Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Evaluasi
2.1.1 Pengertian Evaluasi
Evaluasi berasal dari kata "evalaution" yang artinya suatu upaya untuk menetukan nilai atau
jumlah Kata-kata yang terkandung didalam definisi tersebut pun menunjukkan bahwa kegiatan
evaluasi harus dilakukan secara hati-hati. bertanggung jawab, menggunakan strategi dan dapat
dipertanggung jawabkan. Evaluasi dilaksanakan untuk menyediakan infomasi tentang baik atau
buruknya proses dan hasil kegiatan. Evaluasi lebih luas ruang lingkupnya dari pada penilaian
sedangkan penilaian lebih terfokus pada aspek tertentu saja yang merupakan bagian dari lingkup
tersebut.
Suchman dalam Arikunto dan Jabar (2010:1) memandang evaluasi sebagai sebuah proses
menentukan hasil yang dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya
tujuan" Definisi lain dikemukakan oleh Stuflebeam dalam Arikunto dan Jabar (2010;2) mengatakan
bahwa “Evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian dan pemberian infomasi yang sangat
bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan altemative keputusan
Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi oleh Sudjana dalam Dimyati dan Mudjiono
(2006:19) "dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek
tertentu berdasarakan suatu kriteria tertentu". Lebih lanjut Arifin (2010:5-6) mengatakan “evaluasi
adalah suatu proses bukan suatu hasil atau produk Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah
kualitas sesuatu baik yang menyangkut tentang nilai atau arti sedangkan kegiatan untuk sampai
pada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi"
Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana dan dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir
atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada
permulaan, selama program berlangsung dan pada akhimya setelah program itu selesai.
Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the wort and merit) dari tujuan yang dicapai,
desain implementasi dan dampak untuk membantu membuat keputusan membantu pertanggung
jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut inti dari
evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan.
Telah dijelaskan bahwa tujuan diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui
pencapaian. Tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program karena
evaluator program ingin mengetahui bagaimana komponen dan sub komponen dalam program yang
belum terlaksana dan apa sebabnya. Oleh karena itu sebelum mulai langkah evaluasi, evaluator
perlu memperjelas dirinya dengan apa tujuan program yang akan dievaluasi.

2.1.2 Tujuan Evaluasi


Tujuan diadakan evaluasi suatu program sangat bervariasi, tergantung dari pihak yang
memerlukan informasi dari hasil tersebut. Pimpinan tingkat atas memerlukan informasi hasil
evaluasi berbeda dengan pimpinan tingkat menengah atau pimpinan tingkat pelaksana (Supriyanto
dan Damayanti, 2007)
Walaupun demikian pada dasarnya evaluasi dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai alat untuk memperbaiki kebijakan pelaksanaan program dan perencanaan program yang
akan datang. Hasil evaluasi akan memberikan pengalaman mengenai hambatan atau pelaksanaan
program yang lalu selanjutnya dapat dipergunakan untuk mempabaiki kebijaksanaan dan
pelaksanaan yang akan datang.
2. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber dana. daya dan manajemen (resources) saat ini
serta dimasa-masa mendatang. Tanpa adanya evaluasi akan terjadi pemborosan penggunaan
sumber dana dan daya yang sebenarnya dapat diadakan penghematan serta penggunaan untuk
program-program yang lain.
3. Memperbaiki pelaksanaan dan perencanaan kembali suatu program. Sehubungan dengan hal ini
perlu adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain : mengecek relevansi dari program
dalam hal ini perubahan perubahan kecil yang terus menerus, mengukur kemajuan terhadap
target yang direncanakan, menentukan sebab faktor di dalam maupun di luar yang
mempengaruhi pelaksanaan program (Supriyanto dan Damayanti, 2007).
Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai dengan obyek evaluasinya.
Menurut Wirawan (2012: 22-23) ada beberapa tujuan evaluasi di antaranya adalah:
1. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat.
2. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai rencana.
3. Mengukur apakah pelaksnaan program sesuai dengan standar.
4. Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menentukan manadimensi program yang jalan,
mana yang tidak berjalan.
5. Pengembangan staf program.
6. Memenuhi ketentuan undang-undang.
7. Akreditasi program.
8. Mengukur cost effectifenis dan cost efficiency.
9. Mengambil keputusan mengenai program.
10. Akuntabilias.
11. Memberikan balikan kepada pimpinan dan program.
12. Mengembangkan teori evaluasi dan riset evaluasi.

2.1.3 Jenis-Jenis Evaluasi


Wirawan (2012: 16-18) membedakan jenis-jenis evaluasi berdasarkan objeknya menjadi beberapa
jenis yaitu:
1. Evaluasi Kebijakan
“Kebijakan adalah rencana umum dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugas. Kebijakan akan
berlangsung terus sampai dicabut atau diganti dengan kebijakan yang baru; umumnya karena
kebijakan yang lama tidak efektif dan efisien atau karena terjadinya pergantian pejabat dan
pejabat baru mempunyai kebijakan yang berbeda dengan pejabat sebelumnya”. Istilah lainnya
ialah analisis kebijakan. Analisis kebijakan adalah menentukan atau memilih satu alternatif
kebijakan yang terbaik dari sejumlah alternatif kebijakan yang ada. Sedangkan evaluasi
kebijakan adalah menilai kebijakan yang sedang atau telah dilaksanakan”.
2. Evaluasi Program
Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan
dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas. Evaluasi program; “Metode sistematis untuk
mengumpulkan, menganalsisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaaan dasar.
Evaluasi Program dapat dikelompokan menjadi evaluasi proses (process evaluation), evaluasi
manfaat (outcome evaluation) dan evaluasi akibat (impact evaluation)”.
3. Evaluasi Proyek
Evaluasi proyek sebagai “kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan untuk jangka waktu tertentu
untuk mendukung pelaksanaan program”.
4. Evaluasi Material
Evaluasi material, untuk melaksanakan kebijakan, program atau proyek diperlukan sejumlah
material atau produk-produk tertentu.
5. Evaluasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Evaluasi sumber daya manusia atau yang yang dikenal dengan evaluasi kinerja di lakukan untuk
mengetahui pengembangan sumber saya manusia atau human resources development.
Evaluasi sumber daya manusia dapat dilaksanakan disebuah lembaga pendidikan, lembaga
pemerintah, bisnis dan lembaga swadaya masyarakat”.

2.1.4 Kriteria Evaluasi


Menurut Supriyanto dan Damayanti (2007), norms adalah terminology atau istilah umum yang
digunakan sebagai pengganti goal, standard, kebijakan dan lain-lain. Apabila noms dijabarkan dalam
bentuk yang lebih spesifik dan dapat dioperasionalkan sehingga dapat digunakan sebagai alat
evaluasi disebut kriteria, sedangkan kriteria tersebut antara lain :
1. Relevansi
Rasionalisasi kesesuaian program dengan kebijakan umum yang dikaitkan kebijakan sosial dan
ekonomi dengan kebutuhan prioritas kebijakan kesehtan untuk masyarakat. Relevansi
merupakan tingkat keterkaitan tujuan maupun hasil keluaran program layanan dengan
kebutuhan masyarakat di lingkungannya, baik lokal maupun global
2. Adequacy (kecukupan)
Kecukupan menunjukkan berapa besar perhatian yang diberikan dalam program kegiatan
untuk membatasi masalah Kecukupan program juga berhubungan dengan sampai seberapa
besar masalah yang dapat diatasi melalui program kegiatan yang dilaksanakan. Kecukupan
menunjukkan tingkat ketercapaian persyaratan ambang yang diperlukan untuk
penyelenggaraan suatu program untuk mengatasi masalah yang sebenamya di masyarakat.
Evaluasi kecukupan lebih banyak berkaitan dengan keluaran (hasil) terhadap kebutuhan atau
sasaran seharusnya atau masalah kesehatan yang harus ditanggulangi. Adequacy dibedakan
atas : Adequacy of efort dan Adequacy of performance.
a. Adequacy of effort
Effort = The amount of action (input)
Adequacy of effort = Jumlah kegiatan dilaksanakan x 100 %
Jumlah kegiatan direncanakan
b. Adequacy of Performance
Performance = Activity - Achievement (output)
Adequacy of Performance = Pencapaian hasil kegiatan x 100% Sasaran (kebutuhan)

Evaluasi kecukupan memiliki beberapa hal penting yaitu:


a. Progres (Progres)
Progres atau pengamatan kemajuan adalah perbandingan antara rencana dan kenyataan
yang ada, perlu dilakukan analisis usaha yang telah dilakukan dan sumber yang digunakan dalam
pelaksanaan dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan progress
atau monitoring adalah pengawasan jalannya usaha atau melihat kemajuan yang dicapai.
Progress dilaksanakan pada saat kegiatan program sedang berjalan karena itu identitas dan
tindakan koreksi terhadap penyebab hambatan akan selalu dijumpai pada evaluasi progress.
b. Pemerataan dan keadilan (Equit)
Adalah suatu kemampuan akses dari organisasi bisnis dalam memberikan layanan baik dari aspek
distribusi layanan (geografi), aspek sosial ekonomi masyarakat maupun aspek epidemiologi
penyakit (berat ringan dan jenis penyakit). Mereka memiliki akses yang sama dalam
mendapatkan layanan sesuai dengan kebutuhan.
c. Efisiensi
Menggambarkan hubungan antara hasil yang dicapai suatu program kesehatan dengan usaha-
usaha yang diperkirakan dalam pengertian : tenaga manusia (sumber-sumber lain, keuangan,
proses-proses di bidang kesehatan, teknologi dan waktu). Efisiensi merujuk pada tingkat
pemanfaatan masukan (sumber daya) yang digunakan dalam proses pelayanan.
Dibedakan efisiensi teknis dan efisiensi biaya. Efisiensi biaya bila hasil suatu unit pelayanan
dikaitkan dengan uang, efisiensi teknis bila dikaitkan dengan waktu, metode, sumber daya dan
sumber lain.
d. Efektivitas
Efektivitas menggambarkan akibat tau efek yang diinginkan dari suatu program, kegiatan,
institusi dalam usaha mengurangi masalah kesehatan. Efektivitas juga dipergunakan untuk
mengukur derajat keberhasilan dari suatu usaha tersebut dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Efektivitas adalah tingkat pencapaian tujuan program (target) yang telah ditetapkan
yang diukur dari hasil/keluaran nyata dari program. Efektivitas juga dapat ditentukan dari
perbandingan efek (outcome) dibandingkan dengan keluaran (output).
e. Kualitas
Kualitas dapat meliputi kualitas komponen masukan, program dan hasil layanan masing – masing
dari system layanan. Selain itu masing-masing komponen juga memiliki standar. Kriteria
komponen masukan antara lain mutu sumber daya, akreditasi. Komponen proses meliputi kriteria
kehandalan (reliability). Jaminan (assurance), bukti fisik (tangiable), empati, ketanggapan
(responsiveness). Komponen luaran dapat meliputi kriteria kepuasan manfaat yang dirasakan
sembuh loyalitas.
f. Loyalitas
Loyalitas adalah tingkat partisipasi dari ketergantungan pelanggan untuk menggunakan kembali
bila membutuhkan dan/atau partisipasi pelanggan untuk menjadi advocator, pemasar bisnis
layanan yang tanpa dibayar. Loyalitas dapat terjadi apabila kepuasan sudah terjadi
g. Transformasi
Transformasi adalah kriteria yang menunjukkan tingkat perubahan yang sesuai dengan tujuan
individu menggunakan layanan. Transformasi di Rumah Sakit adalah penibahan dari kondisi sakit
menjadi sembuh demikian juga terjadi pada pendidkan.
h. Dampak (Impact)
Menggambarkan akibat kesekunhan dari program kegiatan intitusi dalam pengembangan
kesehatan masyrakat dan pengembangan sosio-ekonomi. Penilaian dampak di bidang kesehatan
terutama di tujukan untuk menentukan perubahan akibat pelaksanaan program agar dapat
memberikan keuntungan pada derajat kesehatan (health status). Angka kematian, angka
kesakitan dan angka kecacatan adalah komponen yang ada pada health stanıs.
2.1.5 Komponen Program, Kerangka Monitoring dan Evaluasi
Kerangka monitoring dan evaluasi secara umum dapat dijelaskan yaitu :
1. Input (masukan)
Yaitu komponen atau unsur-unsur program yang diperlukan temasuk material atau
perlengkapan peralatan, bahan, anggaran, keuangan dan sumber daya manusia yang
dipergunakan (Man, Money, Material Machines, Method)
2. Output (hasil)
Hasil-hasil dari suatu kegiatan program khusus seperti jumlah kantin yang dibangun jumlah
pengelola kantin yang dilatih, dan sebagainya.
3. Outcomes (dampak jangka pendek)
Merupakan dampak langsung dari keberhasilan program seperti jumlah sampel makanan
minuman yang hasil ujinya memenuhi syarat.
4. Impact (dampak jangka panjang)
Dampak jangka panjang biasanya sukar di ukur dan merupakan hasil akhir dari keseluruhan
proses sejak tersediannya input sampai outcomes. Yang selanjutnya menghasilkan dampak
kegiatan yang diinginkan.
a. Indikator input
Indikator daripada masukan atau input seperti tersedianya sumber daya manusia, anggaran,
sarana prasarana dan sebagainya.
b. Indikator Proses
Dipandang dari sudut manajemen yang diperlukan adalah pelaksanaan daripada fungsi-
fungsi manajemen
c. Indikator Output (hasil program)
Merupakan ukuran khusus (kuantitas) bagi output program seperti jumlah kantin yang
dibangun, jumlah sumber daya manusia yang terlatih dan sebagainya
d. Indikator Outcomes (dampak jangka pendek)
Adalah ukuran-ukuran dari berbagai dampak program seperti adanya penurunan jumlah uji
sampel yang tidak memenuhi syarat.
e. Indikator Impact (dampak jangka panjang)
Seperti menurunnya angka keracunan pangan jajanan, meningkatnya jumlah kantin sehat.

2.1.6 Model Evaluasi


Model evaluasi merupakan desain evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli evaluasi yang
biasanya dinamakan sama dengan pembuatannya atau tahap evaluasinya. Selain itu ada ahli evaluasi
yang membagi evaluasi sesuai dengan misi yang akan dibawakan dan kepentingan yang ingin diraih
serta ada yang menyesuaikan dengan paham yang dianutnya yang disebut dengan pendekatan Ada
banya model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat dipakai dalam mengevaluasi
program penyuluhan Kirkpatrick salah seorang ahli evaluasi program training dalam bidang
pengembangan SDM selain menawarkan menawarkan modelevaluasi yang diberi nama
“Kirkpatrick's training evaluation model" juga menunjuk model-model lain yang dapat dijadikan
sebagai pilihan dalam mengadakan evaluasi terhadap sebuah program.
1. Evaluasi Model Kirckpatrick
Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kirckpatrick telah mengalami beberapa
penyempumaan dan terakhir diperbaharui dan diredefinisikan pada 1998 dalam bukunya
Kirckpatrick, evaluasi pada program pelatihan mencakup empat level yaitu reaksi, pembelajaran
perilaku dan hasil.
a. Evaluasi Reaksi
Evaluasi terhadap reaksi peserta pelatihan berarti mengukur kepuasa peserta program
training dianggap efektif apabila proses training dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi
peserta training sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih Dengan
kata lain training berjalan secara memuaskan bagi peserta yang pada akhimya akan
memunculkan reaksi peserta yang menyenangkan. Sebaliknya apabila peserta tidak merasa
puas terhadap proses training yang diikutinya maka mereka tidak akan temotivasi mengikuti
training
b. Evaluasi Belajar
Menurut Kirckpatrick (1988:20) belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan sikap
perbaikan pengetahuan dan atau kenaikan ketrampilan peserta setelah selesai mengikuti
program pelatihan. peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila dirinya telah
mengalami perubahan sikap. Perbaikan pengetahuan maupun peningkatan ketrampilan.
Oleh karena itu untuk mengukur efektifitas program pelatihan maka ketiga aspek tersebut
perlu diukur. Tanpa adanya perubahan sikap, peningkatan pengetahuan maupun perbaikan
ketrampilan pada peserta pelatihan maka program dapat dikatakan gagal.
c. Evaluasi Perilaku
Evaluasi perilaku ini berbeda dengan evaluasi terhadap sikap, penilaian sikap pada evaluasi
level 2 di fokuskan pada prubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan penyuluhan
dilakukan sehingga lebih bersifat intemal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada
perubahan tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja. Evaluasi perilaku dapat
dilakukan dengan membandingkan perilaku kelompok control dengan perilaku peserta
penyuluhan atau dengan membandingkan perilaku sebelum dan setelah mengikuti
penyuluhan maupun dengan mengadakan survey dan atau interview dengan pelatih, atasan
maupun bawahan peserta penyuluhan setelah kembali ke tempat kerja (Kirckpatrick,
1988:49)
d. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil dalam level ke 4 difokuskan pada hasil akhir yang terjadi karena peserta telah
mengikuti suatu program. Evaluasi program model Kirckpatrick dapat digunakan untuk
mengevaluasi program pembelajaran namun perlu adanya modifikasi.
2. Evaluasi Model CIPP
Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para
evaluator. Konsep evaluasi model CPP (Context, Input, Proses and Product) pertama kali
ditawarkan oleh Stufflebeam pada 1965 sebagai hasil usahanya mengevaluasi ESEA (the
Elementary and Secondary Education Act). Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam
dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan tetapi untuk
memperbaiki. The CIPP approach is based on the view that most important purpose of
evaluation is not to prove but to improve (Madaus. Scriven. Stufflebeam1993:118)
Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang seperti pendidikan manajemen
perusahaan dan sebagainya serta dalam berbagai jenjang baik itu proyek, program atau
institusi. Dalam bidang pendidikan Stufflebeam menggolongkan system pendidikan atas 4
dimensi yaitu context, input, process dan product, sehingga model evaluasinya diberi nama
CIPP model yang merupakan singkatan keempat dimensi tersebut. Keempat kata tersebut
merupakan sasaran evaluasi yang yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program
kegiatan
3. Evaluasi Model Wheel
Beebe (2004) menyajikan model evaluasi atas pelatihan yang dilakukan dalam suatu program
dengan menggunakan model roda. Model ini digunakan untuk mengetahui apakah pelatihan
yang dilakukan suatu instansi telah berhasil, untuk itu diperlukan suatu alat untuk
mengevaluasinya.
Proses evaluasi dimulai dari upaya menganalisis kebutuhan organisasi ataupun kebutuhan
peserta didik yaitu apa yang hendak dicapainya dengan menjalankan suatu pelatihan. Kemudian
tujuan pelatihan dirancang sehingga sesuai dengan kehendak organisasi dan para peserta.
Secara singkat model wheel ini mempunyai tiga tahap utama. Model tiga tahap yang bentuk
roda yang dilakukan oleh suatu lembaga pelatihan merupakan satu contoh model evaluasi yang
berkesinambungan. Model wheel ini merupakan model evaluasi atas suatu program pelatihan
sehingga model evaluasi program pembelajaran dalam suatu sekolah dapat mengadopsi model
tersebut.
4. Evaluasi Model Provus
Model ini dikembangkan oleh Malcom Provus ini merupakan model evaluasi yang berangkat
dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program evaluator dapat
membandingkan antara ap yang seharusnya dan diharapkan terjadi dengan apa yang
sebenarnya terjadi sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya kesenjangan antara keduanya
yaitu standard yang ditetapkan dengan kinerja sesungguhnya (Madaus, 1993:79-99, Kaufman
1980:127-128). Model ini bertujuan untuk menganalisis suatu program layak diteruskan,
ditingkatkan atau sebaliknya dihentikan mementingkan terdefinisikannya standart,
performance, dan discrepancy secara rinci dan terukur.
5. Evaluasi Model Stake
Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi yaitu description dan judgement
dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan yaitu antecendent (context),
transaction (process) dan outcomes. Stake mengatakan bahwa apabila kita menilai suatu
program pendidikan, kita melakukan perbandingan yang relative antara program dengan
program lain atau perbandingan absolute yaitu membandingkan suatu program dengan
standard tertentu
Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model ini adadalah bahwa evaluator yang
membuat penilaian tentang program yang dievaluasi. Stake mangatakan bahwa description di
satu pihak berbeda dengan judgment di lain pihak Dalam model ini antecendent (masukan)
transaction (proses) dan outcomes (hasil) data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan
apakah ada perbedaan antara tujuan dengan keadaan sebenarnya tetapi juga dibandingkan
dengan standard yang absolute untuk menilai manfaat program (Farida Yusuf Tayibnapis,
2002:22)
Model Stake menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok yaitu (1) deskripsi
(description) dan (2) pertimbangan (judgment) serta membedakan adanya tiga tahap dalam
evaluasi program yaitu (1) antesenden (antecendent/context), (2) transaksi (transaction
process), (3) keluaran (output/outcomes).
Berdasarkan berbagai pandangan para ahli dengan berbagai pandangan yang berbeda
mengenai konsep efektifitas organisasi, namun dapat diambil garis besarnya bahwa yang
dimaksud dengan efektifitas adalah kesesuaian antara tujuan awal yang telah direncanakan
dengan hasil akhir yang didapat.
6. Evaluasi Model Menurut PP No. 39 Tahun 2006
Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran
(output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Metode evaluasi dapat
diklasifikasikan menjadi lima yaitu :
a. Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian dengan
membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya.
b. Actual versus planned performance comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek
penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada (actual) dengan ketetapan
perencanaan yang ada (planned)
c. Experintal (controlled) model, metode yang mengkaji suatu obyek penelitian dengan
melakukan percobaan yang terkendali untuk mengetahui kondisi yang diteliti.
d. Quasi experimental models, merupakan metode yang mengkaji suatu obyek penelitian
dengan melakukan percobaan tanpa melakukan pengontrolan/pengendalian terhadap
kondisi yang diteliti.
e. Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian yang hanya berdasarkan
pada penilaian biaya terhadap suatu rencana.

Anda mungkin juga menyukai