Anda di halaman 1dari 2

DESKRIPSI STRATIGRAFI KULONPROGO

1. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan adalah STA 4 dan merupakan formasi tertua di Kulon Progo, yaitu
berumur Eosen akhir hingga Pengamatan pada LP 1 yang berkoordinat 7⁰43’59,4’’ dan 110⁰11’58’’
dilakukan di badan sungai dengan keadaan sekitar yang teramati yaitu di sebelah utara utara dan selatan
terdapat tebing sedimen Batulempung sedangkan di sebalah timur dan barat terdapat sungai dengan
aliran arus dari barat ke timur.Pada Formasi Nanggulan ini mayoritas terdapat endapan sedimen yaitu
Batulempung, dan ada juga Batupasir. Sedimen pada LP 1 ini diendapkan di daerah delta, yaitu daerah
transisi dengan aliran sungai yang masuk ke laut. Ciri-ciri yang dimiliki batuan sedimen di formasi ini
adalah berlapis, silang siur, terdapat fosil-fosil laut yang dapat dilihat secara mirko, serta ada penciri
endapan darat berupa lapisan hitam. Lapisan hitam diantara Batulempung dan Batupasir ini
menandakan bahwa banyak terdapat kandungan organic.
Pada LP 2 yang masih berada di badan sungai ditemukan Batubara lignit (brown coal), yaitu
Batubara yang masih terdapat warna cokelatnya dan tergolong dalam low rank coal. Lignit ini
termasuk dalam Axial Beds, salah satu bagian dari Formasi Nanggulan. Lignit ini mengandung maseral
yang berasal dari tumbuhan purba yang sudah mati lalu terdeposisi. Maseral sendiri dibedakan menjadi
tiga yaitu Lipnite (dominan tumbuhan kelas rendah seperti alga dan paku), Vitrinite (dominan
tumbuhan selulosa & liptin), dan Internite (dominan jamur dan bakteri). Pada lignit ini maseral yang
dominan adalah jenis Vitrinite, yang juga dominan di Indonesia. Lignit terbentuk di dataran banjir.
Material organic terendapkan lalu terakumulasi, karena hanya terdapat sedikit oksigen air tidak dapat
mengalir yang menyebabkan bakteri anaerob beperan dalam pengendapan gel. Lalu mineral organic
tersebut mendapatkan tekanan sehingga berubah menjadi gambut. Lama-kelamaan gambut akan terus
mendapat tekanan dan pada temperature yang tinggi sehingga berubah menjadi Batubara lignit. Pada
lignit ini terdapat pengotor berupa sulfur karena di laut terdapat kandungan sulfur 0,6% yang bertemu
antara air laut dan air tawar. Sulfur ada di lingkungan pengendapan yang tidak berinteraksi dengan
oksigen, atau disebut sebagai zona reduktif.

2. Formasi Andesit Tua


Formasi Andesit Tua terletak pada koordinat 7⁰46’10,5’’ dan 110⁰10’54,4’’ dan merupakan
STA 2 yang di sebelah utaranya terdapat perkebunan, selatannya terdapat jembatan dan jalan, timurnya
terdapat persawahan, serta di barat terdapat jalan. Pengamatan dilakukan di tubuh sungai Tretes dan
didapati breksi dengan fragmen andesit yang berumur Oligosen akhir dan terbentuk akibat aktivitas
gunung berapi yaitu Gunung Ijo yang aktif saat Oligosen sekitar 36 juta tahun yang lalu. Namun karena
subduksi yang terjadi di Jawa sejak Oligosen, lelehan vulkanik muncul di permukaan dan menjadi
boulder-boulder berupa batuan andesit. Batuan ini berasal dari daerah vulkanis yang magmanya
membawa pecahan-pecahan batuan termasuk breksi walaupun tidak ada lapisannya. Karena magma
tersebut berviskositas tinggi maka fragmen-fragmen batuan beku lain yang didominasi oleh andesit
akan mengambang d iantara matriks sedimen berupa breksi. Formasi ini dinamakan dengan Formasi
Andesit Tua karena untuk membedakan dengan andesit yang keluar dari Gunung Merapi setiap 4 tahun
sekali.

3. Formasi Sentolo
Formasi Sentolo merupakan STA 1 yang terletak pada koordinat 409907 dan 9140770.
Dilakukan pengamatan pada tubuh Sungai Sembur dengan kenampakan di sebelah utaranya berupa
jembatan, selatan berupa sungai dan perkebunan, barat berupa perkebunan, dan timur berupa jalan dan
perumahan warga. Pada formasi ini ditemukan Batupasir gampingan dan Batupasir tufaan yang
berumur Miosen tengah hingga Pleosen (15 – 2 juta tahun yang lalu). Batuan sedimen tersebut terletak
di tepi-tepi sungai yang merupakan dataran banjir. Disini banyak ditemukan kekar yang setelah diukur
strike dan dipnya didapatkan angka N70⁰E/25⁰. Sedimen ini saat ditetesi dengan HCl menunjukkan
reaksi ngejoss yang berarti gamping tersebut seharusnya mengandung fosil, tapi saat diamati dengan
mata telanjang tidak terlihat karena fosil tersebut berukuran mikro. Sedimen pada formasi ini dapat
terangkat ke daratan karena terjadi perubahan muka air laut, yaitu air laut turun saat Miosen
pertengahan.

Anda mungkin juga menyukai