FAKULTAS TEKNIK
2018
JURUSAN TEKNIK SIPIL
1. Current Meter
Alat ukur kecepatan aliran. Alat ini paling umum digunakan karena dapat menghasilkan
ketelitian yang cukup baik. Prinsip kerja alat ukur ini adalah dengan mencari hubungan
antara kecepatan aliran dan kecepatan putaran baling-baling current meter tersebut.
Umumnya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:
V an b
macam, yaitu current meter dengan sumbu mendatar dan dengan sumbu tegak seperti terlihat
pada gambar di bawah. Bagian-bagian alat ini terdiri dari:
Baling-baling sebagai sensor terhadap kecepatan, terbuat dari streamline styling yang
dilengkapi deng
dengan: V = kecepatan aliran, n = jumlah putaran tiap waktu tertentu, a,b = tetapan yang
ditentukan dengan kalibrasi alat di laboratorium.
Alat ini ada dua an propeler, generator, sirip pengarah dan kabel-kabel,
Contact box, merupakan bagian pengubah putaran menjadi signal elektrik yang berupa
suara atau gerakan jarum pada kotak monitor berskala, kadang juga dalam bentuk
digital,
Head phone yang digunakan untuk mengetahui jumlah putaran baling-baling (dengan
suara “klik”), kadang bagian ini diganti dengan monitor box yang memiliki jendela
penunjuk kecepatan aliran secara langsung.
Letakkan alat pada tempat yang akan diukur dengan posisi sejajar dengan arus aliran.
Setelah aliran kembali tenang, baca ketinggian muka air aliran (H1). Putar alat 90o ,
sehingga tegak lurus aliran, kemudian baca tinggi muka air yang terjadi (H2). Kecepatan
arus aliran dapat didekati dengan:
Cara Pengukuran
Cara pengukuran adalah dengan prinsip mencari besarnya waktu yang diperlukan untuk
bergeraknya pelampung pada sepanjang jarak tertentu. Selanjutnya kecepatan rerata arus
didekati dengan nilai panjang jarak tersebut dibagi dengan waktu tempuhnya.
Pengukuran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut ini.
Tetapkan satu titik pada salah satu sisi sungai, misal ditandai dengan patok kayu atau
pohon dan satu titik yang lain di seberang sungai yang jika dihubungkan dua titik
tersebut akan berupa garis tegak lurus arah aliran.
Tentukan jarak L, misal 20 meter dari garis yang dibuat pada langkah pertama dan buat
garis yang sama (tegak lurus aliran) pada titik sejauh L tersebut.
Hanyutkan pelampung (dapat berupa sembarang benda yang dapat terapung, misal bola
ping-pong, gabus, kayu dll.) pada tempat di hulu garis pertama, pada saat melewati garis
pertama tekan tombol stopwatch dan ikuti terus pelampung tersebut. Pada saat
pelampung melewati garis kedua stopwatch ditekan kembali, sehingga didapat waktu
aliran pelampung yang diperlukan T.
Kecepatan arus dapat dihitung dengan L/T (m/det).
V = C + XL
Dengan:
V = kecepatan permukaan (m/dt atau ft/dt)
C = tetapan 0,40
X = variabel yang besarnya tergantung W
6. Ambang lebar
Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), untuk ini tinggi energi hulu
lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola aliran di atas alat ukur ambang lebar dapat ditangani
dengan teori hidrolika yang sudah ada sekarang, maka bangunan ini bias mempunyai bentuk
yang berbeda-beda, sementara debitnya tetap serupa.
a. Cara Kerja
Alat ukur ambang lebar dan flum leher panjang adalah bangunan-bangunan pengukur debit
yang dipakai di saluran di mana kehilangan
tinggi energi merupakan hal pokok yang menjadi bahan pertimbangan. Bangunan ini biasanya
ditempatkan di awal saluran primer, pada
titik cabang saluran besar dan tepat di hilir pintu sorong pada titik masuk petak tersier.
Dalam kondisi kenyataan di lapangan, ambang ini berguna untuk meninggikan muka air di
sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi areal persawahan yang luas. Selain itu,
ambang juga dapat digunakan mengukur debit air yang mengalir pada saluran terbuka.
Keterangan:
Q = debit aliran (m3/s)
H = tinggi tekanan total hulu ambang = Yo+ (V2/2g)
P = tinggi ambang (m)
Yo = kedalaman hulu ambang (m)
Yc = tinggi muka air di atas hulu ambang (m)
Yt = tinggi muka air setelah hulu ambang (m)
hu = tinggi muka air di atas hilir ambang = Yo – P (m)
Dengan adanya ambang, akan terjadi efek pembendungan di sebelah hulu ambang. Efek ini
dapat dilihat dari naiknya permukaan air bila dibandingkan dengan sebelum dipasang ambang.
Pada saat melewati ambang biasanya aliran akan berperilaku sebagai aliran kritik, selanjutnya
aliran akan mencari posisi stabil. Pada kondisi tertentu misalkan dengan adanya terjunan atau
kemiringan saluran yang cukup besar , setelah melewati ambang aliran dapat pula berlaku
sebagai aliran super kritik.
Q = Cd . 2/3 . . b .H1,5
Keterangan :
Cd = koef.debit (1,03 untk ambang lebar)
g = Percepatan Gravitasi (9,81 m/s2)
b = lebar ambang (m)
7. Parshal Flume
Alat ukur ini adalah alat ukur yang telah diuji secara laboratoris untuk mengukur aliran
dalam saluran terbuka.
Parshall flume terdiri dari tiga bagian utama, yakni:
Bagian penyempitan (converging / contracting section)
Bagian leher (trhoat section)
Bagian pelebaran (diverging / expanding section)
a. Cara Kerja
Alat ini bekerja dengan cara membuat aliran kritis yang dapat dilihat dengan terjadinya
loncatan air (hydraulic jump) pada bagian leher (throat section) dimana nilai bilangan Fraude
(F) = 1. Alat ini memungkinkan dua kondisi pengaliran, yakni kondisi aliran bebas (free
flow) dan kondisi aliran tenggelam (submerged flow).
Aliran yang mengalir melalui parshall flume dikatakan aliran bebas (free flow) ketika
debit aliran yang melalui leher saluran tidak dipengaruhi oleh aliran dihilir saluran (Hb).
Dalam kondisi ini, loncatan hidrolik dapat terlihat pada leher parshall flume. Apabila muka
air dihilir lebih tinggi daripada muka air dihulu, maka loncatan hidrolik tidak terlihat,
sehingga kondisi aliran ini dikatakan sebagai aliran tenggelam (submerged flow).
8. Romijn
Alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan (naik/turun) untuk mengatur dan mengukur
debit di dalam jaringan saluran irigasi. Terbuat dari pelat baja. Alat ukur Romijn ini
digunakan di depan bangunan intake saluran.
a. Cara Kerja
Alat ukur Romijn ini digunakan di depan bangunan intake saluran. Dilihat penyempitan
lingkaran tunggal adalah serupa dengan alat ukur ambang lebar, maka persamaan antara
tinggi dan debitnya adalah:
9. Crump de Gruyter
Alat ukur ini menggunakan prinsip hidrolika aliran yang melalui bukaan pada bawah pintu,
Bagian bawah pintu dibuat dengan sistem bulat sedemikian rupa sehingga mengurangi
hambatan pada aliran.
a. Cara Kerja
Alat ukur crump de gryter dapat dipakai dengan berhasil jika keadaan muka air disalurkan
selalu mengalami fluktuasi atau jika orifice harus bekerja pada keadaan muka air rendah
disalurkan. Alat ukur ini mempunyai kehilangan tinggi energi yang lebih besar dari pada alat
ukur romijn. Bila tersedia kehilangan tinggi energi yang memadai, pemeliharaannya tidak
sulit dibandingkan dengan bangunan-bangunan lainnya yang serupa.
a. Cara Kerja
Kelemahan :
Ketelitian tinggi sulit dicapai karena tergantung dari pengamatannya.
Interval waktu pengamatan muka air terlalu panjang kemungkinan akan banyak
informasi penting seperti puncak-puncak banjir, debit-debit terendah, tidak dapat
tercatat.
Ada dua metode dalam pengukuran tinggi muka air, yaitu : Secara Manual dengan
menggunakan papan duga biasa dan secara otomatik dengan AWLR (Automatic Water Level
Recorder).
Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang terbawa oleh air, angin, maupun
gletser. Pengendapan ini bisa terjadi di darat, laut, maupun sungai. Material yang terbawa
merupakan material yang berasal dari pengikisan atau pelapukan. Pelapukan ini bisa berasal
dari pelapukan kimia, fisika, dan mekanik. Pengendapan yang berlangsung lama, akan
membentuk batuan sedimen. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses
sedimentasi. Sebagian besar batu di bumi adalah batuan sedimentasi.
Sedimentasi yang dilakukan oleh air, angin, maupun gletser memiliki hasil yang berbeda.
Tergantung dari lokasi materi itu berada. Selain batuan sedimen, sedimentasi juga salah satu
penyebab terbentuknya permukaan bumi. Permukaan bumi yang memiliki banyak bentuk, akibat
adanya pengendapan yang berlangsung lama. Hal ini menyebabkan setiap sedimentasi
membentuk sesuatu yang unik, dan mempercantik bentuk permukaan bumi
Sedimentasi sendiri dibagi menjadi 2, yaitu berdasarkan tenaga pengangkutnya, yaitu air,
angin, dan gletser. Serta berdasarkan tempat terjadinya sedimentasi itu sendiri. Yaitu sedimentasi
fluvial, marine, glasial dan teristis. Berikut kita bahas proses sedimentasi berdasarkan tenaga
pengangkutnya.
1. Sedimentasi Aquatis
Hal ini bisa kita umpamakan saat sedang meminum kopi atau teh. Saat kita mengaduk gelas,
terjadi putaran pada air, yang menyebabkan ampas kopi dan teh naik ke atas. Saat kita diamkan,
dan pusaran air mulai melemah, maka ampas kopi dan teh perlahan akan mengendap ke bawah.
Hal inilah yang terjadi pada proses sedimentasi oleh air. Sedimentasi aquatis dibagi menjadi dua,
yaitu fluvial dan marine.
a. Sedimentasi Fluvial
Sedimentasi fluvial adalah proses sedimentasi yang dilakukan olah air sungai dan berlokasi
di sungai. Sedimentasi oleh air sungai, biasanya terjadi di dataran rendah, akibat dari sifat air
yang mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Sedimentasi ini, biasanya juga
menghasilkan pendangkalan di muara sungai. Oleh karena itu, daerah muara sungai lebih
berpotensi banjir.
Sedimentasi fluvial, memiliki peran besar dalam memberi bentuk kepada sungai- sungai.
Sedimentasi fluvial dibagai ke dalam 5 kelompok. Pembagian ini terjadi karena perbedaan
lokasi pengendapan. Ke 6 bentuk sedimen ini adalah:
1) Alluvial
Alluvial atau alluvial fan adalah sebuah sungai yang mengalami perubahan kekuatan arus
secara cepat. Akibatnya, materi yang terbawa, terendap secara tiba- tiba di dasar.
Endapan ini biasanya berbentuk kerucut, akibat perubahan arus yang cepat. Alluvial
biasanya terjadi di sekitar lereng pegunungan maupun dasar lembah.
2) Meander
Meander adalah sungai yang berkelok- kelok. Kelokan- kelokan ini terjadi akibat
pengendapan yang terjadi di tikungan- tikungan sungai. Aliran sungai di sekitar tikungan
sungai memiliki arus yang lebih lemah dari pada aliran yang berada di luar tikungan.
Akibatnya, pengendapan terjadi di dalam tikungan, dan erosi terjadi di luar tikungan,
sehingga membentuk lekukan- lekukan sungai yang cantik.
3) Dataran Banjir
Dataran banjir atau disebut floodplain adalah dataran yang berada di sebelah kanan dan
kiri sungai. Dataran ini terus mendapat pengendapat materi yang dibawa oleh air secara
terus menerus. Akibatnya, sekitar bagian kanan dan kiri sungan lebih tinggi dari daerah
sekitarnya. Dataran ini disebut dataran banjir, karena saat volume air sedang tinggi,
dataran ini akan mengalami kebanjiran, dengan menyisakan sedikit sisa dataran yang
lebih tinggi. Tapi saat air mulai surut, dataran ini akan muncul kembali. Saat air surut
itulah, materi menjadi terendap di kanan dan kiri sungai
5) Delta
Delta adalah tanah luas yang berada disekitar muara. Delta terbentuk dari hasil endapan
material yang berlangsung secara terus menerus. Terjadinya delta, akibat dari
terendapnya pasir di dasar sungai, sedangkan lumpur dan batuan tetap terbawa hingga ke
laut. Untuk menjadi delta, dibutuhkan banyak materi sedimen yang dibawa oleh air,
muara memiliki arus yang tidak kencang dan dangkal.
b. Sedimentasi Marine
Sedimentasi marine adalah sedimentasi yang terjadi oleh air laut dan terjadi di laut.
Sedimentasi ini, terjadi akibat dari perubahan arus laut, yang mengendapkan materi kedalam
dasar laut. Sedimentasi ini juga terjadi akibat adanya air pasang dan air surut. Air pasang
membawa material, lalu saat surut, material itu mengendap. Pengendapan yang terus
bertumpuk, menyebabkan endapan ini naik ke permukaan laut. Sehingga membentuk pulau-
pulau atau dataran kecil yang indah. Ada 4 bentuk yang terjadi akibat dari sedimentasi
marine.
1) Spit – Spit adalah dataran panjang yang berada di sekitar pantai. Dataran ini terjadi
akibat arus pantai yang membawa materi endapan ke laut, dan mengendap di dasar laut.
Materi ini, berasal dari pasir di sekitar pesisir pantai. Spit dapat terus semakin panjang,
jika terus terjadi arus laut yang membawa materi endapan ke laut.
2) Tombolo – Tombolo adalah jembatan alami yang menghubungkan pulau besar dengan
pulau kecil di dekatnya. Proses terjadinya tombolo sama dengan spit. Tombolo biasa
dijadikan sebagai jembatan untuk menuju pulau di tengah laut oleh masyarakat.
3) Penghalang Pantai – Penghalang pantai adalah, tanggul alami yang terbentuk akibat
sedimentasi. Penghalang pantai, pada dasarnya adalah spit yang terus memanjang, dan
mengitari bibir pantai. Sehingga seperti tanggul.
4) Gosong – Gosong adalah dataran kecil yang terbentuk di tengah- tengah laut. Gosong
terjadi akibat perubahan arus laut yang terjadi secara tiba- tiba. Berbeda dengan alluvial
yang biasanya berbentuk seperti kerucut, gosong berbentuk datar, rata, dan lebar.
Biasanya gosong memiliki bentuk- bentuk yang unik, dan beberapa kali menjadi lokasi
untuk iklan rokok.
5) Nehrung – Nehrung adalah bukit pasir yang berada di sekitar pantai. Air laut yang
menuju pantai, membawa materi, yang kemudian mengendapkannnya di pantai.
2. Sedimentasi Aeris
Gundukan ini disebut sebagai bukit pasir. Gundukan ini juga bisa disebut sebagai Sand
Dune atau gumuk pasir. Gundukan pasir ini, mudah kita jumpai disekitar gurun maupun disekitar
pantai
Dilihat dari tempat, sedimentasi oleh angin ini termasuk dalam sedimentasi teristris. Sedimentasi
teristris adalah sedimentasi yang terjadi di darat.
3. Sedimentasi Gletser
hal ini menyebabkan pengendapan terjadi di ujung gletser, yang menyebabkan perubahan bentuk
gletser dari V menjadi U. Sedimentasi oleh gletser, termasuk dalam sedimentasi glasial.
sedimentasi glasila adalah sedimentasi yang terjadi di gletser. Terdapat 4 bentuk sedimentasi
yang dilakukan oleh es, yaitu:
http://blog.ub.ac.id/ekkykrystynadewi/2018/02/12/studi-kasus-bencana-akibat-sedimentasi-
material-vulkanik-gunung-merapi-di-kawasan-kali-putih/
2. Sungai Krasak
Sungai Krasak atau yang lebih dikenal oleh penduduk setempat sebagai Kali Krasak adalah
nama sungai yang mengalir dari Gunung Merapi ke arah barat daya hingga bermuara di Kali
Progo sepanjang sekira 24 Km. Sungai ini cukup berbahaya di musim penghujan, karena
dapat mengalirkan lahar dingin dari puncak dan lereng Gunung Merapi.
3. Sungai Gendol
4. Sungai Pabelan
5. Sungai Progo
Sungai Progo adalah sebuah sungai yang mengaliri Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta di Indonesia. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, sungai ini menjadi batas
alami Kabupaten Kulonprogo dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Sungai Progo
bersumber dari lereng Gunung Sundoro-Gunung Sumbing yang melintas ke
arah tenggara lalu ke selatan sepanjang 140 Km.
6. Sungai Blongkeng
Desa Blongkeng Magelang
Daftar Pustaka
http://putriana-civilengineering.blogspot.com/2013/03/ambang-lebar.html
http://rizazulfahmi.blogspot.com/2015/04/2.html
https://www.academia.edu/5800087/Cipoletti
http://eprints.polsri.ac.id/1507/3/BAB%20II.pdf
https://jidinmsirajuddin.wordpress.com/pelajaran-kuliah-ku/rekayasa-irigasi/teori-irigasi/
https://www.academia.edu/8675264/Alat_Ukur_Constant_Head_Orifice
http://eprints.undip.ac.id/25542/1/ML2F303428.pdf
http://metkliminstrumen.blogspot.com/2011/05/automatic-level-recorder-awlr.html
https://www.google.co.id/search?q=sungai+krasak&safe=strict&source=lnms&tbm=isch&sa=X
&ved=0ahUKEwjd6eHnzaLdAhUC3Y8KHYMEDdkQ_AUICygC&biw=875&bih=418#imgrc=
NnjZICz7RkyE7M:
http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/view/569/542
http://blog.ub.ac.id/ekkykrystynadewi/2018/02/12/studi-kasus-bencana-akibat-sedimentasi-
material-vulkanik-gunung-merapi-di-kawasan-kali-putih/
http://repo.unsrat.ac.id/22/1/Pengelolaan_Transpor_Sedimen_di_Sungai_(HATHI_Palembang_2
008).pdf
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/6434/Paper_Puji%20Harsanto.pdf?seq
uence=1
https://www.scribd.com/doc/257525444/4-Hidrometri