Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA (MKWU4108.350)

E-LEARNING PADA MASA PANDEMI COVID-19

DISUSUN OLEH:

NELLY YULIANA
NIM. 043492327

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FHISIP)
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UPBJJ-UT TARAKAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Makalah Program
Upaya Kesehatan Masyarakat dengan judul “E-Learning Pada Masa Pandemi
Covid-19” sebagai salah satu Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
(MKWU4108.350).
Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum sempurna,
oleh karena itu segenap saran dan masukan sangat diharapkan untuk perbaikan.

Surabaya, 28 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DEPAN……………………………………………………………i
KATA PENGANTAR………………..……………………………………… vii
DAFTAR ISI………………..……………………………………………….. xvii

BAB 1 PENDAHULUAN..………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang……………………………………………… 1

BAB 2 PEMBAHASAN…….….……………………………..………... 25
2.1 Puskesmas………….…..……………………….………...… 25
2.1.1 Definisi Puskesmas………………………....………. 25
2.1.2 Jenis Tenaga Kerja di Puskesmas………....………. 25
2.1.3 Pelaksanaan Tugas Tenaga Kerja di Puskesmas….... 26
2.2 Pelayanan ANC Terpadu Berdasarkan Permenkes RI
Nomor 97 Tahun 2014………..………..….…………….… 27
2.2.1 Definisi ANC Terpadu…………...……......………. 27
2.2.2 Alur Pelayanan ANC Terpadu di Puskesmas……... 31
2.2.3 Alur Pelayanan ANC Secara Umum di
Puskesmas……………………………………..……. 32
BAB 3 PENUTUP………….………………………………………….…..334
3.1 Kesimpulan……………………………………………..……334

DAFTAR PUSTAKA..………………………………………………………. 340

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pandemi Covid-19 mengejutkan seluruh dunia dan berdampak pada semua
lapisan masyarakat. Dalam hitungan hari, sebagian besar institusi pendidikan
memutuskan untuk menunda kegiatan pembelajaran. Perubahan yang masif ini
menjadi tekanan besar bagi semua stakeholder yang terlibat dalam proses
pendidikan yang sedang berlangsung, tetapi di lain sisi juga merupakan
kesempatan bagi para pendidik dan mahasiswa untuk merasakan pendidikan yang
diselenggarakan daring (dalam jaringan), secara penuh pertama kalinya.
Pendidikan menjadi suatu darma yang harus dilaksanakan guna mempersiapkan
warga negara yang memiliki sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
Peminatan akan pembelajaran yang dilakukan secara daring kian meningkat, salah
satunya guna untuk memastikan keterjangkauan dalam mengakses pendidikan.
Dewasa ini pembelajaran daring yang kita kenal adalah kegiatan
pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet dengan fleksibilitas,
aksesibilitas, konektivitas, dan kapabilitas untuk memunculkan berbagai jenis
interaksi pembelajaran. Dalam pembelajaran daring, kegiatan belajar mengajar
dapat dilakukan secara sinkron dan asinkron. Selain biaya rendah, efektivitas dan
kesempatan belajar yang sangat luas menjadi suatu daya tarik dalam
penyelenggaraan pembelajaran secara daring. Selain itu, pembelajaran daring
merupakan pendekatan fleksibel, yang memungkinkan mahasiswa untuk
melakukan pembelajaran dan mengakses kursus pada waktu dan lokasi yang
berbeda. Hal yang tak kalah penting, pembelajaran daring memungkinkan
pembelajaran yang dilakukan secara individual. Mahasiswa dapat memanfaatkan
perangkat komunikasi dan komputer, serta perangkat lunak dan internet sebagai
media pembelajaran, dimana pengajaran akan disesuaikan dengan kebutuhan
setiap individu.
Pembelajaran daring sebelumnya sudah diterapkan di beberapa institusi
pendidikan, namun tidak sebagai metode pembelajaran yang utama. Pembelajaran
daring dilaksanakan sebagai penunjang dalam membantu berjalannya kegiatan
pembelajaran konvensional yang ada. Meningkatnya penyebaran Covid-19 yang
sangat pesat sekarang ini, menyebabkan pembelajaran daring menjadi fokus
utama agar kegiatan pembelajaran dapat tetap terlaksanakan, serta menggantikan
seluruh skema pembelajaran tatap muka kedalam pembelajaran daring. Hal ini
menyebabkan beberapa universitas membutuhkan penyesuaian khusus terhadap
perubahan yang masif ini.
2

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah apakah seluruh stakeholder
dunia pendidikan telah siap untuk melaksanakan kesiapan pembelajaran e-
learning saat pandemi COVID-19?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan stakehoder
pembelajaran e-learning saat pandemi COVID-19.
3

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pembelajaran Daring atau E-Learning


2.1.1 Pengertian Pembelajaran Daring
Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring merupakan
akronim dari kata dalam dan jaringan yang artinya terhubung melalui jejaring
komputer, internet, dan sebagainya. Sedangkan jejaring mengartikan sistem
komputer terminal dan pangkalan data yang dihubungkan dengan saluran
telekomunikasi untuk pertukaran data. Adapun internet adalah jaringan komputer
terbesar yang mampu mengkoneksikan jutaan komputer yang tersebar di seluruh
penjuru dunia (Munir, 2009). Dapat diartikan internet merupakan suatu media
untuk berbagi informasi dan berinteraksi kapan dan di mana saja. Maka, dapat
disimpulkan makna dari kata daring adalah suatu kondisi terhubung melalui
jaringan komputer yang dihubungkan oleh saluran telekomunikasi sehingga dapat
diakses tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu.
Dapat diartikan internet merupakan suatu media untuk berbagi informasi
dan berinteraksi kapan dan di mana saja. Maka, dapat disimpulkan makna dari
kata daring adalah suatu kondisi terhubung melalui jaringan komputer yang
dihubungkan oleh saluran telekomunikasi sehingga dapat diakses tanpa dibatasi
oleh jarak dan waktu. Menurut Dimyati (2004) mengungkapkan bahwa
pembelajaran daring atau yang biasa disebut juga dengan istilah e-learning
merupakan kegiatan belajar mengajar jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi
sebagai pendukungnya. Hal ini dapat meningkatkan gaya belajar.
Berikut pengertian e-learning dalam berbagai sudut pandang para ahli
yaitu:
1. Pengertian e-learning menurut Mutia (2013) dalam jurnalnya mengemukakan
bahwa bahwa e-learning berasal dari dua kata yaitu “e” dan “learning”. “e”
merupakan singkatan dari electronic dan learning berarti pembelajaran. Jadi
e-learning proses merupakan pembelajaran yang menggunakan teknologi
dengan memanaatkan media elektronik seperti komputer, laptop ataupun
handphone selama proses pembelajaran.
2. Pembelajaran daring menurut Rigianti (2020) adalah inovasi baru dalam
pembelajaran dengan memanfaatkan perangkat elektronik berupa handphone
atau laptop prosesnya tidak terlepas dari jaringan internet, sehingga
pembelajaran daring sangat bergantung kepada akses jaringan internet.
3. Menurut Bariah (2019) pembelajaran dalam jaringan atau istilahnya (daring)
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang disampaikan secara konvensional
kemudian dituangkan kedalam format digital melalui internet. Sehingga
pembelajaran daring menjadi satu-satunya media pembelajaran yang dapat
menyalurkan materi antara pendidik dan peserta didik selama masa darurat
pandemic covid-19 ini.
4

4. Menurut Made Yeni Suranti (2020) Pembelajaran jarak jauh atau daring ialah
pemanfaatan teknologi, dimana selama proses pembelajaran berlangsung
menggunakan akses internet untuk mengerjakan berbagai tugas yang telah
diberikan oleh pendidik. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran daring merupakan sebuah cara terbaru dengan bentuk
pembelajaran dilakukan secara konvensional dan memanfaatkan berbagai
perangkat elektronik sebagai media pembelajaran serta ditunjang oleh akses
jaringan internet.
2.1.2 Tujuan Pembelajaran Daring
Menurut Kemenristekdikti (2019) tujuan proses pembelajaran daring yaitu:
1. Membantu mahasiswa dalam memecahkan berbagai masalah belajar melalui
tambahan penjelasan, tambahan informasi, diskusi dan kegiatan lainnya
secara daring.
2. Meningkatkan motivasi mahasiswa untuk belajar dan menyelesaikan masalah
melalui beragam interaksi daring dan luring.
3. Menumbuhkembangkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa 4) memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk secara otonom berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan belajar.
4. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan refleksi
melalui “self-assessment”.
2.1.3 Prinsip - prinsip Pembelajaran Daring
Prinsip-prinsip pembelajaran daring merupakan landasan dasar yang
dijadikan syarat pada pelaksanaan pembelajaran proses pembelajaran daring.
Sejalan dengan Peraturan Menteri 109/2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Jarak Jauh di Perguruan Tinggi, menjelaskan bahwa pendidikan jarak jauh di
Indonesia memiliki karakteristik: bersifat terbuka, belajar mandiri, belajar tuntas,
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, serta memanfaatkan
teknologi pendidikan atau menerapkan pembelajaran terpadu di perguruan tinggi.
Prinsip-prinsip pembelajaran daring tentang Panduan Proses Pembelajaran
Daring SPADA 2019 menjelaskan bahwa Prinsip pembelajaran dalam konteks
SPADA dilandasi oleh prinsip pendidikan terbuka, sehingga menyediakan
kemudahan belajar bagi peserta didik yang terkendala ruang dan waktu, serta
prinsip keterpaduan dalam penyelenggaraan pembelajaran, terutama pembelajaran
daring, yang memprioritaskan standar mutu capaian pembelajaran sehingga
memungkin-kan sistem pengakuan kredit antar perguruan tinggi. Prinsip-prinsip
pembelajaran daring tersebut diterapkan dalam lima aspek proses pembelajaran
daring, yaitu (1) perancangan pembelajaran, (2) kegiatan pembelajaran, (3)
strategi pengantaran/penyampaian, (4) media dan teknologi pembelajaran, (5)
serta layanan bantuan belajar. Kelima aspek tersebut saling mempengaruhi satu
sama lain (Kemenristekdikti, 2019).
2.1.4 Fungsi Pembelajaran Daring
Menurut Purwanti (2014) ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran daring terhadap
5

kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai


suplemen yang sifatnya pilihan, pelengkap (komplemen), atau pengganti
(substitusi) yaitu:
1. Suplemen
Dikatakan berfungsi sebagai supplemen (tambahan), artinya dalam hal apakah
akan memanfaatkan materi pelajaran elektronik atau tidak peserta didik
diberikan kebebasan untuk memilih. Dalam hal ini, peserta didik tidak
diharuskan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Walaupun
sifatnya opsional, peserta didik yang memilih memanfaatkannya tentu akan
memperoleh tambahan pengetahuan atau wawasan.
2. Komplemen (tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) ketika materi
pembelajaran elektronik dirancang untuk melengkapi materi pembelajaran
yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen artinya dapat
dijadikan sebagai reinforcement atau materi pembeljaran eletronik dirancang
untuk menjadi (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik. Materi
pembelajaran elektronik juga disebut sebagai enrichment, yang diperuntukkan
kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai materi pelajaran
yang disampaikan pendidik secara tatap muka (fast leaners) maka mereka
memperoleh kesempatan untuk mendapatkan materi pembelajaran elektronik
yang dikembangkan khusus untuk mereka.yang bertujuan agar penguasaan
peserta didik terhadap materi yang di sampaiakan oleh pengajar di dalam
kelas menjadi semakin baik. Dikatakan sebagai program remedial, apabila
kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran
yang disajikan dosen secara tatap muka di kelas (slow learners) maka
diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik
yang dirancang untuk mereka.
3. Pengganti (Substitusi)
Perguruan-perguruan tinggi di negara maju telah melakukan inovasi model
pembelajaran kepada para mahasiswanya. Dimana hal ini bertujuan agar para
mahasiswa dapat secara fleksibel menyesuaikan kegiatan perkuliahannya
sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa.
2.1.5 Manfaat Pembelajaran Daring
Pemanfaatan pembelajaran daring tidak terlepas dari akses internet.
Karena teknik pembelajaran yang ada di internet begitu lengkap, maka hal ini
dapat mempengaruhi tugas dosen dalam proses pembelajaran. Sedangkan
kelebihan dari pembelajaran daring Rusman (2012) bahwa terdapat 5 kelebihan
pada pembelajaran berbasis web yaitu :
1. Access is available anytime, anywhere, around the globe (akses tersedia
kapan pun, dimana pun, dan di seluruh dunia).
2. Prestudent equipment costs are affordable (biaya operasional mahasiswa
mengikuti kegiatan pembelajaran menjadi lebih terjangkau).
3. Student tracking is made easy (pengawasan terhadap perkembangan
mahasiswa jadi lebih mudah).
4. Possible “learning object” architecture supports on demand personalized
6

learning (rancangan pembelajaran berbasis web memungkinkan dilakukannya


kegiatan pembelajaran yang sudah terpersonalisasi).
5. Contentisealy update (materi pembelajaran bisa diperbaharui secara lebih
mudah).
Menurut Yazdi (2012) manfaat pembelajaran menggunakan media internet
adalah:
1. Tersedianya fasilitas e-moderating di mana dosen dan peserta didik dapat
dengan mudah berinteraksi melalui internet tanpa terkendala oleh jarang dan
waktu.
2. Dosen dan mahasiswa dapat mengakses bahan ajar atau pedoman belajar
yang terstruktur dan terjadwal yang terdapat di internet, sehingga dosen dan
mahasiswa sama-sama mengetahui sudah seberapa jauh materi yang
dipelajari.
3. Mahasiswa dapat dengan mudah mempelajari kembali materi yang telah
diajarkan, mengingat Salinan materi bisa di simpan di komputer.
4. Mahasiswa juga bisa mencari tambahan informasi atau materi melalui akses
internet dengan mudah.
5. Dosen dan mahasiswa dapat berdiskusi melalui internet, dengan jumlah
peserta yang banyak sehingga dapat menambah pengetahuan peserta didik.
6. Dapat meningkatkan keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran.
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Daring
Untuk menjadikan pembelajaran daring berjalan sukses maka kuncinya
adalah efektivitas, berdasarkan studi yang dilakukan sebelumnya menunjukkan
bahwa terdapat 3 hal yang dapat memberikan efek terkait pembelajaran secara
daring yaitu:
1. Teknologi, secara khusus pengaturan jaringan harus memungkinkan untuk
terjadinya pertukaran sinkronisasi dan asinkronisasi; mahasiswa harus
memiliki akses yang mudah (misalnya melalui akses jarak jauh); dan jaringan
seharusnya membutuhkan waktu minimal untuk pertukaran dokumen.
2. Karakteristik pengajar, pengajar memainkan peran sentral dalam efektivitas
pembelajaran secara daring, bukan hanya sebuah teknologi yang penting
tetapi penerapan instruksional teknologi dari pengajar yang menentukan efek
pada pembelajaran, mahasiswa yang hadir dalam kelas yang memiliki
motivasu belajar yang baik dan lebih memahami penggunaan sebuah
teknologi akan cenderung menghasilkan suatu pembelajaran yang lebih
positif. Dalam lingkungan belajar konvensional mahasiswa cenderung
terisolasi karena mereka tidak memiliki lingkungan khusus untuk berinteraksi
dengan pendidik.
3. Karakteristik mahasiswa, Leidner mengungkapkan bahwa pembelajaran
daring akan mudah diterapkan pada peserta didik yang memiliki sikap
disiplin dan rasa percaya diri yang tinggi sedangkan mahasiswa yang tidak
memiliki keterampilan dasar dan disiplin yang tinggi akan lebih cocok untuk
mengikuti pembelajaran secara konvensional (Pangondian, Santosa, &
Nugroho, 2019).
7

2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring


Menurut Munir (2009) pembelajaran daring digunakan karena memiliki
beberapa kelebihan yaitu:
1. Interaksi pembelajaran meningkat.
2. Interaksi pembelajaran menjadi lebih mudah yang bisa dilakukan dari mana
dan kapan saja.
3. Memiliki jangkauan yang lebih luas.
4. Memudahkan penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran.
Adapun kekurangan yang dikemukakan Munir (2009) adalah sebagai
berikut:
1. Kurangnya interaksi antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya yang
bisa menghambat pembentukan aspek pembelajaran sikap, moral atau sosial.
2. Teknologi lebih cenderung memperhatikan aspek teknis daripada aspek
pendidikan yang bertujuan untuk mengubah kemampuan akademik, perilaku,
sikap, sosial atau keterampilan dari peserta didik.
3. Proses pembelajarannya lebih menekankan kearah pelatihan daripada aspek
pengetahuan atau psikomotor dan kurang memperhatikan aspek afektif.
4. Pendidik dituntuk untuk bisa menguasai teknologi sehingga bisa
mengaplikasikan berbagai strategi, metode atau teknik pembelajaran yang
belum dikuasianya selama pembelajaran konvensional.
5. Jika peserta didik kurang aktif selama proses pembelajaran atau tidak
mempertanyakan kepada pengajar terkait hal –hal yang belum dipahami,
sementara peserta didik juga belum bisa be;lajar mandiri dan motivasi
belajarnya tergolong rendah maka proses belajarnya akan mengalami
kegagalan.
6. Kelemahan dari aspek teknis, yaitu tidak semua peserta didik dapat
memanfaatkan fasilitas internet karena terbatasnya akses internet di beberapa
daerah.
7. Adanya keterbatas pada perangkat lunak yang biayanya masih relatif mahal.
8. Masih minimnya pengetahuan dan keterampilan (skill dan knowledge) untuk
mengoperasikan dan memanfaatkan internet secara optimal.
2.2 Dampak Pandemic Covid-19
Pada saat ini disrupsi teknologi terjadi di dunia Pendidikan, pembelajaran
tatap muka yang dilaksanakan 100 persen di sekolah, secara tiba-tiba mengalami
perubahan yang sangat drastis. Dan, tak bisa dipungkiri di atas 50 persen pelajar
dan mahasiswa berasal dari masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah.
Akibat dari pandemi covid-19 ini, menyebabkan diterapkannya berbagai
kebijakan untuk memutus mata rantai penyebaran virus covid-19 di Indonesia.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah di Indonesia salah satunya dengan
menerapkan himbauan kepada masyarakat agar melakukan physical distancing
yaitu himbauan untuk menjaga jarak diantara masyarakat, menjauhi aktivitas
dalam segala bentuk kerumunan, perkumpulan, dan menghindari adanya
pertemuan yang melibatkan banyak orang. Upaya tersebut ditujukan kepada
8

masyarakat agar dapat dilakukan untuk memutus rantai penyebaran pandemi


covid-19 yang terjadi saat ini.
Pemerintah menerapkan kebijakan yaitu Work From Home (WFH).
Kebijakan ini merupakan upaya yang diterapkan kepada masyarakat agar dapat
menyelesaikan segala pekerjaan di rumah. Pendidikan di Indonesia pun menjadi
salah satu bidang yang terdampak akibat adanya pandemi covid-19 tersebut.
Dengan adanya pembatasan interaksi, Kementerian Pendidikan di Indonesia juga
mengeluarkan kebijakan yaitu dengan meliburkan sekolah dan mengganti proses
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan sistem dalam jaringan
(daring). Dengan menggunakan sistem pembelajaran secara daring ini, terkadang
muncul berbagai masalah yang dihadapi oleh mahasiswa dan dosen, seperti materi
pelajaran yang belum selesai disampaikan oleh dosen kemudian dosen mengganti
dengan tugas lainnya. Hal tersebut menjadi keluhan bagi mahasiswa karena tugas
yang diberikan oleh dosen lebih banyak.
Permasalahan lain dari adanya sistem pembelajaran secara online ini
adalah akses informasi yang terkendala oleh sinyal yang menyebabkan lambatnya
dalam mengakses informasi. Mahasiswa terkadang tertinggal dengan informasi
akibat dari sinyal yang kurang memadai. Akibatnya mereka terlambat dalam
mengumpulkan suatu tugas yang diberikan oleh dosen. Belum lagi bagi dosen
yang memeriksa banyak tugas yang telah diberikan kepada mahasiswa, membuat
ruang penyimpanan gadget semakin terbatas. Penerapan pembelajaran online juga
membuat pendidik berpikir kembali, mengenai model dan metode pembelajaran
yang akan digunakan. Yang awalnya seorang dosen sudah mempersiapkan model
pembelajaran yang akan digunakan, kemudian harus mengubah model
pembelajaran tersebut. Di balik masalah dan keluhan tersebut, ternyata juga
terdapat berbagai hikmah bagi pendidikan di Indonesia. Diantaranya, mahasiswa
maupun dosen dapat menguasai teknologi untuk menunjang pembelajaran secara
online ini. Di era disrupsi teknologi yang semakin canggih ini, dosen maupun
mahasiswa dituntut agar memiliki kemampuan dalam bidang teknologi
pembelajaran.
Penguasaan mahasiswa maupun dosen terhadap teknologi pembelajaran
yang sangat bervariasi, menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Dengan adanya
kebijakan Work From Home (WFH), maka mampu memaksa dan mempercepat
mereka untuk menguasai teknologi pembelajaran secara digital sebagai suatu
kebutuhan bagi mereka. Tuntutan kebutuhan tersebut, membuat mereka dapat
mengetahui media online yang dapat menunjang sebagai pengganti pembelajaran
di kelas secara langsung, tanpa mengurangi kualitas materi pembelajaran dan
target pencapaian dalam pembelajaran. Berbagai media pembelajaran jarak jauh
pun dicoba dan digunakan. Sarana yang dapat digunakan sebagai media
pembelajaran online antara lain, e-learning, aplikasi zoom, google classroom,
youtube, maupun media sosial whatsapp. Sarana-sarana tersebut dapat digunakan
secara maksimal, sebagai media dalam melangsungkan pembelajaran seperti di
kelas.
Dengan menggunakan media online tersebut, maka secara tidak langsung
kemampuan menggunakan serta mengakses teknologi semakin dikuasai oleh
mahasiswa maupun dosen. Setelah pendidik mampu menguasai berbagai sarana
9

pembelajaran online, maka akan tercipta pemikiran mengenai metode dan model
pembelajaran lebih bervariasi yang belum pernah dilakukan oleh pendidik.
Misalnya, dosen membuat konten video kreatif sebagai bahan pengajaran. Dalam
hal ini, dosen lebih persuasif karena membuat peserta didik semakin tertarik
dengan materi yang diberikan oleh dosen melalui video kreatif tersebut. Peserta
didik tentu akan dapat memahami apa yang dijelaskan oleh dosen melalui video
kreatif yang dibuat oleh dosen tersebut. Sehingga dengan adanya penerapan model
pembelajaran di rumah ini, membuat mahasiswa tidak merasa bosan dalam
mengikuti pembelajaran secara online.
Penggunaan teknologi dalam menyelesaikan tugas pada mahasiswa, juga
dapat menimbulkan kreativitas dikalangan mahasiswa dalam mengembangkan
pengetahuan yang telah mereka miliki. Dengan metode pembelajaran yang
bervariasi dari dosen, mereka dapat menciptakan suatu produk pembelajaran
kreatif yang dapat mengembangkan pemikiran melalui analisis mereka sendiri,
tanpa keluar dari pokok bahasan materi yang telah disampaikan oleh dosen.
Adanya pandemi covid-19 juga memberikan hikmah yang lainnya.
Pembelajaran yang dilakukan di rumah, dapat membuat orang tua lebih mudah
dalam memonitoring atau mengawasi terhadap perkembangan belajar anak secara
langsung. Orang tua lebih mudah dalam membimbing dan mengawasi belajar
anak dirumah. Hal tersebut akan menimbulkan komunikasi yang lebih intensif dan
akan menimbulkan hubungan kedekatan yang lebih erat antara anak dan orang
tua. Orang tua dapat melakukan pembimbingan secara langsung kepada anak
mengenai materi pembelajaran yang belum dimengerti oleh anak. Dimana
sebenarnya orang tua adalah institusi pertama dalam pendidikan anak. Dalam
kegiatan pembelajaran secara online yang diberikan oleh dosen, maka orang tua
dapat memantau sejauh mana kompetensi dan kemampuan anaknya. Kemudian
ketidakjelasan dari materi yang diberikan oleh dosen, membuat komunikasi antara
orang tua dengan anak semakin terjalin dengan baik. Orang tua dapat membantu
kesulitan materi yang dihadapi anak. Hikmah selanjutnya yaitu penggunaan media
seperti handphone atau gadget, dapat dikontrol untuk kebutuhan belajar anak.
Peran orang tua semakin diperlukan dalam melakukan pengawasan
terhadap penggunaan gadget. Hal tersebut memberikan dampak yang positif bagi
anak, dalam memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang bermanfaat. Anak
cenderung akan menggunakan handphone untuk mengakses berbagai sumber
pembelajaran dari tugas yang diberikan oleh dosen. Sehingga akan membuat anak
menghindari penggunaan gadget pada halhal kurang bermanfaat atau negatif.
Walaupun pendidikan di Indonesia ikut terdampak adanya pandemi covid-19 ini,
namun dibalik semua itu terdapat hikmah dan pelajaran yang dapat diambil.
Adanya kebijakan pemerintah untuk melakukan pembelajaran jarak jauh melalui
online, maka dapat memberikan manfaat yaitu meningkatkan kesadaran untuk
menguasai kemajuan teknologi saat ini dan mengatasi permasalahan proses
pendidikan di Indonesia.
10

2.3 Langkah-langkah Tindakan


2.3.1. Pemerintah
Pemerintah pada saat ini sudah berubah kebijakan dari Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) menjadi kondisi New Normal dengan protokoler yang
ketat berdasarkan kebijakan social distancing atau physical distancing yang
menjadi dasar pelaksanaan belajar dari rumah dengan pemanfaatan teknologi
sebagai media pembelajaran yang secara tiba-tiba, tidak heran membuat tenaga
pendidik dan peserta didik kaget termasuk orang tua. Dari berbagai keluhan diatas
dapat menjadi tantangan bagi para tenaga pendidik, bagaimana cara mereka tetap
memberikan motivasi kepada peserta didik dalam melakukan pembelajaran online
ini.
Seorang tenaga pendidik harus mampu menginovasi dirinya dan peserta
didik, maksudnya guru/dosen disini harus mampu membangkitkan semangat
motivasi peserta didik dengan penjelasan materi dan tugas yang berbeda dengan
berbagai metode belajar yang menarik. Saat ini sangat diperlukan media sosial
pemerintah seperti TVRI bergeser fungsi dari hiburan menjadi ruang
pembelajaran secara nasional dan tv swasta, bisa dimanfaatkan agar anak didik
makin mendapatkan ilmu yang banyak dengan kualitas yang sama dikota maupun
di desa.
Generasi milenial, sekarang mungkin sudah lebih aman belajar dirumah,
daripada repot dengan segudang peraturan jika keluar rumah. Oleh karena itu
pemerintah segera bertindak memberikan kelonggaran untuk memberikan pulsa
murah untuk pelajar, agar mereka bisa online setiap saat, ini juga sekaligus
mengurangi beban orang tua. Karena bagi kaum milenial pulsa/paket lebih penting
daripada makan atau jajan lainnya..
2.3.2. Pendidik/Dosen/Akademisi
Sebagai seorang pendidik harus terus bertanggung jawab untuk
mengembangkan Tridarma Perguruan Tinggi agar tercapai targetnya untuk
menyampaikan tugas pengajaran, dimana mata kuliah harus selesai dilaknakan
sesuai waktu yang sudah ditentukan, Dengan berbagai cara bisa dilakukan
menyampaikan materi secara online, dan pertanyaan dan kuis yang diberikan dan
dibicarakan dalam forum diskusi. Begitu juga dengan Penelitian yang akan
dilakukan untuk mencari solusi masalah yang dihadapi oleh masyarakat seperti
masa pandemi covid-19 agar masyarakat merasakan hasil dari penelitian yang
dilakukan oleh pihak akademisi sampai benar-benar bisa dirasakan masyarakat
manfaat dari solusi yang disampaikan oleh pihak akademisi. Pengabdian Kepada
Masyarakat juga seharusnya bisa dilaksanakan walaupun masa Pembatasan Sosial
Berskala Besar ini, dengan menerapkan Social Distancing dan Physikal
Distancing mungkin tidak maksimal yang dicapai tapi minimal sudah ikut serta
mengurangi beban masyarakat agar mereka bangun dari keterpurukan ini, Hal
inilah yang terus digali lebih dalam oleh pihak akademisi, tentunya terus
difasilitasi oleh pihak kampus, atau membantu pemerintah untuk menyalurkan
bantuan social atau ikut serta membantu pemerintah untuk memonitor apakah
11

bansos tersebut sampai kepada pihak yang patut menerima bantuan tersebut
dengan mendata ulang.
2.3.3. Orang Tua
Dari sisi orang tua memang paling berat, karena memikirkan biaya untuk
kehidupan sehari-hari ditambah harus memperhatikan mendampingi anak-anak
untuk belajar, mungkin harus menambah biaya untuk pulsa, agar anak-anak tetap
jalan belajar dengan daring. Orang tua harus mampu bertransformasi dan
berdaptasi terlebih dahulu, sehingga orang tua mampu menjadi pendamping atau
mentor perubahan bagi anak-anaknya di rumah. Dimasa pandemi ini menjadi
sebuah peluang untuk menyadarkan setiap orang tua bahwa beban pendidikan
anak tidak bisa hanya diserahkan pada dosen semata. Pembelajaran sesungguhnya
merupakan proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.Orang tua yang menjadi mentor dan pendamping di
rumah merupakan role model perubahan sikap bagi siswa dalam berperilaku dan
menghadapi permasalahan saat ini. Orang tua harus mampu belajar kembali
bersama anak-anak di rumah. Sekaligus, menanamkan pola berpikir yang positif
sehingga menghadapi pandemi ini, sebagai sebuah pola hidup baru yang harus
dibiasakan untuk dijalani karena menjadi New Normal walaupun dengan
protokoler yang ketat.
2.3.4. Mahasiswa
Dengan pemerintah meliburkan sekolah untuk mencegah meluasnya
penyebaran Covid-19. mahasiswa kini diwajibkan belajar di rumah. Kebijakan ini
sudah berlaku hampir tiga bulan lebih. mahasiswa mulai jenuh bahkan mengeluh
dengan banyaknya tugas dari dosen, sehingga mereka rata-rata meminta waktu
mundur untuk menyelesaikan tugas – tugas tersebut. Masalahnya banyak ada
listrik mati, kendala internet, paket habis, jadi sebagai dosen sering berpihak
dengan kondisi sulit seperti ini.
Sementara mahasiswa kurang fokus juga karena dirumah sudah bosan, dan
sering badtime karena berjam-jam duduk didepan komputer atau handphonenya.
Banyak juga mahasiswa merasa stres karena di saat belajar, mahasiswa juga masih
harus membantu orang tua mengurusi pekerjaan rumah, masak, membereskan
rumah dan lainlain, karena tidak enak melihat orang tua mengerjakan hal
tersebut.ini disampaikan oleh mahasiswa saya ketika diskusi via Whatapp.
Permintaan dari mahasiswa agar tugas jangan terlalu banyak diberikan oleh
Dosen, kalau ada tugas sebaiknya diberikan waktu agak longgar agar mereka tetap
bisa focus dan imun tubuh mereka tetap terjaga, soalnya kalau beban terlalu berat
maka mereka mengerjakan seperti asal-asalan. Karena mereka perlu juga waktu
untuk istirahat agar mereka tetap konsentrasi supaya ilmu yang diterima bisa
meresap. Yang mereka sukai adalah menjawab soal-soal yang memberikan
mereka hiburan, agar mereka tertarik membaca atau berupa video/ppt. Sebenarnya
mereka juga ingin membangun disiplin yang tinggi di rumah.
Dengan terbentuknya pola pikir yang siap unggul dalam menghadapi
kompleksitas dan kerumitan yang akan muncul pada masa mendatang, menjadi
bekal penting bagi setiap individu. Sadar tidak sadar bahwa persaingan makin
12

ketat dimasa yang akan datang. Masa pandemi covid-19 ini akan masuk menjadi
new normal, walau mahasiswa masih penuh keterbatasan mereka tetap berusaha
keras demi masa depan yang lebih cerah.
13

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah yang berjudul “E-Learning pada Masa
Pandemi Covid-19” adalah walaupun banyak tenaga pendidik, peserta didik
maupun masyarakat yang belum siap menghadapi era revolusi industri 4.0,
pembelajaran daring di tengah pandemi covid-19 ini seakan-akan memaksa semua
manusia harus siap terhadap perkembangan teknologi saat ini. Jika dilihat dalam
perspektif sosiologi, kebijakan ini merupakan langkah yang tepat dilakukan dalam
kondisi seperti ini. Seperti ada percepatan agar masyarakat lebih cepat maju,
dengan teknologi internet sekarang, misalnya dengan belanja dengan system
online, lebih disukai masyarakat dan mengurangi waktu dan biaya transfort,
apalagi masa covid-19, karena lebih aman dan sehat. Kita harapkan semoga
pandemi covid-19 lekas berakhir, semua warga bangsa senantiasa sehat dan proses
kehidupan dapat berjalan normal kembali dengan menciptakan manusia manusia
baru yang memiliki pola pikir positif yang sarat solidaritas sosial.
14

DAFTAR PUSTAKA

A. Patricia Aguilera-Hermida, 2020. “College Students’ Use and Acceptance of


Emergency Online Learning Due to COVID-19,” Int. J. Educ. Res. Open,
vol. 1, p. 100011, doi: 10.1016/j.ijedro.2020.100011.
A. Sadikin and A. Hamidah, 2020. “Pembelajaran Daring di Tengah Wabah
Covid-19,” Biodik, vol. 6, no. 2, pp. 109–119, doi: 10.22437/bio.v6i2.9759.
Asrul and M. Afil, 2020. “Dampak Pembelajaran Online Terhadap Minat Belajar
Siswa pada Masa Pandemi Covid-19 di Sekolah SMPN Satap 1 Ladongi,” p.
11.
Bariah, S. K. (2019). Rancangan Pengembangan Instrumen Penilaian
Pembelajaran Berbasis Daring. Jurnal Petik, 5(1), 31–47.
Chapnick, S. (2000). Are you ready for e-learning. Learning Circuits: ASTD’s
Online Magazine All About ELearning.
Daniati, Ismanto Bambang, L. D. I. (2020). Jurnal Kependidikan : Upaya
Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Mahasiswa dengan Penerapan
Model Pembelajaran E – Learning Berbasis Google Classroom pada Masa
Pandemi Covid-19 Daniati , Bambang Ismanto , Dwi Iga Luhsasi Progam
Studi Pendidikan Ekonomi. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian
dan Kajian Kepustakaan di Bidang Pendidikan, Pengajaran dan
Pembelajaran, 6(3), 601–608.
G. Hergüner, S. Buğra SON, S. Hergüner Son, and A. Dönmez, 2020. “The Effect
of Online Learning Attitudes of University Students on Their Online
Learning Readiness,” TOJET Turkish Online J. Educ. Technol., vol. 19, no.
4, pp. 102–111.
Gunawan, G., Suranti, N. M. Y. & Fathoroni, F. (2020). Variations of models and
learning platforms for prospective teachers during the COVID-19 pandemic
period. Indonesian Journal of Teacher Education, 1(2), 61–70.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran
abad 21: Kunci sukses implementasi kurikulum 2013.
Ionescu, C. A., Paschia, L., Nicolau, N. L. G., Stanescu, S. G., Stancescu, V. M.
N., Coman, M. D. & Uzlau, M. C. (2020). Sustainability analysis of the e-
learning education system during pandemic period—covid-19 in Romania.
Sustainability (Switzerland), 12(21), 1–22. https://doi.org/10.3390/
su12219030
Jamal, S. (2020). Analisis Kesiapan Pembelajaran E-Learning Saat Pandemi
Covid-19 Di Smk Negeri 1 Tambelangan. Jurnal Nalar Pendidikan, 8(1), 16.
https://doi.org/10.26858/jnp.v8i1.13561
Kemendikbud. (2020a). Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pencegahan
Corona Virus Disease (Covid-19) Pada Satuan Pendidikan (Vol. 33).
Kemendikbud. (2020b). SURAT EDARAN NOMOR 4 TAHUN 2O2O
TENTANG PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM
MASA DARURAT PENYEBARAN CORONAVIRUS DISEASE
(COVID-19).
15

Lynch, M. (2020). E-Learning during a global pandemic. Asian Journal of


Distance Education, 15(1), 189–195. https://doi.org/10.5281/
zenodo.3881785
Mailizar, Almanthari, A., Maulina, S. & Bruce, S. (2020). Secondary school
mathematics teachers’ views on e-learning implementation barriers during
the COVID-19 pandemic: The case of Indonesia. Eurasia Journal of
Mathematics, Science and Technology Education, 16(7).
https://doi.org/10.29333/EJMSTE/8240
Munir, D. (2009). Pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi informasi dan
komunikasi. Bandung: Alfabeta, 24.
Mutia, I. & LEONARD, L. (2015). Kajian penerapan e-learning dalam proses
pembelajaran di perguruan tinggi. Faktor Exacta, 6(4), 278–289.
Qowaid, Q., Junaedi, D., Romli, M. & Primarni, A. (2020). Analisis Persepsi
Civitas Akademika Terhadap Implementasi Perkuliahan E-Learning Selama
Pandemi Covid-19: Reslaj : Religion Education Social Laa Roiba Journal,
2(2), 114–141. https://doi.org/10.47467/reslaj.v2i2.144
Rigianti, H. A. & Prosa, P. (2020). Kendala Pembelajaran Daring Guru Sekolah
Dasar Di Kabupaten Banjarnegara (Peer Review).
Rosenberg, M. J. (2001). E-learning: Strategies for delivering knowledge in the
digital age. New York: McGrawHill. UNESCO,(2013). Policy guidelines
for mobile learning. United Nations ….
Saekow, A. & Samson, D. (2011). E-learning Readiness of Thailand’s
UniversitiesComparing to the USA’s Cases. International Journal of e-
Education, e-Business, e-Management and e-Learning, 1(2), 126.
Sahidin, Desimarnis, Rusdinal & Gistituati, N. (2021). Efektivitas Penerapan
Kebijakan E-Learning Masa Pandemi Covid-19 di Madrasah Aliyah.
EDUKATIF: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 2626–2637.
Setiawan, E. (n.d.). KBBI Daring edisi III. Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa (Pusat Bahasa). https://kbbi.web.id/
So, T. & Swatman, P. M. C. (2006). e-Learning readiness of Hong Kong teachers.
University of South Australia.
Wijaya, R., Lukman, M. & Yadewani, D. (2020). Dampak Pandemi Covid-19
Terhadap Pemanfaatan E-Learning. Dimensi, 9(2), 307–322.

Anda mungkin juga menyukai