Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA


MAPEL DLE DI SMK NEGERI 1 NGAWI DENGAN PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN STAD

Oleh :
MOKHAMAD RAKHMAT AFANDHI

NO. PESERTA PPG : 19050984010267

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA - PPG


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alkhamdulillah penulis ucapkan sebagai rasa syukur


kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal Penelitian
Tindakan Kelas yang berjudul : Peningkatan keaktifan dan hasil belajar peserta didik pada
mapel DLE di SMK Negeri 1 Ngawi dengan penerapan model pembelajaran STAD,
karena penelitian ini sangat berguna untuk mengetahui sejauh mana keaktifan dan hasil
belajar belajar yang dapat tercipta dalam pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian ini tidak terlepas
dari peran beberapa pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Dosen pembimbing dan fasilitator PPG Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Rekan-Rekan Pendidik sesama peserta PPG Dalam jabatan Teknik Elektronika
Tahun 2019.
3. Kepala SMK Negeri 1 Ngawi untuk ijin yang diberikan
4. Rekan-rekan Pendidik Teknik Elektronika Industri di SMK Negeri 1 Ngawi
5. Semua pihak yang telah membantu, namun tidak dapat disebutkan satu persatu.

Kami sangat menyadari penulisan proposal ini banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat berharap saran yang konstruktif dari para pembaca demi
perbaikan proposal penelitian ini. Semoga proposal ini dapat disetujui dan dilaksanakan
dengan baik.
Akhirnya semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang
diberikan kepada penulis. Amin.

Yogyakarta, 24 September 2019


Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Hasil Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Kooperatif
2. Student Teams Achievement Division (STAD)
3. KeaktifanHasil Belajar
B. Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan

A. Model Pendekatan dan Jenis Penelitian


B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Subyek Penelitan
D. Jenis Tindakan
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Skenario Tindakan / Siklus
G. Teknik Analisis Data
H. Instrumen Penelitian
I. Indikator Keberhasilan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Era Revolusi 4.0 dihadapkan pada tuntutan untuk dapat

menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas, yaitu mampu memampukan diri di

era globalisasi. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah manusia-manusia yang

memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk bersaing di kehidupan riil, khususnya dunia

kerja yang penuh dengan persaingan dan tantangan. Untuk memenuhi hal tersebut tujuan

sekaligus strategi pendidikan haruslah diarahkan kepada pembentukan dan penguasaan

kompetensi-kompetensi tertentu. Salah satu unsur penting yang berkaitan dengan strategi

pendidikan ini adalah bagaimana menata lingkungan belajar agar kegiatan pembelajaran

benar-benar merupakan aktifitas yang menyenangkan serta menginspirasi bagi peserta

didik.

Pendidikan sebagai kebutuhan sumber daya manusia memegang peranan penting

dalam pembentukan manusia yang berkompeten. Inti dari proses pendidikan adalah

mengajar dan sedangkan inti dari proses pendidikan adalah peserta didik belajar, oleh

karena itu mengajar dan belajar mempunyai keterkaitan yang tidak boleh dipisahkan satu

sama lainnya. Proses pembelajaran bertumpu pada suatu persoalan yaitu bagaimana

seorang pendidik dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif bagi peserta didik

sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai bersama.

Melalui upaya peningkatan hasil belajar peserta didik di kelas, seorang pendidik

harus mampu melakukan inovasi dan kreasi dengan menguasai pendekatan dan strategi

mengajar. Hal terpenting dalam mengajar adalah menguasai materi pembelajaran yang

akan diajarkan pada peserta didik dan memiliki ketrampilan menggunakan perangkat
pembelajaran yang tersedia. Selain itu pendidik selalu berupaya mengembangakan

dirinya dengan memiliki pengetahuan luas terkait materi pembelajaran yang diajarkan

bagi peserta didiknya. Pendidik yang baik adalah pendidik yang mengetahui kekurangan

di depan kelas, dan berusaha mencukupinya demi kepuasan peserta didiknya dalam

mengabdikan dirinya sebagai pendidik sekaligus pendidik.

Berbagai usaha dilakukan dalam mengembangkan model pembelajaran di sekolah

dalam rangka meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Oleh kerena itu Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini dipandang perlu untuk mewujudkan kemampuan prestasi belajar

peserta didik pada setiap pribadi peserta didik secara holistik. Rendahnya hasil belajar

peserta didik dan minimnya keaktifan peserta didik dapat disebabkan kurangnya pemahaman

peserta didik terhadap materi ajar yang disampaikan oleh pendidik maupun minimnya sarana

sumber belajar yang dimiliki oleh peserta didik. Sehingga untuk meningkatkan hasil belajar

peserta didik dan keaktifan diperlukan sumber belajar yang memadai dan proses

pembelajaran yang menyenangkan agar dapat memotivasi peserta didik selama proses

pembelajaran.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Ngawi merupakan salah satu

sekolah yang membuka program keahlian Teknik Elektronika Industri di Kabupaten

Ngawi. Program Keahlian ini pun mempunyai masalah yang sama, yaitu rendahnya

keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Salah satu mata pelajaran pada Dasar Program

Keahlian (C2) yaitu Dasar Listrik dan Elektronika yang diberikan di kelas X.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada kelas X TEI 1 dengan melihat data-

data yang ada, didapatkan hasil berupa nilai rerata peserta didik kelas X TEI 1 pada

mapel DLE (DLE) dalam pencapaian SKM mencapai 56,4 % dari total 36 peserta didik.

Sedangkan masalah yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran seperti

mengantuk, bosan, merasa kesulitan dalam pelajaran, kurang bersemangat, dan kurang
aktif dalam proses pembelajaran, hal tersebut dilihat dari pengamatan dan wawancara

kepada beberapa peserta didik kelas X TEI 1 pada mapel DLE.

Proses pembelajaran yang berlangsung masih ditemukan beberapa masalah yang

mengakibatkan pencapaian SKM belum 100% dan tingkat keaktifan yang kurang. Selama

proses pembelajaran masih ditemukannya hal – hal sebagai berikut : (1) Peserta didik

mengeluh merasa bosan apabila diajar oleh pendidik yang dalam proses pembelajaran yang

kurang bervariasi, (2) Rendahnya penguasaan konsep dan pemahaman pembelajaran terhadap

materi ajar yang telah disampaikan, (3) Sifat pasif peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran, yang dapat mengakibatkan tidak adanya interaksi antara peserta didik dengan

pendidik, serta antar peserta didik, (4) Adanya perbedaan respon peserta didik dalam proses

pembelajaran. Di dalam kelas terdapat peserta didik yang benar–benar memperhatikan ada

pula yang kurang memperhatikan bahkan tidak memperhatikan pelajaran. Hal tersebut

dapat mengakibatkan perbedaan pemahaman dalam materi dan perolehan hasil belajar.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan selama pembelajaran berlangsung,

peneliti merasa perlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat

lebih aktif dalam proses pembelajaran dan tercapainya tujuan pembelajaran. Peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian pada kelas X TEI 1 tersebut dengan menerapkan

metode pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD).

Alasan pemilihan model pembelajaran koopertif tipe STAD adalah karena

model pembelajaran ini merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok dalam proses

pembelajaran mapel DLE. Metode pembelajaran STAD diterapkan dalam proses

pembelajaran kelas teori dan kelas praktik pada mapel DLE, yang diharapkan peserta

didik tidak merasa bosan dalam proses belajar dan lebih bersemangat. Sehingga

berdampak pada peningkatan keaktifan dan hasil belajar. Ketika peserta didik menjadi

aktif selama proses pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasakan kantuk serta
bosan sehingga berdampak otak lebih aktif untuk berfikir. Dengan demikian hasil belajar

peserta didik akan meningkat seperti yang diharapkan.

B. Identifikasi Masalah

Jika dilihat dari pembahasan pada latar belakang diatas, maka dapat

diidentifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya penguasaan konsep dan pemahaman pembelajaran terhadap materi ajar

yang telah disampaikan.

2. Rendahnya ketercapaian nilai SKM yang telah ditentukan pada mapel DLE.

3. Sifat pasif peserta didik selama proses pembelajaran di kelas pada mapel DLE,

sehingga berakibat pada rendahnya nilai hasil belajar.

4. Kurangnya variasi model pembelajaran yang diterapkan dalam proses

pembelajaran yang telah berlangsung, sehingga timbul kejenuhan dalam proses

pembelajaran.

5. Kurangnya motivasi peserta didik selama proses pembelajaran.

6. Adanya sikap peserta didik yang tidak mau memperhatikan pendidik dalam proses

pembelajaran sehingga mengakibatkan pencapaian hasil belajar yang tidak

optimal.

7. Peserta didik merasa bosan dalam proses pembelajaran yang dapat mengakibatkan

penurunan keaktifan peserta didik dalam kelas tersebut.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi diatas, peneliti memfokuskan

permasalahan penelitian pada penerapan metode pembelajaran kooperatif STAD.

Sebagai strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar peserta didik, dan akan diterapkan pada mapel DLE, kelas X TEI 1 di SMK

Negeri 1 Ngawi.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan yang telah dikemukakan pada pembahasan di atas, maka dalam

menentukan rumusan masalah yang akan diteliti adalah :

1. Apakah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif STAD terjadi

peningkatan keaktifan belajar peserta didik pada mapel DLE?

2. Apakah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif STAD terjadi

peningkatan hasil belajar peserta didik pada mapel DLE?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirangkum diatas, maka tujuan dari

penelitian ini mencakup:

1. Meningkatkan keaktifan peserta didik pasca diterapkannya model pembelajaran

kooperatif STAD pada mapel DLE.

2. Meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan model pembelajaran kooperatif

STAD pada mapel DLE.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif. Diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dibidang ilmu

pengetahuan (pendidikan) yang berkaitan dengan penggunaan metode


pembelajaran kooperatif khususnya dengan menggunakan metode STAD

(Student Teams Achievement Division).

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bacaan

penyusunan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini.

2. Bagi Pendidik

a) Metode pembelajaran STAD dapat menambah variasi metode pembelajaran

pada mapel DLE.

b) Menemukan metode pembelajaran yang tepat yang selanjutnya dapat

diterapkan ke peserta didik sehingga dapat memudahkan penyampaian materi

pembelajaran.

c) Mempermudah memahami tingkat kemampuan peserta didik dalam menerima

materi pelajaran yang disampaikan.

3. Bagi Peserta didik

a) Metode pembelajaran STAD diharapkan dapat mengurangi rasa kebosanan

peserta didik dalam mengikuti pelajaran DLE.

b) Melalui metode pembelajaran STAD diharapkan antar peserta didik dapat

membantu memahamkan materi pelajaran yang disampaikan sehingga dapat

melatih kompetensi sosial peserta didik dan nantinya dapat berpengaruh baik

terhadap hasil belajar.

4. Bagi Peneliti

a) Memperoleh gambaran riil tentang penerapan metode pembelajaran kooperatif

tipe STAD.
b) Menambah khasanah pengetahuan tentang proses belajar mengajar di dalam
kelas.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Kooperatif

Asal kata kooperatif berasal dari “cooperative” yang artinya mengerjakan

sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai

satu kelompok atau satu tim. Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur

kelompok heterogen.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan

sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya

berbeda. Kelompok kecil yang telah dibuat ditugaskan untuk menyelesaikan tugas

kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan

saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Proses pembelajaran, dikatan

belum selesai jika salah satu teman dalam keompok menguasai bahan pelajaran.

Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi

yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama

selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan

meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.


Jenis – jenis Pembelajaran Kooperatif

Terdapat lima macam metode pembelajaran kooperatif yang berhasil

dikembangkan para peneliti pendidikan di John Hopkins University yaitu : STAD

(Student Teams Achievement Division), TGT (Teams Games Tournament), TAI

(Teams Accelerated Intruction), CIRC (Cooperative Integrated Reading &

Composition), dan Jigsaw. (Slavin, 2005 : 10-17).

Pada penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran kooperarif tipe

STAD. Alasan dipilihnya model pembelajaran koopertif tipe STAD karena model

pembelajaran ini merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Selain

itu dapat digunakan untuk memberikann pemahaman konsep materi yang sulit

kepada peserta didik dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh pendidik melalui

lembar kerja atau perangkat pembelajaran lain.

2. Student Teams Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa variasi model, salah satunya


yaitu STAD (Student Team Achievement Division). STAD adalah metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling
baik untuk permulaan bagi para pendidik yang baru menggunakan pendekatan
kooperatif (Slavin, 2005: 143). STAD merupakan strategi pembelajaran kooperatif
yang memadukan penggunaan metode ceramah, questioning dan diskusi. (Endang
Mulyatiningsih, 2012). Slavin (2005: 143 - 146) menyatakan pembelajaran
kooperatif tipe STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu:

a. Penyajian kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di


dalam kelas. Pendidik menyajikan materi di depan kelas secara ceramah yang
difokuskan pada konsep-konsep materi yang akan dibahas saja. Ini merupakan
pendidikan langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran
yang dipimpin oleh pendidik. Dengan cara ini, para peserta didik akan menyadari
bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama penyajian
materi di kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka
mengerjakan tes dan skor mereka menentukan skor tim mereka. Selanjutnya
peserta didik disuruh belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang
diberikan oleh pendidik.
b. Tim

Jumlah anggota tim terdiri dari empat atau lima peserta didik yang

mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras

dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota

tim benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan

anggotanya untuk bisa mengerjakan tes dengan baik. Setelah pendidik

menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kerja atau

jobsheet.

c. Tes

Kuis atau tes diadakan setelah selesai belajar kelompok dengan tujuan

untuk mengetahui atau mengukur kemampuan belajar peserta didik terhadap

materi yang telah dipelajari. Peserta didik tidak diperbolehkan untuk saling

membantu dalam mengerjakan tes, sehingga tiap peserta didik bertanggung jawab

secara individual untuk memahami materinya. Kemudian peserta didik dituntut

untuk melakukan hal yang terbaik sebagai hasil belajar kelompoknya. Selain

bertanggung jawab secara individual, peserta didik juga harus menyadari bahwa

usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang

sangat berharga untuk kesuksesan kelompok. Tes ini dilakukan setelah satu

sampai dua kali penyajian kelas dalam pembelajaran kelompok.

d. Poin Kemajuan

Peserta didik mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat

dimana skor kuis mereka (persentase yang benar) melampaui skor awal mereka
(Slavin, 2005: 159). Pemberian skor kemajuan juga bertujuan agar seluruh peserta

didik bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada

sebelumnya bagi tiap peserta didik dan tim mereka.

Masing-masing peserta didik dapat memberikan kontribusi poin yang

maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada peserta didik yang

melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap peserta didik

diberikan skor awal, yang diperoleh dari rata-rata kinerja peserta didik tersebut

sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama.

Peserta didik selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka

berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal.

Kriteria penentuan skor kemajuan individu tercantum dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Penentuan Skor Kemajuan (Slavin, 2005: 159)

POIN
SKOR KUIS
KEMAJUAN
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5

10-1 poin dibawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20

Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30

Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor 30


awal)

e. Rekognisi Tim (Penghargaan Kelompok)

Kelompok atau Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan

yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Kriteria ini

dilakukan untuk memberikan motivasi atau stimulus kepada peserta didik agar

lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pemberian penghargaan ini bukan hanya
berupa hadiah, tetapi bisa juga dalam bentuk pujian sebagai bentuk penghargaan

paling simpel.

Tabel 2. Tiga Macam Tingkatan Penghargaan (Slavin, 2005: 160)

Kriteria
Penghargaan
(Rata-rata Tim)
15-19 Tim Baik (Good Team)

20-24 Tim Sangat Baik (Great Tim)

25-30 Tim Super (Super Team)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD akan menuntut peserta didik

melakukan kegiatan diskusi bersama kelompok, sesuai untuk diterapkan dalam

mata pelajaran DLE. Pada pembelajaran DLE peserta didik diusahakan tidak

hanya menjadi pendengar saja, tetapi peserta didik juga harus aktif dan

diberdayakan agar peserta didik dapat memperdalam pengetahuan serta

pengalaman belajar diskusi dengan teman sesama anggota. Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki fase-fase pembelajaran kooperatif

yang mana terdiri dari enam komponen utama.

Tabel 3. Fase-Fase Pembelajaran Kooperatif (Agus Suprijono, 2008: 63)

FASE-FASE PERILAKU PENDIDIK


Fase 1 Menyampaikan semua tujuan yang
Menyampaikan tujuan dan memotivasi ingin dicapai selama pembelajaran dan
peserta didik memotivasi peserta didik untuk belajar
Fase 2 Menyajikan informasi kepada peserta
Menyajikan informasi didik dengan melakukan proses
demonstrasi selama pembelajaran
Fase 3 Menjelaskan kepada peserta didik
Mengorganisasikan peserta didik ke bagaimana cara membentuk kelompok
dalam bentuk kelompok-kelompok belajar dan membantu setiap kelompok
belajar agar melakukan transisi secara efektif
dan efisien
Fase 4 Membimbing kelompok belajar pada
Membimbing kelompok belajar dan saat mereka mengerjakan tugas /
kelompok kerja jobsheet
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau
meminta kelompok presentasi hasil
kerja
Fase 6 Menghargai semua upaya maupun hasil
Pemberian penghargaan / rewards belajar secara individu maupun
kelompok kerja

Penjelasan dari fase-fase pembelajaran kooperatif jika diterapkan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

a. Persiapan

1) Menyampaikan secara singkat tentang pelaksanaan pembelajaran dengan

model kooperatif tipe STAD (fase 1).

2) Menyampaikan tujuan pembelajaran (fase 1).

3) Mengulang sekilas pelajaran yang lalu yang mempunyai hubungan

dengan bahan yang akan diajarkan (fase 2).

4) Melakukan apersepsi dengan membuat pertanyaan yang berhubungan

dengan bahan yang akan diajarkan untuk memancing minat peserta didik

(fase 2)

b. Pelaksanaan

1) Peserta didik dibagi dalam kelompok secara heterogen baik dari jenis

kelamin dan dari kemampuan akademis (fase 3).

2) Peserta didik dalam kelompok diberi tugas. Dalam pemberian tugas,

pendidik melakukan dengan cara berikut (fase 3):

a) Tema tugas diskusi dibagi secara undian oleh Ketua kelompok.

b) Ketua kelompok kembali ke kelompoknya untuk menyampaikan

kepada teman-temannya.
3) Diskusi kelas (fase 3)

a) Peserta didik mendiskusikan tugas kelompok yang akan dikerjakan.

b) Salah satu kelompok diberi kesempatan mempresentasikan tugas

diskusi secara bergantian di depan kelas.

c) Kelompok lain menjadi pendengar, peserta didik bisa bertanya jawab

dan semua peserta didik mengerjakan materi yang sama dengan

materi yang di presentasikan (fase 4).

4) Pendidik dan peserta didik menyimpulkan hasil akhir diskusi (fase 4).

5) Pendidik memberikan evaluasi (fase 5).

Setelah presentasi selesai, peserta didik diberi tugas individu yaitu

mengerjakan soal tes. Pada tahap ini setiap peserta didik tidak

diperbolehkan mencontek teman lainnya walaupun satu kelompok.

6) Penghargaan kelompok (fase 6)

Setiap aktivitas dari peserta didik berhak mendapatkan

penghargaan dari pendidik ketika proses diskusi berlangsung. Kemudian

diberi penghargaan sesuai prestasinya. Penghargaan (reward) dari

pendidik berupa bingkisan hadiah dan diumumkan sesudah proses belajar

mengajar selesai, sehingga peserta didik lainnya menjadi termotivasi.

Penghargaan kelompok dihitung dengan skor individual tim yang disebut

poin kemajuan. Masing-masing peserta didik mengumpulkan poin untuk

tim mereka berdasarkan tingkat dimana skor tugas individu peserta didik

melampaui skor awal peserta didik.

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi (Santi

Utami, 2015) :
a. Dokumentasi yang merupakan dokumentasi nilai peserta didik

sebagai dasar pembagian kelompok STAD dan pengukuran

keberhasilan penelitian. Setelah kegiatan dalam kelompok berjalan,

kemudian dilakukan tes tertulis untuk mengetahui peserta didik

dengan nilai tertinggi dan terendah. Nilai peserta didik juga

dijadikan sebagai penentu kelompok terbaik dalam kelas tersebut.

Kelompok terbaik akan mendapatkan suatu penghargaan dari

pendidik. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik lain

agar belajar dengan lebih baik dan lebih bersemangat dalam

belajar.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan sebagai

panduan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran di dalam

kelas. Dalam penelitian ini RPP digunakan untuk memberikan

perlakuan terhadap peserta didik yaitu dengan metode STAD.

Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu sebuah

analisis untuk menggambarkan data berdasar pada perhitungan

mean, median, dan modus. Modus merupakan nilai yang sering

muncul dalam kelompok tersebut. Mean merupakan nilai rata-rata

atas kelompok tersebut.

Rumus dari mean adalah sebagai berikut:

Median merupakan nilai tengah dari sekelompok data yang telah

disusun urutannya dari yang terkecil hingga yang terbesar.


Telah dijelaskan bahwa model pembelajaran STAD adalah memadukan

antara metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Mapel DLE terdiri dari 2 proses

pembelajaran yaitu teori dan praktik, sehingga dapat diberikan model

pembelajaran kooperetive STAD karena pada mapel tersebut dapat diberikan

metode ceramah dan berdiskusi yang nantinya akan lebih efisien dalam proses

belajar. Adanya kelompok praktik dan teori peserta didik dapat berdiskusi dan

bertanyajawab antar sesama ataupun dengan pendidik sehingga akan

meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar. Maka dari itulah metode

pembelajaran STAD dapat diterapkan pada mapel DLE.

3. Keaktifan

Dalam proses pembelajaran yang dilakukan dikelas merupakan aktivitas

menstransformasikan pengetahuan, sikap serta ketrampilan. Belajar menurut Dave

Meier yang dikutip Martinis Yamin (2007:75) adalah proses mengubah pengalaman

menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi

kearifan, dan kearifan menjadi sebuah keaktifan.

Keaktifan yang tumbuh pada diri peserta didik dalam proses pembelajaran

dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis dan

dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan menurut Sardiman (2012:100) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah

kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu

rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar

sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin

berlangsung dengan baik.

Belajar secara aktif ditandai bukan hanya melalui keaktifan peserta didik

yang belajar secara fisik namun juga keaktifan mental. Justru keaktifan mental
merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam belajar aktif dibandingkan

keaktifan fisik. Keaktifan (aktivitas) peserta didik dalam proses pembelajaran dapat

merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. Berfikir kritis dan dapat

memecahkan permasalahan – permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Sudjana (2001:72), keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses

belajar mengajar dapat dilihat dalam (1) turut serta dalam melaksanakan tugas

belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada peserta didik

lain atau pendidik apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) berusaha

mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah; (5)

melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal; serta (6) menilai kemampuan

dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.

Sedangkan menurut Dierich (Oemar Hamalik, 2001:72-73), klasifikasi

aktivitas belajar peserta didik dapat dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu:

a. Kegiatan-kegiatan visual : membaca, melihat gambar-gambar, mengamati

eksperimen, demonstrasai, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau

bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral) : mengemukakan sesuatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarakan : mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu

permainan instrumen musik, mendengarakan siaran radio.

d. Kegiatan-kegiatn menulis : menulis cerita, menulis laporan, memeriksa

karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman, mengerjakan tes,

mengisikan angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar : menggambar, membuat grafik, chart, diagram

peta, pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik : melakukan percobaan, memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model.

g. Kegiatan-kegiatan mental : merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah,

menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat

keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional : minat, membedakan, berani, tenang.

Berdasarakan uraian yang telah dijabarkan sebelumnya, maka keaktifan

belajar adalah segala kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan setiap peserta

didik untuk memahami persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran. Keaktifan

(aktivitas) peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan

mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan

permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Keaktifan belajar peserta didik diobservasi dengan lembar observasi

keaktifan belajar peserta didik yang berisi indikator keaktifan yang harus dicapai

peserta didik. Penilaian pada lembar observasi ini adalah dengan menentukan

persentase keaktifan setiap peserta didik. Persentase keaktifan peserta didik diperoleh

dengan rumus sebagai berikut (Wijayanti, 2012:67).

Pedoman kriteria keaktifan peserta didik pada pembelajaran menurut suharsimi

Suharsimi Arikunto (2007:18) sebagaimana tertera pada Tabel 4.


Tabel 4. Pedoman Kriteria untuk Keaktifan Peserta didik.

Capaian Kriteria
75% - 100% Tinggi
51% - 74% Sedang
25% - 50% Rendah
0% - 24% Sangat Rendah

Dari penjabaran kajian teori dari Oemar Hamalik dan Sudjana dapat

disimpulkan indikator keaktifan yang harus dicapai peserta didik antara lain: 1)

mencatat penjelasan pendidik dan hasil diskusi, 2) memperhatikan dan

mendengarkan penjelasan pendidik, 3) dapat bekerjasama dengan teman, 4) berlatih

menyelesaikan latihan soal atau menganalisis, 5) berani mempresentasikan hasil

diskusi atau mengemukakan pendapat, dan 6) mampu memecahkan masalah.

Menurut Suharsimi Arikunto (2016: 6) dalam proses pembelajaran melalui

penelitian tindakan kelas, pendidik menginginkan peserta didik untuk aktif dalam

pembelajaran, dan mengharapkan adanya timbal balik antara pendidik dan peserta

didik. Peserta didik diajak berpikir, mengemukakan pendapat, menuliskan hasil

diskusi, serta menyuruh peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran. Inilah yang

dimaksud dengan memberi tindakan. Ketika peserta didik melakukan proses

pembelajaran secara aktif tersebut, otaknya aktif tidak mengantuk. Dengan cara

demikian, presentasi belajar peserta didik akan meningkat seperti yang diharapkan.
Dalam indikator keaktifan yang telah ditentukan, diharapkan peserta didik

dapat menjadi lebih aktif dalam belajar. Saat peserta didik aktif dalam proses

pembelajaran, peserta didik tidak merasakan bosan atau mengantuk dalam belajar

sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

4. Hasil Belajar

Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran

yang sangat penting dalam membantu peserta didik mencapai SK dan KD

(Depdiknas, 2003: 23). Sedangkan menurut Awaludin(2008: 1) Materi pelajaran

merupakan bahan ajar utama minimal yang harus dipelajari oleh peserta didik untuk

menguasai kompetensi dasar yang sudah dirumuskan dalam kurikulum. Dengan

materi pembelajaran, memungkinkan peserta didik dapat mempelajari suatu

kompetensi atau kompetensi dasar secara runut dan sistematis, sehingga secara

akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.Materi

pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan pendidik untuk

perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Penguasaan materi merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu

bahan yang dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa

yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai

proses kegiatan mental sehingga bersifat dinamis (Suharsimi Arikunto, 2016: 115).

Menurut Sadiman (2012: 22) penguasaan materi merupakan hasil belajar ranah

kognitif. Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar itu pada prinsipnya

bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip,

sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik. Secara

umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia
dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.

Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi adalah:

a. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar


b. Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan.

Menurut Piaget (dalam Oktarina, 2008: 18) pertumbuhan intelektual

manusia terjadi karena adanya proses kontinyu yang menunjukkan equilibrium dan

disequilibrium, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud penguasaan materi

adalah kemampuan yang telah dimiliki peserta didik setelah ia menerima bahan

pelajaran. Penguasaan materi peserta didik merupakan hasil belajar dalam kecakapan

kognitif.

Penguasaan materi merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Menurut

Sudijono (2012: 50-52), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :

a. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingatingat

kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide, gejala,

rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk

menggunakannya.

b. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau

memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain

memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

berbagai sisi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia

dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal

itu dengan kata-katanya sendiri.

c. Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk

menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metodemetode,

prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang

baru dan konkret.


d. Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil

dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang

satu dengan fakto-faktor yang lainnya.

e. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari

proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan

bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu

pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

f. Penilaian atau evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk

membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika seseorang

dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan

yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang

berbedabeda. Keenam tingkat tersebut dalam taksonomi Bloom (Darmadi, 2009: 26)

yaitu:

a. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut peserta didik untuk

mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya,

misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagainya.

b. Tingkat pemahaman (comprehension), pada tahap ini kategori pemahaman

dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi

yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik

diharapkan menerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah didengar

dengan kata-kata sendiri.

c. Tingkat penerapan (application), penerapan merupakan kemampuan untuk

menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari kedalam situasi


yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupa

sehari-hari.

d. Tingkat analisis (analysis), analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi,

memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta,

konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap

komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat

ini peserta didik diharapkan menunjukkan hubungan diantara berbagai gagasan

dengan caramembandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau

prosedur yang telah dipelajari.

e. Tingkat sintesis (synthesis), sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam

mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada

sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

f. Tingkat evaluasi (evaluation), evaluasi merupakan level tertinggi yang

mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang

nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria

tertentu.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Asmawati (2011), dengan judul penelitian “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Archievement Division (STAD)
Terhadap Penguasaan Konsep Peserta didik pada Materi Bunyi”. Hasil penelitian ini
menunjukan meningkatnya pengusaan konsep peserta didik pada materi bunyi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Risdiawati (2012), yang berjudul “Implementasi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Archievement Division (STAD)
untuk meningkatkan keaktifan dan Hasil Belajar Akuntansi Peserta didik kelas XI IPS
4 SMA Negeri 1 Imogiri Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Archievement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Timur (2014) dengan judul penelitian “Perbandingan
Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) dengan Metode Konvensional Terhadap Hasil Belajar Mata Pembejaran
Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) Peserta didik Kelas XI
SMK Batik Perbaik Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014”. Hasil penelitian ini
menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dari penerapan model pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran adalah suatu kegiatan agar proses pembelajaran seseorang atau

sekelompok orang yang berkaitan dengan suatu usaha untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut agar di dalam proses pembelajaran dapat

berjalan dengan lancar dan menyenangkan, maka upaya yang dilakukan yakni dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang didukung oleh materi dan

karakteristik peserta didik.

Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada peserta didik agar

bisa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas kelompok secara

bersama-sama. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat

membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam belajar, baik aktif dalam mempelajari

suatu materi dan aktif dalam berkomunikasi. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

untuk memotivasai peserta didik supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain

dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh pendidik.

Pembelajaran DLE harus dikemas dengan menarik sehingga peserta didik

termotivasi untuk aktif belajar dan ingin meningkatkan hasil belajar. Dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan pendidik dapat merancang proses belajar
mengajar yang melibatkan peserta didik secara aktif atau sebagai subjek dalam proses

pembelajaran.

Keberhasilan sebuah pembelajaran dapat dilihat jika peserta didik bisa mengerti

dan memahami materi yang disampaikan oleh pendidik. Peserta didik yang sudah

melakukan pembelajaran secara kelompok dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD, dengan sendirinya akan mendorong potensi yang dimiliki untuk meningkatkan

hasil belajar pada mapel Proses Dasar Perlakuan Logam. Setelah diterapkannya model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar

yang meningkat

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir, maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini adalah :

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mapel DLE dapat

meningkatkan keaktifan belajar pada peserta didik kelas X TEI 1 SMK Negeri 1

Ngawi tahun ajaran 2019/2020.

2. Penerapan model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mapel DLE

dapat meningkatkan hasil belajar pada peserta didik kelas X TEI 1 SMK Negeri 1

Ngawi tahun ajaran 2019/2020


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Model Pendekatan dan Jenis Penelitian

Model penelitian ini mengacu pada diagram PTK yang dikemukakan oleh

Kemmis dan Mc. Taggart (Suharsimi Arikunto, 2009:16) yang tertdiri dari 4 komponen

yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), refleksi

(reflection), Keempat tahap tersebut membentuk suatu siklus dan dalam pelaksanaanya

kemungkinan membentuk lebih dari satu siklus yang mencakup keempat tahap tersebut.

Terdapat empat tahapan yang dilalui ketika melakukan penelitian tindakan. Tahapan-

tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rancangan tindakan (planning)

Rencana penelitian merupakan tindakan yang tersusun dan mengarah pada

tindakan, fleksibel dan refleksi. Rencana tindakan yang tersusun dan mengarah pada

tindakan ini dimaksudkan bahwa rencana yang dibuat harus melihat permasalahan ke

depan sehingga semua tindakan sosial dalam batas tertentu tidak dapat diramalkan.

Fleksibel berarti rencana harus dapat diadaptasikan dengan faktor-faktor tak terduga

yang muncul selama proses diadakan. Refleksi diartikan bahwa rencana harus dibuat

berdasakan hasil pengamatan awal yang reflektif dan sesuai dengan kenyataan dan

permasalahan yang muncul.

2. Pelaksanaan tindakan (action)

Tindakan disini adalah tindakan secara sadar dan terkendali, yang merupakan

variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Dari pengertian tersebut disimpulkan

bahwa tindakan haruslah mempunyai inovasi baru meskipun hanya sedikit. Tindakan

dilakukan berdasarkan rencana, meskipun tidak harus mutlak dilaksanakan semua,


yang perlu diperhatikan bahwa tindakan harus mengarah pada perbaikan dari

keadaan sebelumnya.

3. Pengamatan (observation)

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait

bersama prosesnya. Observasi merupakan landasan dari refleksi terkait tindakan

yang akan datang. Selain itu, observasi harus bersifat responsif, terbuka pandangan

dan pikiran.

4. Refleksi (reflection)

Refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan kembali suatu

tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Kegiatan refleksi

merupakan kegiatan memaknai proses, persoalan dan kendala yang muncul selama

proses tindakan.
Pelaksanaan I

Pengamatan I

dan seterusnya

Gambar 2. Model penelitian oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Suharsimi Arikunto 2016: 42 )

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu Penelitian : Juli 2019 – September 2019


Tempat Penelitian : SMK Negeri 1 Ngawi
Jadwal Penelitian :

JULI AGUSTUS SEPTEMBER


NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
Observasi
Identifikasi Masalah
Penentuan Tindakan
Menyusun Instrument
Pengajuan Proposal dan Izin
Penelitian
2 Pelaksanaan
Melakukan Tindakan
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
3 Penyusunan Laporan

C. Subyek Penelitan
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X jurusan Teknik Elektronika

Industri SMK Negeri 1 Ngawi tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 36 peserta didik.
Dipilihnya kelas ini dikarenakan kelas X TEI 1 dalam pembelajaran DLE hasil rata-rata

belajarnya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (SKM) 75

D. Jenis Tindakan

Jenis tindakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yang berguna untuk

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar. Pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD, memungkinkan peserta didik untuk terlibat aktif dalam

mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya sehingga akan tercipta

kondisi pembelajaran yang kondusif bagi peserta didik.

Selain itu dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini peserta didik

menjadi bagian aktif dalam pembelajaran, bukan lagi bagian pasif seperti dengan metode

ceramah. Peserta didik yang melakukan diskusi akan dibagi menjadi kelompok-kelompok

kecil. Setiap kelompok diskusi disusun dari 4-5 peserta didik yang mempunyai prestasi

berbeda. Setiap kelompok terdiri dari peserta didik yang memiliki prestasi golongan

tinggi, peserta didik yang memiliki prestasi golongan sedang dan peserta didik yang

memiliki prestasi golongan rendah.

Penelitian PTK ini dilakukan dalam beberapa siklus hingga target tercapai. Target

penelitian adalah keaktifan dan hasil belajar peserta didik mencapai nilai diatas SKM

sebesar 75% dari 36 peserta didik.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung proses pembelajaran

berdasarkan pedoman observasi yang telah tersusun.

2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pendidik dan peserta didik untuk mengetahui

secara lebih dalam tentang begaimana pelaksanaan pembelajaran DLE dengan teknik

STAD di kelas X SMK Negeri 1 Ngawi.

3. Kajian Dokumen

Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada,

seperti Satuan Rencana Pembelajaran (SRP), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), dan nilai yang diberikan pendidik serta analisis kurikulum.

4. Tes

Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes tertulis

bertujuan untuk mengetahui dan mengukur tingkat penguasaan peserta didik

terhadap materi atau sub pokok bahasan yang diajarkan dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

F. Skenario Tindakan

SIKLUS I Pertemuan

Pertama :

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal ( 20 menit): Dalam kegiatan pendahuluan, pendidik:

1) Pendidik menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti

proses pembelajaran, dengan cara menciptakan suasana kelas yang kondusif

dengan menunjuk salah satu peserta didik memimpin doa, memeriksa kehadiran

peserta didik, kebersihan dan kerapian kelas.

2) Pendidik memberikan apersepsi, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

3) Pendidik menyampaikan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasai para

peserta didik. Pendidik harus juga mengingatkan kepada peserta didik bahwa di
dalam pembelajaran ini menekankan kebermaknaan pencapaian tujuan dan

kompetensi, bukan hafalan.

b. Kegiatan Inti (4 x 45 menit) :

Proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran STAD dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1) Penyajian Materi

✓ Menerangkan materi yang nantinya akan dipelajari

2) Membagi kelompok belajar

✓ Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 peserta didik

3) Mengajukan Pertanyaan dan Permasalahan

✓ Pendidik mengarahkan peserta didik pada permasalahan yang diinginkan


dengan mengajukan pertanyaan.
4) Diskusi

✓ Setiap kelompok berdiskusi dan mempraktikan, tentang materi yang telah


disampaikan.
5) Presentasi

✓ Pendidik meminta beberapa kelompok untuk menyampaikan jawaban di


depan kelas.
✓ Pendidik memberikan kesempatan kepada kelompok lain yang
mempunyai jawaban berbeda untuk menyampaiakan pendapatnya.
6) Menyimpulkan Materi

✓ Setiap kelompok dapat menyimpulkan materi yang telah dipelajari.


7) Test

✓ Peserta didik mengerjakan test yang diberikan oleh pendidik, untuk


mengevaluasi hasil belajar.
8) Analisis Data

✓ Pendidik mengoreksi hasil test yang dilakukan sisiwa.


✓ Pendidik mengoreksi hasil laporan praktikum peserta didik.

c. Penutup (25 menit) :


Kegiatan penutup terdiri atas:
1) Kegiatan pendidik bersama peserta didik yaitu:

- Pendidik memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya dari

pembelajaran terkait.

- Pendidik memberikan umpan berupa pertanyaan pada peserta didik,

tentang pembelajaran yangtelah berlangsung, berupa apa yang telah

didapat dan tujuannya dengan topik.

- Pendidik membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan dari hasil

pembelajaran yang baru berlangsung dengan topik.

2) Kegiatan pendidik yaitu:

- Pendidik melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

- Peserta didik diberikan penugasan sebagai penguatan dan pemantapan.

- Sebagai refleksi, pendidik membimbing peserta didik untuk membuat

kesimpulan tentang pelajaran yang baru saja berlangsung serta

menanyakan kepada peserta didik apa manfaat yang diperoleh setelah

mempelajari.

- Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan yang

akan datang.
Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes siklus I, jika sudah memenuhi

indikator penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian dihentikan, dan jika belum

memenuhi indikator penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian dilanjutkan ke

siklus II dan seterusnya.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian tindakan ini dilakukan secara deskriptif kualitatif.

Artinya data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan apa adanya kemudian

dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai fakta yang ada,

sedangkan kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisaikan data ke dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun kedalam pola, memilih makna yang penting dan membuat kesimpulan

sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data, tetapi juga

menghasilkan informasi-informasi yang bermakna ataupun ilmu baru yang berguna untuk

mengatasi permasalahan yang ada. Penyajian hasil penelitian dilakukan dengan menjabarkan

semua hasil tindakan secara lengkap, lalu ketercapaian hasil tersebut dilakukan pada setiap

siklus tindakan, sehingga peningkatan atau perbaikan kinerja akan tergambar semakin jelas.

H. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang digunakan peneliti untuk mengambil data dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Lembar observasi

Lembar observasi berfungsi untuk mencatat tingkah laku peserta didik,

kegiatan peserta didik selama tindakan terhadap proses pembelajaran berlangsung.


Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan lembar observasi

tentang keterlaksanaan pembelajaran dengan teknik STAD.

2. Dokumentasi

Dokumentasi disini berupa data mengenai profil sekolah, jumlah peserta

didik dan pendidik, dan nilai-nilai peserta didik sebelum diterapkannya model

pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas X TEI 1 SMK Negeri 1 Ngawi tahun

ajaran 2019/2020.

3. Validator Instrumen

Instrumen penelitian telah di cek dan di validasi dengan dosen pembimbing

dan pendidik pada mata pelajaran tersebut. Sehingga instrument penelitian telah

sesuai dengan apa yang dibutuhkan peserta didik untuk meningkatkan keaktifan

peserta didik dan hasil belajar peserta didik.

4. Instrumen Pengukur Keaktifan peserta didik

Pada penelitian ini instrumen untuk pengambilan data keaktifan peserta didik

bisa dilihat dalam tabel yang telah ditentukan.

5. Tes

Tes yang diberikan pada peserta didik dalam penelitian adalah tes formatif.

Tes dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi

mapel DLE secara menyeluruh setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD.

I. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mapel

DLE ini dapat diukur berdasarkan target penelitian. Sebagai pengukuran target tersebut

maka digunakan indikator-indikator dan diharapkan pada siklus terakhir akan menjadi

sekurang-kurangnya:
1. Peserta didik yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (SKM)

sebanyak 75% dari total 36 peserta didik.

2. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran meningkat, minimal

mencapai persentase 70% dari total 36 peserta didik.


DAFTAR PUSTAKA

Suharsimi Arikunto, S. (2009). Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmawati, R. (2011). Pengaruh model pembelajaran kooperative tipe STAD terhadap


penguasaan konsep peserta didik pada materi buny i. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta.
Darmadi, H. (2009). Kemampuan dasar mengajar. Bandung: Alfabeta.

Depdiknas. (2003). Standar kompentensi kurikulum 2004 mata pelajaran fisika SMA.
Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Endang, M. (2012). Riset terapan (bidang pendidikan teknik). Yogyakarta : UNY Press.
Hamalik, O. (2011). Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat, A. (2013). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk


meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mapel proses dasar perlakuan logam di SMK
N 1 sedayu bantul. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Huda, M. (2012). Cooperative learning (model, teknik, struktur dan, model terapan).
Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Ibrahim, M., et al. (2000). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri


Surabaya.

Mutaqin., et al. (2009). Penerapan model interaktif dengan pembelajaran kooperatif


learning pada mata kuliah instalasi listrik penerangan. Jurnal Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, 18(2), 237.

Rakhmawati. (2015). Upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika


peserta didik SMA melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jurnal Pendidikan
Matematika, 1, 5.

Rochayati, U., et al. (2014). Model pembelajaran learning cycle kooperatif tipe STAD
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Jurnal Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, 19(1), 23.
Sadiman., et al. (2008). Media pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sardiman, A. M. (2001). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Slavin, R. E. (2005). Cooperative learning (teori, riset, dan praktik). Bandung: Nusa Media.
Sudjana. (2001). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Timur, D. R. (2014). Perbandingan pengaruh metode pembelajaran kooperatif tipe STAD


(student teams achievement division) dengan metode konvensional terhadap hasil belajar
mata pelajaran keterampilan komputer dan pengolaha informasi (KKPI) peserta didik kelas
XI SMK batik perbaik purworejo tahun ajaran 2013/2014. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
Rohmah, K. S. (2019). Peningkatan keaktifan dan hasil belajar peserta didik kelas x pada
mapel DLE dengan menerapkan model student teams achievement division di SMK negeri 2
wonosari. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

Utami, S. (2015). Peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran dasar sinyal video.
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 22(4), 427.

Anda mungkin juga menyukai