Anda di halaman 1dari 26
ITIKAD BAIK, PERKEMBANGAN DARI ASAS HUKUM KHUSUS MENJADI ASAS HUKUM UMUM ~ DI INDONESIA ON): ee fb el ali PVE PERPUNTAK AGN | | I | 2M UNIVERSITAS GADJAH MADA Pidate Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Diucapkan di depan Rapat Terbuka Majelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada pada tanggal 10 September 2007 di Yogyakarta. Oleh: Prof. Dr. Siti Ismijati Jenie, §.HL, C.N. Bismillahirakhmanirrakhim 1 Assalamu’alaikum warakhmatullahi wa barokatuh, Yang terhormat, Ketua, sekretaris, dan anggota Majelis Wali Amanah Unixersitas Gadjah Mada, Ketua, sekretaris dan anggota Masjelis Guru Besar Universitas Gadjah Mada 1 Ketua Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik Universitat Gadjah Mada Rektor, Wakil Rektor Senior, dan Wakil Rektor UniversitayGadjah Mada Para Dekan, Wakil Dekan, dan Ketua Lembaga di Lingkyngan Univer- sitas Gadjah Mada Para Dosen, Karyawan, dan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Para hadirin dan tamu undangan yang saya mulyakan Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT Tuhan yang maha kuasa atas rahmat dan karunianya sehingga pada hari iti saya dapat menyampaikan pidato pengukuhan saya sebagai guru besar pada Fakultas Hukum UGM di muka majelis dan mimbar yang terhormat ini. Pada kesempatan yang baik ini perkenankanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul: 1 4 ITIKAD BAIK, PERKEMBANGAN DARI A$AS HUKUM KHUSUS MENJADI ASAS HUKUM uMUM DI INDONESIA L Pengertian Asas Hukum Hadirin yang saya mulyakan, menurut Sudikno Mertokusumo (2004 : 4) pada hakikatnya sasaran studi hukum adalah kaedah hukum, yang meliputi asas hukum, kaedah hukum dalam arti sempit ( atau nilai) dan peraturan hukum kongkrit. Doktrin memberikan ban}ak difinisi mengenai asas hukum ini. 2 Menurut Bellefroid (dalam Sudikno Mertokusumo 2004:5) asas hukum adalah: Norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan-aturan yang lebih umum; jddi asas hukum merupakan pengendapan hukum positif di dalam masyarakat. Seorang pakar lain yaitu Paul Scholten (dalam Sudikno 2004:5) menyatakan bahwa: Asas hukum adalah kecenderungan-kecenderungan yang di syaratkah oleh pandangan kesusilaan kita pada hukum, merupakan sifat-sifat umum dengan segala keterbatasannya sebagai pembawaan yang unjum itu, tetapi yang tidak boleh tidak harus ada. Sejalan dengan pendapat Scholten ini Asser (di dalam Siti Sumarti Hartono: 1992:89) menyatakan bahwa; “asas hukum berisi penilaian susila, pemisahan yang baik dari yang buruk yang menjadi landasan hukum; jadi di dalam asas hukum terdapat sifat etis” Menurut pendapat Sudikno:( 2004;4) Asas hukum bukan merupakan hukum konkrit melainkan meruapakan pikiran dasar yang umum dan abstrak atau merupakan latar beJakang peraturan konkrit yang terdapat di dalam dan dibelakang sctiap sistem hukum yang terjelma dalam peraturan penundang-undangan dan putusan hakim yang merupakan hukum positif Uan dapat ditemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri- ciri yang umum dalam peraturan kongkrit tersebut. Dari berbagai batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa asas hukum itu mengandung ciri-ciri sebagai berikut : 1. 2. 3. Asas hukum merupakan pikiran dasar atau norma dasar, Asas hukum itu bukan peraturan hukum kongkrit melainkan latar belakanp dari peratuan hukum kongkrit. Asas hukum itu mengandung penilaian kesusilaan, jadi mempunyai dimensietis. 3 4. Asas hukum itu dapat ditemukan pada peraturan perundang-undangan dan putusan hakim. Salah satu diantara fungsi-fungsi terpenting ilmy hukum adalah mencari atau melacak asas hukum di dalam sistem hukun} positif. Hal ini disebabkan karena fungsi asas hukum di dalam suatu sistem hukum itu: mengikat para pihak, karena eksistensinya didasarkan pada rumusan pembentuk undang-undang dan hakim. 2. Melengkapi sistem hukum dan membuat sistem hukum itu luwes. (Klanderman, dalam Sudikno:2004:6) ! 1. _ bersifat mengesahkan dan mempunyai pengaruh xa normatif dan Dengan demikian jelas bahwa meskipun asas hi um itu bukan peraturan hukum, namun tidak ada hukum yang dapat dimengerti tanpa asas-asas hukum itu (Asser, dalam Siti Sumarti Hartono:1992:86) Selanjumya menurut Scholten {dalam sun. 20049) asas hukum dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: 1. Asas hukum yang bersifat universal, yaitu asas hukurp yang berlaku kapan saja dan dimana saja tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat 2. Asas hukum umum, yaitu asas hukum yang berlakp pada seluruh bidang hukum 3. Asas hukum khusus yaitu asas hukum yang berlaku pda satu bidang hukum saja. | IL Asas itikad baik dalam KUHPerdata ‘ Salah satu asas hukum khsus sebagaimana disebi ttkan di muka adalah asas itikad baik. Asas ini adalah asas hukum khusus karena mocrupakan asas hukum yang hanya berlaku di bidang ih perdata saja. Asas itikad baik ini sesungguhnya berasal dari hukum Romawi. Di dalam hukum Romawi asas ini disebut asas Bonajides. Ki Undang Hukum Perdata mempergunakan istilah itikad pengertian. Pengertian Itikad baik yang pertama adalah 4 suby ektif/kejujbran terdapat dalam pasal 530 KUHPerdata dan seterusnya yang mengaturimengenai kedudukan berkuasa (bezit). [tikad baik dalam arti subyektif nlerupakan sikap batin atau suatu keadaan jiwa (Psychische Gestelheid, P.\|. Wery:1990:10) Pada pabal 529 KUHPerdats diterangkan tentang pengertian kedudukan berkuasa (bezit) sclanjutnya pada pasal 530 KUHPerdata dikatakan bahwa: Kedudukan demikian (bezit) itu ada yang beritikad baik ada yang buruk. Seorang bezitter dianggap beritikad baik apabila ia tidak mengetahui adanya cacat pada “kepemilikannya”. Dalam hal ini keadaan jiwa yang demikian itu dilindungi oleh undang-undang (PL WeryUndang-Undang Nomor 1 tahun 1995 tentang: Perseroan Terbatas : 1990 : 10). Dalam. hal ini itikad baik (kejujuran) dimaknai sebagai keinginan dalam hati sanubari pihak yang memegang atau menguasai barang pada waktu ia mulai menguasai barang itu bahwa syarat-syarat yang diperlukan untuk mendapatkani hak milik atas barang itu telah dipenuhi, jadi menurut Wiryono Profijodikoro (1966 : 87) kejujuran yang bersifat statis. Hal ini bitegaskan juga oleh Subekti (1963 : 49) yang menyatakan Dahwa: ' “Dalam hukum benda itu itikad baik berarti kejujuran atau kebersihan” Itikad baik yang berarti kejujuran ini juga diatur dalam pasal 1386 KUHPerdata dalam pasal tersebut menentukan bahwa: “Pembayaran yang dengan itikaf{ baik dilakukan kepada seseorang yang memegang surat piutangnya adalah sah”, Arti itikad baik di sini adalah bahwa Si Pembayar utang tidak mengetahui bahwa pihak yang menerima pembayaran itu bukan kredifurnya, keadaan jiwa yang demikian itulah yang dilindungi oleh Undang-Undang sehingga meskipun pembayaran itu diterima oleh orang yang; bukan kreditumya tetapi pembayaran itu dianggap sah. Selanjutnyd menurut PL Wery “tidak mengetahui adanya cacat itu Teliputi juga tidak usah mengetahui” (Wery: 1990: 10). Pengartian itikad baik yang kedua adalah itikad baik dalam artian obyektif. Dj dalam Bahasa Indonesia pengertian itikad baik dalam artian obyektif itd disebut juga dengan istilah kepatutan. Itikad baik dalam 5 artian obyektif itu dirumuskan dalam ayat (3) pasal 1338 KUH Perdata yang berbunyi: “Suatu perjanjian harus dilaksanakan denban itikad baik” Apa yang dimaksud dengan pelaksanaan dengan itikad baik (uitvoering te goeder Trouw) itu ?, Menurut Wery (1999:9): “Kedua belah pihak harus berlaku yang satu terfjadap yang lain seperti patutnya diantara orang-orang yang sopan tanpa tipu daya tanpa tipu muslihat, tanpa akal-akalan, tanpa mengganggu pihak lain, tidak dengan melihat kepentingannya sendiri pala tetapi juga dengan melihat kepentingan pihak lain“ Hal seru pa juga dikemukakan oleh Aser Rutten (1 47-223) sebagai berikut: “Melaksanakan perjanjian berdasarkan itikad baik berarti bahwa Sikreditur dalam pelaksanaan haknya dan detjitur di dalam pemenuhan kewajibannya harus beritikad sesuai dengan persyaratan " Redelijkheid en billijkheid, artinya para pihak harug melaksanakan Perjanjian itu sebagaimana yang seharusnya dilakukan olch orang- orang yang beradab” \ Hoge Raad sendizi pernah merumuskan hal testbut di dalam arrestnya tanggal 9 Februari 1923 yang menyatakan: P¢rjanjian harus dilaksanakan “Volgens de Eisen Van Redelijkheid en Billifkheid” Redelijk menurut Wery (1990; 9) adalah apa yang dapat dimengerti dengan intelek atau akal sehat, sedangkan Billijkheid adalah apa yang dirasa sebagai sopan atau patut, jadi di sini yang penting bukanlah intelek tetapi perasaan. Kesimpulannya menurut Werry (1990:9) Redelijkheid dan biilijkheid, meliputi semua yang dapat ditangkap baik fenean intelek Maupun dengan perasaan. Selanjutnya melaksanakan perjanjian berdasarkan Re lijkheid dan billijkheid, ini berarti bahwa di dalam melaksanakan sudtu perjanjian, perilaku para pihak, baik debitur maupun kreditur harus diuji atas dasar norma-norma objektif yang tidak tertulis. Oleh karena itu pula itikad baik dalam ayat 3 pasal 1338 KUHPerdata itu disebut itikad baik dalam arti obyektif. Obyektif di sini menunjuk kepada kenyataan bahwa perilaku para pihak itu harus sesuai dengan anggapan umum tentahg itikad baik 6 dan tidak semata-mata berdasarkan pada anggapan para pihak sendiri. Hal ini lebih itegaskan oleh Wiryono Prodjodikoro (1966:87) yang menyatakan mai {itikad baik) dalam pasal 1338 (3) KUHPerdata, tidak terletak pada keadaan jiwa menusia, akan tetapi terletak pada tindakah yang dilakukan oleh kedua belah pihak dalam mek: akan janji, jadi kejujuran di sini bersifat dinamis, kejujuran dalam afti dinamis atau kepatutan ini berakar pada sifat peranan bukum ‘pada umumnya, yaitu usaha untuk mengadakan keseimtpangan dari berbagai kepentingan yang ada dalam masyardkat. Dalam suatu tata hukum pada hakekatnya tidak diperbolkhkan kepentingan seseorang dipenuhi seluruhnya dengan akibat k¢pentingan orang lain sama sekali terdesak atau diabaikan. Masy: t harus merupakan sesuatu neraca yang berdiri tegak dalam ke¢adaan seimbang. Pendap4t ini sejalan pula dengan pendapat Subekti (1963 : 49) yang, menyatakan bahwa: “Yang dimaksudkan dengan melaksanakan perjanjian dengan itikad paik adalah melaksanakan perjanjian dengan mengandalkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan. Jadi pelaksanaan perjanjian harus dinilai berdagarkan ukuran obyektif. Atau dengan lain perkataan “ Pelaksanaan perjanjian hanis berjalan di atas rel yang benar”, selanjutnya menurut Sub¢kti (1963 : 51) pasal 1338 KUHPerdata itu memberikan kekuasaan pala hakim untuk mengawasi pelaksanaan suatu perjanjian agar jangan sampai pelaksanaan itu melanggar kepatutan atau keadilan. Oleh karena itu hakim berkuasa untuk menyimpang dari isi perjanjiar menurut hurbfnya, manakala pelaksanaan menurut huruf itu akan bertentangan Hengan itikad baik. Ttikad Yaik dalam arti kepatutan itu dipergunakan pula di dalam pasal 1339 KUHPerdata yang menyebutkan: “Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dimyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang, menurul sifat perjanijian diharuskan oleh kepatutan, kebiaszan atau Undang-Undang.” 7 Menurut Houwing (dalam Wiryono : 1996: 86) jitikad baik dan kepatutan dalam kedua pasal itu sama. Istilah kepatujan dalam pasal 1339 diambi] dari Domat dan istilah itikad baik dalam} pasal 1338 (3) KUHPerdata diambil dari Pothier | i Til. Itikad baik sebagai suatu pengertian tentang buHungan (Relatie Begrip ) dan perkembangannya kemudian i Pasal 1338 (3) KUHPerdata mengenai pelaksanaan perjanjian dengan itikad baik menunjuk pada norma obyektif yang dak tertulis yaitu apa yang merupakan anggapan umum tentang perifaku yang patut dalam melaksanakan perjanjian. Norma obyektif yang tak lertulis ini dapat dibandingkan dengan norma tak tertulis yang terdapat dalam pasal 1365 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa: “Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian pada orang lain mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut” i Menurut Wery (1990 : 9) norma tak tertulis yang terdapat pada pasal itu adalah “Kecermatan yang patut dalam pergaul4n masyarakat” permasalahannya sekarang adalah bagaimana kaitan antarajorma obyektif yang taktertulis dalam pasal 1338 (3) dan pasal 1363 KUHPerdata tersebut?. Menurut Wery (1990 : 9) kedua norma yang|tak tertulis itu pada hakekatnya sama isinya. Perbedaan hanya terletak pada lingkungan (konteks) di mana kedua istilah itu dipakai. Istilah itikad baik dipergunakan jika ada hubungan hukum antara 2 pihak, sedangkan istil kemasyarakatan dipakai jika tidak ada hubungan huku Jain, namun toch di dalam pergaulan masyarakat harus dii norma norma tak tertulis terhadap orang lain. Jadi kesimpulannya itikad baik merupakan pengertian hubungan (Relatie begrip) asas itu selanjutnya akan berlaku di dalam suatu hubungan Kontraktuai, sedangkan kecermatan kemasyarakatan mefupakan suatu pengertian (Begrip) yang umum (Wery 1990 : 9) jadi tidak didasarkan pada adanya hubungan Kontraktual (Wery : 19909). | 8 Pendapat bahwa itikad baik dalam arti obyektif merupakan suatu relatie (Begrip) dipegang teguh pada masa-masa sebelum perang dunia ke IE. Pada mdsa itu ayat (3) pasal 1338 KUHPerdata hanya diterapkan pada pelaksqnaan perjanjian obligator saja, namun selanjutnya yurisprudensi! juga menetapkan berlakunya asas itikad baik di dalam beberapa lemipaga hukum yaitu: J. Keputu i para pihak (Partij Beslissing). Lembaga ini dimaksud guna memyelesaikan sengketa yang mungkin timbu! diantara para pihak yang membuat suatu perjanjian, di mana para pihak berjanji bahwa jika terjadi perselisihan diantara para pihak, penyelesaiannya tidak akah diserahkan pada pengadilan melainkan akan diserahkan pada keputusan salah satu pihak. Dalam hal ini, maka dalam melaksanakan keputusan ini harus diindahkan asas itikad baik. Penerapan asas ini dimaksudkan sebagai suatu pengawasan dalam pengambilan keputusan tersebut. 2. Nasihat yang mengikat ( Bindend Advies) Lembag ini juga timbul untuk menyelesaikan suatu perselisihan. Dalam lembaga Bindend Advies ini para pihak memperjanjikan bahwa perselisifian yang mungkin terjadi diantara mereka, akan dimintakan penyelesaiannya pada pihak III, dan nasihat/pertimbangan pihak [1] ini menghkat para pihak yang bersengketa itu. Di dalam mengambil keputusan berkenaan dengan sengketa tersebut pihak ke If] tersebut harus mengindahkan asas itikad baik (kepatutan) supaya ia tidak berlaku tidak adil terhadap para pihak. 3. Perubahan Anggaran Dasar ( Statuten Wijziging ) Keputusan suatu badan hukum terutama yang berkenaan dengan anggaran dasar badan hukum tersebut harus didasarkan baik (Kepatutan), supaya perubahan itu masih merupakan pelaksajaan yang patut dari perjanjian semula. Menurbt hemat saya penerapan asas itikad baik di dalam lembaga keputusan pihak, nasihat yang mengikat serta perubahan angaran dasar itu magih berada dalam lingkup pelaksanaan perjanjian, sebagimana yang dimintg olch pasal 1338 (3) KUHPerdata, sehingga dalam hal inipun 9 asas itikad baik masih merupakan suatu pengertian Hubungan yang didasarkan pada suatu hubungan kontraktual. Setelah Perang Dunia I], terjadi perkembangan yahg penting dari asas itikad baik ini. Asas ini yang pada mulanya merupakan suatu pengertian hubungan, yang karenanya senantiasa berlaku dalam suatu hubungan kontraktual, kemudian dinyatakan berlaku dal hal-hal Jain yang tidak didasarkan suatu hubungan kontraktual. Arest H.R. tanggal 15 Nopember'l1957 menetapkan bahwa: Para pihak yang|sedang berada dalam tahap pra kontraktual dan sedang bernegosiasi ns memperoleh kata sepakat, masing-masing mempunyai kewajiban-I didasarkan pada itikad baik (kepatutan), kewajiban itu a. Kewajiban untuk memeriksa (Onderzoekplicht) wajiban yang ah: b. Kewajiban untuk memberitahukan (Mededelings plickp) (Wery: 1990: 17). Misalkan saja dalam perjanjian jual beli, Si penjua} bekewajiban untuk memberikan informasi mengenai segala sesuatu|yang penting berkenaan dengan obyek/perjanjian itu, yang dapat membantu pembeli untuk mengambil keputusan untuk membeli benda tersebut, sedangkan pembeli berkewajiban untuk memeriksa obyek perjanjian tqrsebut apakah ada cacatnya atau tidak, apakah ada rencana pemerint yang akan berpengaruh terhadap benda tersebut. Kewajiban untuk memberitahukan dan memeriksa itu harus dilandasi itikad baik. Dari uraian itu jelas bahwa kewajiban memeriksa dan memberitahukan itu merupakan perwujudan asas itikad bai! baik ini beriaku diluar hubungan kontraktual. Jadi di sini iti lagi merupakan suatu Relatie begrip dan itikad baik tidak Kewajiban untuk memeriksa (Onderzoekplicht) din kewajiban untuk memberitahukan (Mededeligsplicht} ini di Indonesia mendapatkan pengaturannya di dalam UU Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pasal 4 butir c UU Nomor 8 tahun 1999 neve “Konsumen berhak atas informasi yang benar, je! mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa” bahwa: $s dan jujur i 10 Be n dengan hak atas informasi ini, pasal 7 Undang-Undang yang sama menyebutkan bahwa : “Pelaku jusaha berkewajiban untuk memberikan informasi yang itikad baik. Bagaimana dengan kewajiban memeriksa?. Hal ini dimuat dari ketentuan pasal 7 butir e yang menyatakan bahwa ; “Pelaku usaha berkewajiban imemberikan kesempatan pada konsumen untuk menguji dan mencoba barang dan/ atau jasa tertentu”. Dari ketentuan ini tersirat kewajiban koysumen untuk memeriksa barang/jasa yang akan dibelinya. Demikianlah menjadi jelas bahwa di luar hubungan kontraktualpun itikad baik itu wajib fiperhatikan. Hal ini lebih ditekankan pula dalam ketentuan pasal 7 (butir 4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 yang menentukan bahwa pelakujisaha berkewajiban untuk beritikad baik didalam melakukan anya, sedangkan konsumen menurut pasal 5 (butir b) ng Nomor & Tahun 1999 wajib beritikad baik dalam Nsaksi pembelian barang/jasa; schingga tercapailah suatu antara hak-hak dan kewajiban konsumen dan hak-hak dan itikad baik dglam arti obyektif atau kepatutan. TV. Itikad baik dibidang hukum lain Menurpt Sudikno (2004 : 9) asas hukum itu bersifat dinamis, ia berkembang fnengikuti kaedah hukumnya, sedangkan kaedah hukum akan berubah mengikuti perkembangan masyarakat, jadi terpengaruh waktu dan tempat (Historisch Bestimmt). Di atas telah diuraikan bahwa asas itikad baik telah mengalami perkembangan dari suatu pengertian hubungan (Relatie Begrip ) menjadi suatu asas hukum yang berlaku juga dalam hal-hal dimdna tidak ada hubungan hukum antara para pihak. Dibawah ini akan dit¢rangkan perkembangan selanjumya, untuk melihat apakah it asas itikad baik itu masih tetap merupakan suatu asas yang beriaku di bidang hukum perjanjian saja atau telah berkembang menjadi asas yang berlaku juga di bidang hukum lain. | A. Asas itikad baik dibidang hukum bisnis | ‘Di atas telah diuraikan bahwa itikad baik dalam arti obyektif dalam suatu tahap pra kontraktual, telah muncul dalam bentuk kewajiban, untuk memberitahukan (Mededeligsplichi). Di dalam bidang hukum bisnis, utamanya dalam kegiatan di pasar modal, kewdjiban untuk memberitahukan itu muncul dalam bentuk kewajiban u membuat prospektus bagi emiten yang akan menjual sahamnya di dalam suatu penawaran umum. Pasal 71 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang pasar modal menentukan bahwa: Tidak satu pihak pun dapat menjual efek dalam penhwaran umum kecuali pembeli atau pemesan menyatakan dalam formulir pemesanan efek bahwa pembeli/pemesan telah menerima atau \memperoleh kesempatan untuk membaca prospektus berkenaan dengan afek yang telah bersangutan sebelum atau pada saat pemesanan dilakul Prospektus merupakan salah satu dokumen pokok dalam suatu penawaran umum yang isinya adalah: : 1. Uraian tentang penawaran umum, misalnya tanggal efektifnya penawaran umum, masa penawaran, tanggal penjatphan, tanggal pengamibilan uang pemesanan, tanggal penyerahan surat efek, tanggal pencatatan dibursa efek, nama dan alamat emiten gerta kegiatan utamanya. | Tujuan dan penggunaan dana penawaran umum | Analisis dan pembahasan mengenai kegiatan dan keuangan- uraian singkat tentang analisis keuangan dan informasi atau fakta-fakta lain yang bertujuan untuk memberikan penjelasan atas ke: keuangan atau kegiatan usahanya pada saat prospektus itu diterbitkan dan yang akan datang | 4. Keterangan tentang emiten yang meliputi: : a. Riwalyat singkat perusahaan yang meliputi keterangan tentang, “keadfan perusahaan, dokumen hukum sehubungan dengan pendjrian perusahaan dan perubahan-perubahan penting yang terjadi sesudahnya. Penghirusan dan pengawasan Sumber daya manusianya Py Kegiptan dan prospek usahanya Ikhtisar data keuangan penting Perpajakan me aoe 5. Pendapat|dari segi hukum meliputi: a. Kealsahan akta pendirian serta Angaran Dasar b. Keatsahan berbagai perjanjian dalam rangka penawaran umum rjanjian penting lainnya. han ijin dan persetujuan yang diperlukan dalam pelaksanaan 1. Emiten dan penjamin pelaksanaan emisi efek bertanggung jawab ya atas kebenaran semua informasi atau fakta material serta kejujumn pendapat yang tercantum dalam prospektus tersebut. 13 2. Semua Jembaga dan profesi penunjang pasar modal yang bertanggungjawab sepenuhnysa atas data yang disajikan sesuai fungsi mereka sesuai dengan peraturan yang berlaku di wilayah RI dan code etik, norma, serta standar profesi masing-masing. Demikianlah penerapan asas itikad baik di dalam shatu penawaran umum atas efek. Disamping hal tersebut di atas, dibidang hukum bisnis asas itikad baik dalam arti obycktif ini mendapatkan pencrapannya juga dalam prinsip Good Corporate Governance Menurut Sutan Remy Syahdeini (dalam Wilamarta:2003:38): Corporate Goverance adalah suatu konsep yang menyangkut sumber peraturan, pembagian tugas, pembagian beban tanggung Jawab dan masing-masing unsur yang membentuk tur perseroan dan mekanisme yang harus ditempuh oleh masing-masing unsur dari struktur perseroan tersebut serta hubungan angara unsur dari struktur perseroan mulai dari RUPS, Direksi, Homisaris juga mengatur hubungan antara unsur-unsur dan struktur perseroan dengan unsur diluar peraturan yang merupakap stakeholder perseroan. Kesimpulan definisi tersebut adalah bahwa : Corporate Governance merupakan konsep tentang: a, _ struktur perseroan dan berbagai unsur yang terdapat dalam struktur tersebut b. Pembagian tugas, kewenangan dan tanggungjawab di antara unsur tersebut c. Hubungan antara masing-masing unsur dan mekani sme yang berlaku dalam hubungan tersebut : d. Hubungan antara unsur dan struktur perseroan yang mepakan stake- holder perseroan. Struktur perseroan, unsur yang terdapat di dalamnya, pembagian tugas, kewenangan, tanggungjawab, serta hubungan anfara unsur itu didasarkan pada perjanjian yaitu perjanjian pembentukan PT, serta Anggaran Dasamya, serta Undang-undang Perseroan Terbatas; sedangkan 14 hubungan antara unsur dan struktur perseroan dengan unsur di luar perseroan yang merupakan stakeholder PT tidak didasarkan pada perjanjian, melainkan didasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas yang baru, yarg dalam bab V nya mengatur tanggung jawab sosial dan lingkungan. Adapun |yang dimaksud dengan Good Corporate Governance ingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan rusahaan. 3. Akuntabilitas (Accountability) Kewajibdn untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan Kegagalan pelaksanaan Visi, Misi perusahaan dalam mencapai tujuan dan sas. yang telah ditetapkan. 4. Responsibility (Responsibility) Terkait dtngan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian dati masyarakat. (Wilamarta : 2003 : 65) Dengan| demikian menurut Wilamarta (2003 : 34. 36) prinsip korporasi yang sehat adalah adanya kescimbangan hubungan antata Or- gan Perusahadn, Shareholder dan Stakeholder yang dapat dirinci sebagai berikut: 1. Pembagian Tugas kewenangan dan tanggung jawab yang jelas diantara ¢rgan perseroan sesuai struktur perusahaan. 15 2. Mekanisme kerja RUPS yang sesuai dengan buku PP dan Anggaran Dasar PT 3. Pengurus Perseroan yang mengimplementasikan Gpod Corporate Governance berdasarkan prinsip-prinsip kogporasi yang berkesinambungan. Dari perspektif hukum perdata keseimbangan hububgan antara or- gan perseroan serta antara organ perseroan dan shareholder serta stake- holder merupakan penerapan asas itikad baik dalam ian obyektif (Kepatutan), atau jika diambil pendapat Wiryono Prodjodikoro (1966 :87) kejujuran dalam arti dinamis. B. Asas itikad baik di bidang hukum pajak Asas itikad baik tidak saja berkembang di bidanghbkum perdata, melainkan juga dijumpai di bidang hukum publik, salah satu di antaranya adalah di bidanghukum pajak. Sejak diadakannya Tax reform di Indonesia, pemungutan pajak, utamanya pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai barang dan jasa, dilakukan dengan sistem Seif Assessment. Dalam sistem ini wajib pajak diberi kepercayaan penuh untuk secara mandiri| menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan pembay4ran pajaknya untuk suatu masa pajak. Kepercayaan kepada wajib pajak itu tentu tidak dierikan begiiu Saja. Fiscus mempunyai alat pengaman untuk mengawasilapakah wajib pajak benar-benar jujur di dalam melaksanakan kewajiban Salah satu alat untuk melakukan pengawasan itu adal: menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan yang diatu: jakannya. h kewajiban di dalam bab TV UU nomor 6 tahun [983 tentang ketentuan dan tatacara perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2000. Di dalam ayat (3) pasal 28 Undang-undang terse! bahwa: Pembukuan atau pencatatan harus diselenggar: memperhatikan itikad baik dan mencerminkan k kegiatan usaha yang sebenamya. t ditentukan kan dengan leadaan atau 16 Pasal ini|menyebutkan itikad baik tetapi pembentuk Undang-Undang tidak member{kan penafsiran apa yang dimaksud dengan itikad baik ini. i kalimat selanjutnya menjadi jelas bahwa yang dimaksud. Hy itikad baik dalam menyelenggarakan pembukuan atau berlaku. menjamin kepastian hukum bagi selurah rakyat Indone- ‘mikian di dalam salah satu aturan pelaksanaannya yaitu Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran sia, Namun pembuktian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 pembekuan hak 7 dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaah fisik tentang tanah yang bersangkutan selama 20 tahun/lebih ‘a berturut- turut oleh pemohon pendaftar dan pendahulu-penddhulunya dengan syarat: a. Penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah tersebut diperkuat oleh kesaksian orang-orang yang dapat dipercaya. dan seterusnya Di dalam penjelasan pasal ini, apa yang dimaksud dengan ittkad baik tidak dijelaskan oleh pembentuk undang-undang, namun dari keseluruhan kalimat dalam ayat 1 butir a tersebut jelas bahwa yang dimaksud dengan itikad baik adalah penguasaan yang didasarkan pada suatu kejujuran. Jadi berangkat dari sikap batin orang ydng menguasai tanah tersebut. Namun kemudian pembentuk undang-un membenkan acuan untuk menilai kejujuran itu. Jadi banwa penguasaay atas tanah itu harus dilakukan secara terbuka dan dissaksikan oleh oratg-orang yang dapat dipercaya, jadi ada ukuran obyektif yang dapat digunakan untuk meniJai itikad baik itu, ini adalah itikad baik dalam arti obyektif. Hadirin yang saya muliakan, | Asas itikad baik yang hanya merupakan suatu asas ypng berlaku di bidang hukum perjanjian telah berkembang dan diterima sebagai asas di bidang-bidang atau cabang-cabang hukum yang lain, baik yang sesama keluarga hukum privaat maupun yang merupakan bidang hukum publik. Dengan lain perkataan, asas itikad baik itu telah berkeml fang, dari asas hukum khusus menjadi asas hukum umum. Perkembangan yang demikian ini menurut|hemat saya sesungguhnya merupakan suatu keniscayaan, mengingat baik ini adalah perwujudan dari suatu asus yang bersifat 18 dari kenyatadn bahwa asas itikad baik ini diadopsi pula di dalam ayat (2) pasal 2 Piagam PBB, yang menyebutkan bahwa: All members, in order to ensure to all of them the right and benefit resulting from membership, shall fullfill in good Faith the obliga- tion askumed by them in accordance with the present charter. Serta di dalam pasal 26 Konvensi Wina 1969, yang menyebutkan bahwa: Every Treaty in force is binding upon the parties to it and must be Performed by them in good faith. Pengakuan yang lebih jelas lagi bahwa asas itikad baik itu merupakan suatu asas yang bersifat universal dapat ditemukan di dalam considerans|Konvensi Wina 1969 tersebut sebagai berikut: The Piincipies of free consent and of good faith and the pacta sunt sei rule are universally recognized Dari berbagai kenyataan tersebut di atas tidak salah kiranya jika saya berpendapat bahwa asas itikad baik yang tadinya merupakan suatu asas hukum|khusus kini telah berkembang menjadi suatu asas hukum umum, yang seyogyanya menjadi salah satu pedoman di dalam penyelesaian berbagai masalah hukum yang timbul di tanah air ini. rasa syukur saya kepada Allah SWT yang telah berkenan rahmat, karunia dan amanahnya kepada saya. Semoga saya ‘Wakil Rektor, Pimpinan dan Segenap Anggota Majelis Guru Besar UGM, Pimpinan dan Segenap Anggota Senat Akademik UGM, Dekan, dan Para 19 Wakil Dekan Fakultas Hukum UGM, Pimpinan dan Segenab Anggota Senat Pakultas Hukum UGM, Para Ketua dan Pengurus|Program-Pro- gram Studi di Lingkungan Fakultas Hukum UGM, serta segenab karyawan Fakultas Hukum yang telah banyak membantu saya dalam meniti kaner dj Fakultas Hukum UGM. Ungkapan terima kasih juga saya sampaikan epi para guru yang telah mendidik saya mulai dari SR di Yayasan Perwari Jakarta, SDN No 15 Surakarta, SMPN 1 Surakarta, SMAN 2 Surakarta, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, dan juga para dosen pendidikan Notariat Fakultas Hukum UGM. . i Ucapan terima kasih juga saya sampiakan kepada para guru dan sesepuh saya pada fakultas hukum UGM utamanya kepdda alamrhum Prof. RM Ali Afandi, SH, Almarhumah Prof.Dr. Sri Sudewi Masjchoen Sofwan, SH, serta Prof. Dr, RM Sudikno Mertokusumo, SH, yang sudah membimbing saya dalam memahami, mendalami serta akhifnya meresapi keindahan Hukum Perdata. Selanjutnya terima kasih ini saya sampaikan juga kepada guru saya Almarhum Prof.Dr. Rakhmat Soemjtro, SH, yang telah membimbing saya di dalam mempelajari dan mendglami Hukum Fiskal. Kepada para mantan anak didik saya maupun pata mahasiswa saya yang sekarang masih menimba ilmu baik di tingkat $j], $2, maupun $3 Fakultas Hukum UGM saya ucapkan terima kasih juga 4tas dorongan semangat dan dukungan kepada saya untuk maju. Ungkapag terima kasih saya sampaikan juga kepada semua teman yang telah mempantu saya di dalam mempersiapkan pidato pengukuhan ini, yaitu Bp H4ri Purwanto, Bp. Nurhasan Ismail, Ibu Dina Widyaputri, serta Bapak P4rsad M. Arif Sudarsono; juga kepada semua teman-teman yang membaritu persiapan acara ini, yaitu Ibu Antari Innaka, Ibu Ninik Darmini, Ibu Endang Triningsih, beserta Teman-teman yang lain. Tanpa kefa keras dan pengorbanan mereka pidato pengukuhan pada hari int tidak akan terselenggara. Selanjutnya saya ucapkan juga Rasa terima kasih uftuk seluruh hadirin tamu undangan yang tak dapat saya sebutkan satu persatu, atas kerelaanya memberikan scbagian waktunya yang sangat beyharga untuk bersama-sama saya berbagi kebahagiaan pada hani ini. Kemudian dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang, saya ucapkan terima kasih dan rasa sukur saya kepada almathum kedua 20 orangtua saya| Bp Nahar Jenie, dan Tbu Isbandiyah yang telah melahirkan, membesarkan dan mengasuh serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dan penuh keikhlasan dan kepada saudara-saudara saya Moh. Naharudin ihe Umar Anggoro Jenie, dan Said Djauharsyah Jenie, serta semua kemerakan-kemenakan saya yang telah memberikan dukungan serta kasih sdyangnya. Tak lupa juga saya sampaikan terima kasih dan rasa sayang gaya kepada cucu saya Diah Amalia Jenie, yang dengan keceriannya belalu mengembalikan kesegaran pada eyang yang sudah lelah. Tanpa dukungan kasih sayang serta perhatian mereka saya tak akan dapat berdirildi mimbar ini mengucapkan pidato pengukuhan saya pada hari ini, akhitnya jika ada kekhilafan dan kekaurangan di dalam pidato ini saya mohbn maaf yang sebesar-besarnya. Biliahifaufiq wal hidayah Wasalamu’ alaikum WarahmatuLLahi Wabarokatull. ' 21 DAFTAR PUSTAKA Asser Rutten, Handleiding tot De Beofening Van Hat Nederlands Burgerlijkrecht, Verbintenissen Recht, 1974, WE.J. yeen-Willink, Zwolle, Charter Of The United Nations Kitab Undang-Undang Hukum Perdata PL. Wery, Perkembangan Hukum Tentang Itikad Baik Di Nederland, 1990, Percetakan Negara RI, Jakarta, Peraturan pemerintah RI Nomor 24 tahun 1997 tentang | Pendaftaran tanah. Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, 2004, Liberty, Jogyakarta, Siti Sumarti Hartono, Penuntun dalam Mempelajari Hakum Perdata Belanda, Bagian Umum, 1992, Subekti, Hukwm Perjanjian, 1963, PT Djembatan, Jakartd, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang : Perlindungan Konsumen Undang-Undang Nomor | tahun 1995 tentang : Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor 8 tahun 2000 tentang : Pasar Modal Undang-Undang Nomor 16 tahun 2000 tentang : Reto Umum dan Tatacara perpajakan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentan! Bs Perserodn Terbatas Vienna Convention On The Law Of Treaties I Wilamarta, Misahardi, Hak Pemegang Saham Minoritas etamRangha Good Corporate Governance, 2002, Fakultas Hukuin Universitas Indonesia, Jakrta, Wiryone Projodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian; 1966, Sumur, Bandung, i I 1 ( 1 \ ' 22 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama + Prof, Dr. Siti Ismijati Jenie, S.H., CN. NIP. : 130517009 Pekerjaan : Staf Pengajar Fakultas Hukum UGM 4 Tempat/Tgl Lahic : Surakarta, 1 Februari 1946 | Agama : Islam. 4 Alamat : Jalan Ireda No 68, Yogyakarta telp. 0274 (512781) Keluarga: ' I Suami toe Anak kandugg : - ' Riwayat Pehdidikan Umum: 1958 SRN di Surakarta 1961 SMBN di Surakarta 1964 SMAN Surakarta 1970 Fakilltas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta 1974 Polen Pascasarjana (S2) Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ram 1998 Pascasarjana ($3) Universitas gadjah Mada, Yogyakarta Pendidikat/Pelatihan: Riwayat Pekerjaan: 1. Staf Pdngajar Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada : Tenaga Pengajar : 01 Dec 1974 Asistep Ahli Madya : 01 Jan 1976 Asisteh Abli : OL Apr 1977 Lekto# Muda : OL Apr 1979 Lekto# Madya + OL Apr 1984 23 Lektor 1 OL Oct 1987 i Lektor Kepala : OL Jan 2001 1 Guru Besar : OL Dec 2006 Jabatan: Karya IImiah: L Pengelola Bag Akademik PPSN UGM | Ketua Bagian Hukum Perdata | Ketua Pengelola Magister Kenotariatan | Ketua Pengelola Prog. $2-S3 Reguler \ PELAKSANAAN LEASING DI DALAM BERBACH SITUASI. KHUSUS MENGENAL KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) DARI SEGI HUKUM i BERBAGAI ASPEK YURIDIS DI DALAM DAN DI SEKITAR PERJANJIAN PEN YEMBUHAN (TRANSAKSI TEIAPEUTIK) SUATU TINJAUAN KEPERDATAAN PEMAJAKAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN TATACARA PENEYELESAIAN SENGKETA PBB MENURUT UU NO. 12/1998 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAHl DENGAN UU NO, 12/1994 KREDIT MACET DAN PENGHAPUSBUKUANNYA (SUATU TINJAUAN YURIDIS) ‘ KEDUDUKAN PERJANIJIAN LEASING DI DALAM HUKUM PERIKATAN INDONESIA SERTA PROSPEK PENGATURAN ASPEK-ASPEK HUKUMNYA Di MASA MENDATANG SEKILAS TINJAUAN MENGENAI HUKUM PERJANJIAN DAN PERJANHAN JUAL-BELI | PERANAN PENJAMINAN DALAM PEMBERIAN KREDIT UNTUK KOPERASI DAN PKM OLEH BANK KOMERSIAL, SUATU TINJAUAN YURIDIS | 24 10. BERBAGAI ASPEK KEPERDATAAN DI DALAM HUKUM KESEHATAN Penelitian: 1. TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN ATAS IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN JASA TEKNIK, JASA MANAGEMEN KEDUDUKAN PERJANJIAN LEASING DI DALAM HUKUM PERIKATAN INDONESIA SERTA PROSPEK PENGATURAN ASPEK-ASPEK HUKUMNYA Di MASA MENDATANG BERBAGAI PERSOALAN YURIDIS YANG TIMBUL BERKENAAN DENGAN KLAUSULA KEJADIAN KELALAIAN (EVEN OF DEFAULT)DI DALAM PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA YANG BERKEMBANG DI INDONESIA) PELAKBANAAN PEWARISAN BAGI KELUARGA SEDARAH GARIS LURUS KE BAWAH DI KALANGAN ORANG- ORANG TIONGHOA DI KOTAMADYA DATI II YOGYAKARTA PELAKISANAAN PEMBAGIAN WARISAN DI KALANGAN ORANG-ORANG YANG TUNDUK PADA KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA DI DAERAH KABUPATEN BANYUMAS KEGIATAN USAHA YAYASAN PENDIRI RUMAH SAKIT DALAM MENCAPAI TUJUAN SOSIAL DALAM MENCAPAL TUJUAN SOSIAL DI BIDANG KESEHATAN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ITIKAID BAIK DALAM PELAKSANAAN PERJANIIAN (SUATU KAJIAN YURIDIS) PELAMSANAAN JUAL BEL] SEMENTARA SEBAGAL UPAYA. PENYHLESAIAN KEWAJIBAN DEBITUR TERHADAP BPPN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK CIPTA ATAS LAGU YANG DIDOWNLOAD DI INTERNET 14. 25 | KAJIAN YURIDIS PERJANJIAN ON LINE DALAM TRANSAKSI BISNIS E-COMMERCE - PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN SISTEM BAGI HASIL MELALUI BAITUL MAAL WAT TAMWIL, - TANGGUNGJAWAB PERDATA DI DALAM PELAYANAN MEDIS (SUATU TINJAUAN DARI SEGI HUKUM PERDATA MATERIIL) - IMPLEMENTASI ELEKTRONIK FILING SISTEM (E-FILING) DALAM PRAKTEK PERPAJAKAN DI INDONESIA. EKSISTENS! JAMINAN DALAM KONTRAK PENGADAAN GABAH/BERAS PADA PERUM BULOG DIVISt REGIONAL YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai