A. Definisi
Bronchitis akut adalah radang pada bronchus yang biasanya mengenai trachea dan laring,
sehingga sering dinamai juga dengan laringotracheobronchitis. Radang ini dapat timbul
sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik misalnya
pada morbili, pertusis, difteri, dan tipus abdominalis.
Istilah bronchitis kronis menunjukkan kelainan pada bronchus yang sifatnya menahun
(berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, meliputi faktor yang berasal dari
luar bronchus maupun dari bronchus itu sendiri. Bronkhitis kronis merupakan keadaan yang
berkaitan dengan produksi mucus trakheobronkhial yang berlebihan, sehingga menimbulkan
batuk yang terjadi paling sedikit selama tiga bulan dalam waktu satu tahun untuk lebih dari
dua tahun berturut-turut.
Bronchitis kronis bukanlah merupakan bentuk manahun dari bronchitis akut. Walaupun
demikian, seiring dengan waktu, dapat ditemukan periode akut pada paenyakit bronchitis
kronis. Hal tersebut menunjukkan adanya serangan bakteri pada dinding bronchus yang tidak
normal. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat menimbulkan kerusakan yang lebih banyak
sehingga akan meperburuk keadaan.
B. Etiologi
Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dan
polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.
1. Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan
penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan
dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran
pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2. Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang
kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak
adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
3. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah
merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis
adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon,
aldehid, ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali
pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana
kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim
proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk
jaringan paru.
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi
rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
Bronkhitis akut dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,
yaitu:
1. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun
miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronchus melemahkan daya tahan sehingga
infeksi bakteri mudah terjadi.
2. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan sumber bakteri yang
dapat menyerang dinding bronchus.
3. Dilatasi bronkus (bronkhiektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding
bronkus sehingga infeksi bakterinmudah terjadi.
4. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronchus sehingga
drainase lendir terganggu. Kempulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :
C. Patofisiologi
Serangan bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali
sebagai eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada umumnya virus merupakan awal dari
serangan bronchitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis
bronchitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama
kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronchitis disebbabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun noninfeksi
(terurtama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya
respon inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan
bronkopasme. Tidak seperti emfisema, bronchitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan
besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronchitis, aliran udara masih memungkinkan
tidak mengalami hambatan.
Pasien dengan bronchitis kronis akan mengalami:
1. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mucus pada bronchus besar sehingga
meningkatkan produksi mucus.
2. Mucus lebih kental
3. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menurunkan mekanisme pembersihan mucus.
Mucus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobtruksi jalan napas terutama
selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada
bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,
hipoksia dan asidosis. Pasien mengalami kekurangan O2, jaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2. Kerusakan ventilasi juga dapat
meningkatkan nilai PCO2 sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagian kompensasi dari
hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan). Virus : (penyebab
tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk
saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa
membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering
kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi
basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga
minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber :
dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang
hitam, biasanya karena infeksi pulmonary. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada
FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi,
hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive
Heart Failure).
D. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda dan gejala infeksi RSV biasanya kelihatan pada empat hingga enam hari
setelah terjadi paparan terhadap infeksi virus. Pada orang dewasa dan anak-anak yang berusia
lebih dari 3 tahun, RSV biasanya menyebabkan terjadinya tanda-tanda seperti selesma ringan
dan gejala yang mirip dengan gejala yang ada pada infeksi saluran pernapasan atas. Tanda-
tanda ini adalah :
Pada anak-anak berusia kurang lebih dari 3 tahun, RSV dapat menyebabkan timbulnya
penyakit pada saluran pernapasan bagian bawah seperti radang paru atau bronchiolitis-
peradangan pada saluran udara yang kecil-kecil pada paru-paru. Gejala dan tanda-tandanya
adalah :
Kebanyakan anak-anak dan orang dewasa akan membaik dalam delapan hingga 15 hari.
Tapi pada bayi-bayi yang usianya masih sangat muda, bayi yang terlahir premature, atau bayi
atau orang dewasa yang memiliki masalah pada jantung dan paru-paru , virus ini akan
menyebabkan infeksi lebih berat – seringkali mengancam keselamatan jiwa – yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit.
E. Penatalaksanaan
1. Antimicrobial
2. Postural drainase
3. Bronchodilator
4. Aerosolized Nebulizer
5. Surgical Intervention
Penggunaan antibiotik, yang diresepkan oleh dokter untuk mengobati infeksi bakteri,
tidak berguna untuk mengobati RSV karena RSV disebabkan oleh infeksi virus. Meskipun
demikian, dokter anda mungkin akan tetap memberikan antibiotic bila terjadi komplikasi
bakteri, seperti infeksi di telinga bagian tengah, atau radang paru karena bakteri. Bila tidak
ada komplikasi, maka dokter anda mungkin akan merekomendasikan obat-obatan yang dapat
dibeli secara bebas seperti asetaminofen (Tylenol, dll) atau ibuprofen (Advil, Motrin, dll),
yang dapat mengurangi demam tapi tidak dapat mengobati infeksi tersebut sembuh lebih
cepat.
Pada kasus infeksi berat, penderita mungkin perlu dirawat di rumah sakit agar dapat
diberikan cairan melalui vena (infus) dan oksigen. Bayi dan anak-anak yang dirawat di
rumah sakit mungkin perlu menggunakan ventilasi mekanik-sebuah alat Bantu pernapasan-
agar dapat memudahkan mereka untuk bernapas.
Pada kasus-kasus infeksi RSV yang parah, bronkodilator untuk nebulasi seperti albuterol
(Proventil, Ventolin) dapat digunakan untuk melegakan napas. Pengobatan ini dilakukan
untuk membuka saluran pernapasan di paru-paru. Nebulasi maksudnya obat diberikan dalam
bentuk uap yang dapat dihirup. Kadang-kadang, ribavirin (Rebetol) dalam bentuk nebulasi,
sebagai obat antivirus, mungkin dapat diberikan. Dokter anda juga mungkin
merekomendasikan suntikan epinephrine atau bentuk lain dari epinephrine yang dapat
diinhalasi dengan alat nebulasi (racenic epinephrine) u tuk mengurangi gejala yang timbul
dari infeksi RSV.
PENCEGAHAN
Tidak ada vaksin untuk mencegah terjadinya infeksi RSV. Tapi bila kita bertindak secara
rasional dan berhati-hati, kita dapat mencegah tersebarnya infeksi virus ini :
1. Sering-sering mencuci tangan. Lakukan hal tersebut terutama sebelum anda menyentuh
anak anda, dan ajarkan pada anak-anak anda pentingnya mencuci tangan.
2. Hindari paparan terhadap infeksi RSV. Batasi kontak antara bayi anda dengan orang-
orang yang sedang mengalami demam dan selesma.
3. Jagalah kebersihan. Pastikan agar rak-rak selalu dalam keadaan bersih terutama rak yang
terdapat di dapur dan kamar mandi, terutama bila ada anggota keluarga yang sedang
selesma. Segera buang tisu bekas pakai.
4. Jangan menggunakan gelas yang sudah digunakan oleh orang lain. Gunakan gelas anda
sendiri atau gunakan gelas sekali pakai bila anda atau orang lain sedang sakit.
5. Jangan merokok. Bayi yang terkena paparan tembakau memiliki resiko lebih tinggi
terkena infeksi RSV dan berpotensi lebih besar terkena gejala yang lebih parah.
Cuci boneka secara rutin. Lakukan pencucian terutama bila anak anda atau kawan
bermain anak anda sedang sakit. Masa inkubasi (waktu infeksi sampai permulaan gejala)
jarak dari beberapa hari sampai beberapa minggu tergantung dari mudahnya infeksi
bronkhiolitis.
DURASI
Yang khas pada penyakit bronkhiolitis berakhir selama 7 hari, tetapi pada anak-anak
dengan penyakit berat dapat batuk sampai beberapa minggu. Pada umumnya puncak
penyakit terjadi pada hari kedua sampai ketiga setelah anak batuk dan sulit bernapas dan
berangsur-angsur pulih.
Sebagai tambahan, ada obat yang disebut palivisumab (Synagis) yang dapat
membantu melindungi anak-anak berusia kurang dari 2 tahun yang memiliki resiko
mengalami komplikasi serius bila mereka terjangkit RSV,seperti anak-anak yang terlahir
premature atau anak-anak yang memiliki kelainan jantung atau paru bawaan.
Anda mungkin tidak dapat mengurangi lamanya infeksi RSV, taapi anda dapat mencoba
untuk mengurangi tanda-tanda dan gejalanya.
Bila anak anda mengalami infeksi, lakukan yang terbaik yang dapat anda lakukan untuk
menyamankan atau mengalihkan perhatiannya-peluk dia, bacakan buku atau bermain dengan
tenang. Berikut ini ada beberapa kiat yang dapat anda gunakan untuk meredakan gejala RSV
:
1. Ciptakan udara yang lembab untuk dihirup. Buat agar ruangan atau kamar anak
anda dalam keadaan hangat tapi tidak terlalu panas Bila udaranya kering, gunakan
pelembab ruangan (humidifier) atau vaporizer yang dapat melembabkan udara
dan membantu melegakan napas dan batuk. Yakinkan agar alat pelembab udara
dalam keadaan kering untuk mencegah timbulnya bakteri dan kuman.
2. Duduk dengan posisi tegak. Duduk dengan posisi tegak dapat membuat bernapas
lebih mudah. Menempatkan bayi anda di carseat mungkin akan dapat membantu.
3. Minum cairan. Cairan hangat, seperti sup kegemaran anak anda, mungkin dapat
melegakan dan membantu dan mengencerkan dahak yang mengental. Bila anak
anda suka es loli, sekarang adalah waktu yang terbaik untuk memberikan
makanan spesial yang dingin.
4. Coba berikan tetesan larutan garam. Larutan garam yang dijual bebas cukup aman
dan efektif untuk melegakan hidung yang mampet, bahkan untuk anak-anak.
Berikan beberapa tetes di setiap lubang hidung untuk mengencerkan lender yang
mengental, lalu segera sedot lubang yang telah ditetesi larutan garam tadi, dengan
menggunakan alat khusus yang bentuknya seperti pipet. Ulangi proses yang sama
untuk lubang hidung yang satu lagi.
5. Gunakan obat penghilang rasas sakit yang dijual bebas. Obat pereda rasas sakit
yang dijual bebas seperti asetaminofen (Tylenol, dll) mungkin dapat mengurangi
demam, meredakan tenggorokan yang sakit dan meningkatkan kemampuan anak
untuk minum cairan.
6. Kurangi atau hilangkan paparan terhadap asap rokok. Menjauhlah dari asap rokok
karena asap rokok dapat memperburuk gejala yang ada.
F. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis
Dokter anda mungkin akan mencurigai adanya infeksi RSV berdasarkan pemeriksaan
fisik dan pertimbangan waktu saat infeksi ini mungkin terjadi. Selama pemeriksaan, ia
mungkin akan mendengarkan suara di paru-paru dengan stetoskop untuk memeriksa adanya
suara ngik atau adanya suara-suara yang abnormal, yang dapat membantu untuk menentukan
adanya kesulitan untuk bernapas. Sebuah tes di kulit yang tidak menyakitkan akan dilakukan
untuk mengecek apakah tingkat oksigen yang erdapat dalam aliran darah lebih rendah dari
yang seharusnya. Dokter anda mungkin juga akan melakukan tes darah untuk memeriksa
hitungan sel darah putih atau untuk melihat adanya virus, bakteri atau organisme lainnya.
Pemeriksaan rongga dada dengan sinar X mungkin akan dilakukan untuk memeriksa adanya
radang paru (pneumonia). Sebagai tambahan, dokter anda mungkin juga akan mengambil
cairan di saluran pernapasan dari hidung anda untuk melihat adanya virus melalui
pemeriksaan di lab.
G. Komplikasi
1. Bronkitis kronis yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
2. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang
dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
3. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
4. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis.
ASKEP
A. PENDAHULUAN
Bronchiolitis adalah suatu inflamasi infeksi virus pada bronkiolus, yang menyebabkan
obstruksi akut jalan nafas dan penurunan pertukaran gas dalam alveoli. Lebih sering
disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV), gangguan ini biasanya terjadi pada anak
usia 2 sampai 12 bulan, terutama selama musim dingin dan awal musim semi.
Infeksi ditandai adanya edema mukosa, peningkatan sekresi mukus, obstruksi bronkiolus,
dan peregangan yang berlebihan dari alveoli. Kemungkinan komplikasi dari gangguan ini
mencakup penyakt paru kronik dan bahkan menyebabkan kematian.
B. PENGKAJIAN
Pernafasan
1. Takipneu
2. Retraksi
3. Nasal flaring
4. Dispea
5. Pernafasan dangkal
6. Penurunan bunyi nafas
7. Crakel
8. Wheezing
9. Ekspirasi yang memanjang
10. Batuk
Kardiovaskuler : Takipnea
Psikososial : Cemas
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
Anak akan meningkat petukaran gas yang ditandai bernafas secara mudah dan warna kulit
merah muda.
Intervensi
1. Ciptakan lingkungan dengan tinggi kelembabannya dengan cara menempatkan anak
dalam tenda lembab atau alat dengan humidifikasi yang dingin.
Rasional : Kelembaban yang dingin dari tenda atau Croupette akan membantu
mengencerkan lendir dan mengurangi edema bronkiolus
2. Berikan oksigen melalui sungkup muka, kanule hidung, atau oksigen tenda, sesuai
petunjuk.
3. Posisikan anak dengan kepala dan dada lebih tinggi dan leher agak enstensi.
Rasinonal : Posisi ini mempertahankan terbukanya jalan nafas dan memudahkan respirasi
oleh karena menurnnya tekanan diaphragm
8. Berikan istirahat yang adekuat dengan mengurangi kegaduhan dan pencahayaan dan
berikan kehangatan dan kenyamanan
Rasional : Meningkatkan istirahat akan mengurangi kesukaran pernafasan yang
berhubungan dengan bronkiolitis.
9. Kaji frekuensi pernafasan anak dan iramanya setiap jam. Jika anak mengalami gangguan
pernafasan, auskultasi bunyi nafas, lakukan fisioterapi dada, dan informasikan
pengobatan pernafasan
Rasional : Pengkajian yang sering akan menjamin fungsi pernafasan yang adekuat.
10. monitor denyut apikal pada anak; jika mendeteksi adanya takikardia (dasarkan pada usia
anak), laporkan pada dokter kejadian tersebut
Rasional : Takikardia dapat disebabkan adanya hipoksia atau pengaruh penggunaan
bronkodilator.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko penurunan volume cairan berhubunga dengan kehilangan cairan melalui ekshalasi
dan penurunan asupan cairan.
Rasional : Cairan via I.V. digunakan untuk hidrasi hingga anak melewati saat kritis.
3. monitor asupan cairan pada anak dan luaran cairan secara hati-hati
Rasional : Hati-hati melakukan monitoring yang menjamin hidrasi adekuat. Jika haluaran
urine berkurang, anak dapat dipertimbangkan untuk penambahan cairan
4. Kaji tanda-tanda dehidrasi, termasuk kehilangan berat badan, pucat, turgor kulit jelek,
membran mukosa kering, oliguria, dan peningkatan frekuensi nadi.
Rasional : Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa anak tidak menerima cairan yang cukup.
Anak akan mempertahankan temperatur tubuhnya kurang dari 100º F (37,8ºC). (Temperatur
secara khusus bergantung pada metoda yang digunakan dalam pengambilan temperatur).
Intervensi
1. Pertahankan lingkungan yang sejuk melalui penggunaan piyama sinar kuat dan selimut
dan pertahankan temperatur ruangan antara 72º dan 75ºF (22º dan 24º C).
Rasional : Lingkungan yang sejuk akan membantu menurunkan temperatur tubuh melalui
kehilangan panas melalui radiasi.
3. monitor temperatur anak setiap 1 sampai 2 jam bila terjadi peningkatan secara tiba-tiba
Rasional : Peningkatan temperatur secara tiba-tiba akan mengakibatkan kejang-kejang
Anak akan mempertahankan kontak sosial walaupun ia diisolasi akibat kondisi pernafasan
Intervensi
1. Jelaskan pada anak (jika perlu) dan orang tua tujuan dan sifat isolasi, termasuk detail
tentang hal disekitar yang kurang familiar dan gunakan masker dan celemek.
Rasional : Penjelasan diperlukan guna menghindari ketakutan pada anak
Rasional : Anak dan orang tua sering kesulitan membedakan petugas karena penggunaan
pakaian isolasi.
3. Ajarkan orang tua dan anak (jika perlu) bagaimana menggunakan call system.
Rasional : Call system memungkinkan keluarga berkomunikasi untuk meminta bantuan
4. Kaji anak setiap jam untuk mengetahui perobahan yang terkadi pada kondisi anak
Rasional : Kebutuhan anak untuk monitoring secara ketat guna mendeteksi perubahan
perlu difikirkan dalam ruang isolasi
5. Jika perlu, berikan aktifitas yang bervariasi, seperti permainan, baca buku, televisi, dan
musik. Jika anak menerima oksigen, hindari permainan yang dapat menimbulkan cetusan
listrik (contoh berbagai permainan yang menggunakan elektronik)
Rasional : Aktifitas yang bervariasi memungkinkan anak terstimulasi dan tertarik selama
diisolasi. Permainan dengan alat-alat elektronik dan mengakibatkan bahaya kebakaran
6. Anjurkan orang tua untuk ikut serta mengambil bagian dalam perawatan anak.
Rasional : Orang tua merupakan sumber-sumber utama sosialisasi pada anak yang
diisolasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Anak akan isitirahat paling sedikit 1 jam pada pagi dan siang hari
Intervensi
1. Membantu menurunkan kelelahan pada anak, berikan istirahat secara teratur setiap 2 jam.
Juga mengganti seprei saat anak mandi, dan lakukan pengkajian neurologis selama
kunjungan guna mencegah istirahat yang terganggu.
Rasional : Kebutuhan istirahat anak yang adekuat mencegah kelelahan akibat
peningkatan gangguan pernafasan
Anak akan meningkat asupan nutrisi ditandai dengan anak mengkonsumsi paling sedikit 80 %
pada setiap kali makan
Intervensi
1. Berikan makan sedikit, tapi sering pada makanan yang dapat diterima anak.
Rasional : Makan yang sedikit tapi sering memerlukan sedikit pengeluaran energi dan
penggunaan pernafasan. Anak makan banyak pada setiap kali makan termasuk makanan
kesukaannya.
Kecemasan (anak dan orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
kondisi anak.
Anak dan orang tua akan berkurang kecemasannya yang ditandai mengekspresikan
pemahamannnya tentang kondisi anak.
Intervensi
1. Kaji pengetahuan orang tua dan (jika perlu) anak tentang kondisi anak dan program
pengobatan yang diberikan.
Rasional : Pengkajian sebagai dasar memulai pengajaran.
4. Berikan dukungan emosional pada orang tua selama tinggal dirumah sakit.
Rasional : Hospitalisasi menimbulkan krisis situasi. Mendengarkan perhatian orang tua
serta perasannnya akan membantu dia untuk menangani krisis yang dialami
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intervensi
1. Ajarkan orang tua dan anak (jika perlu) bagaimana dan kapan pemberian pengobatan,
termasuk uraian tentang dosis dan reaksi nya.
Rasional : Pemahaman diperlukan untuk mempertahankan program pengobatan yang
teraur yang dapat membantu orang tua berada dengan anak selama pengobatan.
Mengetahui akibat lanjut pengobatan diharapkan orang tua segera meminta bantua seuai
kebutuhan.
2. Jelaskan tanda tanda dan gejala-gejala kesukaran pernafasan dan infeksi, termasuk
demam, dispnea, takipnea, perubahan warna sputum, dan adanya wheezing.
Rasional : Pengetahuan yang tepat pada orang tua akan memberikan perhatian pada saran
dokter saat diperlukan
4. Ajarkan perlunya nutrisi yang adekuat dan hidrasi, tekankan pada kebutuhan cairan yang
cukup dan diet tinggi kalori.
Rasional : Pemberian cairan akan mengencerkan lendir. Diet tinggi kalori akan
membantu mengembalikan kalori yang diperlukan dalam melawan penyakit.
5. Ajarkan perlunya menciptakan lingkungan yang lembab dan sejuk.
Rasional : Udara yang lembab membantu mengencerkan lendir. Uidara yang lembab dan
sejuk yang berasal dari tenda yang terpasang pada anak akan menjamin penguapan dan
udara yang hangat, yang dapat menyebabkan kebakaran.