Oleh :
MOKHAMAD RAKHMAT AFANDHI
Kami sangat menyadari penulisan proposal ini banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, penulis sangat berharap saran yang konstruktif dari para pembaca demi
perbaikan proposal penelitian ini. Semoga proposal ini dapat disetujui dan dilaksanakan
dengan baik.
Akhirnya semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang
diberikan kepada penulis. Amin.
LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Hasil Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Kooperatif
2. Student Teams Achievement Division (STAD)
3. KeaktifanHasil Belajar
B. Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
PENDAHULUAN
era globalisasi. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah manusia-manusia yang
memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk bersaing di kehidupan riil, khususnya dunia
kerja yang penuh dengan persaingan dan tantangan. Untuk memenuhi hal tersebut tujuan
kompetensi-kompetensi tertentu. Salah satu unsur penting yang berkaitan dengan strategi
pendidikan ini adalah bagaimana menata lingkungan belajar agar kegiatan pembelajaran
didik.
dalam pembentukan manusia yang berkompeten. Inti dari proses pendidikan adalah
mengajar dan sedangkan inti dari proses pendidikan adalah peserta didik belajar, oleh
karena itu mengajar dan belajar mempunyai keterkaitan yang tidak boleh dipisahkan satu
sama lainnya. Proses pembelajaran bertumpu pada suatu persoalan yaitu bagaimana
seorang pendidik dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif bagi peserta didik
Melalui upaya peningkatan hasil belajar peserta didik di kelas, seorang pendidik
harus mampu melakukan inovasi dan kreasi dengan menguasai pendekatan dan strategi
mengajar. Hal terpenting dalam mengajar adalah menguasai materi pembelajaran yang
akan diajarkan pada peserta didik dan memiliki ketrampilan menggunakan perangkat
pembelajaran yang tersedia. Selain itu pendidik selalu berupaya mengembangakan
dirinya dengan memiliki pengetahuan luas terkait materi pembelajaran yang diajarkan
bagi peserta didiknya. Pendidik yang baik adalah pendidik yang mengetahui kekurangan
di depan kelas, dan berusaha mencukupinya demi kepuasan peserta didiknya dalam
dalam rangka meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Oleh kerena itu Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini dipandang perlu untuk mewujudkan kemampuan prestasi belajar
peserta didik pada setiap pribadi peserta didik secara holistik. Rendahnya hasil belajar
peserta didik dan minimnya keaktifan peserta didik dapat disebabkan kurangnya pemahaman
peserta didik terhadap materi ajar yang disampaikan oleh pendidik maupun minimnya sarana
sumber belajar yang dimiliki oleh peserta didik. Sehingga untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik dan keaktifan diperlukan sumber belajar yang memadai dan proses
pembelajaran yang menyenangkan agar dapat memotivasi peserta didik selama proses
pembelajaran.
Ngawi. Program Keahlian ini pun mempunyai masalah yang sama, yaitu rendahnya
keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Salah satu mata pelajaran pada Dasar Program
Keahlian (C2) yaitu Dasar Listrik dan Elektronika yang diberikan di kelas X.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada kelas X TEI 1 dengan melihat data-
data yang ada, didapatkan hasil berupa nilai rerata peserta didik kelas X TEI 1 pada
mapel DLE (DLE) dalam pencapaian SKM mencapai 56,4 % dari total 36 peserta didik.
Sedangkan masalah yang dialami peserta didik dalam proses pembelajaran seperti
mengantuk, bosan, merasa kesulitan dalam pelajaran, kurang bersemangat, dan kurang
aktif dalam proses pembelajaran, hal tersebut dilihat dari pengamatan dan wawancara
mengakibatkan pencapaian SKM belum 100% dan tingkat keaktifan yang kurang. Selama
proses pembelajaran masih ditemukannya hal – hal sebagai berikut : (1) Peserta didik
mengeluh merasa bosan apabila diajar oleh pendidik yang dalam proses pembelajaran yang
kurang bervariasi, (2) Rendahnya penguasaan konsep dan pemahaman pembelajaran terhadap
materi ajar yang telah disampaikan, (3) Sifat pasif peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran, yang dapat mengakibatkan tidak adanya interaksi antara peserta didik dengan
pendidik, serta antar peserta didik, (4) Adanya perbedaan respon peserta didik dalam proses
pembelajaran. Di dalam kelas terdapat peserta didik yang benar–benar memperhatikan ada
pula yang kurang memperhatikan bahkan tidak memperhatikan pelajaran. Hal tersebut
dapat mengakibatkan perbedaan pemahaman dalam materi dan perolehan hasil belajar.
peneliti merasa perlu adanya inovasi dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat
lebih aktif dalam proses pembelajaran dan tercapainya tujuan pembelajaran. Peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian pada kelas X TEI 1 tersebut dengan menerapkan
model pembelajaran ini merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok dalam proses
pembelajaran kelas teori dan kelas praktik pada mapel DLE, yang diharapkan peserta
didik tidak merasa bosan dalam proses belajar dan lebih bersemangat. Sehingga
berdampak pada peningkatan keaktifan dan hasil belajar. Ketika peserta didik menjadi
aktif selama proses pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasakan kantuk serta
bosan sehingga berdampak otak lebih aktif untuk berfikir. Dengan demikian hasil belajar
B. Identifikasi Masalah
Jika dilihat dari pembahasan pada latar belakang diatas, maka dapat
2. Rendahnya ketercapaian nilai SKM yang telah ditentukan pada mapel DLE.
3. Sifat pasif peserta didik selama proses pembelajaran di kelas pada mapel DLE,
pembelajaran.
6. Adanya sikap peserta didik yang tidak mau memperhatikan pendidik dalam proses
optimal.
7. Peserta didik merasa bosan dalam proses pembelajaran yang dapat mengakibatkan
C. Batasan Masalah
Sebagai strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar peserta didik, dan akan diterapkan pada mapel DLE, kelas X TEI 1 di SMK
Negeri 1 Ngawi.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan yang telah dikemukakan pada pembahasan di atas, maka dalam
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirangkum diatas, maka tujuan dari
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Bagi Pendidik
pembelajaran.
melatih kompetensi sosial peserta didik dan nantinya dapat berpengaruh baik
4. Bagi Peneliti
tipe STAD.
b) Menambah khasanah pengetahuan tentang proses belajar mengajar di dalam
kelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Kooperatif
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai
satu kelompok atau satu tim. Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok heterogen.
sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Kelompok kecil yang telah dibuat ditugaskan untuk menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap peserta didik anggota kelompok harus saling bekerja sama dan
belum selesai jika salah satu teman dalam keompok menguasai bahan pelajaran.
Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa
yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama
selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan
STAD. Alasan dipilihnya model pembelajaran koopertif tipe STAD karena model
itu dapat digunakan untuk memberikann pemahaman konsep materi yang sulit
kepada peserta didik dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh pendidik melalui
a. Penyajian kelas
Jumlah anggota tim terdiri dari empat atau lima peserta didik yang
mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras
dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota
tim benar-benar belajar dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan
jobsheet.
c. Tes
Kuis atau tes diadakan setelah selesai belajar kelompok dengan tujuan
materi yang telah dipelajari. Peserta didik tidak diperbolehkan untuk saling
membantu dalam mengerjakan tes, sehingga tiap peserta didik bertanggung jawab
untuk melakukan hal yang terbaik sebagai hasil belajar kelompoknya. Selain
bertanggung jawab secara individual, peserta didik juga harus menyadari bahwa
sangat berharga untuk kesuksesan kelompok. Tes ini dilakukan setelah satu
d. Poin Kemajuan
dimana skor kuis mereka (persentase yang benar) melampaui skor awal mereka
(Slavin, 2005: 159). Pemberian skor kemajuan juga bertujuan agar seluruh peserta
didik bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada
maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tidak ada peserta didik yang
melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap peserta didik
diberikan skor awal, yang diperoleh dari rata-rata kinerja peserta didik tersebut
berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal.
Kriteria penentuan skor kemajuan individu tercantum dalam tabel sebagai berikut:
POIN
SKOR KUIS
KEMAJUAN
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5
yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Kriteria ini
dilakukan untuk memberikan motivasi atau stimulus kepada peserta didik agar
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pemberian penghargaan ini bukan hanya
berupa hadiah, tetapi bisa juga dalam bentuk pujian sebagai bentuk penghargaan
paling simpel.
Kriteria
Penghargaan
(Rata-rata Tim)
15-19 Tim Baik (Good Team)
mata pelajaran DLE. Pada pembelajaran DLE peserta didik diusahakan tidak
hanya menjadi pendengar saja, tetapi peserta didik juga harus aktif dan
a. Persiapan
dengan bahan yang akan diajarkan untuk memancing minat peserta didik
(fase 2)
b. Pelaksanaan
1) Peserta didik dibagi dalam kelompok secara heterogen baik dari jenis
kepada teman-temannya.
3) Diskusi kelas (fase 3)
4) Pendidik dan peserta didik menyimpulkan hasil akhir diskusi (fase 4).
mengerjakan soal tes. Pada tahap ini setiap peserta didik tidak
tim mereka berdasarkan tingkat dimana skor tugas individu peserta didik
Utami, 2015) :
a. Dokumentasi yang merupakan dokumentasi nilai peserta didik
belajar.
antara metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Mapel DLE terdiri dari 2 proses
metode ceramah dan berdiskusi yang nantinya akan lebih efisien dalam proses
belajar. Adanya kelompok praktik dan teori peserta didik dapat berdiskusi dan
meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar. Maka dari itulah metode
3. Keaktifan
Meier yang dikutip Martinis Yamin (2007:75) adalah proses mengubah pengalaman
Keaktifan yang tumbuh pada diri peserta didik dalam proses pembelajaran
dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis dan
kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar
sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin
Belajar secara aktif ditandai bukan hanya melalui keaktifan peserta didik
yang belajar secara fisik namun juga keaktifan mental. Justru keaktifan mental
merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam belajar aktif dibandingkan
keaktifan fisik. Keaktifan (aktivitas) peserta didik dalam proses pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. Berfikir kritis dan dapat
belajar mengajar dapat dilihat dalam (1) turut serta dalam melaksanakan tugas
belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada peserta didik
lain atau pendidik apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) berusaha
melatih diri dalam memecahkan masalah atau soal; serta (6) menilai kemampuan
bermain.
mengisikan angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar : menggambar, membuat grafik, chart, diagram
peta, pola.
keputusan.
belajar adalah segala kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan setiap peserta
keaktifan belajar peserta didik yang berisi indikator keaktifan yang harus dicapai
peserta didik. Penilaian pada lembar observasi ini adalah dengan menentukan
persentase keaktifan setiap peserta didik. Persentase keaktifan peserta didik diperoleh
Capaian Kriteria
75% - 100% Tinggi
51% - 74% Sedang
25% - 50% Rendah
0% - 24% Sangat Rendah
Dari penjabaran kajian teori dari Oemar Hamalik dan Sudjana dapat
disimpulkan indikator keaktifan yang harus dicapai peserta didik antara lain: 1)
penelitian tindakan kelas, pendidik menginginkan peserta didik untuk aktif dalam
pembelajaran, dan mengharapkan adanya timbal balik antara pendidik dan peserta
diskusi, serta menyuruh peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran. Inilah yang
pembelajaran secara aktif tersebut, otaknya aktif tidak mengantuk. Dengan cara
demikian, presentasi belajar peserta didik akan meningkat seperti yang diharapkan.
Dalam indikator keaktifan yang telah ditentukan, diharapkan peserta didik
dapat menjadi lebih aktif dalam belajar. Saat peserta didik aktif dalam proses
pembelajaran, peserta didik tidak merasakan bosan atau mengantuk dalam belajar
4. Hasil Belajar
merupakan bahan ajar utama minimal yang harus dipelajari oleh peserta didik untuk
kompetensi atau kompetensi dasar secara runut dan sistematis, sehingga secara
pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan pendidik untuk
bahan yang dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa
yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai
proses kegiatan mental sehingga bersifat dinamis (Suharsimi Arikunto, 2016: 115).
Menurut Sadiman (2012: 22) penguasaan materi merupakan hasil belajar ranah
kognitif. Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar itu pada prinsipnya
bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep serta prinsip-prinsip,
sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi subjek didik. Secara
umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia
dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori.
Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi adalah:
manusia terjadi karena adanya proses kontinyu yang menunjukkan equilibrium dan
adalah kemampuan yang telah dimiliki peserta didik setelah ia menerima bahan
pelajaran. Penguasaan materi peserta didik merupakan hasil belajar dalam kecakapan
kognitif.
Sudijono (2012: 50-52), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :
kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide, gejala,
menggunakannya.
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain
dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil
membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan
Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang
berbedabeda. Keenam tingkat tersebut dalam taksonomi Bloom (Darmadi, 2009: 26)
yaitu:
a. Tingkat pengetahuan (knowledge), pada tahap ini menuntut peserta didik untuk
misalnya fakta, rumus, terminologi strategi problem solving dan lain sebagainya.
yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik
sehari-hari.
komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat
mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada
nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria
tertentu.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Asmawati (2011), dengan judul penelitian “Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Archievement Division (STAD)
Terhadap Penguasaan Konsep Peserta didik pada Materi Bunyi”. Hasil penelitian ini
menunjukan meningkatnya pengusaan konsep peserta didik pada materi bunyi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Risdiawati (2012), yang berjudul “Implementasi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Archievement Division (STAD)
untuk meningkatkan keaktifan dan Hasil Belajar Akuntansi Peserta didik kelas XI IPS
4 SMA Negeri 1 Imogiri Tahun Ajaran 2011/2012”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Archievement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Timur (2014) dengan judul penelitian “Perbandingan
Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division
(STAD) dengan Metode Konvensional Terhadap Hasil Belajar Mata Pembejaran
Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) Peserta didik Kelas XI
SMK Batik Perbaik Purworejo Tahun Ajaran 2013/2014”. Hasil penelitian ini
menunjukan adanya peningkatan hasil belajar dari penerapan model pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir
sekelompok orang yang berkaitan dengan suatu usaha untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut agar di dalam proses pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar dan menyenangkan, maka upaya yang dilakukan yakni dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang didukung oleh materi dan
bisa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas kelompok secara
membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam belajar, baik aktif dalam mempelajari
suatu materi dan aktif dalam berkomunikasi. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah
untuk memotivasai peserta didik supaya saling mendukung dan membantu satu sama lain
termotivasi untuk aktif belajar dan ingin meningkatkan hasil belajar. Dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan pendidik dapat merancang proses belajar
mengajar yang melibatkan peserta didik secara aktif atau sebagai subjek dalam proses
pembelajaran.
Keberhasilan sebuah pembelajaran dapat dilihat jika peserta didik bisa mengerti
dan memahami materi yang disampaikan oleh pendidik. Peserta didik yang sudah
STAD, dengan sendirinya akan mendorong potensi yang dimiliki untuk meningkatkan
hasil belajar pada mapel Proses Dasar Perlakuan Logam. Setelah diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar
yang meningkat
D. Hipotesis Tindakan
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mapel DLE dapat
meningkatkan keaktifan belajar pada peserta didik kelas X TEI 1 SMK Negeri 1
2. Penerapan model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mapel DLE
dapat meningkatkan hasil belajar pada peserta didik kelas X TEI 1 SMK Negeri 1
METODE PENELITIAN
Model penelitian ini mengacu pada diagram PTK yang dikemukakan oleh
Kemmis dan Mc. Taggart (Suharsimi Arikunto, 2009:16) yang tertdiri dari 4 komponen
(reflection), Keempat tahap tersebut membentuk suatu siklus dan dalam pelaksanaanya
kemungkinan membentuk lebih dari satu siklus yang mencakup keempat tahap tersebut.
Terdapat empat tahapan yang dilalui ketika melakukan penelitian tindakan. Tahapan-
tindakan, fleksibel dan refleksi. Rencana tindakan yang tersusun dan mengarah pada
tindakan ini dimaksudkan bahwa rencana yang dibuat harus melihat permasalahan ke
depan sehingga semua tindakan sosial dalam batas tertentu tidak dapat diramalkan.
Fleksibel berarti rencana harus dapat diadaptasikan dengan faktor-faktor tak terduga
yang muncul selama proses diadakan. Refleksi diartikan bahwa rencana harus dibuat
berdasakan hasil pengamatan awal yang reflektif dan sesuai dengan kenyataan dan
Tindakan disini adalah tindakan secara sadar dan terkendali, yang merupakan
variasi praktik yang cermat dan bijaksana. Dari pengertian tersebut disimpulkan
bahwa tindakan haruslah mempunyai inovasi baru meskipun hanya sedikit. Tindakan
keadaan sebelumnya.
3. Pengamatan (observation)
yang akan datang. Selain itu, observasi harus bersifat responsif, terbuka pandangan
dan pikiran.
4. Refleksi (reflection)
tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Kegiatan refleksi
merupakan kegiatan memaknai proses, persoalan dan kendala yang muncul selama
proses tindakan.
Pelaksanaan I
Pengamatan I
dan seterusnya
Gambar 2. Model penelitian oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Suharsimi Arikunto 2016: 42 )
C. Subyek Penelitan
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X jurusan Teknik Elektronika
Industri SMK Negeri 1 Ngawi tahun ajaran 2019/2020 yang berjumlah 36 peserta didik.
Dipilihnya kelas ini dikarenakan kelas X TEI 1 dalam pembelajaran DLE hasil rata-rata
D. Jenis Tindakan
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) yang berguna untuk
kooperatif tipe STAD, memungkinkan peserta didik untuk terlibat aktif dalam
Selain itu dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini peserta didik
menjadi bagian aktif dalam pembelajaran, bukan lagi bagian pasif seperti dengan metode
ceramah. Peserta didik yang melakukan diskusi akan dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil. Setiap kelompok diskusi disusun dari 4-5 peserta didik yang mempunyai prestasi
berbeda. Setiap kelompok terdiri dari peserta didik yang memiliki prestasi golongan
tinggi, peserta didik yang memiliki prestasi golongan sedang dan peserta didik yang
Penelitian PTK ini dilakukan dalam beberapa siklus hingga target tercapai. Target
penelitian adalah keaktifan dan hasil belajar peserta didik mencapai nilai diatas SKM
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung proses pembelajaran
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada pendidik dan peserta didik untuk mengetahui
secara lebih dalam tentang begaimana pelaksanaan pembelajaran DLE dengan teknik
3. Kajian Dokumen
Kajian dokumen dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada,
4. Tes
Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes tertulis
terhadap materi atau sub pokok bahasan yang diajarkan dengan menggunakan model
F. Skenario Tindakan
SIKLUS I Pertemuan
Pertama :
1) Pendidik menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
dengan menunjuk salah satu peserta didik memimpin doa, memeriksa kehadiran
peserta didik. Pendidik harus juga mengingatkan kepada peserta didik bahwa di
dalam pembelajaran ini menekankan kebermaknaan pencapaian tujuan dan
1) Penyajian Materi
pembelajaran terkait.
mempelajari.
akan datang.
Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes siklus I, jika sudah memenuhi
indikator penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian dihentikan, dan jika belum
Analisis data dalam penelitian tindakan ini dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Artinya data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan apa adanya kemudian
dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai fakta yang ada,
sedangkan kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih makna yang penting dan membuat kesimpulan
Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data, tetapi juga
menghasilkan informasi-informasi yang bermakna ataupun ilmu baru yang berguna untuk
mengatasi permasalahan yang ada. Penyajian hasil penelitian dilakukan dengan menjabarkan
semua hasil tindakan secara lengkap, lalu ketercapaian hasil tersebut dilakukan pada setiap
siklus tindakan, sehingga peningkatan atau perbaikan kinerja akan tergambar semakin jelas.
H. Instrumen Penelitian
1. Lembar observasi
2. Dokumentasi
didik dan pendidik, dan nilai-nilai peserta didik sebelum diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas X TEI 1 SMK Negeri 1 Ngawi tahun
ajaran 2019/2020.
3. Validator Instrumen
dan pendidik pada mata pelajaran tersebut. Sehingga instrument penelitian telah
sesuai dengan apa yang dibutuhkan peserta didik untuk meningkatkan keaktifan
Pada penelitian ini instrumen untuk pengambilan data keaktifan peserta didik
5. Tes
Tes yang diberikan pada peserta didik dalam penelitian adalah tes formatif.
Tes dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi
tipe STAD.
I. Indikator Keberhasilan
DLE ini dapat diukur berdasarkan target penelitian. Sebagai pengukuran target tersebut
maka digunakan indikator-indikator dan diharapkan pada siklus terakhir akan menjadi
sekurang-kurangnya:
1. Peserta didik yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (SKM)
Depdiknas. (2003). Standar kompentensi kurikulum 2004 mata pelajaran fisika SMA.
Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Endang, M. (2012). Riset terapan (bidang pendidikan teknik). Yogyakarta : UNY Press.
Hamalik, O. (2011). Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Huda, M. (2012). Cooperative learning (model, teknik, struktur dan, model terapan).
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rochayati, U., et al. (2014). Model pembelajaran learning cycle kooperatif tipe STAD
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Jurnal Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan, 19(1), 23.
Sadiman., et al. (2008). Media pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sardiman, A. M. (2001). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Slavin, R. E. (2005). Cooperative learning (teori, riset, dan praktik). Bandung: Nusa Media.
Sudjana. (2001). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Utami, S. (2015). Peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran dasar sinyal video.
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 22(4), 427.