Manusia
Orang yang mengalami hermaproditism sejati sangat jarang untuk dijumpai. Saat
kelahiran Individu hermaproditism sejati dapat teridentifikasi , karena struktur alat kelaminnya
yang tidak jelas atau diragukan. Namun, jika diperiksa secara histologis maupun sitologis,
jaringan individu ini memiliki dua tipe sel yang memiliki kariotip berbeda. Hal ini dapat
dijelaskan dari hasil mekanisme fusi sel (chimera) pada awal perkembangan, antara zigot-zigot
yang berbeda.Selain itu, individu Hermaproditisma Sejati dapat muncul dikarenakan mengalami
gagal berpisah mitos. Peristiwa ini terjadi pada awal perkembangan suatu embrio berkromosom
kelamin XY, atau XXY yang dapat menghasilkan mosaic dari galur-galur sel XO/ XY, XX/XY
dan sebagainya. Saat zigot-zigot mengalami fusi berkelamin berbeda, biasanya chimera banyak
ditemukan. Kariotip cimera paling umum adalah chi 46XX/46XY, sedangkan kariotip chimera
yang lain, diantaranya:
Guevodoces
Guevodoces ini terjadi, karena terdapat satu alela autosomal resesif yang dapat
mempengaruhi penggunaan testosterone. Sedangkan testosterone otomatis bekerja atas saluran
Wolff, namun sebelum menyebabkan virilisasi alat kelamin eksternal secara biokimiawi harus
diubah terlebih dahulu menjadi dihydrotestosteron. Akan tetapi efek dari testosteron sendiri saat
pubertas cukup untuk menginduksi virilisasi struktur alat kelamin.
Female Pseudohermaphroditism
Kariotip pada pseudohermaphroditisma ini adalah 46, XX yang dimana seharusnya individu ini
berkelamin betina, namun anda-tanda kelamin yang dimiliki mengarah kepada ciri jantan.
Sehingga secara fenotip seperti pria karena alat kelamin eksternal diragukan, tetapi terdapat
ovarium yang tidak sempurna. Hal ini disebabkan karena poliferasi kelenjar adrenalin janin
perempuan sebelum kelahiran. Namun, yang mengalami poliferasi (pertumbuhan berlebih)
adalah korteks kelenjar anak ginjal, sehingga mengakibatkan kelebihan hormone laki-laki.
Homozigositas gen-gen resesif menyebabkan korteks ginjal janin berlebih, sehinggan yang
bertanggung jawab terhadap enzim-enzim pada metabolism steroid adalah gen-gen resesif
Sindrom Turner
Sindrom ini terjadi karena aneuploidy pada kromosom kelamin, frekuensinya 1/5000
dalam 5000 kelahiran. Berkariotip 45,XO, terjadi pada fenotip betina namun ovariumnya kurang
berkembang. Sedangkan ciri-ciri lainnya, yaitu memiliki tubuh pendek, mengalami
keterbelakangan mental dan leher yang bergelambir. Biasanya pengidap sindrom Turner pada
individu betina berkaitan dengan peristiwa gagal berpisah saat meiosis pada gametogenesis,
selain itu juga saat masa perkembangan embrional awal selama mitosis. Jika gagal berpisah
terjadi selama mitosis, maka tubuh individu yang mengidapa merupakan mosaic jaringan XX
dan XO.
Sindrom Klinefelter
Pada dasarnya penderita sindrom ini berkelamin jatan, sindrom ini terjadi karena
aneuploidy kromosom kelamin, frekuensinya 1/500 diantara 500 pria yang terlahir, berkariotip
47, XY. Sedangkan ciri kelamin sekunder yang mengidap sindrom Klinefelter mengalami
feminisasi, memiliki testis kecil yang tidak normal dan tidak mampu mengalami
spermatogenesis. Biasanya pengidap sindrom ini steril, berinteligensi rendah. Selain itu, pria
yang mengalami sindrom Klinefelter memiliki konstitusi kromosom kelamin XXXY (kariotip
48) dan XXXXY (kariotip 49)
Pria XXY
Sindrom pria XXy terjadi karena aneuploidy kromosom kelamin, frekuesinya 1/1000 pria
yang terlahir, berkariotip 47, XYY. Umumnya terlihat seperti pria normal fertile akan tetapi
cenderung lebih tinggi dari rata-rata pria normal. Terkadang ditemukan kelainan alat kelamin
eksternal maupun internal,. Beberapa tahun terakhir tanda-tanda mencurigakan muncul bahwa
pria tersebut memiliki sifat antisosial dan agresif.
Individu kariotip 47, XXX, 48, XXXX, dan 49 XXXXX juga berkaitan dengan
aneuploidy kromosom kelamin, frekuensi muculnya 1:700 kelahiran (perempuan). Namun
sumber lain menyatakan individu perempuan kariotip 47, XXX memiliki alat kelamin yang
kurang berkembang, karena terbatasnya kesuburan.
Pembalikan Kelamin
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembalikan kelamin pada kelompok ikan ?
Jawab: Faktor yang mempengaruhi adalah factor inisiasi yang meliputi, perubahan
fisiologi endogen atau kondisi yang meliputi suatu ukuran tertentu, umur, serta
peningkatan rasio kelamin dewasa betina terhadap jantan dan juga terdapat cara
pembalikan kelamin buatan pada ikan dengan bantuan sex inducer (hormon steroid).
Inducer jantan yaitu seperti kelompok hormon androgen dan induser betina yaitu
kelompok hormon estrogen.