Anda di halaman 1dari 13

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD Hj.

ANNA LASMANAH BANJARNEGARA


NOMOR : 445 / 92 /TAHUN 2019

TENTANG
PANDUAN TRIASE
RSUD Hj. ANNA LASMANAH BANJARNEGARA

DIREKTUR RUMAH SAKIT Hj. ANNA LASMANAH BANJARNEGARA,


Menimbang : 1. Bahwa triase adalah memilah dan menilai pasien agar
mendapat pertolongan medik secara cepat dan tepat
sesuai dengan prioritas kategori kegawatdaruratan dan
sesuai dengan penyakitnya.
2. Bahwa pelaksanaan triase oleh tenaga kesehatan di RS,
perlu dilengkapi dengan panduan sebagai tata laksana
kegiatan triase yang memuat tujuan, ruang lingkup, tata
laksana hingga pendokumentasian hasil.
3. Bahwa sejalan dengan hal tersebut, bidang pelayanan
medik telah menyusun panduan triase di RSUD Hj. Anna
Lasmanah Banjarnegara, yang penetapannya perlu di
syahkan SK Direktur

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah


Sakit.
2. Undang –Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. SK Menkes RI No. 129/2008 tentang “Berlakunya standar
Rumah Sakit dan Standar pelayanan Medis di Indonesia”

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PANDUAN TRIASE RSUD Hj. ANNA LASMANAH


BANJARNEGARA
Pertama : Menetapkan panduan triase RSUD Hj. Anna Lasmanah
Banjarnegara.
Kedua : Mengamanatkan kepada para tenaga medis dan keperawatan
RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara untuk
mengaplikasikan panduan triase dalam pelayanan kepada

i
pasien di RS.
Ketiga Keputusan ini berlaku sejak ditetapkannya.
Keempat Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini akan diadakan perubahan dan perbaika .. "'1
seperlunya.

: Banjarnegara
__ = ti.toz..fiof:J

ii
KATA PENGANTAR

Triase adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas pasien


berdasarkan berat ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan
tindakan segera. Dalam triase, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu
(respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya
yaitu ≤ 10 menit.
Panduan Triase bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa
dan untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan
pertolongan kedaruratan. Semoga dengan selesainya Panduan Triase dapat
dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan yang terbaik di RSUD Hj.Anna
Lasmanah Banjarnegara.
Demikian panduan ini dibuat apabila ada salah atau kurang adalah
keterbatasan penulis dalam membuat panduan, semoga kritik dan saran pembaca
dapat menjadi masukan untuk perbaikan yang akan datang.

3
33
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. i
KATA PENGANTAR ......................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1


A.Definisi ....................................................................................... 1
B.Tujuan ........................................................................................ 1
C.Prinsip Triase ............................................................................. 2

BAB II RUANG LINGKUP ................................................................ 3


BAB III TATA LAKSANA .................................................................. 5
BAB IV DOKUMENTASI ................................................................. 7
BAB V PENUTUP ............................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Triase berasal dari bahasa Perancis ‘trier’ , yang memiliki arti
“menseleksi”, yaitu teknik untuk menentukan prioritas penatalaksanaan
pasien atau korban berdasarkan derajat kegawatannya.
Triase adalah suatu sistem pembagian/ klasifikasi prioritas pasien
berdasarkan berat ringannya kondisi klien/ kegawatannya yang memerlukan
tindakan segera. Dalam triase, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu
(respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya
yaitu ≤ 10 menit.
Triase merupakan suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus
dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk
mengidentifikasi semua pasien yang memerlukan pertolongan dan
menetapkan prioritas penanganannya. Triase merupakan suatu usaha
pemilahan korban sebelum ditangani berdasarkan tingkat kegawat daruratan
trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan
sumber yang ada.

B. TUJUAN
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa.
Tujuan triase selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat
kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
Dengan triase tenaga kesehatan akan mampu :
1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada
pasien.
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan.
3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat.

Sistem Triase dipengaruhi oleh :


1. Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan.
2. Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien.
3. Denah bangunan fisik unit gawat darurat.
4. Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis.

C. Prinsip Triase
Triase mempunyai 2 komponen :
1. Menyeleksi pasien dan menyusun prioritas berdasarkan beratnya
penyakit.

1
2. Alokasi dan rasionalisasi sumber daya yang ada.
Prinsip dasarnya adalah “melakukan yang terbaik untuk sebanyak
banyaknya korban”. Perhatian dititikberatkan pada pasien atau korban
dengan kondisi medis yang paling gawat - darurat dan paling besar
kemungkinannya untuk diselamatkan.
BAB II RUANG
LINGKUP

Tabel Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)


KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan
(Merah) bedah
segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan
dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas,
tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada
tangan dan kaki, combutio (lukabakar) tingkat II dan III > 25%

Prioritas II Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera
(Kuning) ditangani
dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan
bersifat jangan terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio
(luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak /
abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas III Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu
(Hijau) segera.
Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka
Prioritas 0 superfisial,
Kemungkinan luka-luka
untuk ringan
hidup sangat kecil, luka sangat parah.
(Hitam) Hanya
perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma
kepala kritis
BAB III TATA
LAKSANA

Proses triase dimulai ketika pasien masuk ke pintu IGD. Perawat triase harus
mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan
melakukan pengkajian, misalnya melihat sekilas kearah pasien yang berada di
brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat.
Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak
lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat utama.
Perawat triase bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan
yang tepat, misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung
dengan monitor jantung dan tekanan darah, dll. Tanpa memikirkan dimana pasien
pertama kali ditempatkan setelah triase, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang
oleh perawat utama sedikitnya sekali setiap 60 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat
darurat, pengkajian dilakukan setiap 5 - 15 menit / lebih bila perlu. Setiap
pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi baru
dapat mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area pengobatan.
Misalnya kebutuhan untuk memindahkan pasien yang awalnya berada di area
pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika pasien tampak mual atau
mengalami sesak nafas, sinkop, atau diaforesis. (Iyer, 2004).
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif bahwa
ia mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka pasien
ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif
dan data subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien membaik,
data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung
dari pasien (data primer).
Alur dalam proses triase :
1) Pasien datang diterima petugas / paramedis IGD.
2) Di ruang triase dilakukan anamnesa dan pemeriksaan singkat dan
cepat(selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
3) Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat
dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
4) Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna:
a) Segera - Immediate (merah)
Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan
besar dapat hidup bila ditolong segera. Pasien dengan kondisi
menganam nyawa, kolaps kardiovaskuler. Pasien langsung diberikan
tindakan terapi dan terapi segera, termasuk pemasangan infus
(resusitasi), Ruang Resusitasi dengan alokasi tenaga dan peralatan
maksimal, waktu tunggu nol (segera). Misalnya: Tension pneumothorax,
distress pernafasan (RR< 30x/mnt),perdarahan internal, dsb.

b) Tunda - Delayed (kuning)


Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa
segera. Pasien dengan penyakit yang akut, tidak dalam ancaman kolaps,
Perlu perhatian awal, Mungkin membutuhkan trolley, waktu tunggu 30
menit. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada
ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar < 25% luas
permukaan tubuh, dsb.

c) Minimal (hijau).
Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri
sendiri atau mencari pertolongan. Pasien dengan masalah medis yang
minimal. Kondisi yang timbul sudah lama atau luka lama, bias jalan
atau butuh kursi roda. Misalnya : Laserasi minor, memar, lecet dan luka
bakar superfisial.

d) Expextant (hitam)
Pasien mengalami cedera mematikan dan akan meninggal meski
mendapat pertolongan. tidak ada respon pada segala rangsangan
(rangsang nyeri), tidak ada respirasi spontan, tidak ada bukti aktivitas
jantung (dengan pemeriksaan EKG), hilangnya respon pupil terhadap
cahaya, langsung dibawa ke pemulasaran jenazah. Misalnya : Luka
bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.

5) Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna :


merah, kuning, hijau, hitam.
6) Penderita / korban kategori triase merah dilakukan :
a. pasien ditempatkan diarea warna merah
b. pasien dilakukan pemeriksaan fisik ,pemeriksaan penunjang dan tindakan
tindakan sesuaikasus.
c. pasien diberikan terapi sesuai kasus
d. pasien yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita / korban
dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
7) Penderita dengan kategori triase kuning dilakukan :
a. pasien ditempatkan diarea warna kuning.
b.pasien dilakukan pemeriksaan fisik,pemeriksaan penunjang sepeeti
laboratorium,radiologi dll
c.pasien diberikan pengobatan /terapi sesuaikasus.
d.pasien diantrikan keruangan sesuai kelas/kasus.sambil menunggu ruangan
pasien dilakukan observasi di UGD.
e.setelah ada ruangan pasien dikirim keruangan
f.apabila tidak tersedia tempat tidur yang dituju,maka pasien ditempatkan
diruang observasi Ugd sampai dengan 1x 24 jam untuk mendapatkan
pengawasan.dimana DPJP utama harus visit ke pasien.
8) Penderita dengan kategori triase hijau dilakukan :
a. pasien ditempatkan diarea warna hijau
b.pasien diperiksa mulai dari pemeriksaan fisik,pemeriksaan penunjang
c.pasien diberikan tindakan dan terapi
d.pasien dipulangkan dengan membawakan obat pulang berdasarkan
dosis,dijelaskan diet dirumah,menjaga kebersihan,direncanakan kontrol poli
apabila masih ada keluhan
9) Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.
(Rowles, 2007).
BAB IV
DOKUMENTASI

1. dokumentasti di RM 2.O DAN 2.1


BABV
PENUTUP

Panduan Triase ini dibuat dengan tujuan sebagai pedoman para tenaga
kesehatan RSlJD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara dalam memberikan
pertolongan dapat memilah dan menilai pasien agar mendapatkan pertolongan
medik secara cepat dan tepat sesuai dengan prioritas kegawatdaruratannya dan
sesuai dengan penyakitnya. Panduan triase ini diharapkan bisa di aplikasikan di
RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara.
Ditetapkan di Banjamegara
Tanggal 11. / oz. ( 201_9

Banjarnegara

udiant
o

7
DAFTAR PUSTAKA

 Advanced Trauma Life Support for Doctors, Student Course Manual, Eight
Edition, America College of Surgeons Committe on Trauma, Diterjemahkan &
dicetak oleh komisi trauma “IKABI”, tahun 2008.
 Buku Panduan BT & CLS (Basic Trauma Life Support And Basic Cardiac Life
Support) Edisi Keempat, Yayaan Ambulans Gawat Darurat 118, tahun 2011.
 Emergency Severity Index (ESI) : A Triage Tool For Emergency
Departement.www.arhg.gov/prof essionals/systems/hospital/esi/esi l.html;
 Emergency Care Singapore General Hospital.www.sgh.com.sg;
 Materi pelatihan GELS (General Emergency Life Support), Departemen
Kesehatan RI- Direktoral Jenderal Pelayanan Medik, Edisi ke-7, Desember
2006.
 Singapore Emergency Patients Catergorisation Scale.pdf
 Singapore Emergency Medicine Service Patient Acuity
Categoey.mht. http://semsonline.org/index.html;

Anda mungkin juga menyukai