Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

ALIRAN AIR

Disusun oleh:
Reynaldo
18/430249/PA/18762
Geofisika

UNIVERSITAS GADJAH MADA


TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan suatu zat cair yang tidak memilikki rasa,bau, serta
warna yang tersusun atas atom hidrogen dan atom oksigen, dengan rumus
kimia H₂O. Air merupakan senyawa yang penting bagi semua
bentuk kehidupan yang ada di Bumi. Air menutupi hampir 71%
permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³)
tersedia di Bumi. Selain itu, dua per tiga komponen penyusun senyawa
manusia adalah cairan. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan
pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi
juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap
air, dan lautan es. Air sendiri memilikki sebuah siklus dimana disebut
sebagai siklus hidrologi. Siklus hidrologi merupakan siklus dimana air
selalu mengalir dari tempat tinggi dimana dibawa setelah penguapan dari
air laut dan menguap menjadi awan yang kemudian diturunkan melalui
hujan, lalu air hujan tersebut akan mengalir melalui berbagai cara seperti
terserap tanah, dialirkan oleh arus sungai, dan lainnya, hingga bermuara di
laut. Dengan begitu, dapat kita simpulkan bahwa salah satu sifat air yaitu,
mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.

Aliran air merupakan hal yang wajar pada suatu zat cair seperti air
salah satunya. Kemampuan aliran air untuk sampai di hulu tentunya
dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah jenis tanah tempat air
mengalir, kemiringan atau kelandaian daerah aliran, penggunaan lahan di
daerah aliran, volume aliran, kondisi cuaca, curah hujan, dan kondisi
bebatuan. Dalam praktikum kali ini praktikan akan melakukan percobaan
dengan tujuan menentukan waktu paro dari pemerosotan eksponensial
untuk bermacam-macam pipa kapiler.

1.2. Tujuan

1.2.1. Menerapkan dan menginterpretasikan/mengartikan grafik


1.2.2. Menentukan waktu paro dari pemerosotan eksponensial untuk
bermacam-macam pipa kapiler
BAB II
DASAR TEORI

Aliran air merupakan proses yang terjadi di alam secara alami.


Sebagaimana sifat yang dimilikki air yaitu, mengalir dari tempat yang lebih tinggi
ke tempat yang lebih rendah. Setiap fluida tentunya memilikki suatu nilai
kekentalan yang berbeda-beda. Viskositas atau kekentalan dari suatu fluida
sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun
suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling
bergesekan ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan
karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis).
Sedangkan dalam zat gas , viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul
(Bird, 1993). Dengan begitu, viskositas akan mempengaruhi kemampuan suatu
fluida untuk mengalir, bila mana fluida dengan viskositas rendah maka akan lebih
mudah mengalir, contohnya adalah air. Sebaliknya fluida dengan tingkat
viskositas yang tinggi akan sulit untuk mengalir, sebagai contoh adalah madu, oli,
plasma darah, gliserin, dll. Selain koefisien viskositas, hal lain yang mampu
mempengaruhi fluida mengalir ialah suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, maka
semakin berkurang kekentalan zat cair tersebut, sebagai contoh yaitu minyak
goreng ketika dipanaskan akan menjadi lebih cair dari pada sebelum dipanaskan.
Sementara pada zat gas, bila semakin tinggi suhu suatu zat gas, maka akan
semakin kental zat gas tersebut.

Hal-hal yang mempengaruhi viskositas :


2.1. Suhu
Suhu merupakan suatu besaran fisika yang menyatakan tingkat
derajat pada suatu zat/benda. Suhu yang terukur dari suatu zat tersebut
yaitu ukuran panas atau dinginnya zat tersebut secara relatif. Untuk
mengukur suhu secara kuantitatif diperlukan beberapa bagian yang bukan
bergantung kepada cita rasa atau panas dan dingin, melinkan harus kepada
besaran-besaran fisi yang dapat diukur (Sunjaya, 1984). Viskositas
berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan
turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan
partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan
menurunkan kekentalannya.
2.2. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan
kuantitatif antara zat terlarut dengan pelarut ataupun larutan. (Anonim,
2018). Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:
2.2.1. Molaritas
Molaritas adalah jumlah mol zat terlarut dalam satu liter
larutan.
2.2.2. Molalitas
Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram
pelarut.
2.2.3. Fraksi Mol
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumlah mol suatu
komponen dengan jumlah total seluruh komponen dalam satu
larutan. Fraksi mol total selalu satu. Konsentrasi dalam bentuk
ini tidak mempunyai satuan karena merupakan perbandingan.
Fraksi mol dilambangkan dengan X
2.2.4. Normalitas
Normalitas merupakan jumlah mol-ekivalen zat terlarut per
liter larutan.
Nilai viskositas dalam hal ini berbanding lurus dengan konsentrasi
larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi akan memilikki nilai
viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan
banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak
partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi.

2.3. Tekanan
Nilai tekanan berbanding lurus dengan nilai viskositas,
karenaSemakin tinggi nilai tekanan maka semakin besar nilai viskositas
fluida.

Pengukuran nilai viskositas dapat dihitung dengan rumus berikut,


𝜋𝑟 4 𝜌𝑔
𝜂= Dengan keterangan;
8𝐴𝛌𝟐 𝑳

𝜌 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 A = luas penampang


g = gravitasi L = panjang pipa kapiler
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Jangka sorong
3.1.2. 1 buret berkran dalam statif
3.1.3. 1 gelas ukur (beaker glass)
3.1.4. 1 tabung ukur
3.1.5. Stopwatch
3.1.6. Air
3.1.7. Pipa kapiler bermacam ukuran panjang serta diameter

3.2. Skema Penelitian

Gambar 3.2.1. Percobaan dengan pipa kapiler horizontal


Gambar 3.2.2. Percobaan dengan pipa kapiler vertikal

3.3. Tata Laksana Penelitian


 Alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu
 Ukur diameter pipa kapiler yang ingin digunakan dengan jangka
sorong, serta panjang pipa kapiler tersebut
 Pipa kapiler dipasangkan pada buret secara vertikal
 Air dituangkan ke dalam buret hingga tercapai ketinggian yang
diinginkan dan catat ketinggian air tersebut
 Melakukan pengambilan data dengan cara kran pada buret di buka
untuk mengeluarkan air melalui pipa kapiler
 Penurunan ketinggian air setiap 2 detik diamati dan di catat
ketinggiannya
 Lakukan tahap ke-6 hingga air di dalam buret habis
 Ulangi tahap ke-1 hingga ke-7 dengan posisi pipa kapiler diubah
menjadi horizontal
3.4. Analisis data

3.4.1. Metode Regresi


N∑(Xy) − ∑x∑y
m=
N∑x 2 − (∑x)2

2
1 2
(∑x 2 (∑y)2 − 2∑x∑y∑xy + N(∑xy)2
𝑆𝑦 = (∑y − )
𝑁−2 𝑁∑x 2 − (∑x)2

𝑁
𝛥𝑚 = 𝑆𝑦√
𝑁∑x 2 − (∑x)2

1
3.4.2. Menentukan waktu paro 𝑡 2
1
𝑙𝑛2
𝑡2 =
𝛌
1
𝑙𝑛2
𝑡2 = 𝛥𝛌
𝛌
1 1
𝑡 2 ± 𝛥𝑡 2 = (. . ±. . )𝑠

3.4.3. Menentukan viskositas air η


𝜋𝑟 4 𝜌𝑔
𝛌= Keterangan :
8𝐴η𝑳
1𝑔𝑟 1000𝑘𝑔
𝜋𝑟 4 𝜌𝑔 𝜌= =
η= 𝑐𝑚3 𝑚3
8𝐴𝛌𝟐 𝑳 𝑚
𝑔 = 9,8
∂η 𝜋𝑟 4 𝜌𝑔 𝑠2
𝛥η = = 𝛥𝛌
𝜕𝛌 8𝐴𝛌𝟐 𝑳
A = Luas penampang buret = 𝜋𝑟 2 = . . 𝑚2
𝑘𝑔
η ± 𝛥η = (. . ± . . ) 𝑟 = 𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑘𝑎𝑝𝑖𝑙𝑒𝑟 (m)
𝑚𝑠
𝐿 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑘𝑎𝑝𝑖𝑙𝑒𝑟 (𝑚)

3.4.4. Analisa Ralat


1
𝛥ℎ˳ = ∙ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑎𝑙𝑎𝑡
2

ℎ˳ 2 ℎ˳ 2
ℎ˳ 𝜕( )𝛥ℎ 𝜕( )𝛥ℎ˳
𝛥 ( ) = √( ℎ
) +( ℎ
)
ℎ 𝜕ℎ 𝜕ℎ

ℎ˳ 2 𝛥ℎ˳ 2
= √( 2 𝛥ℎ) + ( )
ℎ ℎ

3.4.5. Data

No t(s) h(m) ℎ˳ ℎ˳
ln ( ) ± 𝛥𝑙𝑛 ( )
ℎ ℎ
1
2
...

𝐡 = 𝐡˳𝑒 −𝛌𝐭
ℎ˳
= 𝑒 −𝛌𝐭

ℎ˳
𝑙𝑛 = −𝛌𝐭

y m x

3.4.6. Diplot grafik


1.2

0.8

ln(h/ℎ˳) 0.6

0.4

0.2

0
t(s)

3.4.7. Menentukan tetapan peluruhan


𝑚 ± 𝛥𝑚 = 𝛌 ± 𝛥𝛌
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN

4.1. Data

4.1.1. Percobaan I posisi pipa kapiler horizontal, diameter 0,113mm, h˳=68cm

4.1.1.1. Data percobaan 1 dengan L=9,1cm


NO t(s) h(m) ℎ˳ ℎ˳
ln ( ) ± 𝛥𝑙𝑛 ( )
ℎ ℎ
1 2 95 -0,334 ±
2 4 90,7 -0,288 ±
3 6 86,6 -0,242 ±
4 8 82,3 -0,190 ±
5 10 78,5 -0,144 ±
6 12 75 -0,098 ±
7 14 71,5 -0,050 ±
8 16 68,3 -0,004 ±
9 18 65 0,045 ±
10 20 62 0,092 ±
11 22 58,8 0,145 ±
12 24 56,1 0,192 ±
13 26 53,8 0,234 ±
14 28 50,8 0,292 ±
15 30 48,3 0,342 ±
16 32 46,8 0,374 ±
17 34 44,6 0,422 ±
18 36 42,5 0,470 ±
19 38 40,7 0,513 ±
20 40 39 0,556 ±
21 42 37,5 0,595 ±
22 44 34 0,693 ±
∑ 272 1327,8 3,615 ±
4.1.1.2. Data percobaan 2 dengan L=8,9cm
NO t(s) h(m) ℎ˳ ℎ˳
ln ( ) ± 𝛥𝑙𝑛 ( )
ℎ ℎ
1 2 93 -0,313 ±
2 4 89,6 -0,276 ±
3 6 85,9 -0,234 ±
4 8 81,1 -0,176 ±
5 10 78 -0,137 ±
6 12 74,4 -0,090 ±
7 14 70,6 -0,038 ±
8 16 67 0,015 ±
9 18 64,1 0,059 ±
10 20 61,3 0,104 ±
11 22 58,2 0,156 ±
12 24 55 0,212 ±
13 26 52,5 0,259 ±
14 28 49,8 0,311 ±
15 30 47,5 0,359 ±
16 32 45 0,413 ±
17 34 42,8 0,463 ±
18 36 40,7 0,513 ±
19 38 38,7 0,564 ±
20 40 36,7 0,617 ±
∑ 272 1231,9 2,780 ±

4.1.2. Percobaan II posisi pipa kapiler horizontal, L=9,1cm, h˳=68cm

4.1.2.1. Data percobaan 1 dengan d=0,113mm


NO t(s) h(m) ℎ˳ ℎ˳
ln ( ) ± 𝛥𝑙𝑛 ( )
ℎ ℎ
1 2 95 -0,334 ±
2 4 90,7 -0,288 ±
3 6 86,6 -0,242 ±
4 8 82,3 -0,190 ±
5 10 78,5 -0,144 ±
6 12 75 -0,098 ±
7 14 71,5 -0,050 ±
8 16 68,3 -0,004 ±
9 18 65 0,045 ±
10 20 62 0,092 ±
11 22 58,8 0,145 ±
12 24 56,1 0,192 ±
13 26 53,8 0,234 ±
14 28 50,8 0,292 ±
15 30 48,3 0,342 ±
16 32 46,8 0,374 ±
17 34 44,6 0,422 ±
18 36 42,5 0,470 ±
19 38 40,7 0,513 ±
20 40 39 0,556 ±
21 42 37,5 0,595 ±
22 44 34 0,693 ±
∑ 272 1327,8 3,615 ±

4.1.2.2. Data percobaan 2 dengan d=0,315mm


NO t(s) h(m) ℎ˳ ℎ˳
ln ( ) ± 𝛥𝑙𝑛 ( )
ℎ ℎ
1 2 88,3 -0,261 ±
2 4 78,5 -0,144 ±
3 6 68,3 -0,004 ±
4 8 60,2 0,122 ±
5 10 53,3 0,244 ±
6 12 46,8 0,374 ±
7 14 41,3 0,499 ±
8 16 36 0,636 ±
∑ 272 472,7 1,464 ±
4.1.3. Percobaan I posisi pipa kapiler vertikal, diameter 0,113mm, h˳=68cm

4.1.3.1. Data percobaan 1 dengan L=8,9cm


NO t(s) h(m) ℎ˳ ℎ˳
ln ( ) ± 𝛥𝑙𝑛 ( )
ℎ ℎ
1 2 94 -0,324 ±
2 4 88,4 -0,262 ±
3 6 83,1 -0,201 ±
4 8 78,9 -0,149±
5 10 74,3 -0,089±
6 12 67,8 0,003 ±
7 14 63,7 0,066 ±
8 16 58,3 0,154 ±
9 18 54,5 0,221 ±
10 20 51 0,288 ±
11 22 47,5 0,359 ±
12 24 44,3 0,429 ±
13 26 41,5 0,494 ±
14 28 38,7 0,564 ±
15 30 36,4 0,625 ±
16 32 32 0,754 ±
∑ 272 954,4 2,931 ±

4.1.3.2. Data percobaan 2 dengan L=9,1cm


NO t(s) h(m) ℎ˳ ℎ˳
ln ( ) ± 𝛥𝑙𝑛 ( )
ℎ ℎ
1 2 94,5 -0,329 ±
2 4 89,4 -0,274 ±
3 6 84,7 -0,220 ±
4 8 78,6 -0,145 ±
5 10 74,3 -0,089 ±
6 12 69,7 -0,025 ±
7 14 65,7 0,034 ±
8 16 62,6 0,083 ±
9 18 59,4 0,135 ±
10 20 56,1 0,192 ±
11 22 53,1 0,247 ±
12 24 49,9 0,309 ±
13 26 47,1 0,367 ±
14 28 44,7 0,420 ±
15 30 42 0,482 ±
16 32 39,6 0,541 ±
17 34 37,4 0,598 ±
18 36 35,2 0,658 ±
19 38 32 0,754 ±
∑ 272 1116 3,740 ±

4.1.4. Percobaan II posisi pipa kapiler vertikal, L = 9,1cm, h˳=68cm

4.1.4.1. Data percobaan 1 dengan d=0,315mm


NO t(s) h(m) ℎ˳ ℎ˳
ln ( ) ± 𝛥𝑙𝑛 ( )
ℎ ℎ
1 2 82,3 -0,191 ±
2 4 68 0±
3 6 54,6 0,219±
4 8 42,4 0,472±
5 10 32 0,754±
∑ 272 279,3 1,255±

4.1.4.2. Data percobaan 2 dengan d=0,113mm


NO t(s) h(m) ℎ˳ ℎ˳
ln ( ) ± 𝛥𝑙𝑛 ( )
ℎ ℎ
1 2 94,5 -0,329 ±
2 4 89,4 -0,274 ±
3 6 84,7 -0,220 ±
4 8 78,6 -0,145 ±
5 10 74,3 -0,089 ±
6 12 69,7 -0,025 ±
7 14 65,7 0,034 ±
8 16 62,6 0,083 ±
9 18 59,4 0,135 ±
10 20 56,1 0,192 ±
11 22 53,1 0,247 ±
12 24 49,9 0,309 ±
13 26 47,1 0,367 ±
14 28 44,7 0,420 ±
15 30 42 0,482 ±
16 32 39,6 0,541 ±
17 34 37,4 0,598 ±
18 36 35,2 0,658 ±
19 38 32 0,754 ±
∑ 272 1116 3,740 ±

4.2. Grafik

Data 1 Data 2
0.8

0.6

0.4

ln(ℎ˳/ℎ) 0.2

0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44
-0.2

-0.4
t(s)
Gambar 4.2.1. Percobaan I pipa kapiler horizontal
Data 1 Data 2
0.8

0.6

0.4

ln(ℎ˳/ℎ) 0.2

0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44
-0.2

-0.4
t(s)
Gambar 4.2.2. Percobaan II pipa kapiler horizontal

Data 1 Data 2
1

0.8

0.6

0.4
ln(ℎ˳/ℎ)
0.2

0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
-0.2

-0.4
t(s)
Gambar 4.2.3. Percobaan I pipa kapiler vertikal
Data 1 Data 2
1

0.8

0.6

0.4
ln(ℎ˳/ℎ)
0.2

0
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
-0.2

-0.4
t(s)
Gambar 4.2.4. Percobaan II pipa kapiler vertikal

4.3. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu aliran air ditujukan untuk menentukan waktu
paro dari pemerosotan eksponensial untuk bermacam-macam pipa kapiler.
Praktikan melakukan 6 kali percobaan dengan 2 variasi diameter pipa kapiler dan
panjang pipa kapiler serta posisi pemasangan pipa kapiler secara horizontal dan
vertikal. Percobaan pertama, praktikan memasang pipa kapiler pada posisi
horizontal dengan d=0,113mm dan L=9,1cm ; d=0,113mm dan L=8,9cm;
d=0,315mm dan L=9,1cm. Pada percobaan kedua praktikan memasang pipa
kapiler pada posisi vertikal dengan d=0,113mm dan L=8,9cm ; d=0,113mm dan
L=9,1cm; d=0,315mm dan L=9,1cm.
Metode yang digunakan dalam praktikum aliran air ini adalah metode
regresi untuk mencari nilai waktu paro dari berbagai variasi pipa kapiler baik
posisi, diameter, maupun panjang dari pipa itu sendiri. Berdasarkan interpretasi
data dalam bentuk grafik pada gambar 4.2.1. menunjukkan bila data ke-1 pada
posisi horizontal dengan diameter sama 0,113mm dan L=9,1cm membutuhkan
waktu lebih lama agar air habis dibandingkan dengan data ke-2 dengan L=8,9cm.
Sementara itu pada gambar 4.2.2. menunjukkan data ke-1 dan ke-2 disamakan
pada L=9,1cm dan pipa kapiler dipasang dalam posisi horizontal. Akan tetapi
data ke-2 dengan diameter 0,315mm lebih cepat habis air yang keluar dari buret
ketika kran dibuka dibandingkan dengan data ke-1 dengan diameter 0,113mm.
Pada gambar 4.2.3. dapat terlihat data ke-1 dan ke-2 disamakan pada
diameter=0,113mm dan pipa kapiler dipasang dalam posisi vertikal. Akan tetapi
data ke-2 dengan L=9,1cm membutuhkan waktu lebih lama untuk air habis
dibandingkan dengan data ke-1 L=8,9cm. Hal ini menunjukkan bahwa baik pipa
kapiler dipasang dalam posisi vertikal maupun horizontal dengan keadaan
diameter yang dibuat sama, menyebabkan air yang lebih cepat habis hanyalah
dipengaruhi perbedaan panjang pipa kapiler, dimana semakin panjang pipa
kapiler maka waktu untuk air keluar hingga habis dari buret membutuhkan waktu
lebih lama. Berdasarkan gambar 4.2.4. menunjukkan data ke-1 dan ke-2
disamakan pada L=9,1cm dan pipa kapiler dipasang dalam posisi vertikal. Pada
data ke-2 air dalam buret lebih lama habis dikarenakan diameter yang lebih kecil
yaitu 0,113mm sementara data ke-1 dengan diameter pipa kapiler 0,315mm. Hal
ini menunjukkan bahwa pipa kapiler yang dipasang secara vertikal ataupun
horizontal dengan panjang pipa kapiler yang sama, hanya dipengaruhi oleh
diameter pipa kapiler itu sendiri. Melalui data yang diinterpretasikan dalam grafik
tersebut dapat terlihat secara jelas bahwa perbedaan nilai waktu paro yang terlihat
lebih jelas terdapat pada perbedaan diameter dengan panjang pipa kapiler yang
disamakan, sementara pada perbedaan panjang pipa kapiler dengan diameter
sama hanya terjadi sedikit saja perbedaan waktu. Hal lainnya yang diperhatikan
adalah posisi pipa kapiler antara vertikal dengan horizontal tidaklah terlihat
begitu signifikan akan tetapi bila diperhatikan kembali, perbedaan antara gambar
4.2.1. dengan 4.2.3 menggunakan panjang serta diameter pipa kapiler yang sama
pada data 1 dan 2 tersebut. Akan tetapi pada posisi vertikal waktu yang diperlukan
agar air habis dalam buret lebih cepat bila dibandingkan dengan keadaan posisi
vertikal. Keadaan tersebut juga terjadi dengan perbandingan gambar 4.2.2. dan
4.2.4.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1.1. Sifat fluida selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah
5.1.2. Fluida memlikki nilai viskositas, yaitu kekentalan yang mampu mempengaruhi laju
perpindahan atau mengalirnya fluida dari tempat tinggi ke yang lebih rendah
5.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses aliran air antara lain, panjang pipa kapiler,
diameter pipa kapiler, dan posisi pipa kapiler
5.1.4. Semakin besar diameter pipa kapiler, maka semakin cepat pula air keluar dengan begitu
hanya memerlukan waktu yang sedikit
5.1.5. Semakin panjang pipa kapiler maka memerlukan waktu yang lebih banyak agak air bisa
keluar

5.2. Saran
Sebaiknya pada saat praktikum, praktikan memahami dan menguasai materi yang
diinginkan serta langkah-langkah percobaan sehingga tidak terjadi kesalahan. Selain itu
praktikan harus lebih teliti saat pengambilan data serta diharapkan bahwa praktikan melakukan
percobaan dengan teliti dan hati-hati dan melakukan pengecekan alat terlebih dahulu sebelum
digunakan. Hal terakhir adalah praktikan diharapkan melakukan perhitungan dengan baik
dengan bantuan Ms. Excel dikarenakan metode yang digunakan adala regresi yang
memerlukan ketelitian tinggi dalam menghitung.
LAMPIRAN

Ln
t (h0
(s) Ln /h)
= h (h0/h) = ±
NO h0/h X2 Y2 X.Y (∑X)2 (∑Y)2 (∑XY)2
SU (m) SUMBU ∆L
MB Y n
UX (h0
/h)
- -
0,72340 0,32378 0,10483 0,64757
1. 2 94 4255 7077 4 8071 4154
- -
88, 0,76923 0,26236 0,06883 1,04945
2. 4 4 0769 4264 16 5007 7058
- -
83, 0,81829 0,20053 0,04021 1,20322
3. 6 1 1215 6997 36 5087 198
- -
78, 0,86185 0,14867 0,02210 1,18938
4. 8 9 0444 3523 64 3816 8181
- -
74, 0,91520 0,08860 10 0,00785 0,88603
5. 10 3 8614 3247 0 0535 2465
67, 1,00294 0,00294 14 8,67603 0,03534
6. 12 8 9853 551 4 E-06 6123
63, 1,06750 0,06532 19 0,00426 0,91452
7. 14 7 3925 3143 6 7113 3996
58, 1,16638 0,15390 25 0,02368 2,46248
8. 16 3 0789 5612 6 6937 9789
54, 1,24770 0,22130 32 0,04897 3,98352
9. 18 5 6422 7004 4 679 6063
1,33333 0,28768 40 0,08276 5,75364
10. 20 51 3333 2072 0 0975 1449
47, 1,43157 0,35877 48 0,12872 7,89311
11. 22 5 8947 7994 4 1649 5871
44, 1,53498 0,42852 57 0,18363 10,2845
12. 24 3 8713 3028 6 1986 5268
41, 1,63855 0,49381 67 0,24385 12,8391
13. 26 5 4217 4278 6 2541 7123
38, 1,75710 0,56366 78 0,31772 15,7827
14. 28 7 5943 8105 4 1733 0694
36, 1,86813 0,62493 90 0,39054 18,7481
15. 30 4 1868 8931 0 8667 6792
0,75377 10 0,56817 24,1206
16. 32 32 2,125 1802 24 193 9768
27 95 20,2612 2,93069 59 2,23619 97,8422 7398 8,5889 9573,1
∑ 2 4,4 1931 2371 84 1514 6589 4 57776 08994
m2 =0,001246739
m =0,035309188
Sy2 =0,000272639
Sy =0,016511793

waktu paroh= 19,63078794


∆ waktu paroh= 0,24892859

Ln
t (h0
(s) Ln /h)
NO = h (h0/h) = ±
h0/h X2 Y2 X.Y (∑X)2 (∑Y)2 (∑XY)2
. SU (m) SUMBU ∆L
MB Y n
UX (h0
/h)
- -
94, 0,71957 0,32909 0,10830 0,65818
1. 2 5 672 2129 4 163 4259
- -
89, 0,76062 0,27361 0,07486 1,09445
2. 4 4 6398 2977 16 4061 1908
- -
84, 0,80283 0,21960 0,04822 1,31764
3. 6 7 353 7896 36 7628 7379
- -
78, 0,86513 0,14486 0,02098 1,15891
4. 8 6 9949 3994 64 5577 1954
- -
74, 0,91520 0,08860 10 0,00785 0,88603
5. 10 3 8614 3247 0 0535 2465
- -
69, 0,97560 0,02469 14 0,00060 0,29631
6. 12 7 9756 2613 4 9725 1351
65, 1,03500 0,03440 19 0,00118 0,48172
7. 14 7 761 878 6 3964 2916
62, 1,08626 0,08274 25 0,00684 1,32387
8. 16 6 1981 2427 6 6309 8833
59, 1,14478 0,13521 32 0,01828 2,43384
9. 18 4 1145 3479 4 2685 2619
56, 1,21212 0,19237 40 0,03700 3,84743
10. 20 1 1212 1893 0 6945 7853
53, 1,28060 0,24733 48 0,06117 5,44127
11. 22 1 2637 0777 4 2513 7092
49, 1,36272 0,30948 57 0,09578 7,42768
12. 24 9 5451 6702 6 2019 0858
47, 1,44373 0,36723 67 0,13486 9,54810
13. 26 1 673 4704 6 1328 2308
44, 1,52125 0,41953 78 0,17600 11,7469
14. 28 7 2796 4204 4 8948 577
1,61904 0,48183 90 0,23216 14,4551
15. 30 42 7619 8087 0 7942 4261
39, 1,71717 0,54067 10 0,29233 17,3017
16. 32 6 1717 8587 24 3334 1478
37, 1,81818 0,59783 11 0,35740 20,3264
17. 34 4 1818 7001 56 9079 5803
35, 1,93181 0,65846 12 0,43357 23,7046
18. 36 2 8182 1623 96 1708 1841
0,75377 14 0,56817 28,6433
19. 38 32 2,125 1802 44 193 2849
38 11 24,3367 3,74043 98 2,67563 141,270 1444 13,990 19957,
∑ 0 16 0387 7209 80 7862 6232 00 87051 38897

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Air. https://id.wikipedia.org/wiki/Air, diakses 18


November 2018.
Anonim. 2013. Viskositas. http://fisikazone.com/viskositas/, diakses 18
November 2018.
Anonim. 2018. Konsentrasi Larutan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Konsentrasi_Larutan, diakses 18 November 2018.
Anonim. 2018. Konesntrasi Larutan.
https://kimiaituasik18.wordpress.com/konsentrasi-larutan/materi-konsentrasi-
larutan/, diakses 18 November 2018
Staf Laboratorium Fisika Dasar. 2018. Buku Panduang Fisika Dasar
Semester I, Jurusan Fisika. Yogyakarta : Laboratorium Fisika Dasar Jurusan
Fisika FMIPA UGM.

Yogyakarta, 22 November 2018

Asisten Lab, Praktikan,

(Dina Wardiningsih) (Reynaldo)

Anda mungkin juga menyukai