2
1) Perlindungan terhadap Hak-hak Pemegang Saham
Hak-hak para Pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan
tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam
pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas
perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan. UUPT
(Undang-Undang Perseroan Terbatas) mengenal beberapa prinsip ini, misalnya prinsip
pencatatan saham atau bukti pemilikan maupun prinsip perolehan informasi yang
relevan mengenai perseroan pada waktu yang tepat, demikian juga pada perusahaan
publik.
2) Persamaan Perlakuan terhadap Seluruh Pemegang Saham
Perlakuan yang sama terhadap para Pemegang Saham, terutama kepada Pemegang
Saham minoritas dan Pemegang Saham asing, dengan keterbukaan informasi yang
penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh
orang dalam (Insider Trading). Hukum Perusahaan di Indonesia telah mengatur prinsip
ini, seperti yang diatur dalam UUPT ditegaskan bahwa saham memberikan hak kepada
pemiliknya untuk:
(1) Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS
(2) Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
(3) Menjalankan hak lainnya berdasarkan UUPT.
3) Peranan Pemegang Saham
Peranan Pemegang Saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan
kerja sama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam
menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek
keuntungan.
4) Penyelenggaraan RUPS yang Transparan, Wajar, dan Akuntabel
Pengertian Rapat Umum Pemegang Saham (“RUPS”) menurut Pasal 1 angka 4
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU PT”) adalah
Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau
Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau
anggaran dasar. Penyelenggaraan RUPS yang transparan, wajar, dan akuntabel haruslah
memenuhi prosedur yang harus dipenuhi dalam RUPS seperti jenis RUPS, tempat
penyelenggaraan dan tata cara RUPS, permintaan dan pemanggilan RUPS, dan peserta
RUPS.
3
5) Akuntabilitas Dewan Komisaris (Board of Directors)
Kerangka Corporate Governace harus menjamin adanya pedoman strategis perusahaan,
pengawasan yang efektif terhadap manajemen yang dilaksanakan oleh dewan
komisaris, serta akuntabilitas dewan komisaris terhadap pemegang saham maupun
perseroan.
6) Peran Investor Institusi
Investor institusi merupakan suatu organisasi yang menginvestasikan asetnya
sendiri atau aset-aset pihak lain yang dipercayakan padanya melalui bursa efek (pasar
modal). Investor institusi bukan investor perorangan tetapi investor yang merupakan
lembaga. Misalnya dana pensiun, perusahaan asuransi, dan perusahaan lain melakukan
investasi. Investor institusi yang bertindak dalam kapasitas fidusia harus
mengungkapkan kebijakan tata kelola perusahaan dan pemungutan suara mereka secara
keseluruhan sehubungan dengan investasi mereka, termasuk prosedur yang mereka
miliki di tempat untuk memutuskan penggunaan hak pilihnya. Investor institusi yang
bertindak dalam kapasitas fidusia harus mengungkapkan bagaimana mereka mengelola
konflik kepentingan material yang dapat mempengaruhi pelaksanaan hak kepemilikan
kunci mengenai investasi mereka.
7) Peran Akuntan Profesional dalam Memfasilitas Pelaksanaan Hak Pemegang
Saham
Audit tahunan harus dilakukan oleh auditor independen, kompeten dan berkualitas,
dalam rangka memberikan jaminan eksternal dan obyektif kepada dewan dan
pemegang saham bahwa laporan keuangan yang cukup mewakili posisi keuangan dan
kinerja perusahaan dalam semua hal yang material. Auditor eksternal harus
bertanggung jawab kepada pemegang saham dan berutang tugas untuk perusahaan
dalam melaksanakan pemeriksaan professional.
5
Direksi atau Komisaris, apabila Direksi atau Komisaris melakukan kesalahan atau
kelalaian yang merugikan pemegang saham minoritas melalui pengadilan negeri.
Personal Right pemegang saham minoritas dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah: Pasal 61 Ayat (1),
Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke
Pengadilan Negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap
tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau
Dewan Komisaris. (Setiap pemegang saham dalam pasal ini memberikan
pembatasan bagi para pemegang saham yang mempunyai saham minimal 10%
dalam perusahaan)
(2) Appraisal Right
Appraisal Right adalah hak pemegang saham minoritas untuk membela
kepentingannya dalam rangka menilai harga saham. Hak ini dipergunakan oleh
pemegang saham pada saat meminta kepada perseroan agar sahamnya dinilai dan
dibeli dengan harga yang wajar, karena pemegang saham tersebut tidak menyetujui
tindakan perseroan yang dapat merugikannya atau merugikan perseroan itu sendiri.
Appraisal Right pemegang saham minoritas dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah: Pasal 62 Ayat (1),
Setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli
dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan
Perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa :
a. perubahan anggaran dasar
b. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih
dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih Perseroan.
c. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan.
(3) Pre-Emptive Right
Pre-Emptive Right adalah hak untuk meminta didahulukan atau hak untuk
memiliki lebih dahulu atas saham yang ditawarkan. Dalam anggaran dasar
perseroan dapat diatur pembatasan mengenai keharusan menawarkan saham, baik
ditawarkan kepada pemegang saham intern maupun ekstern, atau pelaksanaanya
harus mendapat persetujuan dahulu dari organ perseroan. Jadi, dalam anggaran
dasar perseroan dapat ditentukan bahwa kepada pemegang saham minoritas
diberikan hak untuk membeli saham terlebih dahulu daripada pemegang saham
6
lainnya. Harga yang ditawarkan kepada pemegang saham minoritas harus sama
dengan harga yang ditawarkan kepada pemegang saham lainnya.
Pre-Emptive Right pemegang saham minoritas dalam Undang-Undan
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah:
a. Pasal 43 Ayat (1) dan Ayat (2), Seluruh saham yang dikeluarkan untuk
penambahan modal harus terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang
saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama.
b. Dalam hal saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal merupakan
saham yang klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, yang berhak membeli
terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham sesuai dengan perimbangan
jumlah saham yang dimilikinya.
(4) Derivative Right
Kewenangan pemegang saham minoritas untuk menggugat Direksi dan
Komisaris yang mengatasnamakan perseroan. Pemegang saham minoritas memiliki
hak untuk membela kepentingan perseroan melalui otoritas lembaga peradilan,
gugatan melalui lembaga peradilan harus membuktikan adanya kesalahan atau
kelalaian Direksi atau Komisaris. Dengan gugatan tersebut, apabila gugatan
dimenangkan, maka yang berhak menerima pembayaran ganti rugi dari tergugat
adalah perseroan. Hak ini juga meliputi hak untuk menuntut diselenggarakannya
RUPS atas nama perseroan.
Derivative Right pemegang saham minoritas dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah :
Pasal 79 Ayat (2), Penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
dapat dilakukan atas permintaan :
a. Satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10
(satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara,
kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil;
(Pemegang Saham perseroan meminta diselenggarakannya Rapat Umum
Pemegang Saham, pemegang saham minoritas hanya sekedar mengusulkan
tanpa ada kewenangan untuk memutuskan diadakannya RUPS).
b. Pasal 144 Ayat (1), Direksi, Dewan Komisaris atau 1 (satu) pemegang
saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, dapat mengajukan usul
pembubaran Perseroan kepada RUPS.
7
(5) Enquete Recht (Hak Enquete)
Enquete Recht atau hak angket adalah hak untuk melakukan pemeriksaan.
Hak angket diberikan kepada pemegang saham minoritas untuk mengajukan
permohonan pemeriksaan terhadap perseroan melalui pengadilan, mengadakan
pemeriksaan berhubung terdapat dugaan adanya kecurangan-kecurangan atau hal-
hal yang disembunyikan oleh Direksi, Komisaris atau pemegang saham mayoritas.
Pada dasarnya, pengawasan terhadap Direksi dalam pengelolaan perseroan
dilaksanakan oleh komisaris. Tetapi dalam praktik, sering terjadi Direksi maupun
Komisaris karena kesalahan atau kelalaiannya mengakibatkan kerugian pada
perseroan, pemegang saham atau pihak ketiga. Oleh karena itu, pemegang saham
minoritas berhak melakukan pemeriksaan terhadap kegiatan operasional perseroan.
Enquete Recht pemegang saham minoritas dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) adalah sebagai berikut :
a. Pasal 97 Ayat (6), Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling
sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota
Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada
Perseroan.
b. Pasal 114 Ayat (6), Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili
paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan
hak suara dapat menggugat anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan
atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan ke pengadilan negeri.
c. Pasal 138 Ayat (3), Permohonan pemeriksaan Perseroan dapat diajukan oleh :
a) 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu
persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara.
b) pihak lain yang berdasarkan peraturan perundang-undangan, anggaran
dasar Perseroan atau perjanjian dengan Perseroan diberi wewenang untuk
mengajukan permohonan pemeriksaan
c) kejaksaan untuk kepentingan umum. (Meminta diadakannya pemeriksaan
terhadap perseroan, dalam hal terdapat dugaan bahwa perseroan, anggota
Direksi atau Komisaris perseroan melakukan perbuatan melawan hukum
yang merugikan perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga).
8
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Abdul Wahid. 2010. Bapepam Turut Periksa Kasus Saham Matahari
http://investasi.kontan.co.id/news/bapepam-turut-periksa-kasus-saham-matahari
(Diakses pada tanggal 9 Oktober 2015)
Misahardi, Wilamarta. 2002. Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good
Corporate Governance. Jakarta: Program Pascasarjana, Fakultas Hukum Universitas
Indonesia. hal. 275-319 OECD. 2004. OECD Corporate Governance Principles.
Tjager, I Nyoman, F. Antonius Alijoyo, Humphrey R. Djemat, dan Bambang Soembodo. 2003.
Corporate Governance, Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia.
Jakarta: PT Prenhallindo.