Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Dalam praktikum idnetifikasi mineral ini, praktikan diminta untuk dapat mengidentifikasi
suatu mineral berdasarkan sifat-sifat fisik mineral tersebut. Sifat fisik dari mineral sendiri meliputi
warna, kilap, cerat, kekerasan, kemagnetan, belahan, pecahan, diafenitas, dan bentuk kristal nya.
Praktikan juga diminta untuk membuat sketsa dari mineral yang mereka identifikasi serta
menetukan nama kristal tersebut berdasarkan sifat-sifat fisiknya. Praktikan juga menggunakan HCL
0,1 M untuk menguji apakah mineral tersebut berekasi dengan larutan asam atau tidak. Apabila
suatu mineral bereaksi dengan larutan asam, maka mineral tersebut mengandung unsur karbonat
(CO3).

Warna mineral adalah kesan mineral apabila mineral tersebut terkena oleh cahaya. Warna
mineral sendiri terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu mineral dengan warna idiokromatik dan mineral
dengan warna allokromatik. Mineral dengan warna idiokromatik adalah mineral-mineral yang
memiliki warna yang tetap yang biasanya tidak dapat ditembus oleh cahaya. Sedangkan mineral
Allokromatik adalah mineral-mineral yang memiliki warna yang tidak tetap yang bergantung pada
lingkungan atau zat pengotor mineral yang bersangkutan. Mineral Allokromatik ini terbagi lagi
menjadi 3 jenis yang kemudia diseut sebagai diafenitas mineral. Pertama adalah mineral yang
transparent, yaitu mineral-mineral yang dapat ditembus dengan baik oleh cahaya. Kedua adalah
mineral translucent, yaitu mineral-mineral yang masih dapat ditembus oleh cahaya meskipun
dengan samar-samar. Dan yang ketiga adalah mineral opaque, yaitu mineral ayng tidak dapat
ditembus oleh cahaya.

Kilap (Luster) adalah kesan yang ditimbulkan oleh mineral ketika mineral tersebut terkena
pantulan cahaya. Kilap pada mineral dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kilap logam dan kilap non-
logam. kilap non-logam sendiri tetrbagi lagi menjadi 6 jenis, yaitu kilap kaca (Vitreous), kilap intan
(adamantine), kilap sutera (silky), kilap mutiara (pearly), kilap lemak (greasy)-kilap damar
(resinous), serta kilap tanah (dull/earthy).

Cerat (streak) adalah warna mineral dalam keadaan bubuk atau serbuk. cerat terkadang juga
bisa berbeda dengan warna mineral yang tampak oleh mata. Cerat ini bisa diamati apabila mineral
tersebut dalam keadaan tergores atau apapun itu yang terpenting harus dalam keadaan bubuk.
Adapun ketahanan mineral terhadap goresan diatur dalam suatu sistem kekerasan yang dikenal
dengan sebutan skala mohs dari 1 -10 (dari yang terlunak hingga terkuat). Selain itu dalam
praktiknya kekerasan mineral juga dapat diuji dengan alat-alat penguji kekerasan mineral.

SKALA MINERAL
MOHS SKALA ALAT PENGUJI
1 Talk MOHS
2 Gypsum 2,2 – 2,5 Kuku
3 Calcite 3,0 Jarum
4 Fluorite 3 – 3,5 Uang Logam
5 Apatite Tembaga
6 Orthoclase 4 – 4,5 Paku baja
7 Quartz 5 – 5,5 Pisau
8 Topaz 5,5 Pecahan Kaca
9 Corundum 6–7 Kikir Baja
10 Diamond 8 - 9 Amplas Kasar
gambar 1.1 Tabel skala mohs mineral (kiri) dan tabel alat uji kekerasan mineral (kanan)
kemagnetan adalah reaksi mineral jika didekatkan dengan magnet. Kemagnetan pada
mineral dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu mineral ferromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik.
Yang pertama mineral ferromagnetik, yaitu mineral-mineral yang dapat ditarik dengan kuat oleh
magnet. Yang kedua mineral paramagnetik, yaitu mineral-mineral yang masih dapat ditarik oleh
magnet dengan lemah. Dan yang ketiga mineral diamagnetik, yaitu mineral-mineral yang sama
sekali tidak dapat ditarik oleh magnet.

Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuanya dalam membelah melalui


bidang yang rata. Berdasarkan kesempurnaan bidang belahanya, bidang belah mineral
dikelompokan menjadi 5 jenis, yaitu belahan sangat sempurna, belahan sempurna, belahan jelas
(tegas), belahan tidak sempurna, dan belahan buruk. Namun apabila belahan pada mineral
dikelompokan berdasarkan jumlah arah bidang belahanya, maka akan terbagi menjadi 7 jenis, yaitu
belahan satu arah, belahan 2 arah dengan sudut 90°, belahan 2 arah dengan sudut tidak 90°, belahan
3 arah dengan sudut 90°, belahan 3 arah dengan sudut tidak 90°, belahan 4 arah, serta belahan 6
arah.

Pecahan (fracture) adalah kemampuan suatu mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak
rata atau tidak teratur. Pecahan pada mineral dikelompokan menjadi 5 jenis, yaitu pecahan
konkoidal, pecahan berserat (splintery), pecahan tidak rata (uneven), pecahan rata (even), dan
pecahan runcing (hackly).

Bentuk kristal atau yang dikenal juga sebagai sistem kristal terbagi menjadi 7 jenis.
Pembagian bentuk kristal ini didasarkan pada jumlah sumbu kristal, letak sumbu kristal, serta
parameter yang digunakan masing-masing sumbu kristal. Ketujuh bentuk kristal tersebut adalah
isometrik (cubic), tetragonal, ortorombik, monoklin, triklin, heksagonal, serta trigonal.

SISTEM KRISTAL JUMLAH SUMBU PANJANG SUMBU LETK SUMBU


KRISTAL KRISTAL KRISTAL
Isometrik (cubic) 3 a=b=c a┴b┴c
Tetragonal 3 a=b≠c a┴b┴c
Orthorombik 3 a≠b≠c a┴b┴c
Monoklin 3 a≠b≠c a┴b┴c
Triklin 3 a≠b≠c a┴b┴c
Heksagonal 4 a=b=d≠c (a, b, d ┴ c) (a ┴ b ┴ d)
Trigonal 4 a=b=d≠c (a, b, d ┴ c) (a ┴ b ┴ d)
Gambar 1.2 tabel pengelompokan sistem kristal

Praktikan melalukan indentifikasi pada 5 mineral yang berbeda. Berikut adalah hasil
indentifiaksi mineral yang dilakukan oleh praktikan pada mineral pertama dengan kode mineral
M03. Ketika dilihat oleh mata secara langsung warna mineral tersebut adalah putih dan berkilap
kaca karena memiliki karakteristik yang menyerupai kaca. Ketika mineral tersebut digores dengan
menggunakan uang logam dari tembaga, mineral tersebut tergores sehingga dapat disimpulkan
bahwa mineral tersebut memiliki kekerasan 3,5 – 4,0 dalam skala mohs dan hasil goresan mineral
tersebut berwarna putih yang menandakan bahwa cerat dari mineral tersebut juga berwarna putih.
Ketika mineral tersebut didekatkan dengan magnet, mineral tersebut tidak menujukan adanya gejala
interkasi saling tarik menarik dengan magnet, sehingga praktikan menyimpulkan bahwa mineral
tersebut tergolong mineral diamagnetik. Ketika diamati lebih jauh, mineral tersebut memiliki
bentuk kristal trigonal dengan belahan 3 arah dan pecahan konkoidal. Ketika praktikan
menyorotkan cahaya (flash smartphone) pada mineral tersbut, terlihat bahwa mineral tersebut dapat
ditembus oleh cahaya namun hanya samar-samar, sehingga praktikan menyimpulkan bahwa
diafenitas mineral tersebut adalah translucent. Kemudian praktikan melakukan uji mineral dengan
menggunakan larutan HCL 0,1 M. Ketika mineral tersebut ditetesi oleh larutan HCL 0,1 M, mineral
tersebut mengeluarkan gelembung-gelembung (buih) yang artinya mineral tersebut mengandung
unsur karbonat (CO3) karena dapat berinteraksi dengan larutan asam. Berdasarkan karakteristik
fisika dari mineral M03, praktikan dapat menyimpulkan bahwa mineral tersbut adalah mineral
Dolomite dengan rumus kimia MgCaCO3.

Kemudian praktikan melakukan pengamatan kedua pada mineral yang memiliki kode M26.
Berikut adalah hasil identifikasi mineral M26 yang telah dilakukan oleh praktikan. Ketika dilihat
oleh mata secara langsung mineral tersebut tidak memiliki warna atau colorless (bening) dan
berkilap kaca karena memiliki karakteristik yang menyerupai kaca. Ketika mineral tersebut digores
dengan menggunakan uang logam dari tembaga, mineral tersebut tergores sehingga dapat
disimpulkan bahwa mineral tersebut memiliki kekerasan 3,0 – 3,5 dalam skala mohs dan hasil
goresan mineral tersebut berwarna putih yang menandakan bahwa cerat dari mineral tersebut juga
berwarna putih. Ketika mineral tersebut didekatkan dengan magnet, mineral tersebut tidak
menujukan adanya gejala interkasi saling tarik menarik dengan magnet, sehingga praktikan
menyimpulkan bahwa mineral tersebut tergolong mineral diamagnetik. Ketika diamati lebih jauh,
mineral tersebut memiliki bentuk kristal trigonal dengan belahan 3 arah dan pecahan konkoidal.
Ketika praktikan menyorotkan cahaya (flash smartphone) pada mineral tersebut, terlihat bahwa
mineral tersebut dapat ditembus oleh cahaya namun hanya samar-samar, sehingga praktikan
menyimpulkan bahwa diafenitas mineral tersebut adalah translucent. Kemudian praktikan
melakukan uji mineral dengan menggunakan larutan HCL 0,1 M. Ketika mineral tersebut ditetesi
oleh larutan HCL 0,1 M, mineral tersebut mengeluarkan gelembung-gelembung (buih) yang artinya
mineral tersebut mengandung unsur karbonat (CO3) karena dapat berinteraksi dengan larutan asam.
Berdasarkan karakteristik fisika dari mineral M26, praktikan dapat menyimpulkan bahwa mineral
tersbut adalah mineral kalsit dengan rumus kimia CaCO3.

Kemudian praktikan melakukan pengamatan ketiga pada mineral yang memiliki kode M02.
Berikut adalah hasil identifikasi mineral M02 yang telah dilakukan oleh praktikan. Ketika dilihat
oleh mata secara langsung mineral tersebut memiliki warna hitam dan berkilap intan karena
memiliki karakteristik yang menyerupai intan yaitu yang sangat berkilau. Ketika mineral tersebut
digores dengan menggunakan kuku jari, mineral tersebut tergores sehingga dapat disimpulkan
bahwa mineral tersebut memiliki kekerasan 2,5 – 3,0 dalam skala mohs dan hasil goresan mineral
tersebut tidak berwarna yang menandakan bahwa cerat dari mineral tersebut juga tidak berwarna.
Ketika mineral tersebut didekatkan dengan magnet, mineral tersebut tidak menujukan adanya gejala
interkasi saling tarik menarik dengan magnet, sehingga praktikan menyimpulkan bahwa mineral
tersebut tergolong mineral diamagnetik. Ketika diamati lebih jauh, mineral tersebut memiliki
bentuk kristal triklin dengan belahan 1 arah dan pecahan konkoidal. Ketika praktikan menyorotkan
cahaya (flash smartphone) pada mineral tersebut, terlihat bahwa mineral tersebut tidak dapat
ditembus oleh cahaya, sehingga praktikan menyimpulkan bahwa diafenitas mineral tersebut adalah
opaque. Kemudian praktikan melakukan uji mineral dengan menggunakan larutan HCL 0,1 M.
Ketika mineral tersebut ditetesi oleh larutan HCL 0,1 M, mineral tersebut tidak memberikan gejala
reaksi apapun, yang artinya mineral tersebut tidak mengandung unsur karbonat (CO3) karena tidak
bereaksi dengan larutan asam. Berdasarkan karakteristik fisika dari mineral M03, praktikan dapat
menyimpulkan bahwa mineral tersbut adalah mineral Biotite dengan rumus kimia
K(Mg,Fe2+)3Si3O10 (OH,F)2.

Kemudian praktikan melakukan pengamatan keempat pada mineral yang memiliki kode
M22. Berikut adalah hasil identifikasi mineral M22 yang telah dilakukan oleh praktikan. Ketika
dilihat oleh mata secara langsung mineral tersebut memiliki warna kuning dan berkilap kaca karena
memiliki karakteristik yang menyerupai kaca. Ketika mineral tersebut digores dengan
menggunakan kikir baja, mineral tersebut tergores sehingga dapat disimpulkan bahwa mineral
tersebut memiliki kekerasan 7,0 dalam skala mohs dan hasil goresan mineral tersebut berwarna
putih yang menandakan bahwa cerat dari mineral tersebut juga berwarna putih. Ketika mineral
tersebut didekatkan dengan magnet, mineral tersebut tidak menujukan adanya gejala interkasi saling
tarik menarik dengan magnet, sehingga praktikan menyimpulkan bahwa mineral tersebut tergolong
mineral diamagnetik. Ketika diamati lebih jauh, mineral tersebut memiliki bentuk kristal
heksagonal dengan pecahan konkoidal dan tidak memiliki bidang belah. Ketika praktikan
menyorotkan cahaya (flash smartphone) pada mineral tersebut, terlihat bahwa mineral tersebut
dapat ditembus oleh cahaya dengan sangat baik, sehingga praktikan menyimpulkan bahwa
diafenitas mineral tersebut adalah transparent. Kemudian praktikan melakukan uji mineral dengan
menggunakan larutan HCL 0,1 M. Kemudian praktikan melakukan uji mineral dengan
menggunakan larutan HCL 0,1 M. Ketika mineral tersebut ditetesi oleh larutan HCL 0,1 M, mineral
tersebut tidak memberikan gejala reaksi apapun yang artinya mineral tersebut tidak mengandung
unsur karbonat (CO3) karena tidak bereaksi dengan larutan asam. Berdasarkan karakteristik fisika
dari mineral M22, praktikan dapat menyimpulkan bahwa mineral tersbut adalah mineral kuarsa
dengan jenis Citrine Q.Z. (karena memiliki warna kuning) dengan rumus kimia SiO2.

Kemudian praktikan melakukan pengamatan kelima pada mineral yang memiliki kode M01.
Berikut adalah hasil identifikasi mineral M01 yang telah dilakukan oleh praktikan. Ketika dilihat
oleh mata secara langsung mineral tersebut memiliki warna putih-keabuan dan memiliki kilap
mutiara karena ketika mineral tersebut disentuh terdapat struktur mineral yang berserabut. Ketika
mineral tersebut digores dengan menggunakan pecahan kaca, mineral tersebut tergores sehingga
dapat disimpulkan bahwa mineral tersebut memiliki kekerasan 6,0 - 6,5 dalam skala mohs dan hasil
goresan mineral tersebut berwarna putih yang menandakan bahwa cerat dari mineral tersebut juga
berwarna putih. Ketika mineral tersebut didekatkan dengan magnet, mineral tersebut tidak
menujukan adanya gejala interkasi saling tarik menarik dengan magnet, sehingga praktikan
menyimpulkan bahwa mineral tersebut tergolong mineral diamagnetik. Ketika diamati lebih jauh,
mineral tersebut memiliki bentuk kristal triklin dengan pecahan uneven (tidak merata) dan memiliki
bidang belah 2 arah tidak tegak lurus. Ketika praktikan menyorotkan cahaya (flash smartphone)
pada mineral tersebut, terlihat bahwa mineral tersebut tidak dapat ditembus oleh cahaya, sehingga
praktikan menyimpulkan bahwa diafenitas mineral tersebut adalah opaque. Kemudian praktikan
melakukan uji mineral dengan menggunakan larutan HCL 0,1 M. Kemudian praktikan melakukan
uji mineral dengan menggunakan larutan HCL 0,1 M. Ketika mineral tersebut ditetesi oleh larutan
HCL 0,1 M, mineral tersebut tidak memberikan gejala reaksi apapun yang artinya mineral tersebut
tidak mengandung unsur karbonat (CO3) karena tidak bereaksi dengan larutan asam. Berdasarkan
karakteristik fisika dari mineral M01, praktikan dapat menyimpulkan bahwa mineral tersbut adalah
mineral oligoklas dengan rumus kimia (Na-Ca)AlSi2O8.

Anda mungkin juga menyukai