Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu upaya Kementerian
Kesehatan RI guna mencapai tujuan pembangunan kesehatan mela-lui RPJMN 2010-2014
dan mendukung pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.
Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak sangat erat kaitannya dengan upaya pemeriksaan
kehamilan, pertolongan persalinan di fasilitas kese-hatan, upaya peningkatan status gizi ibu,
bayi dan balita, dan upaya peningkatan cakupan imunisasi bagi ibu hamil dan bayi.
Peran promosi kesehatan dalam meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) sangatlah
penting, melalui upaya promosi kesehatan yang berkesinambungan akan tumbuh kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat akan penting-nya perilaku sehat seperti pemeriksaan
kehamilan secara rutin, melahirkan di fasilitas kesehatan, ibu mengkonsumsi makanan yang
bergizi, ibu memberikan ASI kepada bayinya, dan ibu membawa bayinya untuk diimunisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat?
2. Bagaimana pemberdayaan pada masyarakat?
3. Bagaimana pemeliharaan kesehatan ibu dan anak?
4. Bagaimana pelayanan kesehatan pada anak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pemberdayaan masyarakat
2. Untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan pada masyarakat
3. Untuk mengetahui pemeliharaan kesehatan ibu dan anak
4. Untuk mengetahui pelayanan kesehatan pada anak

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


1. Defenisi Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan ataupemberkuasaan atau empowerment, berasal dari
kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama pemberdayaan
bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan
kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari
keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan
berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan
sebagai suatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan tidak vakum dan
terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antara manusia.
Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan kekuasaaan
dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah
proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna.
Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada
dua hal :
a. Bahwa kekuasaan dapat berubah, Jika kekuasaan tidak dapat berubah pemberdayaan
tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
b. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan
yang tidak statis, melainkan dinamis.
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kini telah dijadikan sebuah
strategi dalam membawa masyarakat dalam kehidupan sejahtera secara adil dan merata.
Strategi ini cukup efektif memandirikan masyarakat pada berbagai bidang, sehingga
dibutuhkan perhatian yang memadai. Oleh kerena itu, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Achmad Suyudi mengingstruksikan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menggerakkan masyarakat melakukan upaya-upaya pencegahan penyakit.
Dalam bidang kesehatan, Pelaksanaan Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu
upaya meningkatkan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan
derajat kesejahteraan, dan meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyrakat agar dapat

2
mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai
kemajuan.
Dalam pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan, perlu diperhatikan karakteristik masyarakat setempat yang dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Masyarakat Pembina (Carring community)
Yaitu masyarakat yang peduli keseatan, misalnya: LSM kesehatan, Organisasi Profesi
yang bergerak dibidang kesehatan.
b. Masyarakat Setara (Coping Community)
Yaitu masyarakat yang karena kondisinya kurang memadai sehinnga tidak dapat
memelihara kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan pentingnya pemeriksaan
diri, tetapi karena keterbatasan ekonomi dan tidak adanya transportasi sehingga si ibu
tidak pergi kesarana pelayanan kesehatan.
c. Masyarakat Pemuda (Crisis Response Community)
Yaitu masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum didukung oleh
fasilitas yang tersedia. Misalnya, masyarakat yang berdomisili di lingkungan kumuh dan
daerah terpencil.
Program pemberdayaan masyarakat pada bidang kesehatan kini telah banyak
dikembangkan, baik oleh pemerintah maupun swasta terutama olek LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat). Pembangunan Indonesia Sehat 2010, yakni pengutamaan upaya-
upaya promotif dan preventif. Pendekatan promosi kesehatan inovatif, berbasis trias
epidemiologi dan proses psikologis komunikatif guna menyadarkan dan memotivasi
masyarakat untuk mampu hidup sehat dan menghindari deritan disability serta ancaman
kematian.

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Pemerdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau
tidak beruntung.
Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk
berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-
kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan

3
menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang
cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan
struktur social.
Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas
diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya.

3. Kelompok Lemah dan Ketidakberdayaan


Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya
kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya
persepsi mereka sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur
social yang tidak adil). Guna melengkapi pemahaman mengenai pemberdayaan perlu
diketahui konsep mengeni kelompok lemah dan ketidakberdayaan yang dialaminya.
Beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak
berdaya meliputi:
a. Kelompok lemah secara structural, baik lemah secara kelas, gender, maupun etnis.
b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja, penyandang cacat, gay
dan lesbian, masyarakat terasing.
c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi dan/
atau keluarga.
d. Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu masyarakat,
seperti masyarakat kelas social ekonomi rendah, kelompok minoritas etnis, wanita,
populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat, adalah orang-orang yang mengalami
ketidakberdayaan. Keadaan dan perilaku mereka yang berbeda dari keumuman
kerapkali dipandang sebagai deviant (penyimpang). Mereka seringkali kurang dihargai
dan bahkan dicap sebagai orang yang malas, lemah yang disebabkan oleh dirinya
sendiri. Padahal ketidakberdayaan mereka seringkali merupakan akibat dari adanya
kekurangadilan dan diskriminasi dalam aspek-aspek kehidupan tertentu.

4
Ketidakberdayaan merupakan hasil dari pembentukan interaksi terus menerus antara
individu dan lingkungannya yang meliputi kombinasi antara sikap penyalahan diri sendiri,
perasaan yang tidak dipercaya, keterasingan dari sumber-sumber sosial dengan perasaan
tidak mampu dalam perjuangan. Ketidakberdayaan dapat bersumber dari faktor internal
maupun eksternal. ketidakberdayaan dapat berasal dari penilaian diri yang negative,
interaksi negative dengan lingkungan yang lebih besar.

4. Konsep Masyarakat
Terdapat dua kelompok teori, yaitu :
a) Kelompok teori dengan perspektif sistem ekologi,
b) Kelompok teori dngan perspektif system social.
Pemberdayaan masyarakat telah menjadi arus utama dalam model pembangunan
dibanyak Negara dan masyarakat. Berdasarkan telaah tentang model-model pembangunan
yang dialami banyak negara termasuk Indonesia, terdapat 6 pendekatan utama
pembangunan, yaitu pendekatan pertumbuhan, pendekatan pertumbuhan dan pmerataan,
paradigma ketergantungan, tata ekonomi internasional baru, pendekatan kebutuhan pokok,
dan pendekatan kemandirian.
Berbagai pendekatan pembangunan diatas, selain menunjukkan adanya hasil-hasil
tertentu, tetapi ternyata juga masih ada keterbatasan. Apalagi bahwa jika ditelaah terdapat
berbagai sumber keterbelakangan, yang tidak mudah untuk dinyatakan apakah factor
tersebut sebagai hasil, sebagai penyebab,atau variable antara. Meskipun demikian bisa
dikatakan terdapat paling tidak enam sumber keterbelakangan masyarakat, yaitu :
1) Kebodohan
2) Kekakuan tradisi
3) Penduduk yang tidak terampil
4) Konsumtif
5) Tidak mampu alih teknologi/waralaba
6) Salah penempatan atau penggunaan dibawah kemampuan.
Dalam negara yang sedang berkembang terdapat siklus keadaan yang merupakan suatu
lingkaran yang tidak berujung yang menghambat perkembangan masyarakat secara
keseluruhan. Secara sederhana lingkaran tersebut terdiri dari keadaan sosial ekonomi rendah

5
yang mengakibatkan ketidakmampuan dan ketidaktahuan, yang secara otomatis
mengakibatkan produktifitas juga ikut rendah. Dan selanjutnya juga membuat keadaan sosial
ekonomi semakin rendah dan seterusnya.
Dalam masyarakat itu sendiri sebenarnya terdapat suatu dinamika yang membuat
mereka mampu bertahan dalam keadaan yang sulit dan hal itu sebenarnya merupakan
potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidupnya. Sampai seberapa
jauh potensi ini berkembang dapat terlihat dari keadaan perkembangan masyarakat itu
sendiri. Pada masyarakat yang sudah berkembang maka hal ini menunjukkan bahwa mereka
telah dapat memanfaatkan potensi yang mereka miliki, sedangkan pada masyarakat yang
belum berkembang berarti mereka belum banyak memanfaatkan potensi yang mereka miliki.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah dapat memanfaatkan potensi yang mereka
miliki, sedangkan pada masyarakat yang belum berkembang berarti mereka belum banyak
memanfaatkan potensi yang mereka miliki.

B. Pemeliharaan Kesehatan pada Ibu


Program kesehatan yang terkait dalam meningkatkan status kesehatan ibu dan anak
1. Pemeliharaan kesehatan pada remaja calon ibu
Masa remaja ditinjau dari rentang kehidupan individu merupakan masa peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sifat-sifat remaja sebagian besar sudah tidak
menunjukkan sifat-sifat nasa kanak-kanaknya, tetapi belum juga menunjukkan sifat orang
dewasa. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara
11 hingga 20 tahun.
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai
oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan fisik yang cepat pada tubuh remaja, luar
dan dalam itu, membawa akibat yang tidak sedikt terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta
pribadi kepribadian remaja. Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang
berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990).
Masa remaja pada usia 18 tahun merupakan masa yang matang, sebagai peralihan masa
kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Sebagai periode penting perubahan sikap perilaku
b. Peride peralihan

6
c. Periode perubahan
d. Masa mencari identitas
e. Usia bermasalah
f. Usia yang menimbulkan kesulitan
g. Masa yang tidak realistik
h. Ambang masa dewasa

Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja


a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal
masa storm dan stress.
b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual.
c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.
d. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang sudah mendekati dewasa.
Masalah-masalah yang dihadapi remaja dari yag bersifat fisik seperti anemia, maslah
kegemukan, masalah mental, kejiwaan seperti gangguan belajar, masalah perilaku beresiko
seperti merokok, hubungan seks pranikah hingga penyalah gunaan NAPZA dan terjangkit
HIV/AIDS. Bila kita kaji lebih mendalam, maka periode remaja merupakan “window
opportunity” periode waktu yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai, norma dan kebiasaan
yang baik agar tidak mengalami maslah kesehatan dikemudian hari, dan menjadi manusia
dewasa yang sehat dan produktif.
Pengetahuan yang harus dimiliki remaja tentang kesehatan reproduksi remaja antara lain
tumbuh kembang remaja, kesehatan reproduksi remaja, IMS/ISR, HIV/AIDS,
penyalahgunaan NAPZA, komunikasi dan konseling pendidikan keterampilan hidup
sehat/PKHS.
Penyebab utama kematian pada perempuan atau remaja usia 15-19 tahun adalah
komplikasi kehamilann, persalinan dan komplikasi keguguran. Penduduk muda usia 15-24
tahun menderita penyakit menulr seksual yang paling tinggi adalah komplikasi kehamilan,
persalinan, abortus. Remaja usia 15-24 tahun menderita penyakit menular seksual sangat
tinggi, termasuk HIV. Remaja merupakann transisi, pertumbuhan dan eksplorasi, sehingga
apabila kurang mendaapat informasi tentang bagaimana cara melindungi kesehatan seksual

7
mereka akan berakibat mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki (unwanted pregnancy),
resiko kesehatan sehubungan dengan kehamilan usia remaja organ reproduksi, biologis dan
psikologis belum matang, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual dan HIV.
International conference on population and development (ICPD) pada tahun 1994,
melakukan upaya untuk pengembangan program yang cocok untuk kebutuhann kesehatan
reproduksi remaja, strategi kunci untuk menjangkau dan melayani generasi muda :
a. Melakukan pengembangan layanan-layanan ramah bagi generasi muda
b. Melibtakan generasi muda dalam perancangan, pelaksanaan dan evaluasi program
c. Membentuk pelatihan bagi penyedia layanan untuk dapat melayani kebutuhan dan
memperhatikan kekhawatiran khusus bagi para remaja
d. Mendorong munculnya upaya-upaya advokasi masyarakat untuk mendukunng
perkembangan remaja dan mendorong perilaku kesehatan yang positif
e. Memudahkan latihan-latihan membangun keterampilan kedalam program-program yang
ditujukan untuk remaja
Program-program yang dikembangkan bagi remaja dapat mendorong untuk pemberian
kesempatan bagi remaja untuk produktif secara sosial dan ekonomi. Jika hal ini dipadukan
dengan adanya informasi dan pelayaanan kesehatan reproduksi akan memacu mereka untuk
menunda aktifitas seksual remaja sehingga memberi dampak keputusan jangka panjang
dalam merencanakan masa depan remaja.
Beberapa masalah pokok dalam pengembangan kesehatan reproduksi remaja adalah :
a. Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat dalam kesehatan
repoduksi
b. Melibatkan remaja pada aktifitas yang positif
c. Pelayanan kinik yang ramah bagi remaja
d. Memberikn informasi yang ramah bagi para remaja
e. Kontrasepsi untuk remaja
f. HIV dan PMS bagi remaja
g. Memenuhi kebutuhan remaja sesuai tingkatan usia
h. Kehamilan dini dan kehamilan tidak diinginkan
i. Pendidikan seksualitas berbasis sekolah
j. Menegmbangkan keterampilan untuk menghadapi kehidupan

8
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi semua orang akan memberikan
kontribusibesar terhadap pencapaian status kesehatan reproduksi masyarakat yang lebih
baik. Dilain pihak, pelayanan kesehatan reproduksi belum menyentuh sebagian besar remaja
sehingg status kesehatan reproduksi remaja relatif rendah. Pemerintah sebagai pengambil
kebijakan dan petugas kesehatan diharakan memahami permasalah-permasalahan kesehatan
reproduksi remaja sehingga mempunyai kepedulian terhadap kesehatan reproduksi remaja
(KRR).
Untuk mengatasi masalah kesehatan remaja diperlukan pendekatan yang adolescent
friendly, baik dalam menyampaikan informasi pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR),
yang diharapkan menyediakan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah dan memenuhi
kebutuhan remaja.
Penyebaran informasi mengenai kesehatan remaja sangat diperlukan karena masalah
kesehatan remaja belum cukup dipahami oleh berbagai pihak, maupun oleh remaja sendiri.
Informasi ini sesungguhnya berguna untuk :
a. Meningkatkan pemahaman berbagai pihak menegnai kesehatan remaja dan bagaimana
berinteraksi dengan remaja.
b. Menyiapkan remaja untuk menghadapi masalah kesehatan remaja dan mendorong
remaja agar bersedia membantu teman sebayanya
c. Membuka akses informasi dan pelayanan kesehatan remaja melalui sekolah maupun
luar sekolah

2. Perkawinan yang Sehat


Perkawinan adalah merupakan ikatan yang suci, yang dibangun dengan bertujuan untuk :
a. Meneruskan keturunan atau melangsungkan reproduksi
b. Membentuk generasi yang berkualitas
c. Mencapai kebahagiaan
d. Merupakan bagian dari ajaran agama
e. Menjadi dasar untuk membentuk keluarga yang sehat
Perkawinan yang sehat memenuhi kriteria umur calon pasangan suami isteri ketika
akan melangsungkan perkawinan adalah memenuhi umur kurun waktu reproduksi sehat,
yaitu umur 20-35 tahun, terutama untuk calon istri atau calon ibu, karena hal ini berkaitan

9
dengan kesehatan reproduksi wanita. Secara biologis organ reproduksi sudah cukup matang
apabila terjadi proses reproduksi obstetri, yaitu kehamilan, persalinan, nifas, menyusui.
Secara psikologis pada kisaran umur tersebut. Wanita mempunyai kematangan mental
yang cukup memadai untuk menjadi ibu dan dan membina perkawinan yang sehat, mampu
menjadi interaksi dangan keluarga dan masyarakat. Secara sosial demografi pada kelompok
umur tersebut, wanita karir, sehingga dapat menjadi salah satu modalitas membina
perkawinan dalam aspek sosial, ekonomi. Perkawinan sehat memenuhi kaidah kesiapan
pasangan suami istri dalam aspek biopsikososial, ekonomi dan spiritual. Perkawinan yang
sehat juga didasari landasan agama sebagai dasar spiritual rumah tangga. Secara
komprehensif perkawinan yang sehat akan membentuk kebahagiaan lahir dan batin.

3. Keluarga sehat
Keluarga terdiri pasangan suami isteri yang sah dan anak. Hal ini merupakan
penegertian dari keluarga inti (nueclear family). Adapun cakupan pengertian keluarga secara
luas adalah keluarga terdiri dari pasangan suami istri yang sah, anak serta anggota keluarga
yang lain yang tinggal didalam keluarga tersebut. Hal ini disebu juga keluarga dalam arti
lebih luas atau extended family. Keluarga yang sehat tentunya harus dibentuk oleh individu-
individu yang sehat dalam keluarga tersebut. Dilihat dari aspek kesehatan reproduksi ada
beberapa fase dalam keluarga.
Fase menunda atau mencegah kehamilan bagi pasangan suami isteri dengan usia kurang
dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda atau mencegah
kehamilan adalah umur kurang dari 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai
anak dahulu, karena organ reproduksi belum matang, sehingga resiko penyulit atau
komplikasi terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas sangat tinggi.
Fase menjarangkan kehamilan pada periode usia isteri antara 20-30 atau 35 tahun
merupakan periode usia paling baik untuk hamil, melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang
dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun
Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan adalah periode usia isteri
diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak, karena
jika terjadi kehamilan, persalinan pada periode ini, ibu mempunyai resiko tinggi untuk
terjadinya komplikasi seperti obstetri, misalnya perdarahan, pre-eklampsi, eklampsi,

10
persalinan lama, atonia uteri dan lain-lain. Pada usia yang lebih tua juga mempunyai resiko
untuk terjadinya penyakit yang lain, misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
keganasan dan kelainan metabolik biasanya meningkat.
Keluarga yang sehat membentuk masyarakat dan bangsa yang sehat dan generasi
penerus bangsa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.

4. Sistem Reproduksi dan Masalahnya


Masalah kesehatan reproduksi mempunyai dampak yang sangat luas dan menyangkut
berbagai aspek kehidupan, dan menjadi parameter kemampuan negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Sehingga kesehatan sistem
reproduksi sangat erat kaitannya dengan angka kematian ibu dan anakk. Indonesia
mempunyai angka kematian ibu tertinggi diantara negara-negara ASEAN. Hasil survey
demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun 2003 anka kematian ibu berkisar 307/100.000
kelahiran hidup, tahun 2007 adalah berkisar 248/100.000 kelahiran hidup. Dilihat dari angka
tersebut belum menunjukkan penurunan angka kematian ibu yang bermakna, atau dapat
dikatakan masih sangat lamban.
Kesehatan reproduksi merupakan kemampuan seorang wanita untuk memanfatkan alat
reproduksi dan mengatur kesuburannya (fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan persalinan
secara aman serta dapat melahirkan bayi tanpa resiko dan komplikasi (well health mother
and well born baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan reproduksi dalam batas
normal.

5. Penyakit yang berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan dan sebaliknya


Penyulit kehamilan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin,
merupakan penyulit yang terjadi hanya pada peristiwa kehamilan atau berhubungan
kehamilan. Penyulit ini tidak akan terjadi pada wanita diluar kehamilan. Beberapa contoh
penyulit yang berpengaruh terhadap kehamilan adalah hiperemesis gravidarum, kelaianan
dalam waktu tenggang umur kehamilan, abortus, kehamilan pre term, ketubahn pecah dini,
kehamilan ektopik, penyakit dan kelainan pada plasenta dan tali pusat, preeklampsia,
eklampsia, perdarahan antepartum dan gemeli.

11
Penyakit atau keadaan alat kandungan yang dapat mempengaruhi kehamilan. Beberapa
penyakit mempunyai hubungan timbal balik terhadap peristiwa obsetrik kehamilan. Penyakit
tersebut dapat memperberat kehamilan dan persalinan, demikian pula sebaliknya kehamilan
dan persalinan dapat mempengaruhi atau mmemperberat penyakit pada ibu. Penyakit-
penyakit atau kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya: kelainan alat
reproduksi, kehamilan dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit paru-paru, penyakit
infeksi, penyakit endokrin, dan penyakit jiwa dalam kehamilan.
Penyulit yang terjadi dalam persalinan adalah kelainan yang terdapat pada masing-
masing faktor yang dpat diperinci sebagai berikut :
1. Kelainan power, merupakan kelainan kekuatan his dan tenaga mengejan. Beberapa
contoh keadaan diamna his mengedan adalah inersia uteri, his yang tidak terkoordinasi,
kelelahan ibu mengedan, salah pimpinan ibu kala II.
2. Kelainan passage, kelainan jalan lahir Contoh kelainan jalan lahir adalah kelainan
bentuk panggul, kesempitan panggul, ketidakseimbangan sefalopelvik dan kelainan
jalan lahir lunak.
3. Kelainan passanger, kelainan isi dari kehamilan bentuk dan besar janin, misalnya
anensefalus, hidrosephalus, makrosomia janin, kelainan presentasi (presentasi puncak
kepala, presentasi muka, posisio oksipito posterior), dan kelainan letak janin (letak
sungsang, letak melintang, letak mengolak, presentasi rangkap).
Masalah psikologis ibu. Terdapat lingkaran setan antara masalah psikologis ibu dengan
his ibu bersalin. Ibu bersalin yang cemas, ketegangan meningkat, mempengaruhi kontraksi
uterus, dapat terjadi his yang lemah atau jelek (inersia uteri), sehingga terjadi persalinan
lama atau tidak maju.
Tumor pada jalan lahir, dapat berupa: kelainan tulang pada jalan lahir, tumor yang
berasal dari ovarium, dan tumor yang berasal dari vagina
Penyulit pada kala III dan kalaIV persalinan berupa perdarahan postpartum, retensio
plasenta, inversio uteri dan robekan jalan lahir

12
6. Sikap dan Prilaku Pada Masa Kehamilan dan Persalinan
Sikap adalah perbuatan, perilaku, gerak-gerik yang berdasarkan pendirian, pendapat
atau keyakinan. Pengukuran sikap dapt dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernytaan responden terhadap
suatu objek. Sikap merupakan suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalm situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah
respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan. Sikap juga merupakan evaluasi
umum yang dibuat mmanusia terhadap diri sendiri, orang lain, objek atau isu-isu. Sikap
sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan
predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya.
Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotype yang dimiliki individu
mengenai sesuatu.
Sikap ibu hamil merupakan faktor predisposisi terbentuknya perilaku didalam
kehamilan dan persalinan. Sikap yang positif akan mendorong perilaku pemeliharaan
kesehatan ibu hamil dan persalinan yang positif pula. Sikap ibu hamil jug dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal, misalnya pengaruh budaya, lingkungan, orang terdekat dan juga
faktor internal pengetahuan dan sikap ibu hamil. Status emosional dan psikologis ibu turut
menentukan sikap ibu hamil dan mempengaruhi keadaan yang timbul sebagai akibat atau
diperburuk oleh kehamilan, sehingga dapat terjadi pergeseran yakni kehamilan sebagai
proses fisiologis menjadi kehamilan patologis.
Sikap ibu hamil dan bersalin yang dipengaruhi oleh sosial budaya, kultur, dan
lingkungan dikenal dengan mitos-mitos dalam kehamilan dan persalinan. Adakalanya mitos
yang muncul bertentangan dengan konsep asuhan pada ibu hamil dan bersalin, ini
merupakan mitos negatif yang merugikan atau membahayakan asuhan pada ibu hamil dan
bersalin. Namun sebaliknya apabila mitos terkait denagn kehamilan dan persalinan tersebut
menguntungkan dalam asuhan kebidanan ibu hamil dan bersalin, maka mitos tersebut dapat
dilakukan oleh ibu. Mitos yang negatif atau membahayakan harus dihindari. Bidan harus
melakukan upaya konseling pada ibu untuk memperbaiki sikap dan perilaku ibu. Beberapa
mitos pada ibu hamil, contohnya: kenduri, mitoni, makan amis-amis, sawanen dan tidak
boleh makan udang dll.

13
Beberapa contoh bentuk ibu hamil yang lain adalah mengenai tanggapan atau sikap ibu
terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan bagi ibu, akan membentuk perilaku yang
positife mengenai perilaku yang positife mengenai perilaku pemeriksaan antenatal. Sikap
ibu hamil yang positife tentang tanda bahaya akan membentuk perilaku yang positife
mengenai perilaku yang positife untuk mencegah terjadinya bahaya dalam kehamilan dan
persalinan. Sikap yang positife tentang pentingnya tenaga kesehatan sebagai penolong
persalinan, akan membawa ibu pada perilaku yang positife untuk bersalin ditenaga
kesehatan.
Peristiwa kehamilan adalah peristiwa fisiologis, namun proses alami tersebut dapat
mengalami penyimpangan sampai berubah menjadi patologis.
Ada dua macam stressor, yaitu :
a. Stressor internal,meliputi: kecemasan, ketegangan, ketakutan, penyakit, cacat, tidak
percaya diri, perubahan penampilan, peran sebagai orang tua, sikap ibu terhadap
kehamilan, takut terhadap kehamilan persalinan, kehilangan pekerjaan.
b. Stressor eksternal dapat berupa: status perkawinan, maladaptasi, relationship, kasih
sayang, dukungan mental, broken home.

7. Pemeriksaan dan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Ibu Hamil


Menurut SDKI tahun 1994 angka kematian ibu adalah 390/100.000 kelahiran hidup,
pada SDKI tahun 2002/2003 angka kematian ibu adalah 307/100.000 kelahiran hidup,
selanjutnya SDKI tahun 2007 angka kematian ibu adalah 248/100.000 kelahiran hidup.
Namun penurunan AKI ini sangat lambat. Pada tahun 1990 WHO sudah meluncurkan
strategi Making Pregnancy Sfer (MPS), salah satu program MPS adalah menempatkan safe
motherfood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional maupun
internasional. Sehingga salah satu upaya yang diselenggarakan untuk menurunkan AKI
adalah melalui 4 pilar upaya safe motherfood, dengan intervesi yang dilakukan adalah:
1. Mengurangi kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan upaya keluarga
berencana
2. Mengurangi keungkinan seoarang perempuan hamil mengalami komplikasi obstetri
dalam kehamilan dan memastikan bahwa komplikasi deteksi sedini mungkin serta
ditangani secara memadai melalui pelayanan antenatal

14
3. Persalinan yang bersih dan aman adalah memastikan bahwa semua penolong persalinan
mempunyai pengetahuan, keteramplian dan alat untuk memberi pertolongan persalinan
yang aman dan bersih, serta memberikan pelayan nifas bagi ibu dan bayi
4. Mengurangi kemungkinan komlikasi persalinan yang berakhir dengan kematian atau
kesakitan melalui pelayanan obstetri esensial dasar (PONED) dan pelayanan obstetri
esensial komprehensif (PONEK)
Selama kehamilan mempunyai kemungkinan untuk dapat berkembang menjadi masalah
atau komplikasi, sehingga memerlukan pemantauan selama kehamilan. Asuhan pada ibu
hamil secara keseluruhan meliputi aspek-aspek berikut ini, yaitu :
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat
b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan jika
diperlukan
c. Mempersiapkan persalinan yang bersih dan aman
d. Persiapan secara dini untuk melakukan rujukan, bila terjadi komplikasi
Pemberian tablet besi adalah sebesar 60 mg dan asam folat 500 mg adalah kebijakan
program pelayanan antenatal dalam upaya untuk mencegah anemia dan untuk pertumbuhan
otak bayi, sehingga mencegah kerusakan otak (neural tube). Sedangkan kebijakan imunisasi
TT adalah dalam upaya pencegahan terjadinya tetanus neonaturum.

C. Pelayanan Kesehatan pada Anak


1. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi baru Lahir
Masa perinatal dan neonatal merupakan masa yang kritis bagi kehidupan bayi. Dua
pertiga kematian bayi terjadi dalam waktu 4 minggu setelah persalinan, dan 60% kematian
bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Faktor-faktor yang menyebabkan
kematian perinatal adalah :
a. Perdarahan
b. Hipertensi
c. Infeksi
d. Kelainan preterm atau bayi berat lahir rendah
e. Asfiksia
f. Hipotermi

15
Penanganan bayi baru lahir yang kurang baik dapat menyebabkan hipotermi, cold stress
(stres dingin atau hipotermi sedang), yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemi,
hipoglikemi dan mengakibatkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak,
syok, dan keterlambatan tumbuh kembang.
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah :
a. Membersihkan jalan nafas
b. Memotong dan merawat tali pusat
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi
d. Identifikasi yang cukup
e. Pencegahan infeksi

2. Pelayanan Kesehatan Anak Balita


Masa krisis proses tumbuh kembang anak adalah masa dibawah usia lima tahun
(BALITA). Asuhan atau pelayanan kesehatan pada balita ditingkat masyarakat dilakukan
melalui berbagai kegiatan, misalnya posyandu, stimulasi dini dan intervensi serta deteksi
tumbuh kembang balita (SDIDTK), bina keluarga balita (BKB), kelompok peminat
kesehatan ibu dan anak (KPKIA), pendidikan anak usia dini (PAUD), pembinaan anak pra
sekolah (TK), pelayanan imunisasi, deteksi tumbuh kembang anak, pengobatan pada anak
diberbagai tempat pelayanan misalnya puskesmas, klinik bersalin, balai kesehatan ibu dan
anak, bidan praktek swasta, rumah bersalin serta rumah sakit. Kewenanagan bidan dalam
asuhan pada balita sehat adalah memberikan imunisasi, konseling deteksi didi serta stimulasi
tumbuh kembang balita. Program asuhan untuk balita adalah berupa manajemen terpadu
balita sakit untuk bidan.
Menurut Hurlock, tahapan-tahapan tumbuh kembang manusia pada fase awal adalah
sebagai berikut :
a. Tahap perinatal: masa yang dimulai sampai konsep akhir
b. Tahap neonatal: masa yang dimulai dari bayi lahir sampai 2 minggu setelah kelahiran
c. Tahap bayi: masa yang dimulai dari 2 minggu setelah kelahiran sampai 2 tahun
d. Tahap anak awal: masa yang dimulai dari usia 2 tahun sampai 6 tahun

16
Tumbuh adalah bertambah besranya anak (aspek kuantitas), misalnya anak bertambah
berat tinggi badanya, organ-organ tubuh bertambah besar dan berat. Kembang adalah
bertambah pandainya anak, sebagai hasil proses pematangan organ-organ tubuh (aspek
kualitas).
Beberapa ciri tumbuh kembang adalah sebagai berikut :
a. Tumbuh kembang adalah proses yang berkelanjutan sejak didala kandungan samapi
dewasa, yang terjadi secara bersama-sama
b. Tumbuh kembang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan
c. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya berbeda
antara ank satu dengan anak lainnya
d. Arah perkembangan anak adalah dari atas ke bawah (cephalo-caudal).
Contohnya: anak harus dapat menegakkan kepala dulu, sebelum dapat berjalan
Aktifitas seluruh tubuh diganti dengan reaksi yang khas
Contohnya: bayo akan menggerakkan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya kalau
melihat sesuatu yang menarik, tetapi pada anak yang lebih besar reaksinya hanya tertawa
atau meriah benda tersebut.
Kebutuhan dasar anak balita yang diperlukan untuk tumbuh kembang adalah:
a. Asuh
Anak memerlukan makanan bergizi, pemukiman yang layak, sedang, perawatan dasar
antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur, pengobatan kalau sakit dan
sebagiannya. Imunisasi sangat penting bagi anak, karena akan memberikan perlindungan
bagi anak terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan iminisasi. Lima imunisasi
dasar lengkap, yaitu: imunisasi HB, BCG, polio, DPT dan campak. Selain imunisasi dasar
ini juga terdapat berbagai imunisasi pengembangan, misalnya: imunisasi HIB, MMR,
influenza, alergi dan sebagainya.

b. Asih
Kasih sayang dari orang tuanya dan anggota keluarga lainnya akan menciptakan ikatan
batin yang erat, yang sangat penting untuk tumbuh kembang anak dan pendidikan agama
sedini mungkin.

17
c. Asuh
Anak memerlukan stimulasi mental dini, misalnya melalui program BKB (Bina
Keluarga Balita). Stimulasi mental ini penting untuk perkembanagn mental anak seperti
kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, kepribadian, agama, moral, etika,
produktifitas dan sebagainya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak:
a. Faktor bawaan
Faktor bawaan ini merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh
kembang anak
b. Faktor lingkungan
Lingkungan yang baik akan memberikan optimalisasi potensi bawaan yang postif.
Secara garis besarnya, faktor lingkungan dibagi menjadi:
1) Lingkungan sebelum anak lahir (prenatal).
Faktor ini meliputi gizi ibu hamil, obat-obatan, penyakit ibu (infeksi TORCH), stres,
posisi janin, gangguan hormon, dll
2) Lingkungan pada saat sekitar anak lahir (perinatal).
Faktor ini meliputi: persalinan lama, persalinan macet, persalinan dengan
pertolongan, misalnya: vakum ekstraksi, forep, seksio sesaria, persalinan dengan
letak lintang, presentase bokong, presentasi kaki, asfiksia, ikterus neonatorum serta
infeksi.
3) Lingkungan setelah anak lahir (post-natal)
Faktor ini misalnya: gizi anak, penyakit-penyakit (infeksi), gangguan hormon,
lingkungan rumah, kebersihan, stress, kasih sayang, stimulasi, stabilitas rumah
tangga, adat istiadat dan rumah tangga.
Pertumbuhan anak dikatakan abaik apabila :
a. BB anak menunjukan kenaikan pada penimbangan setiap bulannya
b. Berpedoman pada KMS (Kartu Menuju Sehat)
c. BB anak berada disekitar daerah warna hiaju pada KMS
d. Arah grafik BB anak sesuai dengan arah kelengkungan garis pada KMS
e. Berpedoman pada kalender tumbuh kembang balita, apabila BB anak balita didaerah
warna hijau pada grafik pertumbuhan.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Rencana Operasional Promosi Kesehatan Ibu dan Anak ini merupakan salah satu bentuk
integrasi promosi kesehatan dengan program kesehatan ibu dan anak. Diharapkan dengan
adanya keterpaduan dan sinkronisasi program dapat meningkatkan pelayanan KIA dalam
upaya mencapai indikator MDGs.
Peningkatan pelayanan KIA harus dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh antara
pusat, provinsi, kabupaten/kota dengan melibatkan kalangan swasta, dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan guna memperoleh dukungan dan suasana yang kondusif serta peran aktif
masyarakat agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan
ibu dan anak.
Untuk itu, Rencana Operasional Promosi Kesehatan Ibu dan Anak dijadikan acuan
dalam pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat bagi program
kesehatan Ibu dan anak tahun 2010-2014 di pusat, provinsi dan kabupaten/kota, dalam
rangka pencapaian indikator Kesehatan Ibu dan anak.

B. Saran
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari
tentang Advokasi, Kemitraan dan Pemberdayaan Masyarakat Untuk Mendukung Upaya-
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak.
Dan harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna
bagi semua pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang sempurna penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari.

19
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal Mubarak,Wahid. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Konsep dan Aplikasi Dalam
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Notoadmodjo, Soekadjo. 2008. Promosi Kesehatan Dan ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Puji Wahyuningsih, Heni.dkk. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Ilmu
Kesehatan Masyarakat Dalam Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Syafrudin,dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: CV.Trans Info Media

20
KESEHATAN MASYARAKAT
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK MENDUKUNG
UPAYA-UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK

Disusun Oleh Kelompok 5 :


1. Arysta GP Dimagah P05140117006
2. Dwi Nurma Nela P05140117058
3. Febri Melati P05140117060
4. Fourtiya Mayu Sari P05140117020
5. Klara Nisa Amanda P05140117024
6. Ledia Santika Sapitri P05140117025
7. Rike Nur Safitri P05140117081

Dosen Pembimbing :
Mariati, SKM,MPH

Tingkat II A

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


PRODI DIII KEBIDANAN
T.A 2018/2019
21
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya.
Sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ Pemberdayaan Masyarakat untuk
Mendukung Upaya-upaya Kesehatan Ibu dan Anak“ sebagai bentuk pemenuhan tugas mata
kuliah Kesehatan Masyarakat, dan tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Bunda Mariati, SKM, MPH selaku dosen mata kuliah Kesehatan Masyarakat yang
telah memberikan pengarahan.
2. Serta semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa
penyusun sebutkan satu per satu.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak yang perlu
disempurnakan. Untuk itu saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khusus nya bagi penyusun sendiri dan semua
pihak.

Bengkulu, Maret 2019

Penyusun

22
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pemberdayaan Masyarakat ...............................................................................................2
B. Pemeliharaan Kesehatan pada Ibu ........................................................................................... 6
C. Pelayanan Kesehatan pada Anak ........................................................................................... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 19
B. Saran .............................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 20

23

Anda mungkin juga menyukai