Geothermal Penelitian
Isal Padjeko
ABSTRAK
Berdasarkan hasil survey Direktorat Vulkanologi dan Pertamina dibantu pemerintah Prancis dan New
Zealeand terdapat 256 lokasi prospek panas bumi di Indonesia. Salah satunya terdapat di Desa
Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ditandai oleh adanya
sumber mata air panas yang dikenal sebagai Pemandian Air Panas Parang Wedang. Sumber mata air
panas tersebut merupakan salah satu indikator keterdapatan sistem panas bumi di bawah permukaan
sehingga mendorong peneliti untuk memodelkan sistem panas bumi dan kondisi geologi yang
mengontrol panas bumi pada daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pemetaan geologi dan remote sensing (GIS) dengan data pendukung berupa data geofisika dan
geokimia. Berdasarkan hasil pemetaan dan analisis citra, diketahui batuan yang berperan sebagai
reservoir yaitu batuan breksi gunungapi berumur Tersier Miosen yang diduga berasal dari gunungapi
purba Parangtritis. Panas bumi di daerah penelitian diinterpretasikan dikontrol oleh aktivitas non-
vulkanik yaitu struktur geologi berupa sesar mendatar yang berarah Barat Laut–Tenggara sebagai jalur
keluarnya fluida geotermal ke permukaan dengan tipe fluida chlorida. Suhu mata air panas di
permukaan berkisar antara 47ºC - 49ºC dan suhu bawah permukaan 115oC. Potensi panas bumi masuk
dalam kategori entalphi rendah (<125oC).
Kata Kunci : manifestasi geotermal non-nulkanik, pemetaan geologi, remote sensing (GIS)
1. Pendahuluan
Meningkatnya kebutuhan akan energi serta meningkatnya harga minyak pada saat ini,
telah memacu negara-negara di dunia, termasuk Amerika Serikat untuk mengurangi
ketergantungan pada minyak dengan cara memanfaatkan energi panas bumi. Saat ini energi
panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24 Negara, termasuk Indonesia.
Disamping itu fluida panas bumi juga dimanfaatkan untuk sektor non-listrik di 72 negara,
antara lain untuk pemanasan ruangan, pemanasan air, pemanasan rumah kaca, pengeringan
hasil produk pertanian, pemanasan tanah, pengeringan kayu, kertas dll.
Pemanfaatan panas bumi di Indonesia sendiri masih terbilang belum optimal, karena
sebagian besar listrik yang didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia sekitar 88% disuplai
lewat pembangkit listrik berbahan bakar fosil, batubara, Bahan Bakar Minyak (BBM)
sedangkan pemanfaatan panas bumi hanya sedikit untuk pembangkit listrik di Indonesia. Hal
ini sebenarnya harus diubah karena berdasarkan hasil survey Direktorat Vulkanologi dan
Pertamina dibantu pemerintah Prancis dan New Zealeand terdapat 256 lokasi prospek panas
bumi di Indonesia. Maka Indonesia sendiri memiliki potensi sumber energi panas bumi yang
1065
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA
banyak dan berlimpah bahkan untuk skala dunia Indonesia dikategorikan sebagai negara
urutan ketiga. Sehingga potensi tersebut dapat didayagunakan secara optimal.
Potensi panas bumi di Indonesia tersebar pada dua lingkungan geologi, yaitu
lingkungan vulkanik dan non-vulkanik. Pada daerah panas bumi yang berasosiasi dengan
lingkungan vulkanik, saat ini sudah banyak yang dikembangkan dan menghasilkan energi
listrik yang bisa dimanfaatkan. Sedangkan pada daerah panas bumi yang terdapat pada
lingkungan non-vulkanik masih belum dikembangkan dengan optimal. Oleh karena itu,
penelitian ini berupaya untuk mengumpulkan dan mengevaluasi data dan informasi
kepanasbumian terutama data geosains dengan tujuan untuk memahami karakteristik sistem
panas bumi non-vulkanik di Indonesia teristimewa padal lokasi penelitian.
Hal tersebut mendorong peneliti melakukan penelitian guna mengidentifikasi potensi
geotermal non Vulkanik di Parang Wedang, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta melalui metode remote senssing, pemetaan geologi, geofisika serta
geokimia. Daerah penelitian terletak pada koordinat 110o19’00” BT – 110o20’00” BT dan
08o00’30” LS – 08o01’30” LS. Lokasi penelitian terletak 28 kilometer sebelah selatan Kota
Yogyakarta. (Gambar 1).
2. Metode Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian tersebut peneliti mengunakan beberapa metode penelitian
diantaranya;
2.1. Metode Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi dilakukan pada lokasi penelitian dengan luasan kapling 2 km x 2
km untuk mengamati serta mengetahui kondisi geomorfologi, persebaran litologi, struktur
geologi penyusun lokasi penelitian. Pemetaan ini dilakukan selama 2 hari secara langsung
di lapangan guna mengumpulkan data geologi permukaan daerah penelitian. Kemudian
data-data tersebut diolah menjadi sebuah peta geologi.
1066
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA
3. Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa data guna menginterpretasi serta
memahami sistem panas bumi pada lokasi penelitian. Data-data tersebut diuraikan sebagai
berikut;
Data geologi yang dihasilkan adalah sebuah peta geologi yang menyajikan penyebaran
litologi serta struktur geologi pada lokasi penelitian. Data geologi ini merupakan data primer
yang diambil secara langsung di lapangan. (Gambar 2). Data remote senssing berupa citra
landsat 8 dengan resolusi 60 m dari objek penelitian. Data remote senssing dipakai untuk
mendeteksi thermal surface pada daerah penelitian yang dicirikan dengan adanya degradasi
warna sesuai intensitas panas permukaan yang terekam pada citra. Warna biru mencirikan
daerah dengan low temperature¸sedangkan warna merah mencirikan daerah dengan high
temperature.(Gambar 3). Data geofisika berupa data anomali medan magnet yang digunakan
dalam interpretasi kondisi geologi di bawah permukaan. Sehingga melalu data anomali
tersebut dapat dinterpretasikan litologi bawah permukaan, struktur geologi serta kedalaman
reservoir panas bumi.(Gambar 4). Selain itu, didukung oleh data geokimia berupa data
analisis laboratorium dari sampel air yang diperoleh di lapangan. Hasil analisis geokimia
untuk mengetahui tipe fluida pada lokasi penelitian.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Analisis Data Geologi
Data geologi yang peroleh berupa geomorfologi, penyebaran batuan dan struktur
geologi. Geomorfologi daerah penelitian termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan di Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengalami proses depresi, sehingga tertutup
oleh endapan aluvial berupa dataran pantai yang luas. Pada lokasi penelitian dijumpai
morfologi bertopografi terjal berada pada bagian Timur Laut sedangkan daerah dengan
topografi landai berada pada bagian Barat dan Selatan.
Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari batuan gunung api. Secara tidak selaras di
atasnya diendapkan batuan sedimen karbonat berupa batugamping, sedangkan litologi
paling muda berupa endapan kuarter. Secara geologi regional lokasi penelitian termasuk
dalam Formasi Nglanggran, Formasi Wonosari dan endapan kuarter.
Satuan Breksi andesit merupakan satuan batuan paling tua, yang beranggotakan
breksi andesit dan lava andesit. Breksi andesit tersusun oleh fragmen andesit yang telah
mengalami pelapukan secara intensif. Namun, pada beberapa lokasi masih dijumpai batuan
segar dengan komposisi mineral penyusunnya berupa plagioklas, hornblenda, dan glass.
Pada batuan lava andesit dijumpai kekar yang menunjukan struktur aliran lava. Namun
batuan ini terubahkan dengan hadirnya mineral klorit dan kalsit.
Satuan Intrusi mikrodiorit merupakan satuan batuan yang ditemukan secara setempat
pada lokasi penelitian. Batuan intrusi ini memiliki ciri masif dan berkomposisikan
hornblend, piroksin, biotit serta sedikit kuarsa dan plagioklas. Satuan batugamping terdapat
di bagian Timur daerah penelitian yang terdiri dari batugamping terumbu dan batugamping
pasiran. Serta endapan aluvium merupakan satuan paling muda yang terhampar pada bagian
Utara dan Barat daerah penelitian.
Struktur Geologi yang berkembang pada lokasi penelitian berupa sesar turun dan
sesar mendatar Parangkusumo. Pada saat melakukan penelitian di lapangan peneliti hanya
menjumpai beberapa singkapan struktur yang masih segar. Hal ini dikarenakan tingkat
pelapukan yang tinggi pada lokasi penelitian. Namun, terdapat beberapa kenampakan
morfologi yang dapat diinterpretasikan sebagai hasil proses dari struktur geologi. Dimana
1067
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA
terdapat terbing-tebing terjal (gawir) di sekitar lokasi penelitian. Sturktur geologi terjadi
sebagai akibat dari subduksi selatan pulau Jawa (Java Trench).
Berdasarkan hasil pemetaan geologi dapat dinterpretasikan bahwa kemungkinan
batuan breksi andesit tersebutlah yang menjadi reservoir dari sistem panas bumi di lokasi
penelitian. Kemudian struktur geologi berupa sesar inilah yang menjadi jalur keluarnya
fluida panas bumi tersebut ke permukaan. Dan batuan-batuan intrusi pada daerah penelitian
seperti mikrodiorit inilah dapat diduga sebagai batuan pemanas (Heat rock) dari sistem
panas bumi tersebut.
Daftar Pustaka
Hochstein, M.P. dan Browne, P.R.L. (2000). Surface Manifestation of Geothermal System
with Volcanic Heat Source In Encyclopedia of Volcanoes, H. Siguardson, B.F.
Houghton, S.R. Mc Nutt, H. Rymer dan J. Stix (eds.). Academic Press.
Idral, A., Suhanto E, Sumardi, E., Kusnadi, D & Situmorang T. (2008). Penyelidikan
Terpadu Geologi, Geokimia dan Geofisika Daerah Panas Bumi Parangtritis. Subdit
Panasbumi, ITB Bandung, ITB Central Library Jl. Ganesha 10 Bandung.
Indratmoko, Putut., Nurwidyanto, M. I., Yulianto, T. ( 2009). Interpretasi Bawah Permukaan
Daerah Manifestasi Panas Bumi Parang Tritis Kabupaten Bantul DIY Dengan Metode
Magnetik. Berkala Fisika. UNDIP Semarang.
Miftahussalam. (2012). Kondisi Keairan Sumber Air Panas Parang Wedang Di Daerah
Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul dan Arahan Pengembangan Untuk
Pariwisata. Jurnal Teknologi Technoscientia, Vol 5 No. 1 p.60-67.
1070
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 1. Peta Administrasi daerah penelitian. Kotak hitam menunjukkan lokasi penelitian.
(Penulis, 2018)
1071
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 4. Peta Anomali Medan Magnet Total Daerah Penelitian (Idral, dkk, 2008)
1072
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 5. Diagram segi tiga tipe air panas Parang Wedang (Idral, dkk, 2008)
1073
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA
1074