Anda di halaman 1dari 3

PENGERTIAN DAN PROSEDUR SYSTEMATIC RANDOM SAMPLING"—

Transcript presentasi:
1 PENGERTIAN DAN PROSEDUR SYSTEMATIC RANDOM SAMPLING
praze06praze06

2 Definisi:Metode pengambilan sample acak sistematis adalah metode untuk mengambil sampel secara sistematis
dengan interval (jarak) tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah diurutkan.Misalkan sebuah populasi terdiri dari N
unit diberi nomor 1 sampai N dalam beberapa susunan. Untuk memilih sebuah sampel berukuran n unit, kita ambil
sebuah unit dari k unit yang pertama, selanjutnya mengambil setiap kelipatan k.praze06

3 Skema Sistematis x = sampel sistematis = sampel stratified k 2k 3k 4k


Skema SistematisXx = sampel sistematis= sampel stratifiedk 2k 3k 4k 5k 6k 7kNomor Unitpraze06

4 Keuntungan:Lebih cepat, murah dan mudah pelak-sanaannya dari pada cara-cara yang lain.Pengambilan sampel
tanpa harus meng-gunakan kerangka sampel.Sampel sistematis tersebar lebih merata, sehingga kemungkinan besar
mengha-silkan sampel yang lebih representatif dan lebih efisien dari pada SRS.praze06

5 Kelemahan:Penduga varian sulit diperoleh dari sampel sistematis tunggal.Penyusunan yang tidak baik mungkin
menghasilkan sampel yang sangat tidak efisien.praze06

6 Prosedur pemilihan sampel:


Linear Systematic SamplingKita menganggap bahwa populasi disusun secara linier dalam suatu cara sehingga unit-unit
dapat dirujuk oleh angka k), k disebut dengan sampling intervalMisalkan N dapat dinyatakan dalam bentuk N=nk dan
misalkan angka random pertama terpilih adalah R1 (Maka sampel terdiri dari unit-unit ke: R1, R1+k, R1+2k,…, R1+(n-
1)kJika N tidak dapat dinyatakan dalam bentuk N=nk, maka k diambil sebagai bilangan bulat yang paling dekat dengan
N/n.praze06

7 Contoh Linear Systematic Sampling:


Misalkan terdapat N = 9 populasi yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 yang dipilih 3 sampel secara sistematis, maka k = 3.
Kemudian kita mencari angka random pertama yang kurang dari atau sama dengan 3, katakan di dapat 2. Jadi sampel
yang terpilih adalah 2, 2+k=2+3=5 dan 2+2k=2+2(3)=8.praze06

8 Prosedur pemilihan sampel (lanj.):


2. Circular Systematic SamplingMemilih angka random pertama antara 1 sampai dengan N;Memilih setiap unit ke-k
(dimana k adalah bilangan bulat yang paling dekat dengan N/n) dalam suatu cara yang memutar sampai n unit sampel
terpilih. NR1 + jk, jika R1 + jk R1 + jk – N, jika R1 + jk > Nuntuk j=1, 2, …, (n-1).praze06

9 Contoh Circular Systematic Sampling:


Misalkan terdapat N = 9 populasi yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 yang dipilih 3 sampel secara sistematis. Kemudian kita
mencari angka random pertama yang kurang dari atau sama dengan 9, katakan di dapat 7. Jadi sampel yang terpilih
adalah 7, (7+k)-9=(7+3)-9=1 dan (7+2(3))-9=4.praze06

10 Peluang unit dalam populasi terpilih menjadi


sampel:MetodeN = nkN ≠ nkLinier Systematic1/kCircular Systematicn/Npraze06

11 Metode N = nk N ≠ nk Unbiased Biased Estimasi rata-rata populasi:


Linier SystematicUnbiasedBiasedCircular Systematicpraze06

12 Jika N=nk maka adalah sebuah perkiraan


Teorema 9.1.Jika N=nk maka adalah sebuah perkiraantidak bias dari untuk sebuah sampel yangditempatkan secara
acak.Teorema 9.2.Varians rata-rata sebuah sampel sistematisdengan interval k adalahpraze06

13 Varians rata-rata sebuah sampel sistematis dengan interval k adalah


Teorema 9.2.(lanjutan)Varians rata-rata sebuah sampel sistematisdengan interval k adalahpraze06

14 Varians rata-rata sebuah sampel sistematis dengan interval k adalah


Teorema 9.2.(lanjutan)Varians rata-rata sebuah sampel sistematisdengan interval k adalahpraze06

15 Nilai ρ menunjukkan derajat kehomoge-nitasan dari sampling sistematis.


Jika ρ makin besar dan positif (semakinheterogen unit dalam gugus sampel)maka makin besar.Jika ρ makin kecil dan
positif ataunegatif maka makin kecil.Jika ρ = 0 makapraze06
16 Misalkan ada N=9 populasi yaitu 1,2,3,4,5,6,7,
Contoh penghitungan:Misalkan ada N=9 populasi yaitu 1,2,3,4,5,6,7,8,9. Kemudian diambil sampel sebanyak 3 dengan
sistematis. Hitunglah rata-rata dan variansnya!Jawab:praze06

17 Contoh penghitungan: (lanjutan) Cara I


Cara IIpraze06

18 Contoh penghitungan: (lanjutan) Cara III


Dengan cara yang sama untuk i=2 di dapat –9 dan i=3 di dapat –6 serta S2=60/8praze06

19 Jenis-jenis populasi: Populasi dengan susunan acak


Populasi dengan trend linearPopulasi dengan variasi periodikPopulasi yang berautokorelasiPopulasi alamiahpraze06

20 1. Populasi dengan susunan acak


yang kecil, maka varians sistematis kurang lebih sama dengan varians acak.Jika unit sampling di dalam populasi
tersusun secara acak, maka unit-unit di dalam sampel sistematis juga akan tersusun secara acak. Oleh karena itu,
sampel sistematis bisa diperlakukan sebagai sampel acak. Sampel yang tersusun secara acak ini akan menjadi
heterogen dan akan memiliki praze06

21 Pembuktian:praze06
22 2. Populasi dengan trend linear
Jika sebuah populasi mengikuti trend linier, maka pemilihan sampel sistematik akan memberikan sampel yang
heterogen, sehingga varians yang diberikan biasanya akan lebih kecil dari pada varians sampel acak.praze06

23 Pembuktian:Untuk penarikan sampel sistematis, rata-rata sampel kedua melebihi sampel pertama sebesar 1, rata-
rata sampel ketiga melebihi sampel kedua sebesar 1, dan seterusnya. Jadi rata-rata dapat diganti dengan angka
1,2,…k. Dengan demikian:praze06

24 3. Populasi dengan variasi periodik


Jika sebuah populasi mengikuti variasi periodik, maka keefektifannya akan tergan- tung pada nilai intervalnya
(k).Namun jika penelitian awal dari populasi itu menunjukkan bahwa ada kepriodikan yang terbatas, lebih baik
menggunakan prosedur pengambilan sampel lain, tergantung pada ciri dan tujuan penelitian.praze06

25 4. Populasi yang berautokorelasi


d) merupakan fungsi jarak, d = yi – yj.Kita menganggap bahwa yi dan yj adalah berhubungan secara positif, dan
hubugan antara keduanya (2d 2 dan E((yi - µ)(yj - µ)= E(yi) = µ, E(yi - µ)2 = d’ ≥ 0 ketika dd ≥ dimana < d’d
meningkat jika d menurun.d sebagai fungsi d disebut korelogram, telah diselidiki bahwa Grafik dari praze06

26 5. Populasi alamiahMisalnya: ketinggian dengan jarak berturut turut 0,1 mil pada suatu daerah yang luas;
temperatur tanah; temperatur udara, volume penjualan kayu per lembar; dll.praze06

27 Model yang dapat diasumsikan dalam pemilihan sistematis:


Simpel Random ModelStratified Random ModelPaired Selection ModelSuccessive Difference Modelpraze06

28 1. Simpel Random ModelJika unit-unit populasi seluruhnya acak, maka sampel sistematis akan ekivalen dengan
sampel acak sederhana. Hasil sampel sistematis dapat diterima untuk tujuan praktis sebagai pendekatan yang bagus
untuk pemilihan acak.praze06

29 2. Stratified Random Model


Model ini mengasumsikan pembagian po- pulasi ke dalam strata dan menggabungkan unit-unit sampling di dalam
strata itu.Pengambilan sampel harus meneliti ciri-ciri daftar populasi (bukan sampel) untuk menentukan strata.praze06

30 3. Paired Selection Model


Dalam hal ini diadakan modifikasi pada penarikan sampel, yaitu diambil dua angka random secara berpasangan
sebagai angka random pertama dan dengan interval I’=2I.Misal dari N=30 unit akan dipilih n=6 unit, maka interval
dihitung sebagai berikut:praze06

31 3. Paired Selection Model (Lanjutan)


Jika n genap, maka:Jika n ganjil, m=(n+1)/2 berarti ada satu unit yang digunakan dua kalipraze06

32 4. Successive Difference Model


Merupakan pengembangan dari Paired Selection Model.praze06

33 Efisiensi sistematik terhadap SRS


Jika makapraze06

Anda mungkin juga menyukai