentuk di tengah- tengah laut. Gosong
terjadi akibat perubahan arus laut yang terjadi secara tiba- tiba. Berbeda dengan alluvial
yang biasanya berbentuk seperti kerucut, gosong berbentuk datar, rata, dan lebar.
Biasanya gosong memiliki bentuk- bentuk yang unik, dan beberapa kali menjadi lokasi
untuk iklan rokok.
5) Nehrung – Nehrung adalah bukit pasir yang berada di sekitar pantai. Air laut yang
menuju pantai, membawa materi, yang kemudian mengendapkannnya di pantai.

2. Sedimentasi Aeris

Proses Sedimentasi Aeris


Sedimentasi Aeris adalah sedimentasi yang dilakukan oleh angin. Angin membawa materi-
materi endapan, dan menjatuhkannya ke darat saat kekuatan dari angin itu melemah. Materi yang
dibawa oleh angin biasanya adalah tanah pasir. Endapan pasir yang terus bertumpuk, makin lama
akan menjadi gundukan.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Gundukan ini disebut sebagai bukit pasir. Gundukan ini juga bisa disebut sebagai Sand
Dune atau gumuk pasir. Gundukan pasir ini, mudah kita jumpai disekitar gurun maupun disekitar
pantai

Dilihat dari tempat, sedimentasi oleh angin ini termasuk dalam sedimentasi teristris. Sedimentasi
teristris adalah sedimentasi yang terjadi di darat.

3. Sedimentasi Gletser

Proses Sedimentasi Glasial


Sedimentasi glasial adalah sedimentasi yang dilakukan oleh es atau gletser. Sedimentasi ini
terjadi karena adanya moraine. Moraine adalah batu kerikil, pasir, dan materi lainnya yang
terbawa oleh es, dan mengendap. Sedimentasi oleh gletser juga mengelir dari tempat yang tinggi
ke tempat yang rendah.

hal ini menyebabkan pengendapan terjadi di ujung gletser, yang menyebabkan perubahan bentuk
gletser dari V menjadi U. Sedimentasi oleh gletser, termasuk dalam sedimentasi glasial.
sedimentasi glasila adalah sedimentasi yang terjadi di gletser. Terdapat 4 bentuk sedimentasi
yang dilakukan oleh es, yaitu:

a. Oscar : Sedimen yang berbentuk punggung sempit dan panjang


b. Kame : Sedimen yang berbentuk dataran tinggi.
c. Drumlin : Sedimen yang berbentuk bukit kecil
d. Till Plain : Sedimen yang berbentuk dataran.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Jenis-jenis Sedimentasi dari Gunung yang terbawa ke Sungai


1. Kali Putih
Kawasan bantaran Kali Putih hingga area jalan raya Yogyakarta-Magelang di Dusun
Gempol Jumoyo, Salam, Magelang memang daerah sedimentasi material vulkanik Merapi.
Kondisi itu mengakibatkan daerah tersebut mendapatkan limpahan material vulkanik saat
terjadi aliran lahar dingin.
Material Merapi berupa lahar dingin, banyak mengalir di dua sungai, masing-masing di
Kali Putih dan Kali Krasak. Kawasan bantaran Kali Putih ini merupakan jenis landform
vulkanik karena dalam proses geomorfologinya dikontrol oleh proses vulkanisme dari
gunung Merapi.
Sedimentasi Material Vulkanik yang berasal dari Gunung Merapi.
Berdasarkan tempat pengendapannya tergolong sedimentasi Fluvial, yaitu sedimen yang
diendapkan di dasarsungai sehingga menyebabkan terjadinya pendangkalansungai.

http://blog.ub.ac.id/ekkykrystynadewi/2018/02/12/studi-kasus-bencana-akibat-sedimentasi-
material-vulkanik-gunung-merapi-di-kawasan-kali-putih/

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

2. Sungai Krasak
Sungai Krasak atau yang lebih dikenal oleh penduduk setempat sebagai Kali Krasak adalah
nama sungai yang mengalir dari Gunung Merapi ke arah barat daya hingga bermuara di Kali
Progo sepanjang sekira 24 Km. Sungai ini cukup berbahaya di musim penghujan, karena
dapat mengalirkan lahar dingin dari puncak dan lereng Gunung Merapi.

Sedimentasi Material Vulkanik yang berasal dari Gunung Merapi.


Berdasarkan tempat pengendapannya tergolong sedimentasi Fluvial, yaitu sedimen yang
diendapkan di dasarsungai sehingga menyebabkan terjadinya pendang kalansungai.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

3. Sungai Gendol

Sedimentasi Material Vulkanik yang berasal dari Gunung Merapi.


Berdasarkan tempat pengendapannya tergolong sedimentasi Fluvial.

4. Sungai Pabelan

Sedimentasi Material Vulkanik yang berasal dari Gunung Merapi.


Berdasarkan tempat pengendapannya tergolong sedimentasi Fluvial.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

5. Sungai Progo
Sungai Progo adalah sebuah sungai yang mengaliri Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta di Indonesia. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, sungai ini menjadi batas
alami Kabupaten Kulonprogo dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Sungai Progo
bersumber dari lereng Gunung Sundoro-Gunung Sumbing yang melintas ke
arah tenggara lalu ke selatan sepanjang 140 Km.

Sedimentasi Material Vulkanik yang berasal dari Gunung Merapi.


Berdasarkan tempat pengendapannya tergolong sedimentasi Fluvial.
Salah satu permasalahan yang terjadi di Sungai Progo adalah terbentuknya endapan
sedimen di bagian hilir sungai yang menyebabkan perubahan morfologi sungai dalam waktu
relatif singkat.

6. Sungai Blongkeng
Desa Blongkeng Magelang

Sedimentasi Material Vulkanik yang berasal dari Gunung Merapi.


Berdasarkan tempat pengendapannya tergolong sedimentasi Fluvial.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

7. Sungai Lau Borus


Sungai Lau Borus secara administrasi melewati Kecamatan Namanteran, Kecamatan
Payung, Kecamatan Simpang Empat, dan Kecamatan Tiganderket. Aliran Sungai Lau Borus
membentuk alur berkelok melewati timur–tenggara kaki Gunung Sinabung. Keadaan
morfologi sungai dipengaruhi oleh aliran lahar dingin yang mengalir menuju Sungai Lau
Borus.
Keadaan morfologi Sungai Lau Borus yang dipengaruhi oleh aliran lahar dingin antara
lain debit air sungai, lebar sungai, tinggi tebing sungai, lebar tebing sungai, kemiringan
sungai. Keadaan tersebut terjadi karena tertutupnya beberapa sumber mata air yang menuju
sungai dan hutan yang merupakan daerah resapan air, hutan sebagai penahan erosi terbakar
serta beberapa bagian tebing sungai mengalami erosi akibat debit aliran lahar dingin yang
bergesekan dengan tebing sungai.

Sedimentasi Material Vulkanik yang berasal dari Gunung Sinabung.


Berdasarkan tempat pengendapannya tergolong sedimentasi Fluvial.

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)


UNIVERSITAS SAM RATULANGI REKAYASA SUNGAI
FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Daftar Pustaka

http://putriana-civilengineering.blogspot.com/2013/03/ambang-lebar.html
http://rizazulfahmi.blogspot.com/2015/04/2.html
https://www.academia.edu/5800087/Cipoletti
http://eprints.polsri.ac.id/1507/3/BAB%20II.pdf
https://jidinmsirajuddin.wordpress.com/pelajaran-kuliah-ku/rekayasa-irigasi/teori-irigasi/
https://www.academia.edu/8675264/Alat_Ukur_Constant_Head_Orifice
http://eprints.undip.ac.id/25542/1/ML2F303428.pdf
http://metkliminstrumen.blogspot.com/2011/05/automatic-level-recorder-awlr.html
https://www.google.co.id/search?q=sungai+krasak&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X
&ved=0ahUKEwjd6eHnzaLdAhUC3Y8KHYMEDdkQ_AUICygC&biw=875&bih=418#imgrc=
NnjZICz7RkyE7M:
http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/view/569/542
http://blog.ub.ac.id/ekkykrystynadewi/2018/02/12/studi-kasus-bencana-akibat-sedimentasi-
material-vulkanik-gunung-merapi-di-kawasan-kali-putih/
http://repo.unsrat.ac.id/22/1/Pengelolaan_Transpor_Sedimen_di_Sungai_(HATHI_Palembang_2
008).pdf
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/6434/Paper_Puji%20Harsanto.pdf?seq
uence=1
https://www.scribd.com/doc/257525444/4-Hidrometri

FRINSILIA JAGLIEN LIANDO (16021101158)

Anda mungkin juga menyukai

  • Tgs 2
    Tgs 2
    Dokumen12 halaman
    Tgs 2
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Laporan Baja 2
    Laporan Baja 2
    Dokumen137 halaman
    Laporan Baja 2
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Daftar Kue
    Daftar Kue
    Dokumen1 halaman
    Daftar Kue
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen29 halaman
    Laporan
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Laporan Baja 2
    Laporan Baja 2
    Dokumen137 halaman
    Laporan Baja 2
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Tugas Beton 1
    Tugas Beton 1
    Dokumen5 halaman
    Tugas Beton 1
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Daftar Kue
    Daftar Kue
    Dokumen1 halaman
    Daftar Kue
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Malam Keakraban Raker Ragional Perkantas
    Malam Keakraban Raker Ragional Perkantas
    Dokumen2 halaman
    Malam Keakraban Raker Ragional Perkantas
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Tgs 1
    Tgs 1
    Dokumen10 halaman
    Tgs 1
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Tugas Beton 1
    Tugas Beton 1
    Dokumen5 halaman
    Tugas Beton 1
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Buletin Doa Oktober
    Buletin Doa Oktober
    Dokumen34 halaman
    Buletin Doa Oktober
    Friendsilia Jaglien
    Belum ada peringkat
  • Buletin Doa Oktober
    Buletin Doa Oktober
    Dokumen34 halaman
    Buletin Doa Oktober
    Friendsilia Jaglien
    Belum ada peringkat
  • DOAKAN
    DOAKAN
    Dokumen32 halaman
    DOAKAN
    Friendsilia Jaglien
    Belum ada peringkat
  • Laporan Irigasi
    Laporan Irigasi
    Dokumen32 halaman
    Laporan Irigasi
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Lampiran DDM
    Lampiran DDM
    Dokumen1 halaman
    Lampiran DDM
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Laporan Baja 2
    Laporan Baja 2
    Dokumen11 halaman
    Laporan Baja 2
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok 3
    Tugas Kelompok 3
    Dokumen11 halaman
    Tugas Kelompok 3
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Tugas 1 ''Beton Bertulang II''
    Tugas 1 ''Beton Bertulang II''
    Dokumen13 halaman
    Tugas 1 ''Beton Bertulang II''
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Kue Lontar Cokelat
    Kue Lontar Cokelat
    Dokumen6 halaman
    Kue Lontar Cokelat
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Stabilitas Struktur (Frinsilia J. Liando)
    Stabilitas Struktur (Frinsilia J. Liando)
    Dokumen45 halaman
    Stabilitas Struktur (Frinsilia J. Liando)
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • GEOMETRI RUNWAY
    GEOMETRI RUNWAY
    Dokumen86 halaman
    GEOMETRI RUNWAY
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Jarak dan Sudut Jalan
    Jarak dan Sudut Jalan
    Dokumen48 halaman
    Jarak dan Sudut Jalan
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Detail Pondasi
    Detail Pondasi
    Dokumen1 halaman
    Detail Pondasi
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Tgs 1 Sungai
    Tgs 1 Sungai
    Dokumen27 halaman
    Tgs 1 Sungai
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • LEMBAR EVALUASI BP. DOA (Februari-Maret 2019)
    LEMBAR EVALUASI BP. DOA (Februari-Maret 2019)
    Dokumen5 halaman
    LEMBAR EVALUASI BP. DOA (Februari-Maret 2019)
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Mei Bulet PDF
    Mei Bulet PDF
    Dokumen34 halaman
    Mei Bulet PDF
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Doa untuk Kegiatan di Fakultas Teknik UNSRAT
    Doa untuk Kegiatan di Fakultas Teknik UNSRAT
    Dokumen32 halaman
    Doa untuk Kegiatan di Fakultas Teknik UNSRAT
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat
  • Doa Mei
    Doa Mei
    Dokumen1 halaman
    Doa Mei
    Frinsilia Jaglien Liando
    Belum ada peringkat