Buku Teknik Instrumentasi Kilang
Buku Teknik Instrumentasi Kilang
Republik Indonesia
2015
SMK / MAK
Kelas XI Semester 3
Penulis :
Editor Materi :
Editor Bahasa :
Ilustrasi Sampul :
Desain & Ilustrasi Buku :
Hak Cipta @2015, Kementrian Pendidikan & Kebudayaan
Milik Negara
Tidak Diperdagangkan
Gambar 2.1. Hubungan antara Skala Kelvin, Celsius, Fahrenheit, dan Rankine ................ 10
Gambar 2.2. Glass-Stem Thermometers............................................................................ 14
Gambar 2.3. Thermo-wells ................................................................................................. 15
Gambar 2.4. Bimetal Strip .................................................................................................. 15
Gambar 2.5. Helical Strip ................................................................................................... 16
Gambar 2.6. Filled Thermometer ....................................................................................... 17
Gambar 2.7. Vapor System ................................................................................................ 18
Gambar 2.8. Thermowell .................................................................................................... 20
Gambar 2.9. Perinsip operasi thermocouple ...................................................................... 22
Gambar 2.10. Efek Seebeck .............................................................................................. 23
Gambar 2.11. eAB = Voltase Seebeck................................................................................ 23
Gambar 2.12. Output thermocouple ................................................................................... 25
Gambar 2.13. Bimetallic Compensation ............................................................................. 26
Gambar 2.14. Metode Electrical Bridge .............................................................................. 27
Gambar 2.15. Thermocouple dengan range dan komposisinya ......................................... 31
Gambar 2.16. Thermocouple Pre-made Umum.................................................................. 32
Gambar 2.17. ilustrasi tipikal assemblies thermocouple ..................................................... 33
Gambar 2.18. Thermocouple dan Connection Head-Connection Head .............................. 35
Gambar 3.1. Arah Tekanan pada Berbagai Batas .............................................................. 38
Gambar 3.2. Tekanan Fluida yang Mengangkat Silinder .................................................... 39
Gambar 3.3. Perbandingan Tekanan Absolut dengan Tekanan Alat Ukur (Pressure Gage)
........................................................................................................................................... 43
Gambar 3.4. satu bagian tangki oli terbuka ........................................................................ 46
Gambar 3.5. Bourdon Tube Gage ...................................................................................... 49
Gambar 3.6. Segment Gear and Pinion ............................................................................. 49
Gambar 3.7. Komponen-komponen Pressure Gage........................................................... 49
Gambar 3.8. Spiral Bourdon Tube...................................................................................... 50
Gambar 3.9. Helis Bourdon Tube ....................................................................................... 50
Gambar 3.10. Bellow yang terbuat dari Kapsul .................................................................. 51
Gambar 3.11. Pressure Actuated Bellows .......................................................................... 52
Gambar 3.12. Bellows Absolute Pressure Gage ................................................................ 53
Gambar 3.13(a) Flat Diaphragm......................................................................................... 54
Gambar 3.13(b) Corrugated Diaphragm ............................................................................. 54
Gambar 3.14. Diaphragm Pressure Indication.................................................................... 55
2.1 Pendahuluan
Ada empat skala temperatur yangdigunakan saat ini,yaitu:
Skala Fahrenheit
Skala Rankine
Skala Celsius
Skala Kelvin.
Masing-masing skala secara luas sebagai referensi dan digunakan di
industri. Untuk itu hal-hal yang perlu berkaitan dengan skala adalah bahwa hubungan
antara masing-masing harus dimengerti dan konversi antara skala dijelaskan dan
dipraktekkan.
2.2 Reset the objective numbers allowing multiple modules
2.2.1. Skala Temperatur
Ada empat skala temperatur yang digunakan sampai saat ini, yaitu
skala Fahrenheit, Skala Rankine, Skala Celcius, dan Skala Kelvin. Masing-
masing skala memiliki penggunaan yang sama dan dapat dikonversi dari satu
skala dengan skala yang lain.
Dua dari ukuran skala temperature dalam bentuk absolute dan oleh
karena itu merupakan referensi pada nol mutlak (zero absolute). Dua dari skala-
skala tersebut merupakan referensi ke sistem satuan SI (Centigrade dan Kelvin)
sedangkan dua lainnya (Fahrenheit dan Rankine) merupakan referensi dalam
sistem satuan Imperial
Gambar 2.1. Hubungan antara Skala Kelvin, Celsius, Fahrenheit, dan Rankine
Contoh 1:
(a) Konversikan berikut ini ke derajat Celsius dan Kelvin:
212°F, 82°F.
(b) Konversikan berikut ini ke derajat Fahrenheit dan Rankine:
72°C, 100°C, -40°C.
Penyelesaian:
(a) Untuk mengkonversi 212°F ke derajat Celsius dan Kelvin, misal F =
212
C = 5/9 (F - 32)
= 5/9 (212 - 32)
= 5/9 x 180
= 100°C (Jawaban.)
K = C + 273
= 100 + 273
= 373 K (Jawaban.)
Untuk merubah 82°F ke derajat Celsius dan Kelvin, misalkan F = 82
C = 5/9 (82 - 32)
= 5/9 (50)
C = 27.7°C (Jawaban.)
K = C + 273
= 27.7 + 273
= 300.7 K (Jawaban.)
Contoh
1. Konversi 52 °R ke °F
°F = °R - 460
= 52 - 460
= - 408 °F
2. Konversi 30 °C ke °F
°F = 9/5 °C + 32
= 9/5(30) + 32
= 86 °F
3. Konversi 300 K ke °C.
°C = K - 273
= 300 - 273
Untuk mendapatkan putaran dari sebuah jarum penunjuk pada skala dan
menyebar ke skala dengan ketelitian yang tinggi dalam pembacaan temperatur,
maka bimetal strip digulung berbentuk helix seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.5.
Jika rangkaian ini putus di tengah maka voltase sirkuit terbuka penuh
atau tegangn Seebeck, adalah fungsi dari temperatur sambungan dan komposisi
kedua logam.
P = tekanan (pressure) dalam (N/m2) atau Pascals (Pa) atau dalam satuan
dasar (kg/ms2)
1 N/ m2 = 1 Pascal (Pa)
Satuan tekanan yang lain akan diterangkan lebih lanjut dalam bab ini. Dengan
menggunakan rumus ini maka masalah yang menyangkut tekanan, gaya dan
luas dapat diselesaikan.
Contoh 1:
Gaya pada piston sebuah silinder diisi dengan oli (Gambar 3.2) sebanyak
200 N. Jika luas silinder 0,25 m2, berapa tekanan pada permukaan yang
mengangkat silinder?
Penyelesaian
F
P = ----
A
200 N
P = ----------
0,25 m2
P = 800 Pa
Contoh 2:
Jika rata-rata tekanan pada pintu mobil yang tercebur dalam air adalah
19.000 Pa, berapa gaya yang terpakai oleh air pada bagian luar pintu jika
total luasnya adalah 1,6 m2?
F = 19 000 Pa x 1,6 m2
2. absolute pressure 507 kPa bisa dituliskan p = 507 kPa atau 507 kPa (abs).
Simbol-simbol pgage, pabs dan patm sering digunakan dalam Sistem Imperial untuk
p = patm + pe
dimana
p = Tekanan absolut
patm = Tekanan atmosphir dan
atau
p = 92 kPa
atau
“tekanan 8 kPa adalah di bawah ambient”.
Contoh 1:
Nyatakan gage pressure (pe) 12,5 kPa sebagai tekanan absolut jika tekanan
Contoh 2:
Nyatakan vacuum 17 kPa sebagai tekanan absolut jika tekanan ambient adalah
100,5 kPa.
Penyelesaian
pe = -17,0 kPa
p = patm + pe
Contoh 3:
Nyatakan tekanan absolut 24 kPa sebagai gage pressure jika tekanan atmosphir
adalah 99,5 kPa.
Penyelesaian
Transposisi
p = patm + pe
menjadi
pe = p - patm
RD =
Sering rumus ini ditulis sebagai berikut:
p = wghRD
dimana
w = density massa dari air (mass density of water) (1000 kg/m3)
Contoh 1:
Hitunglah Perubahan tekanan permukaan tangki air dengan kedalaman 3.2 m.
Penyelesaian
Tekanan pada kedalaman 3,2 m adalah sama dengan tekanan pada permukaan
ditambah tambahan (additional pressure) yang disebabkan oleh berat jenis air di
atas kedalaman 3.2 m. Tekanan tambahan ini dapat dihitung dengan persamaan
p = rgh, dimana
h = 3.2 m, r = 1000 kg/m3 (density air) dan g = 9,81 m/s2
p = pgh
Penyelesaian
a) Gage pressure pada point B berbeda di antara tekanan pada point A dengan
tekanan yang disebabkan oleh tinggi cairan dari A ke B. Karena tekanan
pada A adalah atmospheric pressure, maka tekanan gage (gage pressure)
pada A,
peA = 0 kPa. Gage pressure pada B (peB) = peA + rgh
d) Karena ini benar, maka tekanan (pressure) pada E harus sama dengan
tekanan (pressure) pada A dikurangi tekanan (pressure) ketinggian oli di atas
point A.
pE = pA - rgh
pE = patm + pe
Transposisikan:
pe = pE - patm
Spiral dan helix Bourdon tube yang diperlihatkan pada Gambar 4 dan 5
menghasilkan gerakan tip dibandingkan dengan jenis C. Spiral sering
Biasanya disk metal tipis dipasang di kedua sisinya dan pada bagian
tengah agar kekuatannya bertambah. Diaphragma dapat dihubungkan oleh
pushrod ke pointer melalui lingkage yang seri.
Salah satu jenis indikator tekanan diaphragma digambarkan pada
Gambar 3.14. Tekanan atau vakum yang digunakan pada alat ukur
dihubungkan ke rumahan yang mengelilingi diaphragma. Dengan
bertambahnya tekanan, maka diaphragma dan pushrod naik mengangkat
pointer. Jika tekanan yang digunakan adalah hampa udara atau di bawah
atmosphir, maka tekana atmosphir diatas diaphragma akan mendorong
diaphragma dan pointer akan turun. Indikasi tekanan efektif nol akan berada
pada bagian tengah skala sehin gga tekanan positif dan negatif dapat
ditunjukkan. Kadang-kadang skala tekanan dapat ditunjukkan dalam milimeter
water head. Secara normal, alat ukur semacam ini digunakan untuk mengukur
tekanan yang sangat rendah, misalnya draft dalam boiler.
3.6.4 Kapsul
Sebuah kapsul, seperti pada Gambar 3.15 (a) memiliki dua atau lebih
diaphragma yang dilas bersama di sekelilingnya. Sensitivitas sebuah kapsul
bertambah sebanding dengan diameternya yang mana ketentuan desain dapat
berubah-ubah mulai dari 25 sampai 150 mm.
Untuk jenis ini, bagian dalam sel Aneroid atau kapsul yang terkorrugasi berada
dalam hampa udara. Spring yang circular menyeimbangkan gaya tekanan atmosphir
sehingga capsule tidak terlipat. Karena tekanan atmosphir berubah, maka ujung
permukaan capsule bergerak ke atas atau ke bawah. Gerakan ini diperbesar oleh
sistem lever dan dikirim ke pointer yang bergerak diatas skala. Skala dapat diukur
dalam millimeter mercury agar sesuai dengan barometer atau dalam kilopascal yang
dimana :
- PSH berarti Pressure Switch High (Switch Tekanan Tinggi)
- XXX menyatakan nomor instrumen
Karena r2 (atau d2/4) adalah luas lintang silinder (pipa), maka volumenya
dapat dihitung dengan
V=Axl
di mana : V - volume silinder
A - luas lintang pipa
l - panjang pipa
Velositi didefinisikan sebagai jarak (atau panjang) per satuan waktu, atau kalau
dengan rumus
v = l/t
dimana : v - velositi
l - panjang
t - waktu
Dengan persamaan ini di dapat
l=vxt . . . . . . (persamaan 1)
Jika densiti () fluida tidak berubah diantara dua titik tersebut, maka 1 = 2
dan akan hilang pada persamaan tersebut diatas.
Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa ukuran pipa naik dari P1 menjadi P2. Apa
yang terjadi dengan velositi didalam pipa diantara dua titik tesebut? Apakah
sama, naik atau menurun. Jika kita melihat persamaan kontinyuitas adalah
sama tetapi karena luas lintang pipa menaik, maka velositi seharusnya
menurun.
A1 v1 = A2 v2
CATATAN: Hubungan antara diameter pipa dengan velositi fluida adalah
hubungan non-linier karena luas pipa adalah fungsi kuadrat dari
jari-jari atau diameter (A = r2 = d2/4).
Persamaan kontinyuitas dari flow dalam sistem tertutup adalah:
- Bila ukuran pipa naik (luas lintang lebih besar) maka velositi fluida menurun
- Bila ukuran pipa turun (luas lintang lebih besar) maka velositi fluida menaik
Contoh 1.
Diameter pipa sebelah dalam pada P1 adalah 100 mm dan pada P2 adalah
150 mm. Air pada 70oC mengalir pada P1 dengan kecepatan rata-rata 9
m/s.
Hitung hal-hal berikut:
a) velositi pada P2 ....?
b) Q ...?
c) W ...?
d) M ...?
A1 1
4
(100 mm)2
4
7854 mm
2
1m 1m
7854 mm2
1000 mm 1000 m
A1 0.007854 m
2
(0.150 m) 2
A2
4
0.01767 m 2
Velositi pada seksi 2 adalah:
9.0 m 0.007854 m 2
v2
s 0.01767 m 2
v 2 4.00m m/s (Ans.)
Pada saat ukuran pipa naik sebesar 1.5 kali (dari 100 mm menjadi 150
mm), velositi flow menurun (dari 9 m/s menjadi 4 m/s); hubungan non-
linier.
b. Flow rate volume (Q) dihitung menggunakan persamaan fundamental flow.
Pada lokasi 1
Q = A 1 v1
Q 0.007854 m 2 9.0 m/s
Q 0.0707 m 3 /s (Ans.)
4.5 Implikasi
Meskipun perhitungan dapat dilakukan menggunakan persamaan Bernoulli,
namun persamaan ini tidak dibahas secara khusus pada bab ini. Namun yang
terpenting ialah pemahaman implikasi atau pengaruh persamaan, oleh karena itu
persamaan Bernolli dipandang secara umum.
Persamaan Bernoulli dipilih menggunakan dua titik pada sistem tertutup.
Setiap titik kemudian dijelaskan dengan parameter-parameter yang ada pada point
tersebut. Sebagai contoh, apa yang terjadi bila terdapat perubahan elevasi pada titik-
titik tersebut? Jika pipanya horizontal (lihat Gambar 4.3), kemudian term ’z’ (jarak dari
titik referensi) sama pada setiap sisi persamaan dan akhirnya dihilangkan.
Persamaan Bernoulli menjadi:
Jika tekanan diantara dua titik dalam pipa horizontal tidak berubah maka p1 = p2.
Karena specific weight fluida adalah sama pada setiap titik pipa maka persamaan
dapat disederhanakan menjadi:
v12/2g=v22/2g
kemudian 2g juga dihilangkan dan akhirnya,
v12=v22
Bagaimana hal ini mungkin velositi bisa sama? Bentuk energi pada persamaan
Bernoulli menetapkan :
PE1 + KE1 + FE1 = PE2 + KE2 + FE2
Dalam contoh ini ditetapkan bahwa pipanya adalah horizontal oleh karena itu PE1
harus sama dengan PE2. Hal ini terlihat juga bahwa tekanannya sama; maka FE1
harus sama dengan FE2. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa velositi fluida
pada kedua titik harus sama sebagai akibat ukuran pipanya pada kedua titik tersebut
sama.
4.6 Keterbatasan Persamaan Bernoulli
Persamaan Bernoulli secara matematika menggambarkan hubungan
anatara tekanan, elevasi dan velositi ketika fluida mengalir didalam pipa. Ketika
menggunakan persamaan Bernoulli diasumsikan bahwa:
Persamaan berdasarkan energi total yang konstan, oleh karena itu alat mekanik
seperti pompa, kipas angin, motor, valve dan lain-lain tidak dapat memakai atau
membuang energi ke atau dari fluida.
Persamaan tidak memperhitungkan adanya energi panas tambahan atau energi
panas yang hilang, dan juga adanya gesekan-gesekan.
Persamaan hanya valid untuk fluida yang incompressible, karena diasumsikan
specific weight fluida adalah sama pada kedua posisi pipa.
Contoh 1:
Gliserin pada suhu 25 oC mengalir dalam pipa dengan diameter disebelah
dalam 125 mm. Kecepatan rata-rata aliran 3,5 m/s Tentukan sifat aliran?
Densiti gliserin pada suhu 25oC adalah 1263 kg/m3
Viscositi gliserin pada suhu 25oC adalah 4.88 x 10-1 kg/ms
Penyelesaian
NR = vD/
= 3.5 m/s x 0.125 m x 1263 kg/m3
(4.88 x 10-1 kg/ms)
NR = 1132 (tidak bersatuan)
Karena NR lebih kecil dari 2000, maka sifat alirannya adalah laminar.
Venturi tube digunakan untuk flow rate yang lebih tinggi dan tidak ada
head loss (pressure drop permanent) pada saat melalui alat tersebut dibanding
dengan pelat orifice pada ukuran yang sama. Venturi tube dapat digunakan
untuk cairan dan gas yang bersih dan tidak korosif. Karena venturi tubenya
sendiri datar maka dapat digunakan untuk mengukur fluida yang kotor atau sluri
namun tap tekanan dapat tersumbat dan sulit untuk membersihkan.
Venturi tube dapat dipasang dalam suatu posisi horizontal atau vertikal
tetapi tubenya harus selalu dipenuhi fluida. Hal ini tidak perlu pipa upstream
yang lurus dibanding pelat orivice karena bentuknya ia akan menyetabilkan
profil velositi fluida yang masuk.
Ketidak akurasian venturi bervariasi tergantung atas desain dan
konstruksinya. Akurasi venturi tube pada range + 0,75% pada rate tanpa
terkalibrasi sampai + 0,25% pada rate terkalibrasi di laboratorium.
Biaya venturi juga tergantung konstruksi dan ukuran. Venturi 8” dengan bahan
cast iron bisa seharga $ 5,500 US. Ukuran venturi tube range dari 1” (25 mm)
sampai 120” (3000 mm).
4.11.4 Flow Nozzle
Flow nozzle (lihat Gambar 4.10) adalah adaptasi dari venturi tube
dengan ukuran phisik yang lebih kecil.
3. Instalasi
Pelat orificenya sendiri harus dipasang dalam alat yang
memegangnya dalam saluran pipa. Umumnya alat pemegang orifice tersebut
disebut flange orifice. Flange dirancang khusus untuk memegang pelat
orifice dengan posisi yang benar dan mengakomodasi tap-tap tekanan
upstream dan downstream (lihat Gambar 4.14) yang akan didiskusikan pada
akhir bab ini.
Pelat orifice, jika dipasang dan ukurannya juga benar range ketidak
akurasiannya antara + 0,25 sampai +0,5% dari flow nyata. Perlu diingat
bahwa alat sekunder juga akan menambah ketidak akurata. Harga pelat
mulai dari $ 50 sampai $ 300 tergantung ukuran dan tipe material yang
digunakan, pelat baja yang besar dapt berharga $ 3000 US. Alat-alat
sekunder juga menambah biaya instalasi.
4.12 Tap-Tap Tekanan
4.12.1 Tipe
Semua meter tipe head dirancang untuk menghasilkan beda tekanan.
Beda tekanan ini disensor oleh dua tap tekanan yang terletak diatas bodi
meter tipe head. Lokasi tap disepanjang pipa, relatif terhadap posisi pelat
orifice mempengaruhi akurasi pengukuran. Ada empat tipe tap tekanan untuk
pelat orifice yaitu flange tap, vena contracta tap, pipe tap dan corner tap. Dan
biasanya hanya satu tipe yang digunakan untuk aplikasi.
Flange tap adalah yang umum digunakan untuk mensensor beda
tekanan tersebut. Lokasi tap pada flange harus presisi oleh karena itu banyak
pabrik pembuat menjual flang tap dengan orifice satu paket. Vena contracta
tap secara teori lebih akurat karena vena contracta (lihat detail pada akhir bab)
terletak pada titik tekanan terendah dan oleh karena itu akan menghasilkan
beda tekanan tertinggi. Vena contracta tap terletak tetap pada pipa namun
vena contracta nyata bergerak pada pipa tergantung atas flow rate fluida. Pipe
tap trletak agak jauh dari pelat orifice, cenderung mengukur pressure lost
permanen yang melewati pelat orifice. Pipe tap mengukur beda tekanan yang
Asumsi flow rate mempunyai lima puluh persen dari nilai maksimumnya.
Karena meter tipe head adalah alat non-linier, maka dengan input 50% (0,5)
2
menghasilkan output (beda tekanan nyata) adalah 25% (0,5 = 0,25 atau 25%).
Transmiter adalah alat linier akan mendapat input 25% dan output 25%. SRE
mempunyai input 25% dan outputnya 50% ( 0.25 = 0.5).
Gambar graphic dibawah menunjukkan hubungan fungsi kuadrat non linier sama
dengan meter tipe head.
Square Function
0.9
0.8
0.7
0.6
output
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
Series1
input
Gambar 4.21. Grafik fungsi kuadrat non linier dan meter tipe head
0.9
0.8
0.7
0.6
output
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Series1
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1
input
Contoh 1:
Asumsi flowrate maksimum didalam pipa 1000 USGPM. Pada flowrate
maksimum ini pelat orifice menghasilkan beda tekanan 100”wc. Transmiter
mempunyai range input 100”wc. Dengan asumsi transmitter dan SRE dikalibrasi
dengan output elektronik standar. Jika flow rate 500 USGPM, berapa input dan
output SRE.
Penyelesaian :
(Siswa harus sudah mempelajari pelajaran sebelumnya yaitu tentang perhitungan
range input dan output transmiter {lihat bab berjudul Instrument Fundamental I,
tentang kalibrasi} karena prosedur secara mendetail tidak dibahas pada bab ini).
Input ke pelat orifice
500 USGPM / 1000 US GPM = 0,5 (atau 50%dari range inputnya.
Output dari pelat orifice
(0,5)2 x 100”wc = 25”wc (atau 25% dari range outputnya)
Input yang masuk ke transmiter
0,25 x 100”wc = 25”wc (atau 25% dari range inputnya)
Output dari transmiter
Contoh 2 :
Isi 5 point tabel kalibrasi SRE dari contoh 1 dan gambarkan graphik kalibrasinya.
CALIBRATION TABLE
Square Root Extractor
Input Output
EU* % % EU*
0 0
25
50
75
100 100
* engineering units
Penyelesaian :
CALIBRATION TABLE
Square Root Extractor
Input Output
EU* % % EU*
4 mA 0 0 4 mA
8 mA 25 50 12 mA
12 mA 50 70.7 15.3 mA
16 mA 75 86.6 17.9 mA
20 mA 100 100 20 mA
20
15
output (mA)
10
5 Series1
0
0 25 50 75 100
input (%)
Contoh 3:
Dengan menggunakan alat yang sama seperti pada contoh 1, tentukan flow rate
dan beda tekanan dari pelat orifice jika output SRE 10 mA.
Penyelesaian :
o Flow rate
Output SRE adalah 10 mA atau
10 mA - 4 mA = 37.5%
16 mA
Jika output SRE 37,5% maka flow rate harus 37,5%
Flow rate = 37,5% dari 1000 USGPM = 375 USGPM
o Beda Tekanan
Ada berbagai carayang berbeda untuk menghitung nilai ini, salah satunya
adalah sebagai berikut:
Output SRE adalah 37,5%
Input SRE adalah 14% ((0,3752)
Catatan bahwa fungsi kuadrat adalah melakukan konversi dari output
menjadi input.Karena transmiter adalah alat yang linier maka input dan
outputnya (persentase) harus sama dengan input SRE atau 14%.
Output pelat orifice juga 14%
14% dari 100”wc = 14”wc
untuk mengecek, 14% output pelat orifice harus sebanding dengan input dari
(0.14) = 0.375 atau 37.5 % yang sama seperti perhitungan sebelumnya.
Catatan : Bahwa fungsi akar kuadrat adalah melakukan konversi dari output menjadi
input.
Pada tipe ini, satu probe mempunyai elemen heater yang terpasang
ditempat tersebut, sedang yang lain tidak ada. Ketika level berada diatas dua
probe temperaturnya, dan dalam hal ini resistansinya, maka akan sama dengan
konduktiviti thermal tinggi dari cairan. Ketika level turun dibawah dua probe
tersebut, konduktiviti thermal yang lebih rendah dari gas atau uap yang berada
diatas cairan akan mengakibatkan probe dipanasi sehingga temperaturnya lebih
tinggi dan berarti resistansinya lebih tinggi. Probe dihubungkan dengan
rangkaian jembatan, dan perubahan resistansi dapat digunakan untuk alarm
atau fungsi kontrol.
5.2.6 Pedal Rotasi
Alat ukur pedal rotasi biasanya digunakan sebagai switch level rendah
atau switch level tinggi kemudian dihubungkan ke alarm atau untu kontrol level
zat padat. Pedal dapat terbuat dari tiga atau empat pelat datar atau pedal
fleksibel, atau mungkin dari pedal kawat.
Gambar 5.7. adalah tipe pedal rotasi. Sebuah motor kecil memutar
pedal; ketika level zat padat naik menutupi pedal, pedal berhenti berputar.
Karena ada kenaikan torsi disepanjang batang dari motor ke pedal. Torsi ini
akan menyebabkan arus yang lebih tinggi mengalir pada motor dan arus yang
lebih tinggi tersebut akan digunakan untuk mentripkan switch.
Gambar 5.9. Pengukur (Gauge) Cairan dengan Valve yang Menutup Cepat
Variasi level yang besar akan menyebabkan fluktuasi aliran udara yang
besar juga sehingga mengakibatkan pengukuran yang sangat tidak akurat.
Differential pressure regulator dapat dipasang seperti Gambar 5.13 (b), untuk
mempertahankan tekanan drop konstan pada rotameter dan oleh karena itu
agar aliran gelembung yang keluar lebih seragam.
Akurasi pengukuran level dipengaruhi oleh perubahan density cairan. Dengan
density yang konstan, akurasi dapat berkisar + 1 sampai 2%. Direkomendasikan
jarak antara bagian bawah tangki dengan pipe gelembung tidak lebih kesil dari
75 mm untuk menghindari tesumbatnya pipa karena endapan-endapan yang
terkumpul.
V-notch harus dipotong dibagian bawah pipa sehingga udara dapat
mengalir stabil dan bentuk gelembungnya kecil dibanding biasanya (gelembung
besar). Sistem pipa gelembung yang lebih komplek digunakan untuk mengukur
level pada tangki yang bertekanan atau sistem tertutup. Sistem pipa gelembung
tidak perlu bagian yang bergerak yang berkontak dengan cairan. Oleh karena
itu sistem ini sesuai untuk mengukur cairan atau sluri (lumpur) yang korosif dan
temperatur tinggi. Hanya sebagian pipa atau tabung saja yang terkena terhadap
korosi, sehingga pemeliharaannya murah.
5.3.4 Detektor Level Kotak Diaphragma
Diaphragma dapat digunakan sebagai elemen sensor level baik untuk
tangki terbuka tau tertutup. Salah satu metode pengukuran level denga tangki
terbuka seperti pada Gambar 5.14. Hal ini ada kotak diaphragma yang terdiri
dari dua sisi, masing-masing diaphragmanya fleksibel. Level cairan yang diukur
kontak dengan slah satu sisi diaphragma, sedang sisi yang lain kontak dengan
instrumen level melalui tabung kapiler. Kotak diaphragma dipasang pada titik
tetap, biasanya pada level paling minimum dari jarak tangki terbuka. Kadang-
Gambar sel beban diatas dapt digunakan untuk bebagai aplikasi. Sel
beban hidrolik dapat diganti dengan berbagai tipe sel beban lain, seperti strain
gage, piezoelectric, semikonduktor (piezoelectric) atau sel beban kapasitif.
Meskipun sel beban mahal, mempunyai kelebihan ialah tidak ada yang kontak
dengan isi tangki. Kelemahannya instrumennya tidak akurat bial densiti materi
berubah.
5.3.7 Ultrasonik
Alat ukur level ultrasonik menggunakan perubahan kecepatan suara
melalui suara yang berbeda. Untuk mengukur level zat padat, generator dan
receiver harus ditempatkan dibagian atas tangki; untuk mengukur level cairan,
transmiter dan receiver diletakkan dibagian atas dan bawah tangki. Receiver
akan mencatat lamanya waktu pada saat suara berjalan dari generator ke
permukaan level cairan (atau zat padat) dan kembali kereceiver. Suatu saat
kecepatan sinyal suara melewati material yang diketahui, maka levelnya dapat
ditentukan. Alat ukur tersebut harus ada kompensasi temperatur untuk
5.4 Pelampung
Pelampung/displacer adalah salah satu alat mekanik tersederhana yang
digunakan untuk mengukur level cairan. Pelampung adalah merupakan sebuah obyek
yang mengapung mengikuti level cairan yang ada dalam tangki. Sedangkan displacer
dalam keadaan normal hanya sebagian atau tercelup penuh semuanya kedalam
cairan. Namun kedua sistem adalah sama dan dapat digunakan secara langsung
membaca level secara linier berdasar prinsip Archimedes. Ada banyak desain yang
berbeda yang menggunakan pelampung dan displacer untuk mengukur level dengan
mengikuti metode basik tersebut.
5.4.1 Prinsip Archimedes’
Prinsip Archimedes’ adalah bahwa suatu materi yang tercelup
sebagian atau seluruhnya kedalam suatu cairan akan terkena gaya apung yang
sebanding dengan berat cairan yang dipindahkan. Gaya ini sebanding besarnya
namun arahnya berlawanan.
Contoh 1 :
Jika sebuah pelampung bola sama dengan Gambar 5.18, dengan diameter
0,2 m digunakan untuk mengukur level cairan dengan relatif densiti 0,8,
berapa gaya bola menurun yang diperlukan sehingga ia hanya tercelup
didalam cairan setengahnya saja?
Jawab :
Volume bagian bola yang tercelup adalah sama dengan setengah volume
bola.
Volume cairan yang dipindahkan oleh bola adalah :
V = 1 4 R3
2 3
= 1 4 (0.1 m) 3
2 3
= 0.0021 m3
Gaya bola menurun sama dengan gaya menurun cairan yang dipindahkan.
Gaya cairan yang dipindahkan yang ditemukan dikalikan dengan volume
cairan dikalikan dengan densiti air dikalikan dengan densiti relatif cairan
dikalikan dengan percepatan grafitasi.
Jika density cairan adalah ρw dan luas pada bagian atas dan bagian bawah
pelampung adalah A, maka tekanan yang melawan bagian atas permukaan
silinder adalah :
P1 = gh1
Gaya menurun yang disebabkan oleh P1 adalah:
F1 = P1A
= gh1A
Dengan cara yang sama tekanan yang beraksi pada bagian bawah silinder
adalah:
P2 = gh2
Gaya keatas pada bagian bawah silinder adalah:
F2 = P2A
= gh2A
Dengan demikian gaya apung atau gaya yang kearah atas bersih atau neto
yang beraksi terhadap silinder adalah:
FB = F2 – F1
= gA (h2 - h1)
= gAh, dimana h adalah tinggi silinder dan
= gV, dimana V adalah volume silinder dan V adalah
masa cairan yang dipindahkan.
Gambar 5.23. Alat Ukur Tipe Pelampung dan Tali untuk Tangki Bertekanan