net tidak menghalangi alur pelayaran dan selain itu alat ini memiliki peluang yang
lebih besar untuk menangkap ikan-ikan karang dengan ukuran yang lebih besar.
Sungguhpun terlihat bahwa fyke net memiliki banyak kelebihan tetapi
apakah pada pengoperasian diperairan terumbu karang fyke net akan mampu
menangkap ikan karang seperti yang diharapkan dan apakah teknik
pengoperasiannya akan memenuhi kriteria ramah lingkungan masih merupakan
hal yang perlu diuji. Oleh sebab itu pada penelitian ini dilakukan serangkaian
pengujian terhadap alat tersebut karena fyke net selama ini bukanlah alat yang
digunakan untuk menangkap ikan karang.
Fyke net adalah sejenis perangkap ikan yang banyak dioperasikan oleh
para nelayan di seluruh dunia. Menurut O’Neal (2006) fyke net berasal dari
Finlandia dan telah dioperasikan di laut untuk menangkap herring, whitefish dan
salmon. Alat ini merupakan modifikasi dari alat ”salmon wing net” yang telah
digunakan beratus tahun yang lalu. Fyke net adalah alat penangkap ikan yang
banyak dioperasikan di perairan dangkal. Alat ini banyak digunakan pada
kegiatan penangkapan ikan di sungai karena dapat dioperasikan pada perairan
yang berarus. Dalam kondisi demikian alat ini biasa dioperasikan tanpa
menggunakan sayap atau penaju (Gebhards 1979). Pada daerah dengan arah arus
yang tidak tetap fyke net memiliki sayap yang pendek sedangkan di perairan
pesisir dengan arus yang relatif lebih lemah, fyke net dioperasikan dengan
menggunakan sayap yang panjang untuk menangkap flounder dan ikan demersal
lainnya. Pada kondisi seperti ini sayap fyke net diberi pemberat dan pelampung
agar bisa berdiri tegak tanpa harus ditopang oleh tiang patok. Di sungai yang
berarus, fyke net biasanya banyak menangkap udang. Alat ini juga digunakan
untuk menangkap ikan peruaya misalnya sidat (Anguilla sp) (Rounsefell and
Everhart 1962; Schneider dan Merna 2000; O’Neal 2006).
Terpilihnya fyke net terpilih sebagai alat uji berdasarkan serangkaian studi
pustaka yang menemukan bahwa alat ini secara hipotesis bersifat ramah terhadap
lingkungan terumbu karang karena sifatnya yang pasif terhadap ikan target
sehingga kecil peluang bagi alat ini untuk membentur terumbu karang,
sebagaimana halnya pada alat penangkapan ikan yang bersifat pasif yang
menjadikan ikan yang aktif bergerak sebagai target penangkapannya (Jennings et
5
al. 2001; Soadiq 2010). Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mengamati
pola gerak ikan di sekitar fyke net dalam proses penangkapan maupun proses
melepaskan diri untuk dapat mengetahui desain yang baik bagi alat ini untuk
menjadi alat yang lebih efektif dalam menangkap ikan.
Penelitian pola gerak ikan karang biasanya ditujukan untuk penemuan
jalur ruaya ikan-ikan tertentu untuk tujuan kegiatan penangkapan. Selain itu
penelitian tersebut juga dapat ditujukan untuk dapat mencegah penempatan alat
tangkap di jalur ruaya ikan yang sedang menuju tempat pemijahannya agar upaya
plestarian ikan karang dapat dilakukan. Dalam penelitian ini pola gerak ikan yang
diamati tidak mencakup pola gerak migrasi menuju tempat pemijahan (pola gerak
musiman) tetapi hanya dibatasi pada pola gerak acak di sekitar alat tangkap uji
dan pola gerak aktif yang dipengaruhi oleh kondisi siang dan malam.
Fyke net adalah alat tangkap uji dalam penelitian ini. Alat ini dipilih
berdasarkan hasil studi pustaka yang dilakukan selama 3 bulan untuk menelusuri
alat penangkap ikan yang ada di dunia saat ini yang secara hipotesis mampu
menangkap ikan karang dalam jumlah yang memadai dari segi ekonomis seperti
didaerah asalnya 5-8 kg perhari operasi (Hemingway dan Elliott 2002) namun
tidak merusak stok ikan karang maupun terumbu karang sebagai habitat ikan
tersebut.
Hal utama yang dituntut dari suatu alat tangkap yang dioperasikan di
terumbu karang adalah tingkat keramahannya pada lingkungan, yakni tidak
merusak terumbu karang sebagai habitat utama pada ekosistem tersebut dan
memiliki tingkat selektivitas yang tinggi agar alat tidak menangkap juvenil ikan
dan penyu yang banyak terdapat di ekosistem tersebut. Namun alat tangkap yang
dianggap ramah di tempat lain ternyata tidak ramah di perairan terumbu karang
karena dapat merusak terumbu karang.
Sungguhpun pada kegiatan perikanan di terumbu karang para nelayan
menggunakan alat tangkap tradisional dan berskala kecil yang dioperasikan untuk
menangkap ikan secara individu atau berkelompok, beberapa alat dikategorikan
6
sebagai alat yang tidak merusak lingkungan, misalnya pancing, ada yang
dikategorikan merusak karang yang rapuh, misalnya perangkap dan jaring insang
tetap dan ada yang dikategorikan sangat merusak, misalnya penggunaan bahan
peledak dan bahan beracun dalam kegiatan penangkap ikan. (Amar et al. 1996;
Alcala dan Russ 2002).
Anggapan bahwa alat penangkap yang tergolong pasif misalnya pancing
sebagai alat yang tidak merusak lingkungan tetapi secara tidak langsung jangkar
yang digunakan untuk menahan perahu dalam pengoperasian pancing dapat
membentur terumbu karang hingga rusak. Bubu yang dianggap alat yang tidak
merusak lingkungan menjadi alat yang merusak karena nelayan menggunakan
karang sebagai pemberat dan untuk penyamaran alat tersebut. Muro-ami adalah
alat tangkap pasif yang hampir tidak bersentuhan dengan terumbu karang tetapi
benturan tongkat para nelayan saat menggiring ikan ke dalam kantong alat
tersebut dapat menghancurkan karang (McManus 1996).
Alat tangkap aktif misalnya pukat harimau, pukat cincin dan pukat pantai
dikategorikan sebagai alat yang sangat merusak terumbu karang. Menurut Bjordal
(2002) saat ini telah banyak paparan terumbu karang dunia yang telah dirusak
oleh trawl dan memerlukan lebih dari seratus tahun untuk dapat memulihkannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka sebetulnya yang menyebabkan suatu alat
tangkap menjadi alat yang merusak lingkungan sangat ditentukan oleh metode
pengoperasian yang digunakan oleh nelayan. Disinilah pentingnya penerapan
suatu manajemen dalam perikanan agar dampak negatif yang dapat timbul dari
kegiatan penangkapan ikan dapat diminimalkan.
(2) Mengkaji tingkat keramahan model fyke net berdasarkan kondisi hasil
tangkapan, selektivitas dan teknik pengoperasian alat.
1.5 Hipotesis
dari segi ekonomis cukup memberikan keuntungan. Ada sejenis alat baru yang
secara hipotesis memenuhi persyaratan tersebut, yakni fyke net. Fyke net adalah
alat penangkap ikan yang bersifat pasif dan lebih ramah lingkungn karena hasil
tangkapannya diperoleh dalam keadaan hidup sehingga keputusan untuk
pemanfaatan ikan tersebut berada pada nelayan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji teknik pengoperasian fyke net
dalam menangkap ikan karang agar dapat dikembangkan sehingga tidak
menimbulkan dampak yang dapat merusak lingkungan terumbu karang dan
sekaligus dapat memberi hasil tangkapan yang memadai sehingga dapat
menggantikan pengguanan sianida dan bahan peledak dalam operasi penangkapan
ikan.
Dalam mengkaji teknik pengoperasian alat penangkap, informasi tentang
tingkah laku ikan merupakan hal yang terpenting karena keberhasilan suatu
operasi penangkapan untuk menangkap jenis ikan tertentu sangat ditentukan oleh
kesesuaian tingkah laku ikan. Ikan yang bersifat aktif beruaya ditangkap dengan
menggunakan alat penangkap yang dipasang pada jalur ruayanya. Ikan-ikan yang
bersifat bergerombol ditangkap dengan alat penangkap yang mampu mengurung
ikan di dalam area penangkapan. Ikan-ikan yang bersifat bersembunyi di dalam
liang batu ditangkap dengan menggunakan perangkap yang menyerupai lubang
persembunyiannya dan ikan yang bersifat membenamkan diri di dasar perairan
ditangkap dengan menggunakan alat yang dapat menyapu dasar perairan.
Gambar 1 di bawah ini adalah skema yang menggambarkan alur pemikiran
peneliti dalam melakukan penelitian ini.
masalah
Muro ami Gillnet Bubu Pancing Sero Panah
Studi pustaka
Fyke net
(alat tangkap alternatif)
Ujicoba di Lapangan
tidak tidak
Efektif dan ramah lingkungan
ya
Gambar 2 Peta lokasi penelitian di perairan karang sebelah barat Pulau Selayar
(4) Uji coba pengoperasian fyke net untuk menangkap ikan karang yang
dikaitkan dengan tingkah laku ikan berdasarkan studi literatur.
(5) Observasi bawah air dengan menggunakan program “movie” pada
kamera digital untuk mengetahui jenis ikan yang berada di sekitar mulut
fyke net.
(6) Pengkajian hasil observasi tingkah laku ikan terhadap fyke net.
(7) Studi pustaka dan wawancara dengan para nelayan untuk mengatasi
temuan permasalahan di lapangan.
(8) Modifikasi alat sesuai hasil studi dan wawancara dengan para pakar
12
DAFTAR PUSTAKA
Alcala AC. and Russ GR. 2002. Status of Philippines coral reef fisheries. Asian
Fish. Sci. 15: 177 – 192.
Amar EC. Cheong MRT, and Cheong MVT. 1996. Small-scale fisheries of coral
reefs and the need for community-based resource management in
Malalison Island, Philipppines. Fish. Res. 25: 265 – 277.
King M. 1995. Fisheries Biology, Assessment and Management. 2nd ed. Fishing
News Books. Oxford. 382 p.
13
Kushima J-A and Miyasaka A. 2003. Report on the discussions to manage the
use of lay nets. State of Hawaii. Department of Land and Natural
Resources. Division of Aquatic Resources. 22 p. (hawaii.gov/
dlnt/dar/pubs/net_report02.pdf; 11 Maret 2008).
McManus JW. 1996. Social and economic aspects of reef fisheries and their
management. p. 249 – 281 In PoluninVC and Roberts CM (eds). Reef
Fisheries. Chapman and Hall.
O’Neal JS. 2006. Fyke Net (in Lentic Habitats and Estuaries). p. 411 – 424 In
Johnson DH, Shrier BM, O’Neal JS, Knutzen JA, Augerot S, O’Neal TA
and Pearsons TN (eds). Salmonid Field Protocols Handbook: Techniques
for Assessing Status and Trends in Salmon and Trout Populations.
American Fisheries Society in Association with State of the Salmon,
Portland, Oregon. (www.Stateofthesalmon.org/field protocols/downloads/
SFPH_supp.pdf; 14 Mei 2008).
Pet-Soede C, van Densen WLT, Pet JS, and Machiels MAM. 2001. Impact
of Indoensian coral reef fisheries on fish community structure and the
resultant catch composition. Fish. Res. 51: 35-51
Rounsefell GA. and Everhart WH. 1962. Fishery Science: Its Methods and
Applications. John Wiley and Sons, Inc. Newyork. 444 p.
Schneider JC and Merna JW. 2000. Fishing Gear. Chapter 3 in Schneider JC.
(ed.) 2000. Manual of fisheries survey methods II: with periodic updates.
Michigan Department of Nature Science, Fisheries Special Report 25, Ann
Arbour.(www. Michigandnr.com/publications/…/ifr/ifrhome/manual/SMII
Chapter 03.pdf; 2 April 2008).