Anda di halaman 1dari 103

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PENUNTASAN BUTA AKSARA AL-QUR’AN


(Studi di Kecamatan Meral Barat)

SKRIPSI

Oleh
Siti Khawarin
NIM : 150563201018

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2019
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PENUNTASAN BUTA AKSARA AL-QUR’AN
(Studi di Kecamatan Meral Barat)

Skipsi Diajukan Sebagai Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Negara

Oleh
Siti Khawarin
NIM : 150563201018

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2019

i
ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Siti Khawarin

NIM : 150563201018

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Kebijakan Penuntasan Buta Aksara Al-Qur’an

(Studi di Kecamatan Meral Barat)

Dengan ini menyatakan :

1. Judul skripsi sebagaimana tersebut di atas bukan merupakan dan tidak


menunjukkan adanya indikasi persamaan judul dan lokasi atau tempat
penelitian terdahulu.
2. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan hasil karya
orang lain (plagiat).
3. Bersedia dilakukan pembatalan hasil dan dikenakan sanksi yang ditetapkan
oleh pihak Fakultas atau Universitas apabila butir 1 dan 2 tidak dapat
dipenuhi.

Demikian surat pernyaataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Tanjungpinang, Juli 2019

Yang menyatakan

Siti Khawarin

iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Terus Menjadi Lebih Baik dengan


Selalu Berada di Jalan-Nya”

“Skripsi ini kupersembahakan untuk


kedua orangtuaku Selamat Ali dan Alm.
Ibu Rohana, kedua saudaraku Muhammad
Machbub dan Muhammad Machbib,
Keluargaku besarku, sahabatku dan orang
yang berjasa dalam hidupku”

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji serta syukur dipanjatkan kehadirat Allah ‫ﷻ‬, atas limpahan

rahmat-Nya dan Shalawat kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Penuntasan Buta

Aksara Al-Qur’an (Studi di Kecamatan Meral Barat)”. Skripsi ini disusun guna

memenuhi tugas akhir sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana

di Bidang Administrasi Negara dan sekaligus menyelesaikan studi pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha dengan segala

kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki untuk memecahkan permasalahan

berdasarkan teori yang ada, pengamatan, maupun pengetahuan yang penulis peroleh

selama ini. Namun, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi

ini tidak akan terselesaikan tanpa bimbingan, bantuan, dan arahan oleh berbagai

pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan skripsi ini yaitu :

1. Prof. Dr. Syafsir Akhlus, M.Sc., selaku Rektor Universitas Maritim Raja Ali

Haji yang telah membantu dalam hal akademik.

2. Dr. Oksep Adhayanto, SH., MH., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu

Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji yang telah membantu dalam hal

pengurusan surat-menyurat.

vi
3. Imam Yudhi Prastya, S.IP., MPA. selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi

Negara dan selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak

memberikan masukan-masukan, ilmu, arahan, pengajaran serta semangat

untuk menyelesaikan skripsi saya dengan segera.

4. Dr. Rumzi Samin, S.Sos., M. Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan, ilmu, pengajaran masukan-masukan dan coretan-

coretan membangun di lembar revisi skripsi saya.

5. Bapak serta Ibu Dosen Ilmu Administrasi Negara yang telah melimpahkan

ilmunya untuk saya selama delapan semester ini.

6. Kepada responden penelitian saya Bapak Drs. H. Jamzuri selaku Kepala

Kementerian Agama Kabupaten Karimun, Wibowo selaku

Penanggungjawab Lembaga Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama

Kabupaten Karimun, Kholif selaku Kasubag TU Kementerian Agama

Kabupaten Karimun, Sudarman selaku Kepala Bidang Pendidikan BMPG-

TPQ Kabupaten Karimun, dan Bapak Suratman selaku Kepala BMPG-TPQ

Kecamatan Meral Barat, H. Bakri Hasyim selaku Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten Karimun yang dalam hal ini menjadi wadah bagi penulis untuk

mendapatkan data demi kelengkapan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu responden selaku masyarakat dan guru-guru TPQ Kecamatan

Meral Barat dalam penelitian saya yang dengan senang hati saya repotkan

untuk saya wawancarai yang dalam hal ini menjadi wadah bagi penulis untuk

mendapatkan data serta informasi bagaimana pengelolaan TPQ dan

bagaimana keadaan masyarakat.

vii
8. Kepada seluruh teman seperjuangan Ilmu Administrasi Negara 2015 dan

kepada sahabatku Kak Etha, Winda, Sulas, Tika, Nani, Isnah, Fitri, Vila,

Wiki, Mak Cor, Aisah, ku doakan cepat wisuda.. Teman seperjuangan KKN

Pangkil 1 Wita, Novi, Yanti, Aji, Heri, dan Niki yang banyak memberikan

pengajaran berharga tentang bertahan untuk menang. Barakallahu Fiikum

Semoga amal kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis

dilipatgandakan oleh Allah ‫ ﷻ‬Aamiin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

dari para pembaca agar dapat memperbaiki penelitian-penelitian selanjutnya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

Tanjungpinang, Juli 2019

Siti Khawarin

viii
ABSTRAK

Kebijakan penuntasan buta Aksara Al-Qur’an merupakan sebuah kebijakan


yang bertujuan merubah sikap atau perilaku masyarakat. Pelaksanaan kebijakan
penuntasan buta aksara Al-Qur’an ini masih banyak terdapat kendala, maka dari itu
perlunya dukungan dari pihak-pihak terkait. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengimplmentasian surat keputusan bupati no 123 A tahun 2006.
Informan dalam penelitian adalah pihak-pihak terkait dalam penerapan kebijakan
penuntasan buta aksara Al-Qur’an, guru-guru serta masyarakat selaku orangtua Santri
di Kecamatan Meral Barat. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan
teknik triangulasi. Hasil penelitian ini dilihat dari dimensi isi kebijakan, terbentuknya
kebijakan ini atas dasar memenuhi kebutuhan masyarakat serta kepedulian
pemerintah daerah untuk merubah perilaku masyarakat serta menjadikan masyarakat
pandai membaca, memahami serta mengamalkan isi Al-Qur’an. Kebijakan ini dinilai
sudah tepat diterapkan di Karimun yang berbudaya melayu. Sumber daya manusia
dan sarana prasarana kemudian berpengaruh dalam jalannya penerapan kebijakan ini.
Dari analisis dimensi lingkungan kebijakan pihak pelaksana program berupaya
mengatasi setiap kendala, meskipun belum maksimal seperti pengalihan jam belajar
pada Santri sesuai kebutuhan dan membuat program keagamaan lainnya. Jadi,
karakteristik BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat merupakan sebuah lembaga yang
dibawahi oleh BMPG-TPQ Kabupaten Karimun yang menangani pengelolaan TPQ
yang ada di Kabupaten Karimun. Mengenai respon dari pelaksana dari pelaksana
program dilihat dari implementor dalam mematuhi aturan dalam kebijakan ini. ditarik
kesimpulan bahwa implementasi kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an ini
belum optimal, karena dalam penerapannya masih terdapat kekurangan. Kesimpulan
bahwa implementasi kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an ini belum optimal,
karena dalam penerapannya masih terdapat kekurangan.

Kata kunci : Implementasi, Kebijakan, Penuntasan buta aksara Al-Qur’an

ix
ABSTRACT

Blind completion policy Al-Quran script is a policy that aims to change


people's attitudes or behavior. The implementation of the Al-Qur’an illiteracy
settlement policy still has many obstacles, therefore the need for support from related
parties. The aim of this study was to find out the implementation of the regent's
decree number 123 A in 2006. Informants in the study were related parties in the
implementation of the Al-Quran literacy policy, teachers and the community as
parents of students in Meral Barat District. The data analysis technique in this study
uses triangulation techniques. The results of this study are seen from the dimensions
of policy content, the formation of this policy on the basis of meeting the needs of the
community and the concern of local governments to change people's behavior and
The results of this study are seen from the dimensions of policy content, the formation
of this policy on the basis of meeting the needs of the community and the concern of
local governments to change people's behavior and make the community smart to
read, understand and practice the contents of Al-Quran. This policy is considered to
have been appropriately applied in the cultured Malay Karimun. Human resources
and infrastructure are then influential in the way the policy is implemented. From the
analysis of the environmental dimensions of the policy the program implementers try
to overcome each obstacle, although not maximally such as transferring learning
hours to students as needed and making other religious programs. So, the
characteristics of the BMPG-TPQ Meral Barat District are an institution under the
BMPG-TPQ Karimun Regency that handles TPQ management in Karimun Regency.
Regarding the response of the implementers of the program implementers seen from
the implementor in complying with the rules in this policy. The conclusion of this
study is that this policy was formed on the needs of the people of Karimun Regency in
order to be able to read, understand and practice the contents of the Qur'an. The
implementation of this policy will run optimally if it receives support from related
parties.

Keywords: Implementation, Policy, Completion of Al-Quran literacy

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ....................... Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ ii
HALAMAN TANDATANGAN PENGUJI ................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 8
1. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
2. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8
D. Studi Literatur ........................................................................................... 8
E. Kerangka Berfikir ................................................................................... 12
G. Metode Penelitian ................................................................................... 13
1. Jenis Penelitian .................................................................................... 13
2. Lokasi Penelitian ................................................................................. 13
3. Jenis Data dan Sumber Data ................................................................ 14
4. Informan .............................................................................................. 14
5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data .................................................... 16
6. Teknik Analisis Data ........................................................................... 17

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 19


A. Kebijakan ................................................................................................ 19
B. Implementasi Kebijakan ......................................................................... 20
1. Model Implementasi Kebijakan Grindle ............................................. 23
2. Model implementasi oleh Van Meter dn Van Horn ............................ 25
3. Model Implementasi Kebijakan Mazmanian dan Paul A. Sabatier ..... 27

xi
BAB III GAMBARAN UMUM PENELITIAN ......................................... 29
A. Gambaran Umum Kecamatan Meral Barat ............................................ 29
1. Letak .................................................................................................... 30
2. Batas-batas ........................................................................................... 30
3. Geologi ................................................................................................ 30
4. Pemerintahan ....................................................................................... 31
B. Gambaran Umum BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat ....................... 31
1. Pendahuluan ......................................................................................... 31
2. Visi dan Misi BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat ........................... 33
3. Struktur Organisasi BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat ................. 33
C. Daftar TPQ di Kecamatan Meral Barat ................................................. 34
D. Pentunjuk Teknis Musabaqah Tilawatil Qur’an Tahun 2019 ................ 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 39


A. Identitas Informan .................................................................................. 39
B. Analisis Isi Kebijakan ............................................................................. 42
1. Analisis Kepentingan yang mempengaruhi ......................................... 42
2. Analisis Tipe Manfaat.......................................................................... 46
3.Analisis Derajat Perubahan yang Ingin dicapai .................................... 51
4. Analisis Letak Pengambilan Keputusan .............................................. 55
5. Analisis Pelaksana Program ................................................................ 60
6. Analisis Sumber-sumber daya yang dibutuhkan ................................. 62
C. Analisis Lingkungan Implementasi ........................................................ 67
1. Analisis Kekuasaan, Kepentingan dan Strategi Aktor terlibat ............ 67
2. Analisis Karakteristik lembaga dan rezim yang sedang berkuasa ....... 70
3. Analisis Tingkat Kepatuhan dan Adanya respon dari pelaksana......... 74
D. Pembahasan ............................................................................................ 77

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 79


A. Kesimpulan ............................................................................................. 79
B. Saran ....................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xii
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 ........................................................................................................... 6


Tabel 1 .2 ........................................................................................................ 15
Tabel 3.1 ......................................................................................................... 34
Tabel 3 2 ......................................................................................................... 34
Tabel 3 3 ......................................................................................................... 35
Tabel 4 .1 ........................................................................................................ 39
Tabel 4.2 ......................................................................................................... 49
Tabel 4.3 ......................................................................................................... 53
Tabel 4.4 ......................................................................................................... 54
Tabel 4.5 ......................................................................................................... 57
Tabel 4.6 ......................................................................................................... 63
Tabel 4.7 ......................................................................................................... 63

xiii
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar I.1 ...................................................................................................... 12


Gambar 2.1 ...................................................................................................... 20
Gambar 2.2 ...................................................................................................... 28

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Wawancara

Surat Izin Penelitian dari Kementerian Agama Kabupaten Karimun

Surat Izin Penelitian dari BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat

Surat Rekomendasi Penelitian

Surat Keputusan Dosen Pembimbing

Dokumentasi

Daftar Riwayat Hidup

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai dengan sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU, No 9, 2015

: Pasal 1 ayat 6). Artinya pemerintah daerah memiliki hak, wewenang dan kebebasan

untuk membuat inisiatif sendiri, mengelola, dan mengoptimalisasikan potensi-potensi

sumber daya daerah serta mengatur arah pembangunan daerah sesuai dengan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Akan tetapi pada prinsipnya kewenangan tersebut

merupakan pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

Dengan demikian, secara struktural pemerintah daerah tetap berada pada koordinasi

pemerintah pusat.

Kebijakan pemerintah pusat memberikan kewenangan yang lebih luas kepada

setiap pemerintah daerah merupakan bentuk tanggungjawab pemerintah terhadap

pelayanan masyarakat dalam membangun dan mengatur daerah masing-masing baik

dalam segi pembangunan daerah maupun pengaturan tatanan kehidupan masyarakat

daerah dalam mengimplementasikan tuntutan arus globalisasi. Dengan demikian

kemajuan dan kemunduran pemerintah daerah dalam merespon arus globalisasi

sangat ditentukan oleh kemampuan dari daerah itu sendiri.

1
2

Wacana pembangunan masyarakat madani yang telah dimulai jauh sebelum

otonomi daerah didengungkan. Ini menjadi cita-cita luhur bagi pemimpin-pimimpin

bangsa, dimana anak-anak generasi muda yang merupakan aset negara ialah generasi

yang akan meneruskan perjuangan para pendahulu di masa mendatang dan

pendidikan agama menjadi hal yang utama dalam pembentukan karakter yang

diharapkan.

Lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah untuk belajar memperoleh

pengetahuan dan mengembangkan berbagai kemampuan dan keterampilan. Oleh

karena itu, pengajaran di sekolah adalah salah satu usaha yang bersifat sadar,

bertujuan, sistematis dan terarah pada perubahan tingkah laku atau sikap. Perubahan

tingkah laku itu dapat terjadi, manakala proses pengajaran terjadi di sekolah.

Bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara untuk mendapatkan

dan memilih serta merupakan kewajiban yang harus dijalankan dalam rangka

peningkatan kualitas hidup dan demi kesejahteraan yang merupakan kewajiban bagi

pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakannya dalam pencapaian tujuan

pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,mempunyai budi

pekerti luhur.

Agama islam sebagai pedoman hidup kaum muslim tentunya tidak hanya

mengatur hubungan hamba dengan tuhannya saja, tetapi juga menyangkut

keseluruhan aspek kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan. Pendidikan


3

Agama Islam pada dasarnya adalah Al-Qur’an. Sebagai pokok agama, Al-Qur’an

memegang peranan yang sangat signifikan dalam pembentukan tingkah laku manusia

atau pembentukan akhlaq yang mulia. Artinya bahwa, seseorang akan melahirkan

sebuah tata nilai yang luhur dan mulia jika mengikuti sumber dari Al-Qur’an. Tata

nilai itu kemudian melembaga dalam suatu masyarakat dan pada gilirannya akan

membentuk sebuah kebudayaan dan peradaban yang islami.

Peraturan daerah yang merupakan produk hukum yang memiliki peranan

dalam mengatur dan mengendalikan pola kehidupan masyarakat secara luas dewasa

ini mulai marak mengikutsertakaan nuansa agama atau dengan kata lain kebijakan

syari’ah ke dalam peraturan daerah yang ada di beberapa daerah di Indonesia.

Kepulauan Riau menjadi salah satu daerah yang turut mengikutsertakan

nuansa agama dalam kebijakan-kebijakannya. Seperti di Kabupaten Karimun,

kebijakan pemerindah daerah yang terdapat nuansa agama seperti azam iman dan

taqwa serta surat keputusan bupati yang mengatur tentang penuntasan buta aksara Al-

Qur’an. Hal ini kemudian menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan yang ada

di Kabupaten Karimun.

Salah satu dari empat azam yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten

Karimun adalah Azam Peningkatan Iman dan Taqwa. Azam ini merupakan upaya

menanamkan sikap mental berbudi luhur dan berakhlak mulia. Tugu Iman & Taqwa

ini berbentuk Piala Bergilir MTQ di Kepulauan Riau, sebagai pencapaian Kabupaten
4

Karimun dalam mempertahankan Juara Umum MTQ tingkat Provinsi Kepulauan

Riau untuk ketiga kalinya.

Untuk menunjang Visi Pemerintah Daerah kabupaten karimun yang maju

mandiri, berbudaya dilandaskan Iman dan Taqwa serta Misi Pemerintah Kabupaten

Karimun yang mengembangkan sektor industri, perdagangan, pariwisata dan sektor

pertanian. Pemerintah daerah Kabupaten Karimun mempunyai 4 (empat) azam

penggerak salah satunya yakni azam iman dan Taqwa. Tidak hanya sebagai

implementasi dari salah satu azam kabupaten karimun, yakni azam iman dan taqwa.

Pendirian dan pengelolaan TPQ di kabupaten karimun juga berlandaskan dari Surat

Keputusan Bupati Karimun tentang penuntasan buta aksara Al-Qur’an. Dengan turut

mengedepankan citra budaya melayu yang berlandaskan nilai-nilai keislaman,

Pemerintah Kabupaten Karimun menjadikan penuntasan buta aksara Al-

Qur’an sebagai bagian terpenting dari pembangunan daerah. Surat Keputusan Bupati

Kabupaten Karimun serta azam Iman dan Taqwa kemudian menjadi landasan

pendirian dan pengelolaan TPQ di Kabupaten Karimun. Dengan diaturnya pendirian

dan pengelolaan TPQ Pembina serta pendidik diharapkan mampu ikut mencerdaskan

para penerus bangsa.

Sejak tahun 1511 Kabupaten Karimun telah dikenal dengan ciri khas suku

melayu. Melalui persebaran penduduk Malaka yang banyak mendiami pulau-pulau di

Kabupaten Karimun yang berlandaskan akhlak mulia yang bercirikan islam. Untuk

mempertahankan hal tersebut pendidikan moral atau akhlak dapat dilakukan dengan
5

cara pendidikan agama, seperti yang telah dilakukan pada kecamatan-kecamatan yang

ada di Kabupaten Karimun. Melalui campur tangan pemerintah yang mengatur

pendirian dan pengelolaan TPQ diharapakan sebuah keberhasilan yang baik untuk

mempertahankan ciri budaya melayu yang baik dan benar.

Pada penelitian kali ini, peneliti hanya berfokus pada satu kecamatan yang ada

di Kabupaten Karimun. Kecamatan tersebut dinilai layak untuk menjadi tempat

penelitian dalam implementasi kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an karena

merupakan kecamatan yang baru dimekarkan berdasarkan Peraturan Daerah Tahun

2012 yang paling banyak jumlah penduduknya. Menjadi daya tarik tersendiri bagi

peneliti untuk mengetahui bagaimana kecamatan yang baru dimekarkan menerapkan

sebuah kebijakan yang telah lama disahkan.

Kecamatan Meral Barat merupakan kecamatan baru yang berhasil meraih

gelar juara umum 2 (dua) kali berturut-turut dibanding dengan kecamatan lain yang

ada di kabupaten karimun pada MTQ tingkat Kabupaten Karimun tahun 2017 dan

2018. Dengan demikian, hal ini menjadi daya tarik untuk diteliti. Bagaimana

Kecamatan Meral Barat yang merupakan kecamatan baru dimekarkan menggunakan

surat keputusan bupati yang telah lama diterbitkan.


6

Tabel 1.1
Juara Umum MTQ Kabupaten Karimun

No. Kecamatan Tahun/MTQ ke


1. Belat 2015/7
2. Kundur Utara 2016/8
3. Meral Barat 2017/9
4. Meral Barat 2018/10
5. Moro 2019/11
Sumber : Data Olahan Peneliti, 2019

Berdasarkan hasil observasi pra-penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

kebijakan ini hadir dan tercetuskan adalah karena adanya kesepakatan antara Kantor

Departemen Agama Kabupaten Karimun dan Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun.

Hal ini disepakati untuk mensukseskan kurikulum pendidikan formal yang

menyatakan bahwa anak-anak bisa baca Al-Qur’an pada tingkat sekolah dasar. Upaya

untuk mengedepankan pendidikan agama yang dianggap paling membantu adalah

bekerjasama dalam hal penentuan dan penerapan kebijakan ini.

Sistem pembelajaran atau kurikulum yang dipakai oleh TPQ telah ditetapkan

sebagaimana mestinya. Dari pendidikan membaca dan menulis Al-Qur’an sampai

dengan kebutuhan doa sehari-hari dan juga tuntunan sholat fardhu. Sehingga

diharapkan dengan keseragaman yang dilakukan menjadikan tujuan awal

pembentukan surat keputusan bupati ini terlaksana dengan baik. Berdasarkan hasil

wawancara bersama pihak BMPG-TPQ anggaran yang didapat dari pemerintah

daerah terkait insentif guru-guru.


7

Terlepas dari bagaimana penerapan dan pengelolaannya tidak menutup

kemungkinan banyak diantara TPQ-TPQ lain yang dinilai kurang dan belum

menunjukkan hasil yang diharapkan. Maka dari itu, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan acuan bagaimana pengelolaan dan penerapan penuntasan buta aksara

Al-Qur’an yang baik dan benar. Sehingga penerapan surat keputusan bupati ini sesuai

dengan yang diharapkan. Perbandingan yang ada dapat menjadikan pengajaran bagi

sebuah penerapan. Pada akhirnya kegagalan serta keberhasilan dari sebuah

pengimplementasian juga dapat diukur dari letak perbedaan dari cara penerapannya.

Pengelolaan TPQ kemudian menjadi daya tarik tersendiri untuk diteliti.

Bagaimana penerapan SK bupati dan penerapan azam iman dan takwa menjadi

landasan pendirian dan pengelolaan TPQ mampu mengantarkan Kabupaten Karimun

bisa meraih gelar juara yang tidak hanya sekali. Tidak hanya memaksimalkan potensi

daerah sendiri, tetapi dengan adanya landasan tersebut menjadikannya prioritas

tersendiri dalam eksistensi daerah itu sendiri. Sehingga jika mendengar nama

Kabupaten Karimun orang-orang akan mengingat gelar juara umum yang diraihnya.

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Implementasi

Kebijakan Penuntasan Buta Aksara Al-Qur’an (Studi Kasus Kecamatan Meral

Barat)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas maka penulis dapat

merumuskan permasalahan sebagai berikut yakni bagaimanakah implementasi

Kebijakan tentang Penuntasan Buta Aksara Al-Qur’an di Kecamatan Meral Barat.


8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengimplementasian surat keputusan bupati no 123 a tahun 2006 tentang

penuntasan buta aksara Al-Qur’an di Kecamatan Meral Barat Kabupaten

Karimun.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis manfaat dari penelitian ini berkenaan dengan

bagaimana mengembangkan teori-teori yang ada. Khususnya teori-teori

implementasi kebijakan maupun teori yang berkaitan dengan pembahasan

ini.

b. Manfaat praktis

Secara praktis manfaat penelitian ini berkaitan dengan terjawabnya

tujuan penelitian. Ketika tujuan penelitian terjawab yakni mengetahui

pengimplementasian kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an di

Kecamatan Meral Barat.

D. Studi Literatur

Terdapat beberapa studi literatur yang dapat dijadikan bahan rujukan

untmemahami bagaimana menganalisis SK Bupati Kabupaten Karimun mengenai

penuntasan buta aksara Al-Qur’an. Studi-studi mengenai implementasi kebijakan


9

penangan buta aksara Al-Qur’an sangat menarik sehingga banyak dibahas oleh

sejumlah peneliti, diantaranya :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Adhi Susanto (2017) yang berjudul

“Implemetasi Peraturan Daerah No 1 Tahun 2013 Tentang Pandai Membaca Al-

Qur’an diKecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar”. Tujuan dari peraturan

daerah ini adalah untuk menjadikan masyarakat kabupaten Kampar menjadikan

masyarakat yang bernilai agama tinggi, khususnya Kecamatan Bangkinang Kota

Implementasi Peraturan Daerah No 1 Tahun 2013 Tentang Pandai Membaca Al-

Quran di Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar belum berjalan dengan

maksimal, itu dibuktikan masih banyak sekolah-sekolah yang belum melaksanakan

program ini dan masih banyak juga masyarakat yang tidak mengetahui tentang

adanya Program Pandai Membaca Al-Quran. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Implementasi Peraturan Daerah No 1 Tentang Pandai Membaca Al-Quran di

Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar ini adalah Partisipasi Masyarakat,

Dana/Biaya dan Sarana Prasarana dalam mengimplementasian Peraturan Daerah ini.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Idhan (2018) yang berjudul “Implementasi

Kebijakan Pendidikan Baca Tulis Al-Qur’an (Studi Kasus Taman Pendidikan Al-

Qur’an di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar)”. Tujuan peenelitian ini untuk

mengetahui implementasi Kebijakan Baca-Tulis Al-Qur’an pada Taman Pendidikan

Al-Qur’an di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar. Jenis penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini


10

menunjukkan bahwa Implementasi Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 1 Tahun

2012 tentang pendidikan Baca-Tulis Al-Qur’an pada Taman Pendidikan Al-Qur’an

Jannatul Firdauz, terimplementasi dengan baik, namun dalam pelaksanaannya

ditemukan factor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan baca-

tulis Al-Qur’an seperti tidak tetapnya alokasi sumber daya financial, pengaruh

perkembangan teknologi, dan kesulitan teknis dalam pengajaran Al-Quran.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sadiah dkk (2017) yang berjudul

“Implementasi Model Pembelajaran dalam Pemberantasan Buta Huruf Al-Qur’an di

Majelis Taklim Nurul Hikmah Kampung Situ Uncal Desa Purwasari Kecamatan

Dramaga Kabupaten Bogor”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-

kualitatif-interpretatif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah bahwa model

pembelajaran dalam pemberantasan buta huruf Alquran bagi ibu-ibu rumah tangga di

Majelis Taklim Nurul Hikmah meliputi a) Pendekatan yang diterapkan melalui

pendekatan klasikal dan pendekatan individual; b) Metode yang digunakan dalam

proses pembelajaran adalah metode Iqra’ dengan sumber pembelajaran buku Iqra’,

juz’amma. dan mushaf Al-Qur’an; c) Media yang digunakan dalam pembelajaran

Alquran menggunakan papan tulis; d) Proses kegiatan pembelajaran baca Al-Qur’an

di Majelis Taklim Nurul Hikmah meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

akhir; dan e) Evaluasi dilakukan dengan cara guru atau tutor meminta peserta didik

untuk menjelaskan hukum tajwid yang terdapat dalam ayat yang sedang dibaca.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Silviana Syafitri (2017) yang berjudul

“Implementasi Program Pengentasan Buta Aksara di Kabupaten Bondowoso”.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data


11

melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Program yang digunakan berupa

keaksaraan fungsional dengan dua kegiatan yakni keaksaraan fungsional dasar dan

keaksaraan fungsional lanjutan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Usman (2015) yang berjudul “Implementasi

Kebijakan Kementerian Agama Terhadap Penyelenggaraan Taman Pedidikan Al-

Qur’an di Kabupaten Pasuruan”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

kebijakan Kantor Kementerian Agama terhadap penyelenggaraan Taman Pendidikan

Al-Qur’an di Kabupaten Pasuruan, serta Implementasi dan hasilnya; dengan jenis

penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptis dengan teknis pengumpulan data

menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Dari kelima penelitian terdahulu yang telah peneliti baca terdapat pembeda

antara kelima penelitian tersebut. Pada penelitian ini kajian dilakukan untuk melihat

bagaimana proses penerapan suatu kebijakan pada sebuah daerah. Dengan melihat

dari aspek lingkungan dan isi kebijakan yang ada. Dengan harapan mampu

mengetahui apakah factor lingkungan kemudian berpengaruh terhadap kebijakan

tersebut. Penelitian kali ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Merille S.

Grindle kemudian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Peran pemerintah dan orangtua juga dipertmbangkan dalam penentuan

keberhasilan proses implementasi kebijakan. Antara kedua belah pihak juga dapat

diketahui factor apa yang mendorong kberhasilan dari sebuah kebijakan tersebut.

Ketersediaan sarana dan prasana juga menjadi sebuah tolak ukur unuk menentukan

sebuah keberhasilan kebijakan.


12

E. Kerangka Berfikir

Merille S. Grindle (Subarsono:2011) berpendapat bahwa ada dua faktor yang


mempengaruhi
implementasi kebijakan yakni:
1. Isi Kebijakan
2. Lingkungan Implementasi
Berikut adalah kerangka berfikir dari penelitian ini :

Implementasi Kebijakan Penuntasan


Buta Aksara Al-Qur’an (Surat
Keputusan Bupati Nomor 123 A
Tahun 2006)

Implementasi Kebijakan Merillee S.


Grindle (Subarsono:2011)

1. Isi Kebijakan
1. Isi Kebijakan 2. Lingkungan Implementasi
2. Lingkungan Implementasi
a. Kepentingan-kepentingan yang a. kekuasaan, kepentingan-
a. Kepentingan-kepentingan yang a. kekuasaan, kepentingan-
mempengaruhi kepentingan, dan Strategi dari
mempengaruhi kepentingan, dan Strategi dari
b. Tipe Manfaat Aktor
Aktoryang
yangterlihat
terlihat
b. Derajat
c. Tipe Manfaat
perubahan yang ingin b. Karakteristik lembaga dan rezim
dicapai b. yang
Karakteristik lembaga dan rezim
sedang berkuasa
c. Derajat perubahan yang ingin yang sedang berkuasa
d. Letak
dicapaipengambilan keputusan c. Tingkat kepatuhan dan adanya
e. Pelaksana program c. respon darikepatuhan
Tingkat pelaksana dan adanya
f.d. Sumber-Sumber
Letak pengambilanDaya
keputusan
yang respon dari pelaksana
e. Digunakan
Pelaksana program
f. Sumber-sumber daya yang
diinginkan

Masyarakat mampu membaca, memahami dan mengamalkan isi


dari Al-Qur’an
Gambar: Data Olahan Peneliti, 2019

Gambar I.1
Kerangka Berfikir
13

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, permasalahan yang diangkat penulis

yaitu pengimplementasian kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an di Kecamatan

Meral barat Kabupaten Karimun. Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini, maka

landasan hukum tersebut disinkronkan dengan landasan teori mengenai model

implementasian kebijakan. Melalui teori tersebut peneliti dapat mengetahui

bagaimana pengimplementasian kebijakan tersebut. Sehingga nantinya dapat

diketahui apakah kebijakan tersebut berhasil atau tidak diterapkan pada Kecamatan

tersebut.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa

kata-kata lisan ataupun tulisan dari informan yang diteliti. Metode penelitian

ini dipilih yaitu bertujuan untuk menggambarkan dan mengungkapkan

bagaimana pengimplementasian kebijakan pemberantasan buta aksara Al-

Qur’an di Kecamatan Meral Barat.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Meral Barat Kabupaten

Karimun. Tepatnya di Kantor BMPG-TPQ Kabupaten Karimun dan

Kecamatan Meral Barat, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Karimun


14

dan beberapa TPQ Kecamatan Meral Barat. Kecamatan tersebut adalah tiga

dari kecamatan yang baru dimekarkan pada tahun 2012 yang paling banyak

jumlah penduduknya. Menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti khususnya

kecamatan yang baru dimekarkan menerapkan sebuah kebijakan yang telah

lama disahkan.

3. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara pada informan

dan lokus yang telah ditentukan, semua hasil yang diperoleh direduksi dan

dianalisis secara deskriptif dalam bentuk lisan maupun tulisan. Sedangkan

data sekunder diperoleh melalui penelusuran berbagai pustaka seperti

Undang-undang Republik Indonesia, peraturan-peraturan yang terkait, buku-

buku, tulisan-tulisan penelitian, studi kasus, ataupun artikel dan jurnal yang

diterbitkan berhubungan dengan penelitian ini dan Kementerian Agama

Kabupaten Karimun dalam bentuk dokumen dan data. Data sekunder

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak

lansung melalui media perantara.

4. Informan

Berikut adalah kriteria informan yang akan peneliti jadikan responden

pada penelitian kali ini. Kriteria yang menjadi responden dalam penelitian ini

adalah:
15

a) Informan yang memiliki kaitan dalam kebijakan penuntasan buta

aksara Al-Qur’an.

b) Masyarakat selaku orangtua santri.

Informan dalam penelitian ini terdiri dari KEMENAG Kabupaten

Karimun, Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun, BMPG-TPQ Kabupaten

Karimun dan BMPG-TPQ Kabupaten Meral Barat, TPQ, masyarakat selaku

orangtua santri. Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini

berdasarkan pada subjek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan

bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat. Teknik pengambilan

informasi yang digunakan adalah purposive sampling yaitu dengan mengambil

subjek penelitian yang memenuhi kriteria.

Tabel 1 .2
Daftar Informan

No. Informan Tujuan Keterangan


1. KEMENAG Untuk mengetahui langkah- Sebagai instansi yang
Kabupaten langkah Kementerian Agama dinilai mampu memberikan
Karimun Kabupaten Karimun dalam hal informasi yang banyak dan
pengimplementasian kebijakan akurat.
tersebut.
2. Dinas Untuk mengetahui bagaimana Sebagai instansi terkait
Pendidikan keterkaitan Dinas pendidikan yang merupakan
Kabupaten dalam implementasi Kebijakan kesepakatan bersama
Karimun tersebut. dalam kebijakan tersebut.
3. BMPG-TPQ Untuk mengetahui bagaimana Sebagai instansi yang
Kabupaten peran serta BMPG-TPQ dalam memiliki pembagian tugas
Karimun penerapan kebijakan. yang spesifik berkaitan
dengan kebijakan tersebut.
4. BMPG-TPQ Untuk mengetahui sajauh mana Informan di lokasi
16

Kecamatan koordinator kecamatan berperan penelitian yang dianggap


Meral Barat dalam penerapan kebijakan. mampu menggambarkan
jalannya proses
implementasi.
5. Masyarakat Untuk mengetahui respon dari Informan yang dipandang
selaku orangtua para orangtua santri terkait mempunyai penilaian
santri pengetahuan tentang kebijakan berbeda dan sudut pandang
yang ada. yang berbeda dari instansi
terkait.
6. Guru dan staff Untuk mengetahui bagaimana Selaku informan
TPQ para guru dan staf yang dengan khusus
mengimplementasikan menjalankan kebijakan itu
kebijakan tersebut. sendiri.
Sumber : Olahan data peneliti, 2019

5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2014:83).

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui

metode triangulasi yaitu terdiri dari:

a) Observasi yang dilakukan untuk memperoleh data di lapangan

terkait dengan permasalahan yang ingin dibahas serta melakukan

pengamatan secara langsung untuk mendapatkan informasi-

informasi yang dibutuhkan. Alat pengumpulan data dalam

observasi adalah daftar ceklis.

b) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan


17

jumlah respondennya sedikit/kecil, (Sugiyono, 2014:137). Alat

pengumpulan data dalam wawancara adalah pedoman wawancara.

c) Dokumentasi yang peneliti lakukan bersumber dari Undang-

undang Republik Indonesia, peraturan-peraturan yang terkait,

buku-buku, tulisan-tulisan penelitian, studi kasus, ataupun artikel

dan jurnal yang diterbitkan dan berhubungan dengan penelitian

ini. Dokumentasi juga dilakukan dibeberapa tempat, yaitu

perpustakan Universitas Maritim Raja Ali Haji, Perpustakaan

Provinsi Kepulauan Riau, dan Perpustakaan Kota Tanjungpinang.

Data yang telah diperoleh harus dilakukan pengolahan. Dalam

melakukan pengolahan data, penulis melakukannya dengan cara yang objektif

dan sistematis terhadap sumber-sumber data. Objektif berarti mengolah data-

data tersebut sesuai dengan yang didapatkan dalam penelitian. Sedangkan

sistematis berarti membuat klasifikasi terhadap data-data tesebut untuk

memudahkan dalam proses analisis data.

6. Teknik Analisis Data

Sesuai karakteristik penelitian kualitatif, maka analisis data dilakukan

sepanjang proses berlansungnya penelitian. Teknik analisi data yang

digunakan dalam penelitian ini menurut Miles dan Huberman (Sugiyono,

2014:246) adalah:
18

a) Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan data mentah

yang dilakukan secara terus-menerus selama penelitian berlangsung

dengan membuat sebuah ringkasan.

b) Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan cara menyampaikan

informasi berdasarkan data yang dimiliki dan diperoleh serta disusun

sehingga dapat memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan.

c) Penarikan Kesimpulan

Proses ini bermaksud menarik simpulan berdasarkan data

yang didapatkan dari berbagai sumber kemudian peneliti mengambil

simpulan yang bersifat sementara sambil mencari data

pendukung/menolak kesimpulan. Pada tahap penarikan simpulan peneliti

melakukan pengkajian tentang simpulan yang telah diambi


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kebijakan

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan

dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara

bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintah, organisasi dan kelompok

sektor swasta, serta individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hokum.

(Winarno,2007:14). Carl Federick (Leo Agustino,2008:7) mendefinisikan kebijakan

sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau

pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan

(kesulitn-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan

kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Proses kebijakan

merupakan aktivitas yang berkaitan dengan bagaimana :

a. Masalah dirumuskan.

b. Agenda Kebijakan ditentukan.

c. Kebijakan dirumuskan.

d. Keputusan kebijakan diambil.

e. Kebijakan dilaksanakan.

f. Kebijakan dievaluasi.

Menurut Thomas R.Dye (Leo Agustino,2008:7), kebijakan publik adalah

apapun pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

Artinya, apabila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu, maka tentunya ada

19
20

tujuannya, karena kebijakan publik merupakan ” tindakan” pemerintah. Apabila

pemerintah memilih untuk tidak melakukan sesuatu, inipun merupakan kebijakan

publik, yang tentunya ada tujuannya.

B. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan

dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu

langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi

kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik terebut. Secara umum dapat

digambarkan sebagai berikut :

Kebijakan Publik

Kebijakan Publik
Program
Penjelas

Proyek

Kegiatan

Pemanfaatan
(beneficaries)

Gambar 2.1
Implementasi Kebijakan
21

Kebijakan publik dalam bentuk Undang-Undang atau Perda adalah jenis

kebijakan publik penjelas atau yang sering diistilah kan sebagai peraturan

pelaksanaan. Kebijakan publik yang bisa langsung operasional antara lain Kepres,

Inpres, Kepmen, Keputusan Kepala Daera, Keputusan Kepala Dinas, dan lain-lain.

Mengenai pengertian kebijakan ini, Dunn (1999:51-52) menjelaskan bahwa secara

etimologis, istilah kebijakan (policy) berasal dari bahasa Yunani, dan Latin.

Selanjutnya, Dunn menerangkan bahwa akar kata dalam bahasa Yunani dan

Sanskerta, yaitu polis (negara-kota) dan dikembangkan dalam bahasa Latin menjadi

politia (negara) dan akhirnya dalam bahasa Ingrris policie, yang berarti menangani

masalah-masalah publik atau administrasi pemerintahan.

Secara teoritis, rumusan kebijakan publik, antara lain ditafsirkan oleh Dye dan

Peters, Kartasasmita (199: 2-3). Kebijakan publik adalah semua yang dilakukan dan

tidak dilakukan oleh pemerintah. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa

kebijaksanaan merupakan upaya untuk memahami dan mengartikan apa yang

menyebabkan atau yang memeranginya, dan apa pengaruh dan dampak

kebijaksanaan publik tersebut. Kebijakan merupakan upaya untuk memahami dan

mengartikan menurut Dye dan Peters., Kartasasmita (199: 2-3) :

1) Apa yang dilakukan (atau tidak tidak dilakukan) oleh pemerintah


mengenai suatu masalah
2) Apa yang dapat menyebabkan atau yang dapat memengaruhinya;
3) Apa pengaruh dan dampak dari kebijakan publik tersebut. Peters
mengartikan kebijakan publik sebagai total kegiatan pemerintah, baik
yang dilakukan langsung atau melalui pihak lain, yang berpengaruh pada
kehidupan penduduk suatu negara.
22

Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier dalam (Wahab. Solichin A 1997),

menjelaskan makna implementasi ini dengan mengatakan bahwa : memahami apa

yang senyatanya terjadi sesudah sesuatu program dinyatakan berlaku atau

dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaa, yakni kejadian-

kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannyapedoman-pedoman

kebijaksanaa negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk

mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan, akibat/dampak nyata pada

masyarakat atau kejadian-kejadian.Implementasi kebijakan merupakan kegiatan yang

kompleks dengan begitu banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu

implementasi kebijakan. Dalam mengkaji implementasi kebijakan publik, Edward III

mulai dengan mengajukan dua pertanyaan :

1.Kondisi apa yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik dan

2.Apa hambatan yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik

George C. Edward III (1980) berusaha menjawab dua pertanyaan terebut

dengan mengkaji empat faktor atau variabel dari kebijakan yaitu struktur birokrasi,

sumberdaya, komunikasi dan disposisi.

Implementasi kebijakan merupakan tahapan dari proses kebijakan segera

setelah penetapan undang-undang. Sebagaimana dinyatakan Ripley dan Franklin

(dalam Winarno 2007:145), implementasi kebijakan adalah apa yang terjadi setelah

undang- undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan,

keuntungan (benefit), atau jenis keluaran yang nyata (tangible output).

Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah kegiatan yang mengikuti

pernyataan maksud tentang tujuan program dan hasil- hasil yang diinginkan oleh para
23

pejabat pemerintah (Winarno 2007). Kegiatan implementasi mencakupi tindakan oleh

berbagai aktor, khususnya para birokrat, yang dimaksudkan untuk membuat program

berjalan. Berkaitan dengan badan-badan pelaksana kebijakan, implementasi

kebijakan mencakupi empat macam kegiatan. Pertama, badan-badan pelaksana yang

ditugasi oleh undang-undang dengan tanggung jawab menjalankan program harus

mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan agar implementasi berjalan lancar.

1. Model Implementasi Kebijakan Grindle

Pelaksanaan kebijakan publik dalam teori Merilee S. Grindle (dalam


Subarsono, 2011) dipengaruhi oleh dua variable besar, yakni: isi kebijakan
(content of policy); dan lingkungan implementasi (context of
implementation). Variabel tersebut mencakup: sejauhmana kepentingan
kelompok sasaran tertuang dalam isi kebijakan; jenis manfaat yang
diterima oleh kelompok sasaran; sejauhmana perubahan yang diinginkan
dari sebuah kebijakan; apakah penempatan lokasi program sudah tepat;
apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan pelaksananya secara detail;
dan apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.

a. Isi Kebijakan (Content of Policy)

1) Affected (Kepentingan-Kepentingan yang Mempengaruhi)


Interst affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang
mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini
berargumen bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti
melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana kepentingan-
kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap implementasinya,
hal inilah yang ingin diketahui lebih lanjut.

2) Type of Benefits (Tipe Manfaat)


Pada point ini content of policy berupaya untuk menunjukkan atau
menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa
jenis manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh
pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.

3) Extent of Change Envision (Derajat Perubahan yang Ingin Dicapai)


Setiap kebijakan memiliki target yang hendak dan ingin dicapai.
Content of policy yang ingin dijelaskan pada pon ini adalah bahwa
sejauh mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan
24

haruslah memiliki skala yang jelas. Suatu program yang bertujuan


mengubah sikap dan perilaku kelompok sasaran relatif lebih sulit
diimplementasikan daripada program yang sekedar memberikan
bentuan kredit atau bantuan beras kepada kelompok masyarakat
miskin.

4) Site of Decision Making (Letak Pengambilan Keputusan)


Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan
penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini
harus dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu
kebijakan yang akan diimplementasikan. Apakah letak sebuah
program sudah tepat.

5) Program Implementer (Pelaksana Program)


Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung
dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi
keberhasilan suatu kebijakan. Dan ini sudah harus terpapar atau terdata
dengan baik, apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan
implementornya dengan rinci.

6) Resources Committed (Sumber-Sumber Daya yang Digunakan)


Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang
memadai. Pelaksanaan kebijakan harus didukung oleh sumberdaya-
sumberdaya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan
baik.

b. Lingkungan Implementasi (Context of Implementation)

1) Power, Interest, and Strategy of Actor Involved (Kekuasaan,


Kepentingan-Kepentingan, dan Strategi dari Aktor yang Terlibat)
Dalam suatu kebijakan perlu dipertimbangkan pula kekuatan atau
kekuasaan, kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para aktor
yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu
implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan
matang, sangat besar kemungkinan program yang hendak
diimplementasikan akan jauh hasilnya dari yang diharapkan.

2) Institution and Regime Characteristic (Karakteristik lembaga dan


rezim yang sedang berkuasa.
Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga
berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin
dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut
mempengaruhi suatu kebijakan.
25

3) Compliance and Responsiveness (Tingkat Kepatuhan dan Adanya


Respon dari Pelaksana)
Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu
kebijakan adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana, maka
yang hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan
dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.

Setelah kegiatan pelaksanaan kebijakan yang dipengaruhi oleh isi atau

konten dan lingkungan atau konteks diterapkan, maka akan dapat diketahui

apakah para pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah kebijakan sesuai

dengan apa yang diharapkan, juga dapat diketahui pada apakah suatu

kebijakan dipengaruhi oleh suatu lngkungan, sehingga terjadinya tingkat

perubahan yang terjadi.

2. Model implementasi oleh Van Meter dn Van Horn

Van Meter dan Van Horn (1975 : 78) dalam teorinya ini beranjak dari

suatu argument bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi

akan dipengaruhi oleh sifat kebijaksanaan yang akan dilaksanakan.

Selanjutnya hidup mereka menawarkan suatu pendekatan yang mencoba

untuk menghubungkan antara isu kebijaksanaan dengan implementasi dan

suatu model konseptual yang mempertalikan kebijaksanaan dengan

prestasi kerja (performance). Kedua ahli ini menegaskan pula

pendiriannya bahwa perubahan, control dan kepatuhan bertindak

merupakan konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur

implementasi. Dengan memanfaatkan konsep-konsep tersebut, maka

permasalahan yang perlu dikaji dalam hubungan ini ialah hambatan-


26

hambatan apakah yang terjadi dalam mengenalkan perubhan dalam

organisasi? Seberapa jauhkah tingkat efektivitas mekanisme-mekanisme

kontrol pada setiap jenjang strutur? (masalah ini menyangkut kekuasaan

dari pihak yang paling rendah tingkatannya dalam organisasi yang

bersangkutan). Atas dasar pandangan seperti ini Van Meter dan Van Horn

(1975:78) kemudian berusaha untuk membuat tipologi kebijaksanaan

menurut:

a) Jumlah masing-masing perubahan yng akan dihasilkan dan,

b) Jangkauan atau lingkup kesepakatan terhadap tujuan diantara

pihak-pihak yang terlibat dalam proses implementasi.

Alasan dikemukakannya ha ini ialah bahwa proses

implementasi itu akan dipengaruhi oleh dimensi-dimensi

kebijaksanaan semacam itu, dalam artian bahwa implementaasi

kebanyakan akan berhasil apabila perubahan yang dikehendaki

relative sedikit, sementara kesepakatan terhadap tujuan, terutama dari

mereka yang mengoperasikan program dilapangan relatif tinggi.

Hal ini dikemukakan oleh Van Meter dan van Horn (1975:78)

diatas ialah bahwa jalan yang menghubungkan antara kebijaknsanaan

dan prestasi kerja dipisahkn oleh sejumlah variable bebas (independent

variable) yang saling berkaitan. Variabel-variabel bebas itu ialah:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijaksanaan.


2. Sumber-sumber Kebijaksanaan.
3. Ciri-ciri atau sifat Bdan/instansi pelaksana.
27

4. Komunikasi antar Organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan


pelaksanaan.
5. Sikap para pelaksana; dan
6. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik.
3. Model Implementasi Kebijakan Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari analisis

implementasi kebijaksanaan negara ialah mengidentifikasikan

variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan

formal pada keeluruhan proses implementasi. Variabel-variabel yang

dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori besar, yaitu :

1. Mudah tidaknya masalah yang akan digarap dikendalikan.

2. Kemampuan keputusan kebijaksanaan untuk menstrukturkan

secara tepat proses implementasinya; dan

3. Pengaruh langsung pelbagai variabel politik terhadap

keseimbangan dukungan bagi tujuan yang termuat dalam

keputusan kebijaksanaan tersebut.


28

a. Mudah/tidaknya masalah
dikendalikan
Kesukaran-kesukaran tekni keragaman perilaku
kelompok sasaran prosentase kelompok sasaran
dibanding jumlah penduduk ruang lingkup
perubahan perilku yang diinginkan

b. Kemampuan kebijaksanaan c. Variabel diluar


untuk menstrukturkan proses kebijaksanaan yang
implementasinya mempengaruhi proses
implementasi
Kejelasan dan konsisteni tujuan
digunakannya teori kausal yang Kondisi sosio-ekonomi
memadai. Ketepatan alokasi sumber dan teknologi dukungan publik
dana, keterpaduan hierarki dalam dan sikap dan sumber-sumber yang
diantara lembaga pelaksana. Aturan- dimiliki kelompok-kelompok,
aturan keputusan dari badan pelaksana, dukungan dari pejabat atasan,
rekrutmen pejabat pelaksana . akses komitmen dan kemampuan
formal pihak luar. kepemimpinan, pejabat-pejabat
pelaksana.

d. Tahap-tahap dalam proses Implementasi (Variabel Tergantung)


Output Kesediaan Dampak Dampak Perbaikan
Kebijaksanaan kelompok nyata output mendasar
, badan-badan sasaran output kebijaksan dalam
pelaksana mematuhi output kebijaksan aan sebagai undang-
kebijaksanaan aan diopersepsi undang

Gambar 2.2
Model Kebijakan Mazmanian dan Paul A. Sabatier
BAB III
GAMBARAN UMUM PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Meral Barat

Dengan semangat Otonomi Daerah yaitu pada Tanggal 12 Oktober

1999, merupakan hari yang bersejarah bagi masyarakat Kecamatan Karimun,

Kecamatan Moro dan Kecamatan Kundur, dimana telah terbitnya Undang-

Undang Nomor 53/Tahun 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten, yang salah

satunya adalah Kabupaten Karimun yang membawahi 3 (tiga) kecamatan,

yaitu Kecamatan Karimun, Kecamatan Moro dan Kecamatan Kundur.

Kecamatan Meral Barat terbentuk melalui Peraturan Daerah Kabupaten

Karimun Nomor 1 Tahun 2001 tentang Pembentukan dan Struktur Organisasi

Tata Kerja Kecamatan Meral Barat, Kecamatan Meral,Kecamatan Tebing,

Kecamatan Meral Barat, dan Kecamatan KundurBarat. Kemudian pada Bulan

Juli Tahun 2012 berdasarkan Perda No.02 Tahun 2012 Kabupaten Karimun

kembali lagi dimekarkan menjadi 12 (dua belas) kecamatan. Secara

administratif Meral Barat merupakan kecamatan pemekaran dari kecamatan

induk sebelumnya yaitu dari wilayah kecamatan meral dan kecamatan

tebing.Meral Barat terdiri dari 2 (dua) kelurahan dan 2 (dua) desa, yaitu :

1. Kelurahan Darussalam

2. Desa Pangke

3. Kelurahan Pasir Panjang

4.DesaPangkeBarat

29
30

1. Letak

Berdasarkan data dari Bagian Pemerintahan Kabupaten Karimun,

wilayah daratan (pulau-pulau) dari Kecamatan Meral Barat terletak diantara

Desa Pangke sampai dengan Desa Pangke Lintang Utara 0,5945 dan 103,2604

Bujur Timur. Luas wilayah Kecamatan Meral Barat adalah 403,27 km2.

2. Batas-batas
Batas-batas Kecamatan Meral Barat di sebelah:
1. Utara : Selat Malaka

2. Selatan : Kecamatan Meral

3. Barat : Kabupaten Meranti

4. Timur : Kecamatan Meral dan Tebing

3. Geologi
Wilayah Kecamatan Meral Barat terdiri dari pulau-pulau besarkecil

dengan penyebaran penduduk kurang merata. Wilayah Kecamatan Meral

Barat terdiri dari pulau-pulau kecil yang sebagian pulau tersebut tidak

berpenghuni.Jumlah keseluruhan pulau dikecamatan Meral Barat ada 4

(empat),dimana 1 (satu) pulau berpenghuni dan 3 (tiga) pulau lainnnya tidak

berpenghuni. Nama-nama pulau dikecamatan Meral barat yaitu :

1. Pulau Karimun

2. Pulau Siatu

3. Pulau Tambelas

4. Pulau Asam
31

4. Pemerintahan

Terbentuknya Kecamatan Meral Barat adalah sebagai institusi

eksekutif yang akan menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan

masyarakat serta menjadi harapan untuk dapat menjawab setiap permasalahan

maupun tantangan yang muncul sesuai dengan perkembangan sosial,

ekonomi, budaya, politik dan lainnya dalam masyarakat. Wilayah Kecamatan

Meral Barat meliputi desa sebagai berikut :

1. Kelurahan Darussalam

2. Kelurahan Pasir Panjang

3. Desa Pangke

4. Desa Pangke Barat

Kecamatan Meral Barat memiliki luas 403,27km2, dengan

Desa/Kelurahan Pasir Panjang sebagai desa/kelurahan yang memiliki wilayah

terluas. Pada Tingkat Pemerintahan yang lebih kecil, Kecamatan Meral Barat

pada tahun 2017 terdiri dari 55 RT, 19 RW, dan 4.152 Rumah Tangga. Hal ini

berarti 1 RW terdiri dari 3 RT dan 1 RT rata-rata terdapat sebanyak 74 rumah

tangga.

B. Gambaran Umum BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat

1. Pendahuluan

Pada era 90 an, Taman Pendidikan Al-Qur’an sebenarnya sudah ada di

Kabupaten Karimun (saat masih Kecamatan), namun baru ada beberapa TPQ
32

dan belum terkoordinir dengan baik, serta metode pembelajarannya juga

masih bersifat tradisional. Namun seiring dengan perkembangan Karimun

menjadi sebuah Kabuaten yang dinakhodai Bapak Drs. H. Muhammad Sani

bersama Bapak H. Nurdin Basirun yang saat itu menjadi ketua LPTQ

Kabupaten Karimun, serta begitu antusiasnya masyarakat yang berharap buah

hati mereka terbebas dari buta aksara Al-Qur’an, maka terbentuklah Taman

Pendidikan Al-Qur’an dari berbagai Kecamatan di Kabupaten Karimun pada

tahun 2001.

Dengan berkembang tumbuhnya Taman Pendidikan Al-Qur’an , dan

dari dukungan Pemerintah Daerah bersama Kepala Kantor Departemen

Agama Bapak Drs. H. Razali Jaya serta hasil studi banding dan referensi lain

yang diperoleh di beberapa Kabupaten lain, maka tepatnya pada tanggal 10

Februari 2002 diadakan Musyawarah yang bertempat di Taman Pendidikan

Al-Qur’an Al-Khoir Sungai Raya Kecamatan Meral dengan dihadiri oleh 16

orang meliputi pengurus, kepala sekolah, serta guru-guru TPQ. Dari hasil

musyawarah terbentuklah BMPG-TPQ Kabupaten Karimun, sebagai wadah

untuk menyatukan visi dan misi Taman Pendidikan Al-Qur’an Kabupaten

Karimun.
33

2. Visi dan Misi BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat

Visi : Mempersiapkan generasi Qur’ani untuk Menuju Masa depan Gemilang

Misi : TPQ membawa misi Dwi Tunggal, yaitu misi pendidikan dan misi

dakwah islamiyah. Selaku pembawa misi pendidikan, TPQ tampil

berdampingan dengan pendidikan formal, dan selaku pembawa misi dakwah

TPQ merupakan bagian dari dakwah islamiyah.

3. Struktur Organisasi BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat

Koordinator Kecamatan Meral Barat : Suratman

Sekretaris I : Urip Al-islam

Sekretaris II : Khairul Bahari

Bendahara I : Rusnita

Bendahara II : Latifah

Ketua Bidang Pendidikan : - Jariah, S.Pd.SD

: - Siti Aisyah

: - Basri Kayun

: - Asliati

: - Zulina, S.Ag

Ketua Bidang Kegiatan : - Safriyanto

: - Julian

: - Suratno

: - Siti Rojanah

:- Bakti Nurhaya
34

C. Daftar TPQ di Kecamatan Meral Barat

Tabel 3.1
Sarana dan Prasarana

No. Ketersediaan TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ
sarana dan 1 2 3 4 5 6 7 8
prasarana
1. Papan tulis √ √ √ √ √ √ √ √
2. Al-Qur’an √ √ √ √ √ √ √ √
3. Iqro’ √ √ √ √ √ √ √ √
4. Buku √ √ √ √ √ √ √ √
pelajaran
5. Kapur/spidol √ √ √ √ √ √ √ √
6. Penghapus √ √ √ √ √ √ √ √
7. Alat tulis √ √ √ √ √ √ √ √
8. Gedung √ √ √ √ √ √ √ √
9. Juz amma √ √ √ √ √ √ √ √
10. Doa harian √ √ √ √ √ √ √ √
Sumber : Data Olahan Peneliti, 2019

Tabel 3 2
Jumlah Guru dan Santri

No. Sumber TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ
Daya 1 2 3 4 5 6 7 8
Manusia
1. Guru 4 1 4 5 7 5 6 4
orang orang orang orang orang orang orang orang
2. Santri 60 17 70 58 74 30 80 35
orang orang orang orang orang orang orang orang
Sumber : Data Olahan Peneliti, 2019
35

Tabel 3 3
Keterangan TPQ Kecamatan Meral Barat

No. Keterangan TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Tahun 2005 1998 2004 2003 2002 1996 2002 2007
Berdiri
2. Dibawah Mesj
Pond Mesji Mesji Mesji Yay Mesj Mesj
naungan idok d d d asan id id
Pesan
tren
Sumber : Data Olahan Peneliti, 2019

Keterangan :

1. TPQ Baitul Jamil (Puri Granit Indah, Bati)


2. TPQ Mardhatillah (Pasir Panjang)
3. TPQ Darul Kamal Huda (Pasir Panjang)
4. TPQ Nurul Iman (Guntung Punak)
5. TPQ Al-Mujahidin (Lembah Permai)
6. TPQ Al-Umara’ (Lembah Permai)
7. TPQ Nurul Ikhlas (Pangke)
8. TPQ At-Taqwa (Guntung Punak)

D. Pentunjuk Teknis Musabaqah Tilawatil Qur’an Tahun 2019

a. Peserta

1. Pendaftaran peserta MTQ bisa dilakukan dengan datang langsung ke sekretariat


pendaftaran bagian kesra Setda Kabupaten Karimun
2. Pengesahan peserta dilaksanakan di sekretariat pendaftaran (atau selambat-
lambatnya di tempat cabang lomba), dengan menunjukkan KTP atau akta atau
ijazah;
3. Peserta merupakan warga / penduduk asli Kabupaten Karimun;
4. Peserta memenuhi batasan usia sesuai dengan cabang dan golongan yang
diikuti.
5. Peserta luar Kabupaten Karimun (Provinsi Kepulauan Riau), dapat mendaftar,
apabila peserta tersebut saat ini sedang menuntut ilmu di wilayah Kabupaten
Karimun, dengan persyaratan ada surat domisili dari kantor desa.
36

b. Tilawah Al-Qur’an

Usia Peserta:
i. Golongan Tartil Al-Qur’an, umur maksimal 10 tahun 11 bulan 29 hari; (1
Desember 2007)
ii. Durasi Waktu Golongan Tartil Al-Qur’an 3-4 menit
iii. Golongan Tilawah Anak-anak, umur maksimal 12 tahun 11 bulan 29 hari; (1
Desember 2005)
iv. Durasi Waktu Golongan Tilawah Anak-anak 5-6 menit
v. Golongan Tilawah Remaja, umur maksimal 22 tahun 11 bulan 29 hari; (1
Desember 1995)
vi. Durasi Waktu Golongan Tilawah Remaja 6-7 menit
vii. Golongan Tilawah Dewasa, umur maksimal 38 tahun 11 bulan 29 hari; (1
Desember 1979)
viii. Durasi Waktu Golongan Tilawah Dewasa 7-8 menit

a. Penentuan usia peserta didasarkan pada bulan, tanggal dan tahun kelahiran.
b. Ketentuan khusus untuk Cabang Tilawah lagu pertama pada awal ayat harus
dimulai dari lagu Bayyati yang dibawakan dengan: 4 (empat) tangga nada, yaitu ;
1) Qarar 2) Nawa , 3) Jawab dan 4 ) Jawabul Jawab, atau 3 (tiga) tangga nada,
yaitu 1) Nawa , 2) Jawab dan 3 ) Jawabul Jawab, atau minimal 3 (tiga) tangga
nada, yaitu 1) Qarar , 2) Jawab dan 3 ) Jawabul Jawab. Setelah itu baru pindah
kepada jenis lagu yang lain. Sebagai lagu penutup, juga harus lagu Bayyati.
Ketentuan di atas berlaku, baik pada Babak penyisihan dan Babak Final.

c. Tahfidz Al-Qur’an
Usia peserta:
a) Peserta golongan 1 Juz dan Tilawah, umur maksimal 13 tahun 11 bulan 29
hari; (1 Desember 2004)
b) Peserta golongan 5 Juz dan Tilawah, umur maksimal 18 tahun 11 bulan 29
hari; (1 Desember 1999)
Syarat untuk mengikuti cabang Tahfidh 1 Juz atau 5 Juz, selain hafal juga
harus bisa Tilawah. Karena test hafalan dilaksanakan setelah Tilawah Al-Qur’an
sesuai dengan maqra yang diberikan.
Khusus untuk untuk tahfidz 1 Juz bisa dipilih juz 30 atau juz 1.
c) Peserta golongan 10 Juz, umur maksimal 20 tahun 11 bulan 29 hari; (1
Desember 1997)
d) Peserta golongan 20 Juz, umur maksimal 20 tahun 11 bulan 29 hari; (1
Desember 1997)
37

e) Peserta golongan 30 Juz, umur maksimal 20 tahun 11 bulan 29 hari; (1 Desember


1997)

d. Fahmil Qur’an

1. Golongan Fahmil Qur’an, beregu sebanyak 3 orang terdiri atas:


a. Putra
b. Putri
2. Peserta musabaqah cabang Fahmil Qur’an adalah putra-putri yang memenuhi
ketentuan umum, dengan persyaratan umur maksimal 16 tahun 11 bulan 29 hari; (1
Desember 2001)

e. Syarhil Qur’an

1. Golongan Syarhil Al-Qur’an terdiri 3 orang ( 1 orang Qari, 1 penterjemah dan 1


orang pensyarah ), bisa terdiri :
a. Putra
b. Putri

2. Peserta musabaqah cabang Syarhil Qur’an adalah putra- putri yang memenuhi
ketentuan umum, dengan persyaratan umur maksimal 16 tahun 11 bulan 29 hari; (1
Desember 2001).

3. Materi atau tema yang bisa dipilih :


a. Zakat solusi pemerataan kesejahteraan dan pembangunan
b. Kesetaraan gender dalam perspektif Al-Qur’an
c. Al-Qur’an dan kerukunan dalam masyarakat multikultural
d. Al-Qur’an dan radikalisme agama
e. Nasionalisme dalam konsep Islam
f.Keluarga dan pembentukan karakter anak bangsa
g.Etos kerja, kualitas SDM dan kepemimpinan dalam konsep Islam

4. Peserta yang akan tampil menyerahkan copy naskah teks materi lomba.

5. Waktu lomba 8 sd 12 menit

f. Juara

Tiap Golongan lomba diambil juara 1, 2, 3.


1. Tartil Pa & Pi ( juara 1, 2, 3. )
2. Tilawah Anak Pa & Pi ( juara 1, 2, 3. )
3. Tilawah Remaja Pa & Pi ( juara 1, 2, 3. )
4. Tilawah Dewasa Pa & Pi ( juara 1, 2, 3. )
5. MHQ 1 Juz Pa & Pi ( juara 1, 2, 3. )
38

6. MHQ 5 Juz Pa & Pi ( juara 1, 2, 3. )


7. MHQ 10 Juz Pa & Pi ( juara 1, 2, 3. )
8. MHQ 20 Juz Pa & Pi ( juara 1, 2, 3. )
9. MHQ 30 Juz Pa & Pi ( juara 1, 2, 3. )
10. Fahmil Qur’an juara 1, 2, 3.
11. Syarhil Qur’an juara 1, 2, 3.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Informan

Sebelum menguraikan hasil dan pembahasan tentang Implementasi

Kebijakan Penuntasan Buta Aksara Al-Qur’an di Kecamatan meral Barat,

berikut terlebih dahulu diuraikan identitas informan dalam penelitian ini yang

berjumlah 19 (Sembilan belas) orang yang memberikan kontribusi berupa

informasi yang diperlukan oleh penulis, sebagai berikut :

Tabel 4 .1
Biodata Informan

No. Nama Jenis Usia Jabatan/Pekerjaan


Kelamin
1.. H. Bakri Laki-laki 59 Tahun Kepala Dinas Pendidikan
Hasyim, Kabupten Karimun
S.Pd, SD
2. Drs. H. Laki- laki Kepala Kementerian Agama
Jamzuri Kabupaten Karimun
3. Drs. Kholif Laki-laki 55 Tahun Kasubag TU KEMENAG
Ihda Rifai’ Kabupaten Karimun.
4. Wibowo Laki-laki 50 Tahun Penanggungjawab Lembaga
Pendidikan Agama Islam
5. Sudarman Laki-laki 60 Tahun Kepala BMPG-TPQ Kabupaten
Karimun
6. Suratman Laki-laki 40 Tahun Kepala BMPG-TPQ Kecamatan
Meral Barat
7. Azmalia Perempuan 53 Tahun Guru TPQ Baitul Jamil,
Perumahan Granit (Mesjid).
8. Indra Laki-laki 32 Tahun Kepala TPQ dan Guru TPQ
Gunawan S. Mardhatillah, Pasir Panjang
Pdi (Ponpes).

39
40

9. Erwin Laki-laki 48 tahun Kepala TPQ dan Guru TPQ Darul


Kamal Huda, Pasir Panjang.
(Mesjid).
10. Miskiah Perempuan 36 Tahun Kepala TPQ dan Guru TPQ
Nurul Iman, Guntung Punak
(Mesjid).
11. M. Nuh Laki-laki 52 Tahun Kepala TPQ dn Guru TPQ Al-
Muhajirin, Lembah Permai
(Mesjid).
12. Hafizal Laki-laki 23 Tahun Kepala TPQ dan Guru TPQ Al-
Khair Umara, Lembah Permai
(Yayasan)
13. Zaidah Perempuan 32 Tahun Guru TPQ Nurul Ikhlas , Pangke
(Mesjid)
14 Rosnita Perempuan 44 Tahun Kepala TPQ dan Guru TPQ At-
taqwa, Lembah Permai (Mesjid)
15. M. Chabib Laki-laki 38 Tahun Orangtua Santri TPQ (Al-
Mujahidin) Lembah Permai
16. Asli Nur Perempuan 32 Tahun Orangtua Santri TPQ (Al-
Wahyu Mujahidin) Lembah Permai
17. Dina Perempuan 30 Tahun Orangtua Santri TPQ (Nurul
Iman) Guntung Punak
18. Sarina Perempuan 32 Tahun Orangtua Santri TPQ (Darul
kamal Huda) Pasir Panjang
19. Muriati Perempuan 37 Tahun Orangtua Santri TPQ
(Mardhatillah) Pasir Panjang
Sumber: Olahan data peneliti, 2019

Pada bab ini penulis membahas bagaimana hasil dari penelitian yang telah

dilakukan penulis terkait dengan implementasi kebijakan penuntasan buta aksara Al-

Qur’an di Kecamatan Meral Barat Kabupaten Karimun. Surat kputusan bupati

Karimun merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan masyarakat melayu yang

islami. Sesuai dengan salah satu azam Kabupaten Karimun yakni azam iman dan

taqwa. Sebagai kabupaten yang memiliki ciri khas budaya melayu, Kabupaten

Karimun sangat memperhatikan hal-hal terkait dengan keagamaan. Sehingga lahirlah


41

sebuah kebijakan dalam rangka menuntaskan buta aksara Al-Qur’an guna menjadikan

generasi serta masyarakat karimun yang madani dan berakhlak.

Kebijakan ini pada dasarnya sudah terlaksana sejak lama. Tetapi, jika dilihat

dari penerapannya masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Sekolah non

formal yang bercirikan agama islam atau biasa disebut dengan TPQ (Taman

Pendidikan Al-Qur’an) telah banyak ditemui di kabupaten karimun. Tidak hanya di

ibukota nya, TPQ juga telah banyak ditemui pada desa-desa maupun pulau-pulau

yang ada di kabupaten karimun.

Tetapi, lagi-lagi terdapat kendala yang masih menjadi masalah semua TPQ

yang ada di kecamatan Meral Barat khususnya. Berdasarkan wawancara penulis

dengan Bapak Muhammad Nuh selaku Kepala sekaligus guru TPQ Al-Muhajirin

Lembah Permai, berikut hasil wawancara yang dilakukan :

“Anak-anak yang sudah belajar di TPQ, sampai rumah tidak dilatih lagi.
Sehingga penerapan ilmu yang sudah didapat di TPQ hanya berlaku sebatas
berada di TPQ saja. Pengawasan yang dilakukan orangtua lagi-lagi
dibutuhkan untuk suksesnya penerapan kebijakan tersebut” (Wawancara
dilakukan 24 Juni 2019)

Dari sekian banyak kendala yang telah penulis temukan kendala pengawasan

dari orangtua Santrilah yang paling banyak ditekankan. Masih adanya orangtua yang

tidak memperhatikan pertumbuhan dan proses belajar anak-anaknya. Sehingga,

implementasi kebijakan ini seharusnya didukung oleh semua pihak terkait.

Berdasarkan teori yang digunakan penulis untuk melihat bagaimana

pengimplementasian kebijakan ini dapat dilihat dari dua aspek yakni, Isi Kebijakan

dan Lingkungan Implementasi. Berikut dipaparkan hasil penelitian penulis terkait

Implementasi Kebijakan Penuntasan Buta Aksara Al-Qur’an.


42

B. Analisis Isi Kebijakan

1. Analisis Kepentingan yang mempengaruhi

Berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu

implementasi kebijakan. Indikator ini berargumen bahwa suatu kebijakan

dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak kepentingan, dan sejauh mana

kepentingan-kepentingan tersebut membawa pengaruh terhadap

implementasinya, hal inilah yang ingin diketahui lebih lanjut.

Pada dasarnya pembentukan sebuah kebijakan didorong oleh berbagai

kepentingan-kepentingan dari pihak terkait. Baik itu kepentingan-kepentingan

pribadi maupun kepentingan bersama. Jika dilihat dari bentuk kepentingan

yang mendasari terbentuknya kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an ini

dikarenakan keprihatinan dan kemauan pemerintah Kabupaten Karimun untuk

menjadikan daerahnya sebagai daerah yang bisa baca dan tulis Al-Qur’an.

Seperti wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan berbagai pihak terkait.

Kemudian menurut Bapak M. Chabib selaku masyarakat pada sesi

wawancara menyebutkan bahwa :

“Kebutuhan masyarakat karimun yang memang mendukung untuk


diterapkan kebijakan ini. Sehingga, adanya kepentingan dari
masyarakat yang kemudian turut mendukung terbentuknya kebijakan
ini ”(Wawancara dilakukan pad tanggal 26 Juni 2019)
43

Sebagaimana wawancara yang dilakukan dengan bapak H. Sudarman,

S. Pd. I selaku Kepala Bidang Pendidikan BMPG-TPQ Kabupaten Karimun,

berikut hasil wawancaranya :

“Melihat dari pembentukan kurikulum pendidikan serta kemudian


terjalinlah kesepakatan antara Dinas Pendidikan dan Kementerian
Agama Kabupaten Karimun. Memberlakukan penggunaan ijazah TPQ
sebagai salah satu syarat masuk ke jenjang SMP. Jika belum
mempunyai ijazah anak-anak akan ditest bacaan Al-Qur’annya.”
(Wawancara 4 Maret 2019)

Seperti yang disampaikan pada sesi wawancara dengan Bapak Drs. H.

Jamzuri selaku Kepala Kementerian Agama Kabupaten Karimun, mengatakan

bahwa :

“Pada awalnya kebijakan ini didasari oleh sistem pendidikan


nasional dan berbagai regulasi terkait sistem pendidikan nasional.
Sehingga, terbentuknya sebuah kebijakan guna menjalankan isi dari
sistem pendidikan nasional.” (Wawancara tanggal 18 Juni 2019)

Sebagaimana wawancara yang dilakukan dengan Bapak Bakri

Hasyim, S. Pd, SD selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun.

“Sampai dengan hari ini, kita tetap mendorong sekolah untuk


mengefektifkan yang pertama pelajaran agama disekolah yang kita
masukkan kedalam kurikulum wajib. Yang kedua guna mendukung
implementasi ini juga kita membuat program one day one ayat, dan
Alhamdulillah untuk tingkat SMP kemaren kita sudah mewisudakan
300 Santri yang sudah hafal juz 30.” (Wawancara 17 Juni 2019)

Kebutuhan masyarakat Karimun sendiri yang kemudian juga ikut

mendorong terbentuknya kebijakan ini. Kebijakan ini lahir guna mendukung

salah satu azam kabupaten karimun yakni azam iman dan taqwa. Kebijakan

penuntasan buta aksara Al-Qur’an memang merupakan salah satu cara


44

bagaimana azam iman dan taqwa ini bisa terwujud. Oleh karena itu, demi

kelancaran penerapan kebijakan ini seharusnya didukung dengan berbagai

pihak terkait. Kemudian terdapat nota kesepakatan bersama antara

Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun.

Dengan adanya pendidikan agama islam dan program one day one

ayat pada sekolah umum, diharapkan pembelajaran agama islam tidak hanya

sebatas belajar di TPQ maupun MDA saja. Sehingga, dengan demikian

diharapkan implementasi baik kebijakan maupun azam iman dan taqwa

Kabupaten Karimun dapat berjalan dengan sukses jika pihak terkait ikut serta

menjalankannya dengan baik.

Kurikulum yang telah dibuat kemudian disesuaikan agar terbentuknya

kesepakatan antara Dina Pendidikan dan Kementerian Agama Kabupaten

Karimun. Kurikulum ini kemudian dipertimbangkan menjadi sebuah

kewajiban pihak sekolah untuk memasukkan pendidikan agama islam

kedalam mata pelajaran sekolah. Kemudian untuk mendukung tercapainya

proses pembelajaran yang diharapkan yakni pandai baca dan tulis Al-Qur’an,

dibuatlah nota kesepakatan tersebut. Sehingga, seluruh Santri dan siswi

belajar membaca dan mengenai pelajaran agama islam di TPQ dan MDA

yang ada didaerahnya. Kemudian, ijazah TPQ dijadikan sebagai syarat yang

harus mereka penuhi untuk tetap melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih

tinggi yakni SMP. Selain itu, pembentukan kebijakan ini juga mempunyai

sumber regulasi terkait, yakni sistem pendidikan nasional.


45

Sistem pendidikan nasional adalah suatu sistem dalam suatu negara

yang mengatur pendidikan di negaranya agar dapat mencerdaskan kehidupan

bangsa dan terciptanya kesejahteraan umum dalam masyarakat. Berdasarkan

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3

menyatakan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadiwarga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Dengan demikian kebijakan ini merupakan refleksi atau bentuk nyata

dari mencerdaskan kehidupan bangsa dalam bentuk keagaaman. Dari data

yang telah penulis dapatkan terdapat enam belas (16) TPQ di Kecamatan

Meral Barat sendiri dengan jumlah penduduk 7641 jiwa. Dengan jumlah

demikian upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa diharapkan berjalan

dengan baik. Tertuang juga didalam MOU atau kesepakatan bersama antara

Kementerian Agama dan Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun no

115/KPTS Tahun 2009 pasal 2 ayat 2 menyatakan bahwa berkembangnya

kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan

nilai-nilai Agama yang menyerasikan penguasaanya dalam ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni.


46

2. Analisis Tipe Manfaat

Pada point ini content of policy berupaya untuk menunjukkan atau

menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis

manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh

pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.

Jika dilihat dari proses terbentuknya kebijakan ini tentunya banyak

mengandung manfaat yang sangat banyak. Mulai dari menanamkan akhlak

yang baik bagi seorang anak, sampai dengan terciptanya masyarakat yang

berbudi pekerti luhur yang pandai baca dan tulis Al-Qur’an. Kebijakan ini

kemudian dinilai bermanfaat apabila proses penerapannya sesuai dengan apa

yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan didukung oleh berbagai pihak

terkait untuk dengan sama-sam menyukseskan tujuan kebijakan ini.

Kabupaten karimun sendiri memiliki ciri khas budaya melayu yang

sangat identik dengan agama Islam. Dengan demikian seiring perkembangan

zaman, ilmu agama terkhusus baca dan tulis Al-Qur’an kemudian sangat

penting dipelajari untuk dapat menjadi benteng seorang muslim. Seperti hasil

wawancara yang telah dilakukan penulis sebelumnya.

Berikut wawancara dengan Ibu Zaidah selaku guru TPQ Nurul Ikhlas,

Pangke. Mengatakan bahwa :

“Selame ngajar kite sebagai guru pon dapat nambah-nambah hafalan


surat-surat pendek, doa harian. Kalau tak ngajar tentu tak sampai
banyak itu hafalan kite, dan selame ngajar pon otomatis nambah ilmu
juge”(Wawancara dilakukan 24 Juni 2019)
47

Dilihat dari jawaban atas pertanyaan yang diajukan penulis kepada

salah seorang informan. Manfaat dari kebijakan ini tidak hanya dirasakan oleh

Santri-Santri sebagai objek dari kebijakan ini. Para guru dan pihak terkait juga

merasakan manfaat yang sangat mendukung untuk tercapainya masyarakat

yang mengerti ilmu agama. Selain dari segi keuangan, para guru TPQ juga

dapat menambah ilmu selama beliau ikut mengajar. Sehingga, penambahan

ilmu tidak hanya dirasakan oleh Santri-Santrinya saja. sebagai Santri

seharusnya banyak manfaat yang ingin dicapai sebagaimana wawancara

penulis kepada salah seorang informan.

Berikut wawancara dengan Bapak Suratman selaku kepala BMPG-

TPQ Kecamatan Meral Barat mengatakan bahwa :

“Bagi anak itu sendiri manfaatnya untuk memudahkan memakai


kaidah bahasa arab. Baik itu dipelajaran sekolah yang ada
keagaannya, tentunya banyak memakai bahasa arab. Nah, dari
membaca Al-Qur’an iu sendiri mereka dapat banyak belajar. Sebagai
bekal mereka untuk sholat dan ilmu agama lainnya”(Wawancara
dilakukan 25 Juni 2019)

Belajar membaca dan menulis Al-Qur’an dinilai sebagai langkah awal

untuk mempelajari ilmu agama yang lain. Dikarenakan untuk mempelajarinya

banyak menggunakan kaidah bahasa arab. Sholat yang seluruh bacaannya

menggunakan bahasa arab yang sebagian bersumber dari Al-Qur’an

menjadikan seseorang harus bisa dan mahir membaca Al-Qur’an terlebih

dahulu. Bekal untuk kehidupan sang anak dikemudian hari dinilai sangat

penting sehingga pengamalan yang telah diajarkan di TPQ dapat diterapkan

dengan baik. Selain itu, orangtua juga merasakan manfaat yang baik dari
48

kebijakan ini. Sebagaimana hasil wawancara penulis dengan salah seorang

masyarakat selaku orangtua Santri.

Berikut wawancara dengan Bapak M. Chabib selaku orangtua Santri

TPQ Al-Mujahidin, mengatakan bahwa :

“Anak-anak jadi pandai baca dan tulis Al-Qur’an sehingga


memudahkan orangtua. Kalau dah belajar di TPQ dirumah tinggal
diulang-ulang saja” (Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Juni
2019)

Sebagian orangtua yang sibuk bekerja diluar rumah yang

menyebabkan terkendalanya pengajaran yang harusnya dilakukan oleh patra

orangtua. TPQ kemudian menjadi alternatif pengganti untuk membantu anak-

anak untuk dapat terus belajar ilmu agama. Tetapi banyak keluhan juga dari

berbagai pihak terkait, pengawasan orangtua yang kurang sehingga

pengajaran hanya sampai sebatas belajar di TPQ saja. Tidak adanya

pengawasan yang dilakukan oleh orangtua Santri untuk memantau anaknya

supaya pelajaran yang mereka peroleh dapat diamalkan dan bukan hanya

sebagai sebatas kewajiban saja.

Perilaku masyarakat kini seharusnya tidaklah mudah untuk diprediksi

seperti aturan homo economicus atau manusia rasional semata sebagai

variabel paling utama dalam formulasi kebijakan publik. Ketika mereka akan

menghitung segala kemungkinan dan akan memutuskan yang paling

menguntungkan bagi mereka untuk dilakukan akan tetapi selalu terdapat

aspek-aspek lain yang mempengaruhi perilaku manusia yang sama sekali tak

rasional.
49

Aspek perilaku sudah seharusnya menjadi perhatian para pembuat dan

analis kebijakan publik agar tak kaku dalam memproses sebuah kebijakan

publik mulai dari formulasi, implementasi dan evaluasinya sendiri. Dalam

dunia akademis memang muncul pergeseran dari analisis makro ke mikro

(perilaku) dalam sektor publik yang memang membawa manfaat lebih

(Grimmelikhuijsen dkk, 2016) akan tetapi secara praktik belum tersebar

secara baik. Pencapaian kebijakan publik pemerintah akan lebih gampang

untuk dicaci padahal publik juga tidak bekerja optimal. Kebijakan publik

harus mulai mengeksploitasi aspek perilaku manusia sesuai dengan

perkembangan perilaku publik hari-hari ini yang seringkali tidak dapat

diprediksi secara rasional.

Tabel 4.2
Tindak Kejahatan

Jenis Kejahatan 2016 2017 2018

CT CC CT CC CT CC
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 KDRT 0 0 13 12 7 7
2 Narkotika 85 85 74 74 64 64
3 Pemalsuan Surat 2 1 2 0 2 0
4 Pembakaran 0 0 1 1 1 0
5 Pembunuhan 0 0 0 0 1 1
6 Pencurian Biasa 134 52 41 23 0 21
7 Pencurian dan 59 29 63 37 3 26
Pemberatan
8 Pencurian dengan 16 8 21 10 81
Kekerasan 6
9 Pencurian Kendaraan 34 9 30 19 0 0
Bermotor
10 Pengancaman 0 0 2 3 1 1
50

11 Penganiayaan Ringan 44 35 35 25 13 9
12 Penggelapan 7 6 28 17 13 5
13 Penghinaan 0 0 0 0 1 0
14 Pengrusakan 8 2 4 6 0 0
15 Penipuan 29 11 18 18 22 4
16 Penyelundupan 0 0 2 0 0 1
Manusia
17 Penyerobotan Tanah 4 5 0 0 3 2
18 Perjudian 0 0 7 8 7 8
19 Suap 0 0 1 0 0 0
20 Sumpah Palsu dan 0 0 0 0 0 1
Keterangan Palsu

Jumlah 422 243 342 253 244 158


Sumber : BPS Kabupaten Karimun, 2019

Ket: CC: Crime Clearence (Penyelesaian Tindak Pidana)


CT: Crime Total (JumlahKasus Tindak Pidana)

Menurut Adhi Susanto 2017 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa,

Agama islam sebagai pedoman hidup kaum muslim tentunya tidak hanya

mengatur hubungan hamba dengan tuhannya saja, tetapi juga menyangkut

keseluruhan aspek kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan.

Pendidikan Agama Islam pada dasarnya adalah Al-Qur’an. Sebagai pokok

agama, Al-Qur’an memegang peranan yang sangat signifikan dalam

pembentukan tingkah laku manusia atau pembentukan akhlaq yang mulia.

Artinya bahwa, seseorang akan melahirkan sebuah tata nilai yang luhur dan

mulia jika mengikuti sumber dari Al-Qur’an. Tata nilai itu kemudian

melembaga dalam suatu masyarakat dan pada gilirannya akan membentuk

sebuah kebudayaan dan peradaban yang islami.


51

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan penuntasan buta

aksara Al-Qur’an pada dasarnya mempunyai tujuan untuk membenahi

perilaku masyarakat Kabupaten Karimun. Sehingga jika masyarakat

Kabupaten Karimun mengamalkan apa yang telah dipelajari dengan baik

maka secara otomatis perubahan perilaku justru akan berubah.

3.Analisis Derajat Perubahan yang Ingin dicapai

Setiap kebijakan memiliki target yang hendak dan ingin dicapai.

Content of policy yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa sejauh

mana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan haruslah memiliki

skala yang jelas. Sebagai contoh suatu program yang bertujuan mengubah

sikap dan perilaku kelompok sasaran relatif lebih sulit diimplementasikan

daripada program yang sekedar memberikan bentuan kredit atau bantuan

beras kepada kelompok masyarakat miskin.

Target dari kebijakan ini pada dasarnya sudah terlihat, berdasarkan

hasil wawancara yang penulis dapatkan. Tetapi, kembali lagi bahwasanya

setiap program yang bertujuan mengubah sikap dan perilaku suatu kelompok

cenderung lebih sulit dibandingkan program yang hanya sekedar memberikan

sebuah bantuan berupa berasa atau kredit. Tetapi, bukan berarti kebijakan ini

tidak tepat atau tidak berhasil diterapkan dikarimun. Justru tampak perubahan

yang nyata sebelumnya dan sesudah kebijakan ini diterapkan. Sebagaimana

wawancara penulis kepada beberapa informan terkait.


52

Berikut wawancara dengan Bapak Drs. Kholif Ihda Rifa’i selaku

KASUBAG TU Kementerian Agama Kabupaten Karimun.

“Yang jelas semakin tumbuh suburnya TPQ, jadi dari tahun ketahun
semakin bertambah. Kemudian kualitasnya juga meningkat dengan
diadakannya program sertifikasi guru-guru” (Wawancara dilakukan
pada tanggal 17 Juni 2019)

Berikut wawancara dengan Bapak H. Sudarman S. Pd. I selaku Kepala

bidang pendidikan BMPG-TPQ Kabupaten Karimun.

“Dulu, sebelum adanya TPQ. Masyarakat karimun tu jarang ada yang


berjilbab. Jangankan ngaji, carik guru untuk belajar ngaji aje susah
dulu tu. Kalau sekarang Alhamdulilla, sore-sore banyak anak-anak
bawak tas pakai baju muslim pegi belajar ke TPQ. Karimun pon
selalu menang perlombaan di MTQ Provinsi. Jadi, sangat Nampak
perubahan yang ade” (Wawancara yang dilakukan pada Tanggal 4
Maret 2019)

Mengingat telah banyak masyarakat yang sadar tentang pentingnya

pelajaran agama islam bagi kehidupan mereka. Kemudian pendirian TPQ juga

dinilai sangat pesat pertumbuhannya diberbagai tempat yang ada di Karimun.

Baik pengelolaan dibawah naungan mesjid maupun yayasan. Kesadaran

masyarakat itu sendiri yang kemudian menjadi perubahan dari sebelum dan

sesudah kebijakan ini diterapkan. Bukan hanya mumpuni dalam hal kuantitas

TPQ dikarimun juga tak kalah dari segi kualitas. Terbukti dengan pengadaan

program yang mensertifikasi guru-guru agar tercipta Santri-Santri yang juga

berkualitas. Dari segi lingkungan masyarakat juga turut meberikan perubahan

yang nyata sebagaimana wawancara penulis dengan salah satu informan

terkait.
53

Terbukti memang apa yang dikatakan oleh informan. Kabupaten

Karimun beberapa kali meraih gelar juara umum MTQ tingkat Provinsi

Kepulauan Riau. Terkhusus Kecamatan Meral Barat, dua kali berturut-turut

mendapat juara umum di MTQ tingkat Kabupaten Karimun pada tahun 2017

dan 2018. Lingkungan masyarakat yang kemudian lebih terlihat islami

menjadikan kebijakan ini dapat dikatakan berhasil dalam mengubah sifat dan

kebiasaan masyarakat karimun sebelumnya. Meskipun masih banyak perilaku

akhlak yang dinilai tidak baik terjadi tidak menutup kemungkinan bahwa

kebijakan ini dinilai tidak berhasil diterapkan.

Peraturan pemerintah nomor 55 pasal 24 ayat 1 tahun 2017 tentang

pendidikan agama dan keagamaan bahwa Taman Pendidikan Al-Qur’an

adalah sebuah lembaga pendidikan keagamaan non formal yang mempunyai

tujuan untuk memahami dan mengamalkan kandungan Al-Qur’an. Secara

umum, TPQ bertujuan untuk menyiapkan santriawan dan santriwatinya

menjadi generasi Qur’ani, yakni generasi yang berkomitmen terhadap Al-

Qur’an dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pandangan hidup sehari-hari.

Tabel 4.3
Juara Umum MTQ Kabupaten Karimun

No. Kecamatan Tahun/MTQ ke Keterangan


1. Belat 2015/7
2.. Kundur Utara 2016/8
3. Meral Barat 2017/9
4. Meral Barat 2018/10
5. Moro 2019/11
Sumber : Data Olahan Peneliti, 2019
54

Tabel 4.4
Persentase Penduduk menurut Kemampuan Membaca dan Menulis Arab

No. Karakteristik 2016 2017 2018

1. Laki-laki 53,39 % 55,12 % 65,97 %

2. Perempuan 54,86 % 52,74 % 64,35 %

3. Jumlah 54,12 % 53,95 % 65,17 %

Sumber data : BPS Kabupaten Karimun, 2019

Pada dasarnya kebijakan ini bertujuan untuk mengubah perilaku

seseorang dari perilaku buruk ke perilaku yang baik. Seperti yang telah

penulis sebutkan pada tipe manfaat menurut Adhi Susanto (2017) dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa, agama islam sebagai pedoman hidup

kaum muslim tentunya tidak hanya mengatur hubungan hamba dengan

Tuhannya saja, tetapi juga menyangkut keseluruhan aspek kehidupan

manusia, diantaranya adalah pendidikan. Pendidikan Agama Islam pada

dasarnya adalah Al-Qur’an. Sebagai pokok agama, Al-Qur’an memegang

peranan yang sangat signifikan dalam pembentukan tingkah laku manusia

atau pembentukan akhlaq yang mulia. Artinya bahwa, seseorang akan

melahirkan sebuah tata nilai yang luhur dan mulia jika mengikuti sumber dari

Al-Qur’an. Tata nilai itu kemudian melembaga dalam suatu masyarakat dan

pada gilirannya akan membentuk sebuah kebudayaan dan peradaban yang

islami.
55

4. Analisis Letak Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan

penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus

dijelaskan dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang

akan di implementasikan.

Letak pengambilan keptusan dalam suatu kebijakan tentunya turut

mempengaruhi keberhasilan dari kebijakan tersebut. Letak pengambilan

keputusan yang dimaksud disini, yakni apakah letak sebuah misi atau program

sudah pada lembaga yang tepat, hal ini dikarenakan apabila letak pengambilan

keputusan tersebut tidak tepat, dikhawatirkan akan terjadi tumpang tindih

kekuasaan, akan terjadi perebutan wewenang antar lembaga atau bahkan

sebaliknya, akan terjadi saling lempar tanggungjawab, antara lembaga-

lembaga tersebut.

Dalam hal ini, dapat dilihat dari apakah kebijakan ini sudah tepat

dilakukan di Kabupaten Karimun dan bagaimana penganggaran kebijakan

tesebut. Sehingga letak pengambilan keputusan yang telah di tentukan dapat

dijalankan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara penulis, anggaran

kebijakan ini diberikan dalam bentuk insentif kepada guru-guru TPQ. Dalam

proses program yang lain itu berdasarkan swadaya dari berbagai pihak. Baik

melalui sumbangan ataupun menggunakan proposal permintaan dana kepada

pihak pemerintah maupun swasta.


56

Berikut wawancara dengan Bapak Erwin Kepala TPQ Darul Kamal

Huda, Pasir Panjang. Ia mengatakan bahwa :

“Sangat tepat dilakukan di karimun karena melihat kondisi


masyarakat yang mayoritas berbudaya melayu. Kemudian untuk
anggaran, TPQ menetapkan pembayaran spp perbulan untuk
keperluan administrasi tapi banyak juga yang tidak membayar. Dulu
juga pernah mengajukan proposal ke PT terdekat untuk pembangunan
gedung” (Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Juni 2019)

Berikut wawancara dengan Bapak Drs. H. Jamzuri selaku kepala

Kementerian Agama Kabupaten Karimun, ia mengatakan bahwa :

“Kalau dikatakan tepat ya sudah tepat tetapi belum maksimal. Kalau


segi kualitas yang saya pahami saya rasa sudah tuntas, yang menjadi
kendala ialah kerjasama antara Dinas Pendidikan dan Kementerian
Agama Kabupaten Karimun dalam hal pemberlakuan ijazah TPQ
sebagai syarat masuk untuk masuk SMP. Karena ada yang
berpandangan bahwa ini bertentangan dengan sistem pendidikan
nasional kita, tidak ada aturan yang menyebutkan bahwa masuk SMP
harus menggunakan ijazah TPQ. Tetapi pada dasarnya kita membuat
ini dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan agama islam.”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Juni 2019)

Penggunaan ijazah TPQ memang belum diterapkan diseluruh sekolah

yang ada di Kabupaten Karimun karena berbagai kendala. Sehingga,

kesepakatan antara Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama Kabupaten

Karimun belum sepenuhnya dapat dijalankan. Terkait anggaran yang

dialokasikan untuk kebijakan ini pemerintah daerah kabupaten karimun telah

menyediakan dana insentif guru-guru TPQ untuk setiap bulannya.

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesejahteraan Masyarakat

Kabupaten Karimun insentif guru TPQ dicairkan setiap tiga bulan sekali.
57

Tabel 4.5
Insentif Guru TPQ dan DTA

No. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan (Pemberian dana


insentif bagi guru-guru TPQ dan DTA)
1. Insentif guru TPQ 2018 1569 orang x 12 bulan Rp. 500.000/bulan
2. Insentif guru DTA 2018 415 orang x 12 bulan Rp. 500.000/bulan
Sumber : Data olahan peneliti, 2019

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Drs. H. Jamzuri selaku

Kepala Kementerian Agama Kabupaten Karimun mengatakan bahwa :

“Dari Pemerintah Daerah ada . Sifatnya rutin, Pemerintah Daerah


membantu guru-guru tau menggaji guru-guru TPQ tersebut”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Juni 2019)

Kemudian peneliti juga mendapatkan hasil wawancara dari Kepala

Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun Bapak Bakri Hasyim, S.Pd, SD.

Berikut hasil wawancaranya :

“Sangat tepat dilakukan di karimun karena karimun merupkan daerah


perbatasan yang banyak kemungkinan besar budaya luar yang masuk.
Dengan adanya kebijakan ini anak-anak dapat dengan sendirinya
memfilter bagaimana yang seharusnya ia ambil” (Wawancara
dilakukan pada tanggal 17 Juni2019)

Di era globalisasi sekarang ini, dimana kemajuan teknologi sudah

berkembang amat pesat. Berbagai kemudahan dan fasilitas ada di sekitar kita,

sehingga memudahkan manusia untuk mengakses berbagai informasi yang

diinginkan melalui bermacam-macam media baik cetak maupun elektronik.

Kemudahan yang ada ini ternyata banyak berdampak pada generasi muda

umumnya yang sekarang ini sangat jauh dari nilai-nilai agama islam. Hal itu

perlu di sikapi, karena setiap kita pasti menginginkan kelak generasi penerus
58

bangsa ini adalah generasi yang baik tidak hanya baik secara kualitas

keilmuan narnun juga baik secara kualitas pribadi.

Salah satu modal untuk mewujudkan cita-cita di atas adalah anak,

karena pendidikan anak pada masa berkembangnya akan sangat menentukan

masa selanjutnya. Hal ini tentu tidak hanya sekolah yang herkewajiban untuk

mendidik, akan tetapi orang tua juga berperan besar dalam pendidikan anak

mereka, mengingat anak-anak sering berada di rumah.

Kemudian terkait penganggaran Bapak Bakri Hasyim, S.Pd, SD

mengatakan :

“Untuk anggaran sendiri, Dinas Pendidikan membuat program


keagamaan disekolah-sekolah. Tetapi, jika lebih khusus bisa dilihat
dari dinas-dinas terkait” (Wawancara dilakukan pada tnggal 17 Juni
2019)

Jika melihat kondisi geografis, budaya serta kebutuhan masyarakat

Kabupaten Karimun, kebijakan ini telah sangat tepat diterapkan dikarimun.

Mengingat sebagaimana yang dikatakan bapak Bakri Hasyim bahwa karimun

merupakan daerah perbatasan yang kemungkinan besar masuknya budaya

luar. Tetapi, dalam hal penerapan kebijakan ini masih belum maksimal

sehingga terkendala dalam hal kerjasama yang telah disepakati sebelumnya.

Berkenaan dengan anggaran pemerintah daerah Kabupaten Karimun insentif

guru TPQ diberikan sebesar lima ratus ribu rupiah (Rp.500.000) setiap tiga

bulan. Pada tahun 2019 jumlah guru TPQ dan DTA bertambah satu (1) orang.

Sehingga anggaran tahun 2019 untuk TPQ dan DTA bertambah untuk dua (2)

orang. Begitupula jika ada penambahan atau pengurangan guru, anggaran juga
59

akan bertambah sesuai jumlah guru. Proses administrasi TPQ sendiri

dilakukan dari pihak TPQ terkait, memberlakukan penarikan pembayaran

iuran setiap bulan ataupun mengajukan proposan ke berbagai pihak.

Persoalan pengambilan keputusan, pada dasarnya adalah bentuk

pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilah yang

prosesnya melalui mekanisme tertentu, dengan harapan akan menghasilkan

sebuah keputusan yang terbaik (Wahab, 2008: 163). Penyusunan model

keputusan adalah salah satu cara untuk mengembangkan hubungan- hubungan

logis yang mendasari persoalan keputusan ke dalam suatu model matematis,

yang mencerminkan hubungan yang terjadi di antara faktor- faktor yang

terlibat. Apapun dan bagaimana pun prosesnya, satu tahapan yang paling sulit

dihadapi pengambilan keputusan adalah dalam segi penerapannya karena di

sini perlu meyakinkan semua orang yang terlibat, bahwa keputusan tersebut

memang merupakan pilihan terbaik. Semuanya akan merasa terlibat dan

terikat pada keputusan tersebut. Hal ini, adalah proses tersulit. Walaupun

demikian, bila hal tersebut dapat disadari, proses keputusan secara bertahap,

sistematik, konsisten, dan dalam setiap langkah sejak awal telah mengikut

sertakan semua pihak, maka usaha tersebut dapat memberikan hasil yang

terbaik.

Menurut Salusu (1996: 47) pengambilan keputusan ialah proses

memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai

dengan situasi. Letak pengambilan keputusan dalam kebijakan ini dilihat dari

kedetakan antara implementor atau para pembuat kebijakan ini dengan daerah
60

yang dijadikan tempat implementasi kebijakan tersebut. Semakin besar para

pembuat kebijakan kenal dengan daerah tersebut disimpulkan bahwa semakin

besar peluang keberhasilan kebijakan ini diraih. Karena, para pembuat

kebijakan seharusnya sudah memahami bagaimana daerah itu sendiri. Apa

yang dibutuhkan dan apa yang harus dilakukan.

5. Analisis Pelaksana Program

Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung

dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi

keberhasilan suatu kebijakan. Dan ini sudah harus terpapar atau terdata

dengan baik, apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya

dengan rinci.

Pelaksana program atau implementor haruslah yang mengerti tujuan

pembuatan kebijakan itu. Terdata secara khusus kemudian mengerti

bagaimana seharusnya menjalankan sebuah kebijakan. Dapat dilihat

pentingnya struktur organisasi yang kemudian menjadi landasan tugas pokok

dan fungsi masing-masing implementor. Jika dilihat dari hasil wawancara

yang didapat penulis dari berbagai pihak, berikut hasil wawancaranya.

Wawancara dengan Bapak Wibowo selaku Kepala bidang Pendidikan

agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Karimun, mengatakan bahwa :

“Yang menjadi bagian dari pelaksana program itu KEMENAG,


BMPG-TPQ, Dinas Pendidikan dan seluruh TPQ yang ada. Untuk
terdata secara khusus, kemarin sempat ada tim perumus kebijakan ini.
Tetapi terkait pelaksananya ya seperti yang saya sebutkan.”
(Wawancara dilakukan 19 Juni 2019)
61

Para pelaksana program terkait kemudian hampir sama dengan yang

disebutkan oleh Bapak Drs. H. Jamzuri selaku Kepala Kementerian Agama

Kabupaten Karimun, berikut hasil wawancanya :

“Yang terlibat tentunya Kementerian Agama, Dinas Kesejahteraan


Masyarakat, BMPG-TPQ dari kecamatan hingga Kabupaten,
pengurus DTA dari kecamatan hingga kabupaten dan Dinas
Pendidikan Kabupaten Karimun. Dan secara tidak langsung peran
orangtua juga terlibat dalam penerapan kebijakan ini”(Wawancara
dilakukan 18 Juni 2019)

Dinas Pendidikan juga menyebutkan hal yang dinilai sama terkait

siapa pelaksana program dari kebijakan ini. Sebagaimana hasil wawancara

yang diperoleh penulis dengan Bapak Bakri Hasyim, S.Pd, SD :

“Dinas Sosial, Kemenag, Dinas Pendidikan dan sekolah sebagai


implementor kunci untuk pengawasan anak-anak.”(Wawancara
dilakukan pada tanggal 17 Juni 2019)

Kemudian menurut Bapak H. Sudarman, S.Pd. I selaku Kepala Bidang

Pendidikan BMPG-TPQ Kabupaten Karimun mengatakan bahwa :

“Melakukan sertifikasi guru-guru TPQ guna meningkatkan mutu


pendidikan TPQ itu sendiri. Memberlakukan penghargaan jika
terdapat guru-guru yang mendapatkan peringkat tiga besar”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 4 Maret 2019)

Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

implementasi kebijakan. Aspek struktur organisasi yang melingkupi dua hal

yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah

mekanisme dalam kebijakan biasanya sudah dibuat standar operasional

prosedur (SOP). Sebagai pedoman bagi implementor dalam bertindak agar


62

dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran

kebijakan. Aspek kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang

terlalu panjang dan terfregmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan

dan menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang

selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.

Dalam hal ini sumber daya manusia (guru TPQ) mendapat pelatihan

dari pihak BMPG-TPQ Kabupaten Karimun yakni program sertifikasi guru.

Dalam program tersebut guru-guru diberikan pelatihan kemudian ujian untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran di TPQ. Hal ini, guna membentuk guru

yang mampu memberikan pengajaran yang baik bagi peserta didik. Para

pelaksana program atau guru TPQ yang dinyatakan belum lulus akan terus

diseleksi ditahun berikutnya. Bagi yang dinyatakan lulus diberikan

penghargaan dalam bentuk kenaikan gaji. Hal ini bertujuan agar

meningkatkan minat guru-guru yang lain untuk terus berkompetisi dalam

program sertifikasi ini.

6. Analisis Sumber-sumber daya yang dibutuhkan

Apakah sebuah program didukung oleh sumber daya yang memadai.

Pelaksanaan kebijakan harus didukung oleh sumberdaya-sumberdaya yang

mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik.


63

Tabel 4.6
Sarana dan Prasarana

No. Ketersediaan TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ
sarana dan 1 2 3 4 5 6 7 8
prasarana
1. Papan tulis √ √ √ √ √ √ √ √
2. Al-Qur’an √ √ √ √ √ √ √ √
3. Iqro’ √ √ √ √ √ √ √ √
4. Buku √ √ √ √ √ √ √ √
pelajaran
5. Kapur/spidol √ √ √ √ √ √ √ √
6. Penghapus √ √ √ √ √ √ √ √
7. Alat tulis √ √ √ √ √ √ √ √
8. Gedung √ √ √ √ √ √ √ √
9. Juz amma √ √ √ √ √ √ √ √
10. Doa harian √ √ √ √ √ √ √ √
Sumber : Data olahan Peneliti, 2019

Tabel 4.7
Jumlah Guru dan Santri

No. Sumber TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ TPQ T


Daya 1 2 3 4 5 6 7 PQ 8
Manusia
1. Guru 4 1 4 5 7 5 6 4
orang orang orang orang orang orang orang orang
2. Santri 60 17 70 58 74 30 80 35
orang orang orang orang orang orang orang orang
Sumber : Data Olahan Peneliti, 2019

Keterangan :

1. TPQ Baitul Jamil (Puri Granit Indah, Bati)

2. TPQ Mardhatillah (Pasir Panjang)

3. TPQ Darul Kamal Huda (Pasir Panjang)

4. TPQ Nurul Iman (Guntung Punak)

5. TPQ Al-Mujahidin (Lembah Permai)


64

6. TPQ Al-Umara’ (Lembah Permai)

7. TPQ Nurul Ikhlas (Pangke)

8. TPQ At-Taqwa (Guntung Punak)

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Indra Gunawan S.Pd. I

selaku Kepala sekaligus Guru TPQ Mardhatillah, Pasir Panjang. Mengatakan

bahwa :

“Kalau sdm tidak ada jelas sangat berpengaruh. Tetapi, kalau


sumberdaya barang atau ketersedian administrasi masih bisa
diakali.” (Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Juni 2019)

Senada dengan yang dikatakan oleh Ibu Zaidah selaku Guru TPQ

Nurul Ikhlas, Pangke :

“Kalau tak ade guru barulah berpengaruh. Kalau tak ade spidol kite
bise alihkan kepelajaran lain, praktek dulu atau macam mane”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Juni 2019)

Sama halnya dengan Bapak Wibowo selaku Kepala Bidang

Pendidikan agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Karimun.

Mengatakan bahwa :

“Yang berpengaruh besar sebenarnya ketersediaan guru atau tenaga


pendidik. Jika sebuah TPQ itu belum mempunyai sarana maupun
prasarana masih bisa diantisipasi. Seperti misalnya belum mempunyai
gedung, proses belajar mengajar bisa dialihkan ke mesjid dll.”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Juni 2019)

Kemudian menurut Bapak Suratman selaku Kepala bidang pendidikan

BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat mengatakan bahwa :

“Memang berpengaruh. Tetapi tidak menyebabkan terkendalanya


proses belajar dan mengajar sebuah TPQ. Kemudian, jika sdmnya
65

yang tidak ada barulah proses belajar dan mengajar akan


terkendala” (Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Juni 2019)

Sejalan dengan yang dikatakan Bapak Suratman menurut Bapak Drs.

H. Kholif Ihda Rifa’I selaku KASUBAG TU Kementerian Agama Kabupaten

Karimun mengatakan :

“Kalau tidak lengkap itu merupakan kewajiban TPQ terkait untuk


melengkapi, tapi jika memang tidak lengkap ya berpengaruh juga
secara otomatis kepada roda pembelajaran. Sedikit banyak pasti
berpengaruh. Tetapi jika dilihat pengelolaan TPQ disini tetap
berjalan dengan lancar”(Wawancara pada tanggal 17 Juni 2019)

Penerapan sebuah kebijakan tidak lepas dari ketersediaan sumber

daya. Tetapi, jika dilihat dari segi pengaruh sumber daya yang dibutuhkan.

Pelaksanaan kebijakan ini lebih berpengaruh pada ketersediaan sumber daya

manusia. Karena, proses belajar mengajar akan terganggu dan tidak berjalan

jika tenaga pendidik tidak memadai. Berkenaan dengan sarana dan prasarana

sebuah TPQ masih bisa berjalan dengan baik. Karena, jika tidak ada

ketersediaannya proses belajar dan mengajar bisa dialihkan menjadi praktik

dan bukan teori.

Keterkaitan antara sumber daya dengan pengaruh implementasi

kebijakan memang sedikit banyak dapat berpengaruh dalam hal kebijakan ini.

Implementasi menjadi cenderung tidak efektif, meskipun perintah-perintah

implementasi diteruskan (ditranmisikan) secara cermat, jelas dan konsisten,

apabila memiliki kekurangan sumber-sumber yang diperlukan oleh pelaksana

kebijakan. Tetapi, berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh penulis dapat

disimpulkan bahwa pengaruh yang dihasilkan dari kekurangan sumber daya di


66

sebuah TPQ tidak berpengaruh . sehingga, proses belajar dan mengajar dapat

berjalan dengan baik.

Pengembangan sumber daya pendidikan yang dilakukan harus sejalan

dengan visi, misi, nilai, dan tujuan yang telah direncanakan oleh pihak

lembaga pendidikan. TPQ sebagai sebuah lembaga pendidikan yang

mengajarkan baca tulis Al-Qur’an dan mencoba menanamkan perasaan cinta

Al-Qur’an pada anak didiknya tentu haruslah mempunyai pelaksanaan

manajemen pengembangan yang berbeda dengan lembaga pendidikan yang

lain, karena fokus pembelajaran ada pada tata cara membaca Al-Qur’an dan

pengetahuan tentangpengetahuan Islam. Maka disinilah manajemen

pengembangan sumber daya pendidik sangat diperlukan untuk

mengoptimalkan peran dari kerja pendidik. Sehingga nantinya kepercayaan

masyarakat yang menjadikan TPQ sebagai tumpuan belajar untuk anak-anak.

Menurut Edward III (1980:11) sumber daya merupakan hal penting

dalam implementasi kebijakan yang baik. Fasilitas fisik merupakan faktor

penting dalam implementasi kebijakan. Implementasi mungkin mempunyai

staf yang mencukupi, kapabel dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas

pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi kebijakan tersebut

tidak akan berhasil. Akan tetapi, dalam pelaksanaan kebijakan penuntasan

buta aksara Al-Qur’an ini nyatanya tidak demikian. Ketersediaan sarana dan

prasarana tidak terlalu berpengaruh, ketersediaan sumber daya manusia yang

kemudian sangat berpengaruh jika tidak tersedia.


67

C. Analisis Lingkungan Implementasi

1. Analisis Kekuasaan, Kepentingan dan Strategi Aktor terlibat

Dalam suatu kebijakan perlu dipertimbangkan pula kekuatan atau

kekuasaan, kepentingan serta strategi yang digunakan oleh para aktor yang

terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi

kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan matang, sangat besar

kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan jauh hasilnya

dari yang diharapkan.

Dalam rangka untuk meningkatkan akhlak dan moral, serta

meningkatkan sumber daya manusia di Kabupaten Karimun, maka dipandang

perlu bagi anak usia sekolah pandai membaca Al-Qur’an, yang dapat

mengetahui dan memahami isi kandungan Al-Qur’an dengan benar. Sehingga

dapat membentuk kepribadian yang baik dan dapat mencerminkan kualitas

manusia seutuhnya sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Kemudian melihat kebutuhan masyarakat Kabupaten Karimun untuk dapat

membaca dan memahami Al-Qur’an dibuatlah kebijakan penuntasan buta

aksara Al-Qur’an. Untuk dapat menerapkan sebuah kebijakan dengan baik

perlu adanya strategi dari para implementor. Sebagaimana wawancara yang

dilakukan oleh penulis dengan berbagai pihak

Berikut wawancara dengan Ibu Azmalia selaku guru TPQ Baitul

Jamil, Bati. Mengatakan bahwa :


68

“Untuk dapat meningkatkan minat belajar anak-anak kami selalu


mengadakan inovasi. Seperti belajar sambil bermain, tidak melulu
teori yang ditekankan, membagikan penghargaan bagi sebagian
anak”(Wawancara dilakukan 21 Juni 2019)

Kemudian wawancara dengan Bapak Bakri Hasyim, S.Pd, SD selaku

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun mengatakan bahwa :

“Membuat program peningkatan mutu sdm melalui anggaran APBD.


Contohnya guru One Day One Ayat kami mengadakan pelatihan bagi
mereka melalui anggaran tersebut. Maksudnya mengalokasikan
anggaran dengan tepat” (Wawancara dilakukan pada tanggal 17 Juni
2019)

Senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Drs. H. Jamzuri selaku

Kepala Kementerian Agama Kabupaten Karimun mengatakan bahwa :

“Bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dan yang mempunyai


komitmen untuk memajukan pendidikan agama dan
keagamaan”(Wawancara pada tanggal 18 Juni 2019)

Sama halnya dengan Bapak Suratman selaku Kepala BMPG-TPQ

Kecamatan Meral Barat mengatakan bahwa :

“Melakukan pembinaan kepada guru-guru yang ada sehingga tidak


hanya bisa mengaji untuk diri sendiri tapi juga untuk Santri-
Santrinya. Pembinaan biasanya dilakukan oleh pihak BMPG-TPQ
Kabupaten" (Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Juni 2019)

Kerjasama antar pihak kemudian pembinaan dan memberikan sebuah

penghargaan bagi pihak-pihak yang terkait. Komunikasi merupakan proses

penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Sementara itu

komunikasi kebijakan berarti merupakan suatu proses penyampaian informasi

kebijakan dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan. Informasi

perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan dapat memahami apa yang

menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (target group) kebijakan, sehingga
69

pelaku kebijakan dapat mempersiapkan hal-hal apa saja yang berhubungan

dengan pelaksanaan kebijakan. Agar proses pelaksanaan kebijakan bisa

berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri.

Peningkatan kualitas pendidik juga merupakan upaya mendasar untuk

meningkatkan mutu pendidikan TPQ. Sehingga, jika para pendidik sudah

berhasil diberdayakan dengan baik secara otomatis akan berpengaruh dalam

hal penyampaian belajar dan mengajar. Sebagian besar pendidik di lembaga

pendidikan keagmaan non formal melaksanakan tugasnya lebih karena

didorong oleh rasa pengabdian mengamalkan ilmu yang dimiliki. Sehingga

bukanlah hal yang mudah ketika mereka dituntut untuk bekerja lebih

professional dan diminta untuk mengembangkan keterampila dan kompetensi

yang mereka miliki karena mereka juga tida pernah menuntu gaji yang

maksimal. Untuk itu dioerlukan sebuah pendekatan tersendiri dan pengaturan

rencana manajemen pengembangan sumberdaya pendidikan yang berkualitas.

Dukungan pemerintah dalam kebijakan ini dapat dilihat dari

keterbukaan pemerintah dalam membantu TPQ-TPQ yang mengajukan

proposal untuk pengadaan gedung madrasah. Kemudian mempersiapkan

anggaran khusus untuk insentif guru-guru TPQ setiap bulannya. Pengajuan

proposal pada dasarnya bisa diajukan kepada pihak-pihak tertentu. Seperti,

perusahaan-perusahaan terdekat sebagai bentuk CSR bagi perusahaan

tersebut. Dukungan kepentingan dalam pembentukan kebijakan ini didorong

atas kebutuhan masyarakat Karimun sendiri. Kebijakan ini lahir guna

mendukung salah satu azam Kabupaten Karimun yakni azam iman dan taqwa.
70

Kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an memang merupakan salah satu

cara bagaimana azam iman dan taqwa ini bisa terwujud. Oleh karena itu, demi

kelancaran penerapan kebijakan ini seharusnya didukung dengan berbagai

pihak terkait.

2. Analisis Karakteristik lembaga dan rezim yang sedang berkuasa

Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga

berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan

karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu

kebijakan. Variabel lingkungan kebijakan dapat dicitra dengan empat

indikator yaitu kondisi sosial-ekonomi dan perkembangan teknologi,

dukungan publik, sikap kelompok pemilih, dan keterampilan dari

implementor kebijakan. Keempat indikator tersebut di atas dapat dikatakan

baik dan mendukung pengimplementasian kebijakan baca-tulis Al-Qur’an.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan

pihak terkait.

Berikut wawancara dengan Ibu Rosnita selaku Kepala sekaligus Guru

TPQ A-Taqwa, Guntung Punak mengatakan bahwa :

“Karna disini muslim lebih banyak jadi bisa dibilang mendukunglah.


Tak ade orangtue yang menentang. Cuman itulah kalau kalau
dimintak pembayaran spp masih ada yang tak mau bayar tapi yasudah
tak masalah yang penting anak-anak ikut ngaji” (Wawancara
dilakukan 25 Juni 2019)
71

Senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Suratman selaku Kepala

BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat mengatakan bahwa :

“Karna melayu bercirikan islam jadi saya rasa mendukung penerapan


kebijakan ini. Suasana keislaman menjadi hidup kemudian
pengaruhnya sangat baik”(Wawancara dilakukan pada tanggal 25
Juni 2019)

Mengenai karakteristik lembaga Bapak Kholif Ihda Rifai’ selaku

KASUBAG TU Kementerian Agama mengatakan :

“Yang jelas karakteristiknya Islami,mengusung akhlakul karimah


mendukung yang bersumber pada akhlak-akhlak agama dan Qur’ani”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 17 Juni 2019)

Kemudian Bapak Kholif juga mengatakan mengenai


lingkungan :

“Tapi sekarang Alhamdulillah lingkungan cukup signifikan berubah.


Sekarang sudah lebih islami dilihat dari pola kehidupan masyarakat,
antusias pelaksanaan kegiatan-kegiatan syiar agama, kegiatan
dimesjid-mesjid semuanya cukup ramai dan semarak. Dan tentunya
masyarakat yang semacam ini memberikan pengaruh dalam
pendidikan islam bagi anak-anaknya” (Wawancara 17 Juni 2019)

Kemudian informan lain menyampaikan Ibu Sarina selaku wali Santri

yang anaknya ikut belajar di TPQ mengatakan bahwa :

“Pergaulan anak-anak zaman sekarang yang msebenarnya menjadi


perhatian penting. Zaman sekarang anak-anak SD sudah kenal hp
kalau dulu tak macam gitu”(Wawancara dilakukan pada tanggal 17
Juni 2019)

Kemudian Bapak Wibowo selaku Kepala Bidang Pendidikan Agama

Islam mengatakan bahwa :

“Masyarakat perlu motivasi atau dukungan supaya ikut mau


menjalankan kebijakan ini. Sehingga kondisi lingkungan kemudian
mendukung bagi masyarakat agar sadar dan mau
mendukung”(Wawancara dilakukan 19 Juni 2019)
72

Sikap yang ditunjukkan berupa ikut berpartisipasi membantu

pelaksanaan baca-tulis Al-Qur’an dengan menjadi salah satu donatur tidak

tetap bagi lembaga pendidikan Al-Qur’an. Keterampilan dari implementor

kebijakan baca-tulis Al-Qur’an dapat dinilai baik. Adapun kendala yang

dihadapi adalah adanya dampak buruk dari perkembangan teknologi sehingga

kelompok sasaran kebijakan atau peserta didik pendidikan Al-Qur’an

cenderung terpengaruh perkembangan teknologi seperti penggunaan

Handphone, permainan off-line seperti Playstation dan film-film kartun

melalui media televisi.

Kabupaten Karimun merupakan Kabupaten yang menerapkan nuansa

agama pada proses pembangunannya. Seperti halnya empat azam Kabupaten

Karimun yang salah satunya yakni meningkatkan azam iman dan taqwa.

Pembangunan tugu MTQ pada salah satu daerah di Kabupaten Karimun.

Sampai dengan adanya kebijakan syariah yang dimasukkan pemerintah daerah

Kabupaten Karimun untuk menunjukkan bahwa memang benar Kabupaten

Karimun merupakan kabupaten yang kental akan nuansa islami.

Untuk menunjang visi pemerintah daerah Kabupaten Karimun yang

maju mandiri, berbudaya yang dilandasi Iman dan Taqwa serta mis

Pemerintah Kabupaten Karimun yang mengembangkan sektor industri,

perdagangan, pariwisata daan sektor pertanian, pemerintah daerah Kabupaten

Karimun mempunyai empat azam penggerak pembangunan Kabupaten

Karimun yang meliputi :


73

1. Azam pembangunan ekonomi yang berdimensi ekonomi

kerakyatan

2. Azam peningkatan iman dan taqwa

3. Azam peningkatan kualitas sumber daya manusia

4. Azam pengembangan seni dan budaya

Kebijakan syariah bertujuan mengurangi dan menghadapi kasus-kasus

kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia dan juga meningkatkan

kesalehan dan moralitas. Seperti adab berpakaian (pemakaian jilbab)dan adab

diruang publik. Syariah bisa diartikan ketentuan agama kalau dilihat secara

luas, tetapi juga dapat diartikan sebagai wahyu ilahi jika dilihat secara sempit.,

khuhsnya perihal hukum.

Para pelaksana program terkait juga memiliki ciri lebih islami dari

lembaga lain. Tugas dan fungsi pokok lembaga tersebut juga untuk

mengedapankan pembelajaran islam. Begitu juga halnya dengan kegiatan-

kegiatan yang kemudian dilakukan oleh lembaga tersebut. Seperti yang

dilakukan oleh BMPG-TPQ yang menjadi salah satu lembaga pelaksana

kebijakan ini, BMPG-TPQ melakukan kegiatan ujian guru dan santri guna

meningkatkan pembelajaran islam.

Dalam implementasi suatu kebijakan maka pada pelaksanaannya tentu

tak luput dari karakteristik Lembaga yang menjalankan kebijakann tersebut.

Keberhasilan suatu kebijakan tersebut kemudian turut dipengaruhi oleh

karakteristik lembaganya, dalam hal ini yakni BMPG-TPQ Kecamatan Meral

Barat. BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat merupakan sebuah lembaga yang


74

berada ditingkat Kecamatan yang kemudian mengkoordinir TPQ-TPQ yang

ada di kecamatan tersebut. Salah satu tugas dan wewenang BMPG-TPQ

melakukan ujian terhadap Santri-Santri TPQ untuk mendapatkan kelulusan.

Dalam hal ini BMPG-TPQ juga bekerjasama dengan berbagai pihak-pihak

terkait yang mempunyai karakteristik yang sama yakni sebagai wadah

mengkoordinir pendidikan islam. Seperti, BMPG-TPQ Kabupaten Karimun,

Kementerian Agama Kabupaten Karimun dan Dina Pendidikan Kabupaten

Karimun.

Karakteristik lingkungan dan lembaga yang sedang berkuasa

kemudian memberikan pengaruh terhadap jalannya sebuah kebijakan. Seperti

lingkungan Kecamatan Meral Barat yang kemudian dinilai mendukung oleh

informan untuk diterapkan kebijakan ini. Kemudian mengenai lembaga yang

terkait, merupakan lembaga satuan yang terdiri dari lembaga-lembaga lain

yang mendukungnya. Sehingga, TPQ-TPQ di Kecamatan Meral Barat

dikoordinir oleh BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat kemudian di koordinir

oleh BMPG –TPQ Kabupaten Karimun kemudian dinaungi oleh Kementerian

Agama dan Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun.

3. Analisis Tingkat Kepatuhan dan Adanya respon dari pelaksana

Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan

adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana, maka yang hendak

dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan respon dari

pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan. Dalam hal ini penulis melihat
75

respon pelaksana dari penangan kendala yang ada saat menjalankan sebuah

kebijakan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 667), mendefinisikan

pengertian kendala adalah halangan rintangan dengan keadaan yang

membatasi, menghalangi atau mencegah pencapaian sasaran. Berdasarkan

hasil wawancara yang penulis dapatkan dengan pihak terkait.

Berikut wawancara dengan Bapak Wibowo selaku Kepala Bidang

Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Karimun :

“Banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya belajar Al-


Qur’an, sehingga pengawasan hanya dilakukan saat berada di TPQ
saja dan dirumah pengawasan tidak dilakukan oleh orangtua”
(Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Juni 2019)

Kemudian menurut Ibu Miskiah selaku Kepala sekaligus Guru TPQ

Nurul Iman Guntung Punak mengatakan bahwa :

“Anak-anak kalau tak disuruh tak datang belajar. Jadi peran


orangtua yang sangat diharapkan. Sehingga, antara TPQ dan
orangtua ikut bekerjasama” (Wawancara dilakukan pada tanggal 24
Juni 2019)

Sejalan dengan Ibu Muriati selaku wali Santri yang anaknya belajar di

TPQ mengatakan bahwa :

“Anak saye kadang disuruh belajar ke TPQ malas. Kalau dah petang-
petang pegi maen. Jadi kendalanye disitu” (Wawancara dilakukan
pada tanggal 24 Juni 2019)

Kemudian menurut Bapak H. Sudarman, S. Pd. I selaku Kepala

Bidang Pendidikan Islam BMPG-TPQ Kabupaten Karimun mengatakan

bahwa :
76

“Pengawasan orangtua yang kadang-kadang hanya menyerahkan


tanggung jawab di TPQ saja. pelajaran yang dilakukan di TPQ tidak
diulang-ulang dirumah” (Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Juni
2019)

Para pengelola Pendidikan Al-Qur’an, sesungguhnya orang-orang

yang dipercaya oleh masyarakat untuk menjalankan amanah tersebut. Sebagai

bentuk pertanggungjawaban nilai amanah dan tanggungjawab tersebut, sudah

selayaknya TPQ menyelenggarakan pendidikan Al-Qur’an yang lebih baik

dan profesional. Maksud dari penyelenggaraan pendidikan yang lebih baik

dan profesionalitas tersebut adalah dengan menerapkan sistem dan tata kelola

penyelenggaraan pendidikan yang menuntut keterlibatan yang tinggi dari

stakeholders TPQ. Efektifitas tata kelola penyelenggaraan TPQ akan

ditunjukkan dengan output yang berkualitas.

Akuntabilitas yang tinggi hanya dapat dicapai dengan pengelolaan

sumber daya TPQ secara efektif dan efisien. Akuntabilitas tidak datang

dengan sendiri setelah lembaga-lembaga pendidikan melaksanakan usaha-

usahanya.Solusi terkait kendala yang dirasakan oleh berbagai pihak diatas

kemudian menjadikan bahan untuk menilai bagaimana respon dari pelaksana

kebijakan mengatasi kendala tersebut. Melihat dari paparan hasil wawancara

diatas bahwa kendala yang besar dirasakan kerjasama antar orangtua dan

guru. Jika kedua hal itu telah terjalin kerjasama yang baik dapat dipastikan

bahwa anak-anak akan berhasil menerapkan pelajaran agama dan keagamaan.

Tingkat kepatuhan pelaksana program dilihat dari komitmen

implementor dalam mematuhi aturan dalam menjalankan kebijakan ini.


77

Seperti misalnya guru-guru TPQ, mereka akan tetap mengajar setiap sore

sesuai jam pelajaran yang telah ditetapkan oleh TPQ-TPQ terkait. Kecamatan

Meral Barat khususnya, menerapkan sistem yang sangat fleksibel. Adanya

respon yang baik untuk tetap menjalankan kebijakan oleh pihak TPQ

walaupun waktu yang ditentukan kadang tidak dapat dijalankan oleh Santri-

Santrinya. Mengadakan proses pembelajaran pada pagi dan juga siang dengan

Santri yang bergantian.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Idhan (2018) pembahasan

tentang implementasi kebijakan pendidikan baca-tulis Al-Qur’an, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa implementasi Peraturan Daerah Kota Makassar terimplementasi

dengan baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat proses

implementasi kebijakan baca-tulis Al-Qur’an seperti dan kesulitan teknis dalam

pengajaran Al-Qur’an seperti bervariasinya watak dan karakter peserta didik yang

harus diajar, tidak tetap dan tidak meratanya alokasi sumber daya finansial dari

Pemerintah, pengaruh buruk perkembangan teknologi seperti penggunaan

Handphone, permainan offline seperti Playstation dan film-film kartun melalui media

televisi.

Sedangkan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Adhi Susanto (2017)

pengamatan dilapangan penulis mengambil kesimpulan bahwa Peraturan Daerah No 1

Tahun 2013 Tentang pandai membaca Al-Quran di Kecamatan Bangkinang Kota

Kabupaten Kampar belum efektif dan banyak kendala dalam implementasinya yang
78

masih harus diperbaiki. Kemudian hasil penelitian yang dilakukan oleh Usman

(2015) penyelenggaraan Taman Pendidikan al-Qur’an, dengan 7 standar

penyelenggaran pendidikan al-Qur’an yakni: standar kelembagaan dan organisasi,

standar kurikulum dan KBM, standar Administrasi TPQ, standar ketenagaan, standar

lulusan, standar sarana penunjang dan daya dukung masyarakat serta standar situasi

umum; yang diimplementasikan melalui kegiatan sertifikasi yang dilakukan pada

tahun 2010 dan akreditasi pada tahun 2012; dengan hasil implementasi yakni : 4%

adalah TPQ modern/percontohan , 33% adaalah TPQ standar, 48% adalah TPQ

menuju standar , dan 15% sebagai TPQ pengajian tradisional. Yang berarti bahwa

TPQ di Kabupaten Pasuruan 50 % masih dibawah standar penyelenggaraan Taman

Pendidikan al-qur’an yang di telah tetapkan oleh Kementerian Agama.

Kemudian dari penelitian ini berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa

pihakinforman menunjukkan bahwa implementasi kebijakan penuntasan buta aksara

Al-Qur’an belum berjalan optimal. Pada penelitian ini kerberhasilan proses

implementasi kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an dapat dilihat

menggunakan model implementasi Merille S. Grindle (Subarsono:2011). Faktor-

faktor yang mempengaruhi yakni lingkungan sosial masyarakat dan komitmen pihak

terkait dalam menjalankan implementasi kebijakan ini. Sesuai dengan surat

keterangan bupati no 123 A tahun 2006 penyelenggaraan implementasi kebijakan ini

belum terlaksana dengan baik. Sehingga, perlu adanya kerjasama yang baik antara

stakeholder ataupun pelaksana program dan juga masyarakat selaku orangtua santri.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi kebijakan penuntasan buta aksara

Al-Qur’an ini belum optimal, karena dalam penerapannya masih terdapat

kekurangan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa uraian berikut :

1. Dari analisis isi kebijakan, dilihat dari kepentingan yang mempengaruhi

pembentukan kebijakan ini. Kebijakan ini dibentuk atas dasar kebutuhan

masyarakat serta kepedulian pemerintah daerah agar masyarakat Kabupaten

Karimun pandai membaca, memahami dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Dari

segi tipe manfaat dan derajat perubahan yang ingin dicapai belum berhasil

sepenuhnya dalam mencapai target atau tujuan utama kebijakan secara

keseluruhan, dikarenakan keterbatasan pengawasan dan tahap penyesuaian

terhadap lingkungan kelompok sasaran.

2. Dilihat dari letak pengambilan keputusan, kebijakan penuntasan buta

aksara Al-Qur’an ini dinilai tepat dilakukan di Kabupaten Karimun

dikarenakan keadaan budaya yang mendukung. Sedangkan dilihat dari sumber

daya manusia dan sarana prasarana dalam kebijakan penuntasan buta aksara

Al-Qur’an memiliki pengaruh yang berbeda. Ketersediaan sumber daya

manusia sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Sedangkan sarana

79
80

dan prasarana dianggap tidak terlalu berpengaruh dikarenakan ketersediaan

sapras bisa diatasi dengan adanya sumber daya manusia.

3. Dari analisis lingkungan kebijakan strategi dari pihak terkait berupa membuat

program keagamaan guna mendukung jalannya penerapan kebijakan

penuntasan buta aksara Al-Qur’an ini. Meskipun dilapangan belum berjalan

secara maksimal BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat dan Kabupaten

Karimun tetap menjalankan program seperti peningkatan mutu para pendidik.

Jadi, BMPG-TPQ Kecamatan Meral Barat ialah sebuah lembaga yang berada

dibawah naungan BMPG-TPQ Kabupaten Karimun yang menangani

pengelolaan TPQ yang ada di Kecamatan Meral Barat. Sehingga, demi

kelancaran proses penerapan kebijakan ini BMPG-TPQ Kecamatan Meral

Barat juga bekerjasama dengan pihak-pihak terkait.

B. Saran

Saran dari penelitian ini adalah pemerintah daerah beserta pihak

terkait hendaknya melakukan sosialisasi terkait kebijakan penuntasan buta

aksara Al-Qur’an secara merata, meningkatkan kualitas pendidik, membuat

program-program keagamaan guna mendukung pelaksanaan kebijakan ini.

Sehingga peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan masukan

dan pertimbangan bagi peningkatan proses implementasi kebijakan

penuntasan buta aksara Al-Qur’an di Kecamatan Meral Barat. Beberapa saran

tersebut adalah :
81

1. Perlu adanya peningkatan kualitas tenaga pendidik sehingga penerapan

kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an dalam hal mewujudkan tujuan

dari kebijakan ini yaitu menciptakan generasi yang dapat memahami

menghayati Al-Qur’an.

2. Stakeholder hendaknya memperhatikan kondisi lingkungan dari kebijakan

penuntasan buta aksara Al-Qur’an ini. Apakah lingkungan tersebut juga

mendukung jalannya kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an ini.

Lingkungan yang mendukung pastinya member pengaruh yang besar dalam

penerapan sebuah kebijakan.

3. Masyarakat selaku orangtua santri hendaknya lebih memperhatikan jalannya

proses pembelajaran yang ada di TPQ. Sehingga, dengan adanya dukungan

dari pihak orangtua santri proses pembelajaran tetap berlangsung selama

santri tersebut berada dirumah.


82

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal :

Abdullah R. & Muhammad A. Ramdhani. (2017). Jurnal Publik Administrasi Volume


11, Nomor 01.

Adhi S. (2017). Implementasi Peraturan Daerah No 01 Tahun 2013 Tentang Pandai


Membaca Al-Qur’an di Kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten Kampar,
Jurnal FISIP Volume 04 , Nomor 01.

Agustino, Leo.2016, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Bandung:Cv Alfabeta

Dunn, William N., 2003. Public Policy Analysis: An Introduction, New J ersey:
Pearson Education. Edisi bahasa Indonesia dengan judul Pengantar Analisis
Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Edward III, George. Implementation Public Policy. New York : Congressional


Quaterly Press, 1980

Handoyo, Eko. 2012. Kebijakan Publik. Semarang: Widya Karya

Idhan (2018). Impementasi Kebijakan Pendidikan Baca Tulis Al-Qur’an (Studi kasus
TPQ Kecamatan Tamanlarea Kota Makassar). Universitas Negeri Makassar.
Volume 01, Nomor 02

Kartasasmita, Ginanjar. 1995. Masalah Kebijakan dalam Pembangunan. Jakarta:


STIA-LAN RI

Nugroho, Riant. 2009. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.


Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Sadiah dkk. (2018). Implementasi Model Pembelajaran dalam Pemberantasan Buta


Huruf Al-Qur’an di Majelis Taklim Nurul Hikmah Kampung Situ Uncal Desa
purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. STAI Al-Hidayah Bogor.
Volume 02, Nomor 01.

Silviana S. (2017). Implementasi Program Pengentasan Buta Aksara di Kabupaten


Bondowoso, Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan Volume 05, Nomor 02.

Subarsono, A. G. (2011). Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar
83

Sugiyono. 2014a. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alpabeta

………….2014b. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alpabeta

Usman. (2015). Implementasi Kebijakan Kementerian Agama Terhadap


Penyelenggaraan Taman Pendidikan Al-Qur’an di Kabupaten Pasuruan, Jurnal
PendidikanIslamVolume 1, Nomor 1.

Wahab, Solichin A., 1997. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke Implementasi


Kebijaksanaa Negara. Jakarta: Bumi Aksara

Winarno, Budi. 2007. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Caps
84

LAMPIRAN-LAMPIRAN

v PEDOMAN WAWANCARA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENUNTASAN BUTA AKSARA AL-


QUR’AN

(Studi Kasus di Kecamatan Meral Barat)

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Daftar pertnyaan :

Pertanyaan untuk DINAS

1. Isi Kebijakan
a. Kepentingan-Kepentingan yang mempengaruhi
 Apa yang menjadi landasan pembentukan kebijakan penuntasan
buta aksara ini?
b. Tipe Manfaat
 Manfaat apa yang ingin dicapai dari pelaksanaan kebijakan
penuntasan buta aksara ini?
c. Derajat perubahan yang ingin dicapai
 Berapa skala perubahan yang ingin dicapai?
d. Letak pengambilan keputusan
 Apakah pelaksanaan kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an
ini sudah tepat dilaksanakan di Kabupaen karimun?
85

 Bagaimana penganggaran untuk kebijakan penuntasan buta aksara


Al-Qur’an ini?
e. Pelaksana program
 Siapakah yang terlibat dalam pelaksana kebijakan penuntasan buta
aksara Al-Qur’an?
 Apakah para pelaksana sudah terdata secara khusus?
f. Sumber-sumber daya yang digunakan
 Apa saja sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an?
 Bagaimanakah ketersedian sumberdaya tersebut?
 Apakah berpengaruh jika terdapat kekurangan sumberdaya dalam
pelaksana kebijakan?

2. Lingkungan Implementasi
a. Kekuasaan, Kepentingan-kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat
 Bagaimana strategi dari pelaksana unuk menjalankan kebijakan
penuntasan buta aksara Al-Qur’an?
b. Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa
 Bagaimana karakteristik lembaga-lembaga yang menjalankan
kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an?
 Bagaimana pengaruh kondisi sosial dan budaya dalam pelaksanaan
kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an?
c. Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana
 Kendala apa saja yang dihadapi saat pelaksanaan kebijakan
penuntasan buta aksara Al-Qur’an?
 Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut?

Pertanyaan untuk masyarakat dan Guru TPQ


86

1. Apakah saudara mengetahui tentang kebijakan penuntasan buta aksara Al-


Qur’an?
2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam ikut melaksanakan kebijakan
penuntasan buta aksara Al-Qur’an?
3. Upaya apa yang dilakukan untuk tetap ikut serta dalam proses pelaksanaan
kebijakan agar sesuai dengan tujuannya?
4. Apakah ketersediaan sumber daya mempengaruhi jalannya proses
pelaksanaan kebijakan penuntasan buta aksara Al-Qur’an?
5. Manfaat apa yang dirasakan setelah penerapan kebijakan penuntasan buta
aksara Al-Qur’an ini?
6. Bagaimana kondisi lingkungan social dan budaya mempengaruhi proses
penerapan kebijakan?
87

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Siti Khawarin lahir di Alai Kundur pada tanggal 15 November


1996. Dibesarkan oleh Bapak Selamat Ali dan Ibu Rohana
dengan dua orang saudara yakni Muhammad Machbib dan
Muhammad Machbub. Penulis menghabiskan masa Sekolah
Dasarnya di Mi. Tarb Baitul Mubin Sungai Buluh Kecamatan
Ungar pada tahun 2003-2009. Masa Sekolah Menengah
Pertama di SMP N 3 Kundur pada tahun 2009-2012. Dan
menghabiskan masa Sekolah Menengah Atas di MA USB Karimun pada tahun 2012-
2015. Setelah menyelesaikan studi di bangku sekolah, penulis melanjutkan
pendidikan kejenjang perkuliahan di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) di
Kota Tanjungpinang pada program Studi Ilmu Administrasi Negara pada tahun 2015-
2019. Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi banyak pihak.

Anda mungkin juga menyukai