Anda di halaman 1dari 10

E Learning Pada masa Pandemi Covid-19

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “E-learning pada masa pandmei covid-19” dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat agi para pembaca.
Penulis menyadari makalah bertema virus ini masih perlu banyak penyempurnaan
karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar
makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik
terkait penulisan maupun konten, penulis memohon maaf.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dumai, 08 November 2020

Aditya Prahmana
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

Wabah corona virus disease 2019 (Covid-19) yang telah melanda 215 negara di
dunia, memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan, khususnya Perguruan
Tinggi. Untuk melawan Covid-19 Pemerintah telah melarang untuk berkerumun,
pembatasan sosial (social distancing) dan menjaga jarak fisik (physical distancing), memakai
masker dan selalu cuci tangan. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pemerintah telah melarang perguruan tinggi untuk melaksanakan perkuliahan tatap muka
(konvensional) dan memerintahkan untuk menyelenggarakan perkuliahan atau
pembelajaran secara daring (Surat Edaran Kemendikbud Dikti No. 1 tahun 2020). Perguruan
tinggi dituntun untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran secara daring atau on line
(Firman, F., & Rahayu, S., 2020).
Pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh sendiri bertujuan untuk
memenuhi standard pendidikan melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dengan
menggunakan perangkat komputer atau gadget yang saling terhubung antara iswa
dan guru. Melalui pemanfaatan teknologi tersebut pembelajara n bisa tetap
dilaksanakan dengan baik. Dengan adanya teknologi informasi ini diharapkan
pembelajaran bisa berjalan dengan baik mengingat masyarakat Indonesia saat ini
mayoritas sudah menggunakan internet, seperti yang dijelaskan dalam penelitian We
Are Sosial, “Digital Reports2020” yang dirilis pada akhir bulan Januari 2020 yang
menyatakan hampir 64penduduk Indonesia sudah terkoneksi dengan jaringan internet.
Beberapa teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran diantaranya dengan menggunakan e-learning. E-learning merupakan inovasi
yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, tidak hanya dalam
penyampaian materi pembelajaran, tetapi juga perubahan dalam kemampuan
berbagai kompetensi peserta didik. E-learning adalah suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media
internet ataumedia jaringan komputer lainnya yang bisa diakses kapanpun dan
dimanapun. Pada masa pandemi COVID-19 inie-learningdigunakan oleh semua tingkat
pendidikan, baik TK, SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi dengan harapan proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada perguruan tinggi juga menggunakan
pembelajaran jarak jauh atau e learning melalui bimbingan orang tua. Dengan
pembelajaran jarak jauh mahasiswa memiliki keleluasaan waktu belajar, dapat belajar
kapanpun dan dimanapun. Mahsiswa dapat berinteraksi dengan dosen menggunakan
beberapa aplikasi seperti google classroom, video converence, telepon atau live chat,
zoom maupun melalui whatsapp group. Pembelajaran ini merupakan inovasi pendidikan
untuk menjawab tantangan akan ketersediaan sumber belajar yang variatif. Keberhasilan
dari suatu model ataupun media pembelajaran tergantung dari karakteristik peserta
didiknya. Sebagai mana yang diungkapkan oleh Nakayama (2007) bahwa dari semua
literatur dalam e-learning mengindikasikan bahwa tidak semua peserta didik akan sukses
dalam pembelajaran online. Ini disebabkan faktor lingkungan belajar dan karakteristik
peserta didik(Nakayama, 2007).
BAB II
PEMBAHASAN

1. Virus Covid-19
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-
CoV2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini
disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem
pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih
dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke
manusia. Walaupun lebih bayak menyerang lansia, virus ini sebenarnya bisa menyerang
siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa, termasuk ibu hamil dan ibu
menyusui. Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan
pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini
menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk
Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam
kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus
penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari
kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan
SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.

2. Pembelajaran Online
Sebelum e-learning lahir, yang populer lebih dulu ialah Computer
Assisted Instruction (CAI) dan Computer Assisted Learning (CAL). Media yang
digunakan berupa disket, PC (komputer pribadi) atau komputer mainframe yang
diakses melalui work station lokal. Awalnya, konsep CAI dan CAL diarahkan
untuk menggantikan peran guru. Namun, hal itu tidak mungkin dilakukan karena
keterbatasan komputer diantaranya komputer tidak mampu memberikan interaksi
sosial yang maksimal, sehingga kedua konsep itu dikombinasikan dengan guru.
Setelah komputer terhubung ke jaringan (dan kini bahkan jaringan
antar jaringan alias internet), istilahnya bergeser menjadi e-learning. Di situlah
terjadi perubahan paradigma dari teaching menjadi learning. Dengan demikian,
pemanfaatan e-Learning dipusatkan pada kegiatan belajar, bukan mengajar.
E-learning bukan sekadar bermain dan berselancar di dunia maya, klik
sana-sini untuk pindah dari satu situs ke situs lain, men-download, berlatih,
mencerna, menjawab pertanyaan, menemukan, dan menyebabkan dirinya berubah,
menjadi lebih cerdas, menjadi dapat belajar lebih banyak lagi.
Banyak para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut
pandangnya. Karena e-learning kepanjangan dari elektronik learning ada yang
menafsirkan e-learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
elektronik (radio, televisi, film, komputer, internet, dll). Jaya Kumar C. Koran
(2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran
yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk
menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang
menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan
melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan
e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik
komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada
penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Bahkan Onno W. Purbo (2002)
menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning
digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk
mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet.
Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar
yang ada dalam e-Learning, yaitu:
a. e-Learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara
cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing
pembelajaran dan informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning,
sehingga Rosenberg menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
b. e-Learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan
standar teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu
digital personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa
digolongkan sebagai e-learning.
c. e-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi
pembelajaran yang menggungguli paradigma tradisional dalam pelatihan.Uraian di atas
menunjukan bahwa sebagai dasar dari e-Learning adalah pemanfaatan teknologi internet. e-
learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam format digital
melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-Learning dapat digunakan dalam sistem
pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan
konvensional fungsi e-Learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model
pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco (2001) menjelaskan filosofis e-Learning
sebagai berikut:
a. e-Learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan
secara on-line.
b. e-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar
secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan
pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi.
c. e-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas,
tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan
teknologi pendidikan.
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Dalam rangka memutus mata rantai penyebaran CSebagai Covid-19 di
lingkungan perguruan tinggi, maka Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi
melaksanakan pembelajaran daring sebagai solusi pelaksanaan pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa memiliki sarana dan prasarana untuk
melaksanakan pembelajaran daring. Pembelajaran daring efektif untuk mengatasi
pembelajaran yang memungkinan dosen dan mahasiswa berinteraksi dalam kelas
virual yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Pembelajaran daring dapat
membuat mahasiswa belajar mandiri dan motivasinya meningkat. Namun, ada
kelemahan pembelajaran daring mahasiswa tidak terawasi dengan baik selama
proses pembelajaran daring. Lemah sinyal internet dan mahalnya biaya kuato
menjadi tantangan tersendiri pembelajaran daring. Akan tetapi pembelajaran
daring dapat menekan penyebaran Covid-19 di perguruan tinggi.

Anda mungkin juga menyukai